Anda di halaman 1dari 110

BAHAN AJAR

PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN

Disusun oleh:

Dra. TUTI SURTIMANAH, MKM


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya, seiring dengan selesainya
penyusunan Bahan Ajar perkuliahan Promosi Kesehatan di Tatanan untuk mahasiswa di Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat (IKM). Modul ini pada dasamya merupakan sarana untuk mendukung mata kuliah Promosi
Kesehatan di Tatanan pada Program Studi IKM. Semoga modul ini dapat bermanfaat, terutama untuk mendalami
secara praktis bagaimana mengimplementasikan Upaya Peningkatan PHBS di berbagai tatanan dengan mengacu
Indikator PHBS di masing-masing tatanan. Upaya memperdalam penguasaan teori dilihat dari segi manajemen
pengelolaan upaya promosi kesehatan dibahas dalam buku ajar lainnya yaitu Manajemen Promosi Kesehatan yang
ditulis oleh penulis yang sama.
Penyusunan bahan ajar ini masih memiliki banyak kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun diharapkan dapat menjadi bahan bagi perbaikan dimasa yang akan datang. Kupersembahkan karya ini
untuk kemajuan dunia promosi kesehatan di Indonesia. Akhir kata, terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung pembuatan modul ini, semoga bermanfaat.

Bandung, September 2017

Penyusun
Tuti Surtimanah

2
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar …………………………………………….. 2
Daftar Isi …………………………………………….. 3
BAGIAN I …………………………………………….. 5
PENGANTAR
Ruang lingkup dan standar kompetensi perkuliahan Promosi Kesehatan diTatanan,
Metode pembelajaran,
Pengertian dan latar belakang promkes di berbagai tatanan
Review Konsep Dasar promosi Kesehatan
1 Tujuan Pembelajaran
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

BAGIAN II …………………………………………….. 12
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN RUMAH TANGGA
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promosi kesehatan di tatanan rumah tangga
1 Tujuan
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

BAGIAN III …………………………………………….. 23


PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN INSTITUSI PENDIDIKAN
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promosi kesehatan di tatanan institusi
pendidikan (sekolah).
1 Tujuan
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

BAGIAN IV …………………………………………….. 39
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN TEMPAT KERJA
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promkes di tatanan tempat kerja formal
(perkantoran)

1 Tujuan
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

3
BAGIAN V …………………………………………….. 70
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN TEMPAT-TEMPAT UMUM
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promkes di tatanan tempat-tempat umum
(terminal, pasar, mall, tempat ibadah - mesjid)
1 Tujuan
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

BAGIAN VI …………………………………………….. 76
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN INSTITUSI KESEHATAN
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promkes di tatanan institusi pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Institusi Kesehatan Lainnya).
1 Tujuan
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

BAGIAN VII …………………………………………….. 90


PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA DAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
1 Tujuan
2 Landasan teori
3 Tugas Pendahuluan
4 Penugasan
5 Referensi

4
BAGIAN I
PENGANTAR

Ruang lingkup dan standar kompetensi perkuliahan Promosi Kesehatan di Tatanan, Metode pembelajaran.
Pengertian dan latar belakang promkes di berbagai tatanan.

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Ruang Lingkup, Standar Kompetensi perkuliahan dan metode pembelajaran.
2. Pengertian dan latar belakang promkes di berbagai tatanan.
3. Review Konsep Dasar Promosi Kesehatan.

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Ruang Lingkup dan Standar Kompetensi Perkuliahan
2. Pengertian dan latar belakang promkes di berbagai tatanan.
3. Review Konsep Dasar Promosi Kesehatan

Uraian Landasan Teori

1. Ruang Lingkup dan Standar Kompetensi Perkuliahan


a. Lingkup Perkuliahan
1) Pengantar – Latar belakang Promosi Kesehatan berbasis tatanan.
2) Promosi Kesehatan di Tatatan Rumah Tangga.
3) Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan.
4) Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Formal dan Informal
5) Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Umum.
6) Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Kesehatan (Puskesmas).
7) Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Kesehatan (Rumah Sakit).
Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep, indikator, langkah pelaksanaan promosi
kesehatan di berbagai tatanan.
Kompetensi Dasar
Ada 6 kompetensi dasar :
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata kuliah Promosi Kesehatan di Tatanan. mahasiswa
memiliki kemampuan:
1) Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dan latar belakang promosi kesehatan berbasis
tatanan.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar (pengertian, strategi dan ruang lingkup) promosi
kesehatan.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan indikator serta melaksanakan langkah pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Tatatan Rumah Tangga.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan indikator serta melaksanakan langkah pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan indikator serta melaksanakan langkah pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Formal dan Informal.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan indikator serta melaksanakan langkah pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Umum.
7) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan indikator serta melaksanakan langkah pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dll.).

5
2. Pengertian dan latar belakang promkes di berbagai tatanan.

Merujuk pengertian Promkes menurut Ottawa Chapter (1986) Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and to improve, their health dan menurut WHO (2005) the process of enabling
people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health serta menurut
Permenkes RI No 74 / 2015 yaitu proses memberdayakan masyarakat melalui kegiatan menginformasikan,
mempengaruhi dan membantu masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan
lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan
pengertian promosi kesehatan di atas, tersurat bahwa upaya promosi kesehatan adalah upaya perubahan perilaku
dari invidividu, kelompok, dan masyarakat termasuk perilaku dalam pengendalian lingkungan yang menjadi faktor
determinan kesehatan.
Dengan demikian upaya promkes perlu dikaitkan dengan lingkungan dimana individu, kelompok, dan
masyarakat berada. Lingkungan dimana masyarakat berada dikelompokkan menjadi lima tatanan yaitu : rumah
tangga, sekolah, tempat kerja, tempat umum, dan institusi kesehatan. Program promosi kesehatan yang
dilaksanakan berbasis tatanan, di Indonesia dikenal dengan upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di berbagai tatanan. Hal ini sejalan dengan teori Social Determinant oh Health sebagai mana dalam bagan
berikut

Bagan : Social Determinant of Health

Setiap lingkungan memiliki karakteristik yang berbeda, dengan demikian perilaku yang diharapkan
dilakukan di setiap tatanan juga berbeda. Hal ini dikenal dengan indikator PHBS di masing-masing tatanan.
Penjelasan mengenai indikator dan langkah-langkah promosi kesehatan di masing-masing tatanan dijelaskan pada
bagian selanjutnya pada buku ajar ini.

3. Konsep Dasar Promosi Kesehatan

a. Pengertian Promosi Kesehatan

Pengertian Promosi Kesehatan menurut Ottawa Charter : Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and to improve, their health. (Ottawa Charter, 1986) . Promosi kesehatan
adalah proses mengupayakan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
6
Health promotion is "the process of enabling people to increase control over their health and its determinants,
and thereby improve their health" (World Health Organization's (WHO). 2005. Bangkok Charter for
Health Promotion in a Globalized World). Promosi kesehatan adalah "proses untuk memungkinkan orang
meningkatkan kontrol atas kesehatan dan faktor penentunya, dan dengan demikian memperbaiki kesehatan
mereka". Pengertian Promosi Kesehatan menurut Kementerian Kesehatan - Permenkes RI No 74 / 2015
tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit menggantikan SK Menkes No.
1193/Menkes/SK/X/2004 : Proses memberdayakan masyarakat melalui kegiatan menginformasikan,
mempengaruhi dan membantu masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan
lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk
memberikan perubahan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan. Pendidikan Kesehatan
adalah proses menjembatani gap antara informasi kesehatan dan tindakan kesehatan (President’s Committee
on Health Education). Pendidikan Kesehatan adalah perpaduan berbagai pengalaman belajar yang dirancang
untuk memudahkan adopsi secara sukarela perilaku yang kondusif bagi kesehatan (Green et al, 1980).
Pendidikan Kesehatan Masyarakat merupakan bagian dari kegiatan Promosi Kesehatan Masyarakat.
Perubahan perilaku individu sangat penting, dimana faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang
pengaruhi status kesehatan (Blum) serta perilaku individu menjadi sasaran dasar/primer dalam perubahan
masyarakat. Upaya intervensi perilaku dalam bentuk tekanan (enforcement) misalnya dalam bentuk peraturan,
tekanan dan sanksi yang perubahan biasanya dapat berlangsung cepat tapi tidak langgeng. Selain itu intervensi
perilaku dalam bentuk edukasi (education) melalui persuasi, himbauan, ajakan, kesadaran dll. dimana
perubahan biasanya berlangsung lama tapi dapat langgeng.
Tujuan promosi kesehatan adalah agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan
kegiatan yg bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.

Tujuan Intervensi Perilaku menurut Green :


(1) Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan. Misal : mengurangi kebiasaan merokok.
(2) Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan. Misal : mencegah meningkatnya perilaku „seks
bebas‟.
(3) Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan. Misal : mendorong kebiasaan olah raga.
(4) Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan. Misal : mencegah menurunnya perilaku makan
kaya serat.

b. Strategi Promosi Kesehatan


Menurut Permenkes RI No 74 / 2015, Promosi Kesehatan diselenggarakan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat, advokasi, kemitraan.

Berikut butir pokok Strategi Pemberdayaan Masyarakat :


(1) Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk menciptakan kesadaran, kemauan, serta kemampuan individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat dalam rangka meningkatkan kepedulian dan peran aktif di berbagai
upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
(2) Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui
pendekatan edukatif dan partisipatif.
(3) Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan, potensi, dan sosial budaya
setempat.

Berikut butir pokok Strategi Advokasi :


(1) Advokasi dilakukan kepada para penentu kebijakan dan pemangku kepentingan guna mendapatkan
dukungan dalam bentuk kebijakan dan sumber daya yang diperlukan.

7
(2) Hasil advokasi di setiap jenjang pemerintahan dapat diinformasikan dan dijadikan bahan advokasi ke
jenjang pemerintahan yang lain secara timbal balik.

Berikut butir pokok Strategi Kemitraan :


(1) Kemitraan dilaksanakan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan advokasi dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan.
(2) Kemitraan dilaksanakan dengan prinsip kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan,
dan transparansi di bidang kesehatan.

Menurut Ottawa Charter ada tiga strategi Promosi Kesehatan yaitu : advocate, mediate, enable. Dapat
dijelaskan sebagai berikut :
(1) Advokat (advocate). Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak - pihak
lain yang berkepentingan (stakeholders).
(2) Menjembatani (mediate). Membina suasana atau mendorong lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang
terkait dengan kesehatan.
(3) Memampukan (enable). Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok - kelompok dalam masyarakat,
baik melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan penggerakkan
masyarakat agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri.
Kemitraan di bidang kesehatan adalah kerjasama antara dua pelaku kesehatan atau lebih, berdasarkan
prinsip kesetaraan, keterbukaan serta saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama di bidang
kesehatan melalui :
(1) Penyamaan persepsi mengenai masalah kesehatan dan upaya penangulangannya
(2) Perumusan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab para pelaku kesehatan
(3) Peningkatan sinergi perencanaan, pelaksanaan, penilaian upaya kesehatan
(4) Peningkatan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien
Prinsip Kemitraan :
(1) Kesetaraan : masing-masing pihak memiliki kedudukan yang setara, dalam arti memiliki hak yang sama,
minimal dalam hal mengemukakan pendapat (voice) serta mengambil keputusan (choice).
(2) Keterbukaan : masing-masing pihak memiliki akses informasi yang sama.
(3) Saling menguntungkan : semua pihak yang bermitra memperoleh keuntungan sesuai dengan hak dan
tanggung jawab masing-masing, dimana keuntungan tersebut dapat pula berupa manfaat bagi pihak ketiga
(misalnya masyarakat).

Terkait strategi promosi kesehatan ada tiga jenis sasaran promosi kesehatan yang dibagi kedalam tiga
kelompok yaitu :
1) Sasaran Primer – Sasaran Utama
Merupakan sasaran yang diharapkan berubah perilakunya dan memperoleh manfaat langsung dari
perubahan perilaku tersebut. Misal : kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah, dsb.
2) Sasaran Sekunder – Sasaran Pelaksana
Merupakan yaitu sasaran yang diharapkan menjadi pelaksana dengan melakukan upaya perubahan
perilaku yang mempunyai dampak membangun opini yang akan memberi dukungan serta melaksanakan
kegiatan menuju terjadinya perubahan perilaku masyarakat yang diharapkan. Misal: Tokoh masyarakat,
tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan, dsb.
3) Sasaran Tersier – Sasaran Pendukung.
Merupakan sasaran yang diharapkan akan memberi dukungan berupa kebijakan publik, dukungan sumber
daya dan sarana. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah, pendukung sumberdaya
(donor agency), dsb.
Penentuan siapa sasaran promosi kesehatan tergantung kepada permasalahan atau topik issue yang akan
digarap.
8
c. Lingkup Kegiatan Promosi Kesehatan :

Menurut Permenkes RI No 74 / 2015, Promosi Kesehatan dilaksanakan dalam bentuk :


(1) Pengembangan Kebijakan Publik Yang Berwawasan Kesehatan;
(2) Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif;
(3) Penguatan Gerakan Masyarakat;
(4) Pengembangan Kemampuan Individu;
(5) Penataan Kembali Arah Pelayanan Kesehatan.
Hal ini sesuai dengan lingkup kegiatan menurut Ottawa Charter Yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan - Building Healthy Public Policy
(2) Menciptakan lingkungan yg mendukung hidup sehat - Creating Supportive Environment, Partnership,
Networking, Alliances
(3) Memantapkan kegiatan, gerakan masyarakat, UKBM - Strengthening Community Actions
(4) Mengembangkan keterampilan individu - Developing Personal Skills
(5) Melakukan reorientasi paradigma sehat layanan kesehatan dan UKBM - Reorienting Health Services.

Bagan Ottawa Charter (1986)

Selain itu ruang lingkup promosi kesehatan bisa dilihat dari berbagai aspek, antara lain :
(1) Berdasarkan Aspek Kesehatan : Promkes Pencegahan Kesehatan, Promkes Peningkatan kesehatan,
Promkes Pengobatan, Promkes Pemulihan Kesehatan
(2) Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan (setting) : Promkes tatanan rumah tangga, Promkes tatanan institusi
pendidikan, Promkes tatanan tempat-tempat umum, Promkes tatanan tempat kerja, Promkes tatanan
institusi pelayanan kesehatan
(3) Berdasarkan Tingkat Pelayanan : Promkes di Puskesmas, Promkes di Rumah sakit, Promkes di
Puskesmas Pembantu, Promkes di Institusi Pelayanan Kesehatan lainnya.
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan harus didukung dengan metode dan media yang tepat, data dan informasi
yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal termasuk sumber daya manusia yang profesional.

9
Auckland Regional Public Health Service dalam Guide for Health Promotion Planning and Action in
Primary Health Organization (2005), yang diadaptasi dari Victorian Government Department of Human Services
(2000) mengemukan lingkup kegiatan mulai dari fokus individual sampai fokus populasi dalam bagan berikut ini.

Individual focus -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------  Population Focus


Screening / Informasi Health Social Organisational Settings and Community Economic and
Penyaringan, Kesehatan education, Marketing Development supportive Action regulatory
Penilaian Information counselling, environments activities
risiko individu and skill
penilaian, development :
imunisasi (delivered to (persuasive (building the (aims to (working with (policy and
(person to individuals or programmes capacity improve a community systems
person groups, aims designed to of the PHO to local living and to achieve support
communication to improve influence the be a health working health for promoting
about health, knowledge, voluntary promoting conditions so outcomes for health,
illness, health attitudes, and behaviour of organisation, they are more specific health including
services and individual the audience, includes conducive to issues, e.g. financial and
supports capacity to and/or raise practice health) diabetes) legislative
available) change) awareness systems, incentives or
about a health workforce disincentives)
issue, often development
using media in and strategic
various forms) allocation of
resources to
support health
promotion)

Activities can be linked to the five strands for action of the Ottawa Charter, a key planning framework for health promotion
Developing personal skills
Strengthening community action
Creating supportive environments
Building healthy public policy
Reorienting health services

Bagan : Lingkup Kegiatan Promosi Kesehatan dari Fokus Individual sampai Fokus Populasi

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas sesuai Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 dikemukakan kegiatan promosi kesehatan di
Puskesmas dapat dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas dan di luar gedung Puskesmas. Kegiatan promosi
kesehatan yang dapat dilakukan di dalam gedung puskesmas adalah :
(1) Di tempat pendaftaran yang dapat dilakukan dengan memberikan salam kepada pengunjung, penyebaran
informasi melalui media misalnya tentang alur pelayanan, jenis pelayanan, denah puskesmas, informasi
issue kesehatan terkini, peraturan kesehatan dsb.
(2) Di poliklinik atau di ruang pemeriksaan lainnya dilakukan melalui penyuluhan individual oleh petugas
didukung dengan penyediaan media bantu misalnya leaflet, lembar balik, model anatomi, Di ruang tunggu
dipasang berbagai poster, audio maupun TV serta penyuluhan kelompok oleh petugas.
(3) Di ruang rawat inap bisa dilakukan disamping tempat tidur, penggunaan bahan bacaan (biblioterapi),
penyuluhan berkelompok, penyuluhan melalui audio terpusat, pemasangan media di dinding, penyuluhan di
ruang tunggu serta pendekatan keagamaan.
(4) Di kamar obat, laboratorium bisa melalui penyuluhan langsung secara singkat, pemasangan media.
(5) Di klinik khusus konseling yang bisa diatur hari bukanya dan topiknya sesuai kebutuhan.
(6) Di halaman misalnya di tempat parker, di kantin, di tempat ibadah, dip agar dsb.
10
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas adalah :
(1) Kunjungan rumah keluarga yang rawan, berisiko tinggi atau memerlukan perawatan lanjutan di rumah.
(2) Pemberdayaan berjenjang sesuai tatanan yang dikembangkan atau melalui tatanan pemerintahan.
(3) Pengorganisasian masyarakat mendorong pembelajaran masyarakat dalam pemecahan masalah dan
peningkatan kesehatan dengan mendorong pelembagaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM).

C. Tugas Pendahuluan
Belum ada Tugas Pendahuluan pada bagian 1.

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa tugas baca, resume dan menyajikan di kelas.

E. Referensi
Permenkes RI No 74 / 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Green, et all. Health Promotion Planning.
World Health Organization – WHO (1986), Ottawa Charter for Health Promotion. Geneva.

11
BAGIAN II
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN RUMAH TANGGA
Konsep, Indikator, Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga
2. Indikator Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
2. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya diambil dari sumber rujukan Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan Rumah Tangga diterbitkan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Edisi Revisi 2016).

1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Rumah Tangga.

Menurut Petunjuk Teknis PHBS di Rumah Tangga (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016) PHBS di
rumah tangga diarahkan untuk memberdayakan setiap keluarga atau anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu memolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah
dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
yang ada, serta berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat. Pembinaan PHBS di rumah tangga bertujuan untuk mempercepat terwujudnya
rumah tangga ber-PHBS untuk menjadi rumah tangga sehat, sebagai salah satu indikator desa siaga.
Kegiatan PHBS di rumah tangga pelaksanaannya dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu RT/RW-
Dusun/Kampung-Desa/Kelurahan, dan seterusnya. Sejak tahun 2005, PHBS di rumah tangga telah menjadi
bagian kegiatan Kesatuan Gerak PKK-KB/Kesehatan di seluruh Indonesia. Hal ini mencerminkan keterpaduan
antara kegiatan PKK, Keluarga Berencana dan Kesehatan.
Berikut beberapa definisi operasional sebagaimana tercantum dalam Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan
Rumah Tangga (Dinkes Jabar, 2016) :
a. Rumah Tangga adalah wahana atau tempat dari bapak, ibu, dan anak-anaknya serta anggota keluarga lain
dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari.
b. Kepala Rumah tangga adalah nama seseorang sebagai penanggungjawab rumah tangga.
c. Rumah tangga bisa terdiri dari satu keluarga atau beberapa keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Bila
satu rumah tangga terdiri dari beberapa keluarga, maka dihitung satu rumah tangga.
d. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya.
f. Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang anggota atau penghuninya sudah menerapkan
PHBS dalam kehidupannya sehari-hari yaitu memenuhi 7 indikator PHBS di rumah tangga dan 3 indikator
gaya hidup sehat (GHS).

12
2. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Ada 10 indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga (lihat Bagan).


Perilaku Sehat :
1. Linakes Rumah Tangga Gaya Hidup
2. ASI Ekslusif Ber-PHBS 1. Tdk merokok
3. Penim-bangan dalam rumah
4. Air Bersih 2. Aktifitas Fisik /
5. Cuci tangan Rumah Tangga Olah Raga
6. Jamban Sehat Tidak Ber-PHBS 3. Makan sayur dan
7. Bebas Jentik buah

STRATA DESA PHBS

STRATA DESA PHBS IV (> 75%


Rumah Tangga ber-PHBS)

STRATA DESA PHBS


(51-75 % Rumah Tangga ber-PHBS)

STRATA DESA PHBS


(25-50% Rumah Tangga ber-PHBS)

STRATA DESA PHBS


(< 25 % Rumah Tangga ber-PHBS)

Bagan : Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Berikut Definisi Operasional dari masing-masing Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga.

(1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan bayi yang dilakukan oleh dokter/bidan termasuk
perdampingan bidan oleh paraji yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat.
(2) Memberi bayi ASI-Ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan pada saat pendataan hanya diberi ASI saja sejak lahir
sampai usia 6 bulan, tidak diberi makanan dan minuman lain, kecuali pemberian air putih untuk minum obat pada
saat bayi sakit. Lulus ASI Ekslusif = jika bayi berumur sampai dengan 180 hari ( 0-6 bulan) hanya mendapat
ASI saja. Bila bayi berusia < 6 bulan (1 sampai dengan 5 bulan) yang masih mendapatkan ASI saja harus dicatat
untuk keperluan pembinaan selanjutnya. Keluarga yang mempunyai bayi < 6 bulan menjadi sasaran
pembinaan agar bayi lulus mencapai ASI-Ekslusif.
(3) Menimbang bayi dan balita setiap bulan adalah menimbang bayi dan balita mulai umur 0 sampai 59 bulan setiap
bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) berturut-turut dalam 3 bulan terakhir.
(4) Menggunakan air bersih adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari (mandi, mencuci dan memasak) yang memenuhi syarat fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak
berasa dan tidak berbau) yang berasal dari air sumur air ledeng. Sumber air bersih antara lain: air pompa, sumur,
mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
(5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah anggota rumah tangga selalu mencuci tangan setiap
kali tangan kotor, sebelum makan, sebelum merawat anak, dan sesudah buang air besar dengan memakai
sabun serta air bersih yang mengalir.
13
(6) Menggunakan jamban sehat adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/WC/cubluk/kakus
leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir.
(7) Memberantas jentik di rumah adalah anggota rumah tangga melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
di rumah dan halaman paling sedikit 1 kali dalam seminggu agar tidak terdapat jentik nyamuk pada tempat-
tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah
pembuangan air dispenser air kulkas dan barang-barang bekas/tempat-tempat yang bisa menampung air.
(8) Makan sayur dan buah setiap hari adalah anggota rumah tangga mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.
(9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari adalah anggota keluarga melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit setiap
hari (jalan, lari, senam) dan kegiatan dalam rumah tangga seperti mencuci pakaian/mobil, mengepel lantai,
berkebun.
(10) Tidak merokok di dalam rumah adalah setiap anggota rumah tangga tidak merokok di dalam rumah. Tidak
merokok di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota keluarga lainnya sebagai perokok
pasif yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga.

(a) Sosialisasi.
Tim Penggerak PKK Kecamatan bersama petugas kesehatan puskesmas, puskesmas pembantu,
bidan/perawat desa, dan petugas / pihak lainnya melakukan sosialisasi PHBS kepada:
(1) Kelompok PKK yaitu kader dasawisma, PKK-RT, PKK-RW, PKK- Dusun/Lingkungan dan PKK
desa/kelurahan.
(2) Ketua RT, ketua RW, ketua Dusun, ketua Lingkungan, kader, tokok masyarakat, karang taruna, dan
sebagainya yang ada di desa/kelurahan.
(3) Pihak lain misalnya ormas, organisasi pemuda, LSM, Mahasiswa dll. yang akan terlibat dalam pembinaan
PHBS Rumah Tangga.

b. Pengumpulan data :

(1) Cara Kesatu: Pendataan Menyeluruh seluruh rumah tangga /Total Populasi.

Pengumpulan data dilakukan oleh kader PKK dan atau pihak lain di tingkat Desa/Kelurahan kepada seluruh
Rumah Tangga (cakupan total). Cara ini adalah yang terbaik terbaik, karena akan mendapat data yang
menyeluruh sebagai dasar intervensi / pembinaan.
Cara ini bisa dilakukan apabila sumber daya memenuhi , baik Sumber Daya Manusia maupun Dana. Kegiatan
pengumpulan data PHBS dilakukan satu tahun sekali paling lambat dimulai bulan Juli oleh kader PKK/
dasawisma atau pihak lain dengan dibimbing oleh petugas kesehatan
Kegiatan yang dilakukan adalah:
(a) Mengetahui jumlah rumah tangga yang ada di desa/kelurahan.
(b) Menyiapkan formulir/kartu PHBS, stiker Waspada atau stiker PHBS di rumah tangga (bila disepakati
akan digunakan serta tersedia) sesuai jumlah rumah tangga yang ada. Stiker langsung ditempel pada saat
dilakukan pendataan.
(c) Identifikasi petugas pengumpul data, disarankan menggunakan kelompok dasawisma/kader
posyandu/kader kesehatan lainnya atau pihak lain yang berkomitmen berpartisipasi dalam pengumpulan
data PHBS.Pelatihan teknik pengumpulan data (wawancara dan observasi) termasuk penjelasan definisi
operasional dari setiap indikator bagi petugas pengumpul data.
(d) Pembagian tugas penumpulan data. Upayakan setiap pengumpul data mengumpulkan data antara 10-20
rumah tangga.
(e) Kader dasawisma dan atau pihak lain mengumpulkan data tujuh (7) indikator PHBS, tiga (3) indikator Gaya
14
Hidup Sehat (GHS). Kader dasawisma dan atau pihak lain melakukan pengamatan di sekitar lingkungan
rumah pada saat pengumpulan data untuk mendukung kebenaran jawaban dari masing-masing rumah
tangga.
(f) Kader dasawisma dan atau pihak lain menggali informasi lebih dalam tentang kebiasaan,
kepercayaan, sikap, norma, budaya, hambatan dan potensi yang ada untuk melaksanakan PHBS di rumah
tangga melalui diskusi/ngobrol bebas dan santai dengan anggota keluarga.

(2) Cara Kedua: Pendataan PHBS rumah tangga secara bertahap.

Cara ini dipilih bila pengumpulan data secara menyeluruh (cara kesatu) tidak memungkinkan karena
keterbatasan sumber daya khususnya biaya. Pengumpulan data tidak dilakukan secara total ke seluruh Rumah
Tangga di seluruh desa/kelurahan pada satu tahun.
Tahun pertama : pendataan dilakukan minimal pada 20% Rumah Tangga yang tersebar di seluruh
desa/kelurahan, sebaiknya terfokus di beberapa RW. Misalnya : Puskesmas memiliki wilayah kerja 10 desa,
pendataan dilakukan diseluruh desa namun dilakukan disebagian RW.
Tahun ke dua : pendataan dilakukan di RW lainnya yang belum didata pada tahun pertama. Bila
digabungkan dengan pendataan tahun pertama, minimal sudah mencakup 40 % rumahtangga.
Tahun ke tiga : diharapkan dapat dilakukan pendataan di RW lainnya yang belum didata pada tahun
pertama dan kedua. Bila digabungkan dengan pendataan tahun pertama dan kedua, minimal sudah
mencakup 70 % rumah tangga atau lebih baik lagi bila mencapai 100 % rumah tangga.
Hasil pendataan pada tahun pertama diperbaharui pada tahun ke 2, demikian pula pada tahun ke 3 data tahun
pertama dan kedua diperbaharui berdasarkan laporan kader yang dibahas pada pertemuan desa. Selanjutnya
disatukan dengan hasil pendataan tahun ke 2 demikian seterusnya pendataan pada tahun ke 3.

c. Pengolahan Data

(1) Rekapitulasi hasil pengumpulan data


(a) Kader dasawisma / k a d e r P K K menyerahkan hasil pengumpulan data PHBS kepada Ketua
kelompok Kader PKK RT, kader Posyandu dan atau pihak lain, dengan cara memperlihatkan
catatannya yang selanjutnya dicatat oleh ketua kelompok PKK RT dan secara berjenjang diteruskan
kepada kelompok PKK RW, dusun/lingkungan dan kepada Ketua TP PKK Desa/ Kelurahan. Dalam hal
ini tergantung kesepakatan pada waktu pertemuan persiapan pendataan. Bila pendataan dilakukan
kader PKK bersama atau oleh pihak lain, hasil pendataan sebaiknya tetap diperlihatkan kepada ketua
kelompok PKK RT dst. untuk kepentingan pembinaan selanjutnya.
(b) Hasil pengumpulan dari kelompok kelompok PKK diolah secara manual oleh TP-PKK Desa/Kelurahan .
Petugas Puskesmas diharapkan mendampingi proses pengolahan data yang dilakukan.
(c) Hasil pendataan (SMD) dibahas pada saat Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
(d) Puskesmas b ers ama ti m p en gg er ak PK K K ecam ata n merekapitulasi hasil rekapitulasi
tingkat desa/ kelurahan, kemudian mengirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan TP-PKK
Kabupaten/Kota.
(e) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b e r s a m a T P - P K K K a b / K o t a merekapitulasi hasil
rekapitulasi tingkat kecamatan, kemudian mengirimkan kepada Bupati/Walikota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan TP- PKK Provinsi.
(f) Dinas Kesehatan Provinsi bersama TP-PKK Provinsi merekapitulasi hasil rekapitulasi tingkat
kabupaten/kota kemudian mengirimkan kepada Kementerian Kesehatan RI, Pemerintah Provinsi, dan
TP- PKK Pusat.

15
Hal yang harus mendapat perhatian pada waktu melakukan rekapitulasi data adalah harus mencakup data
seluruh rumah tangga yang ada, jumlah rumah tangga yang dipantau, jumlah ibu bersalin dari rumah
tangga yang dipantau, jumlah bayi 6-12 bulan dari rumah tangga yang dipantau, bayi dan balita dari rumah
tangga yang dipantau, sehingga bisa dihitung persentasi dari masing masing indikator PHBS. Jumlah
rumah tangga yang ber-PHBS dan tidak Ber-PHBS harus direkap sesuai hasil pendataan atau rekapitulasi
pada tingkat sebelumnya karena tidak bisa dihitung dari data agregat.

(2) Setiap rumah tangga akan diklasifikasikan sebagai Rumah Tangga ber-PHBS atau Rumah Tangga
Tidak ber-PHBS. Klasifikasi rumah tangga ber PHBS adalah apabila rumah tangga tersebut memenuhi 7
indikator PHBS dan 3 indikator GHS. Namun apabila tidak ada ibu melahirkan dan atau tidak ada balita, maka
indikator 1, 2 dan 3 tidak perlu diisi maka pengertian rumah tangga ber-PHBS adalah yang memenuhi 4
indikator PHBS dan 3 indikator GHS.

(3) Perhitungan Rumah Tangga Ber-PHBS


Untuk mendapatkan persentase rumah tangga ber-PHBS disetiap tingkatan wilayah (RT, RW,
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dstnya) digunakan rumus :

Jumlah rumah tangga yang dikategorikan ber-PHBS dibagi dengan seluruh jumlah rumah tangga yang ada
di wilayah tersebut dikali dengan 100 %
% Rumah Tangga ber-PHBS =

Jlh rumah tangga yang dikategorikan ber-PHBS Tangga ber-PHBS =


––––––––––––––––––––––––––––––––––––-------------------------------------------------------- x 100 %
Jlh seluruh rumah tangga di desa/kelurahan

Contoh perhitungan:
Jumlah rumah tangga di satu desa sebanyak 200 rumah tangga, jumlah rumah tangga yang masuk dalam
kategori rumah tangga ber-PHBS sebanyak 153 rumah tangga, maka persentase rumah tangga ber-
PHBS di desa tersebut adalah :
153
% rumah tangga ber-PHBS = ––––– x 100 % = 76,5%
200
Catatan :
Untuk perbandingan dihitung pula persentase Rumah Tangga ber-PHBS dibandingkan jumlah rumah
tangga yang dipantau atau di data.

(4) Dari data yang dikumpulkan juga dapat diketahui persentase dari tiap-tiap indikator PHBS (indikator
tunggal PHBS), sehingga dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan intervensi pembinaan pada
indikator PHBS yang persentasenya masih rendah.
Untuk mendapatkan persentase dari masing-masing indikator PHBS dapat digunakan dengan cara
menghitung jumlah rumah tangga/keluarga yang memenuhi salah satu indikator PHBS dibagi dengan
jumlah rumah tangga yang ada di desa/kelurahan dari setiap indikator dikali 100 %.
Contoh perhitungan :
1) Memberi Bayi ASI Eksklusif
Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI saja pada usia 0 - 6 bulan (lulus ASI Eksklusif) sebanyak
60 bayi dibagi dengan jumlah seluruh bayi usia 6-12 bulan sebanyak 100 bayi pada waktu tertentu dikali
100 % atau :

16
60
% ASI Eksklusif = ––––– x 100 % = 60 %
100

2) Menggunakan jamban sehat


Jumlah rumah tangga yang menggunakan jamban sebanyak 40 rumah tangga dibagi dengan seluruh
rumah tangga di desa sebanyak 100 rumah tangga dikali 100 % atau :
40
% Menggunakan jamban sehat = –––– x 100 % = 40 %
100

Cara perhitungan indikator lainnya menggunakan rumus yang sama dengan contoh di atas dan dapat dilihat
pada petunjuk pengisian format rekapitulasi hasil pendataan.

d. Pemetaan (Penyajian data)


Di setiap tingkatan wilayah (RT-RW-Dusun/Kampung-Desa/Kelurahan), dibuat pemetaan/penyajian
data misalnya dalam bentuk tabel atau grafik yang menggambarkan persentase rumah tangga ber-PHBS serta
persentase setiap jenis indikator PHBS Petugas kesehatan berkewajiban melakukan pendampingan dan
fasilitasi dalam pemetaan ini. Data pemetaan berasal dari hasil pengolahan data.
Strata PHBS diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Strata PHBS I apabila rumah tangga ber-PHBS mencapai < 25 % ditandai dengan warna merah pada peta
atau grafik
(2) Strata PHBS II apabila rumah tangga ber-PHBS mencapai 25%-49% ditandai dengan warna kuning pada
peta atau grafik
(3) Strata PHBS III apabila rumah tangga ber-PHBS mencapai 50%-75% ditandai dengan warna hijau pada
peta atau grafik
(4) Strata PHBS IV apabila rumah tangga ber-PHBS mencapai > 75% ditandai dengan warna biru pada peta
atau grafik

e. Perencanaan
Dalam perencanaan dilaksanakan perumusan masalah, penentuan prioritas masalah, penentuan
tujuan, penentuan kegiatan, menyusun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini dapat dilakukan
dalam forum masyarakat desa/kelurahan / dengan melibatkan anggota forum, kader, tokoh-tokoh masyarakat
dan lainnya.
(1) Perumusan masalah‟
Hasil pengolahan data dan pemetaan disajikan dalam forum masyarakat desa. Kader didampingi
petugas kesehatan melakukan perumusan masalah berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan, dan
pemetaan/penyajian data.
(2) Menentukan prioritas masalah.
Berdasarkan perumusan masalah, disusun prioritas masalah yang akan diintervensi karena tidak mungkin
seluruh masalah dapat diselesaikan sekaligus.
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan prioritas masalah, antara lain :
(a) Besarnya masalah, dapat dilihat dari indikator yang persentasenya paling rendah dari 10
indikator PHBS
(b) Mudah atau sulitnya perilaku itu diubah
(c) Kepedulian masyarakat terhadap perilaku yang akan dirubah
(d) Ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, teknologi yang tersedia) untuk mengupayakan perubahan
(e) Dapat menimbulkan dampak negatif apabila perilaku itu tidak diubah

17
Di dalam penentuan perilaku yang akan diubah perlu dipertimbangkan juga perilaku yang dapat mendorong
terjadinya perilaku lain, misalnya menggunakan air bersih mendorong perilaku mencuci tangan,
menggunakan jamban sehat, dan lain- lain.
(3) Menentukan tujuan.
Berdasarkan hasil prioritas masalah, ditentukan masalah yang akan dipecahkan, kemudian dirumuskan
tujuan yang akan dicapai, contoh:
Meningkatnya persentase rumah tangga ber-PHBS dari 60% menjadi 70% di desa Kemuning
dalam 1 tahun.
Meningkatnya persentase indikator tertentu, misalnya meningkatnya jumlah rumah tangga
yang menggunakan jamban dari 40% menjadi 50% di desa Kemuning dalam 1 tahun.
(4) Menentukan kegiatan
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan kegiatan yang akan dilakukan. Caranya adalah membuat
beberapa alternatif kegiatan, kemudian dipilih kegiatan yang mana yang bisa dilakukan. Perlu
diperhatikan ketersediaan sumber daya yang ada.
Kegiatan- kegiatan yang direncanakan dan akan dilaksanakan dimasukkan ke dalam tabel berikut ini.

No Kegiatan Sumber daya yang diperlukan Lokasi kegiatan Pelaksana

1 2 3 4 5

Selanjutnya menyusun jadwal kegiatan.

No Kegiatan Bulan ….. Bulan …… Dst.


1 2 3 4 5

Kegiatan intervensi peningkatan PHBS dilakukan pada setiap keluarga melalui konseling/kunjungan
rumah yang dilakukan oleh kader-kader PKK/dasawisma maupun pada kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat seperti majlis taqlim, karang taruna dan kelompok lainnya melalui penyuluhan kelompok. Petugas
Kesehatan dan TP- PKK Kecamatan perlu memberikan pembekalan kepada kader-kader PKK/dasawisma agar
mampu melakukan kegiatan tersebut.
Selain itu kegiatan intervensi dilakukan melalui upaya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yang
diwujudkan melalui keterlibatan/ peran serta masyarakat dalam peningkatan PHBS. Bentuk peran serta
tersebut antara lain: menjadi kader, membentuk TOGA, posbindu, kelompok senam, dana sehat, arisan jamban,
melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Gerakan Jumat Bersih (Jumsih) dan sebagainya.

18
f. Penggerakan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
Penggerakan dan pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan, merupakan
implementasi dari kegiatan intervensi terpilih. Kegiatan-kegiatan intervensi peningkatan PHBS dapat berupa :

(1) Promosi PHBS kepada :


(a) Setiap keluarga melalui konseling /kunjungan rumah/ penyuluhan individual yang bisa dilakukan oleh
kader-kader PKK/Dasawisma/posyandu dan petugas sesuai rencana.
(b) Kelompok-kelompok yang ada di masyarakat melalui penyuluhan kelompok minimal sebulan satu
kali oleh kader PKK serta pengurus forum masyarakat desa/kelurahan beserta jajarannya.
(2) Gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat dalam PHBS misalnya gerakan PSN (Pembersihan Sarang
Nyamuk), gerakan jumat bersih, gerakan tidak buang air besar sembarangan, dan sebagainya.
Petugas Kesehatan dan TP-PKK Kecamatan perlu memberikan pembekalan kepada kader-kader
PKK/dasawisma/ posyandu dan anggota forum masyarakat desa/kelurahan agar mampu melakukan kegiatan
tersebut.
Kegiatan yang telah dilakukan sebaiknya dicatat dan didokumentasikan agar dapat dilihat perkembangan
peningkatan PHBS-Rumah Tangga. Pencatatan dapat dilakukan sebagai berikut :

Cara Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Jumlah


No. Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1. Sosialisasi tentang :
PHBS
2. Pelatihan kader dalam
pendataan PHBS-RT
3. Pendataan/ Pencatatan,
Pemantauan PBHS-RT
4. Pengolahan dan pemetaan/
penyajian data
PHBS-RT
5. Perencanaan Peningkatan
PHBS-RT
6. Pelatihan kader dalam me-
nyuluh
7. Penyuluhan kelompok
tentang: PHBS
8. Kunjungan rumah
Dst…..
Agar gerakan pemberdayaan masyarakat berhasil perlu adanya dukungan dalam bentuk komitmen, dana
dan tenaga dari para pengambil keputusan di masing-masing tingkatan wilayah, misalnya kepala desa/lurah, camat,
bupati/walikota, tokoh-tokoh masyarakat dan kelompok potensial serta membangun opini tentang pentingnya
seluruh masyarakat ber-PHBS. Selain itu dalam penggerakan dan pelaksanaan perlu berkoordinasi dengan PKK
dan pihak-pihak lain yang terlibat.

g. Pemantauan dan penilaian


Pemantauan dan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilakukan telah berjalan
dan mencapai hasil seperti yang diharapkan terhadap PHBS di rumah tangga.
(1) Pemantauan.
Pemantauan kegiatan dapat dilakukan dalam pertemuan bulanan bagi kader atau dalam pertemuan forum
masyarakat desa/ kelurahan, minggon kecamatan, dll. Topik bahasannya adalah kegiatan yang telah
dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal yang telah ditetapkan. Waktu pemantauan disesuaikan dengan rencana
yang telah ditetapkan. Kendala yang muncul perlu dibahas dan dicarikan solusinya. Cara pemantauan dapat
19
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke rumah tangga-rumah tangga atau dengan melihat
laporan pelaksanaan kegiatan.
(2) Penilaian.
Penilaian dilakukan dengan pendataan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.

Indikator Keberhasilan

Guna mengukur keberhasilan PHBS di rumah tangga maka perlu ditentukan indikator keberhasilan. Indikator adalah
suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Indikator PHBS di rumah tangga dibagi menjadi
indikator masukan, proses dan keluaran. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang pelaksanaan. Indikator
proses menggambarkan bagaimana kegiatan peningkatan PHBS berjalan dan indikator keluaran menggambarkan
hasil kegiatan peningkatan PHBS di rumah tangga.
Indikator keberhasilan ini ada yang dapat diisi oleh kader maupun oleh petugas.

Indikator Masukan
(a) Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS di rumah tangga mulai dari Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
(b) Adanya dukungan kebijakan untuk 7 indikator PHBS dan 3 Gaya Hidup Sehat di rumah tangga,.
(c) Adanya pembiayaan kegiatan PHBS-RT dari desa/ kelurahan, kecamatan dan Kabupaten/Kota baik
bersumber dari pemerintah, swasta, dunia usaha maupun dari swadaya masyarakat.
Indikator 1,2,3 diisi oleh petugas kesehatan
(d) Adanya kader yang telah dilatih PHBS di rumah tangga
(e) Adanya kader aktif yang membina PHBS di rumah tangga
(f) Adanya media pendukung untuk pembinaan PHBS di rumah tangga.

Indikator Proses
(a) Adanya pelatihan PHBS di rumah tangga untuk kader.
(b) Adanya rencana kegiatan peningkatan PHBS di rumah tangga.
(c) Adanya konseling/kunjungan rumah/penyuluhan kelompok PHBS di rumah tangga.
(d) Adanya pencatatan awal dan perkembangan peningkatan PHBS di rumah tangga untuk
setiap rumah tangga.
(e) Frekuensi konseling/kunjungan rumah/penyuluhan kelompok PHBS di rumah tangga.
(f) Adanya gerakan masyarakat dalam penerapan PHBS
(g) Adanya kegiatan inovatif dalam peningkatan PHBS di rumah tangga.
(h) Keterampilan kader menghitung Rumah Tangga ber-PHBS

Indikator Keluaran.
Indikator keluaran dibagi atas indikator tunggal PHBS dan indikator komposit/gabungan PHBS yang disebut sebagai
rumah tangga Ber-PHBS
Indikator Tunggal PHBS adalah persentase dari :
(1) Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan.
(2) Ibu yan memberi bayi ASI Eksklusif (ASI saja sejak lahir sampai berusia 6 bulan).
(3) Ibu / keluarga yang menimbang bayi dan balitanya setiap bulan.
(4) Rumah tangga yang anggota keluarganya menggunakan air bersih.
(5) Rumah tangga yang anggota keluarganya mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
(6) Rumah tangga yang anggota keluarganya menggunakan jamban sehat.
(7) Rumah tangga yang angota keluarganya memberantas jentik nyamuk di rumahnya.
(8) Rumah tangga yang anggota keluarganya makan buah dan sayur setiap hari.
(9) Rumah tangga yang anggota keluarganya melakukan aktivitas fisik setiap hari.
(10) Rumah tangga yan anggota keluarganyatidak merokok di dalam rumah.
20
Indikator Komposit/Gabungan
Indikator komposit/gabungan PHBS adalah persentase rumah tangga ber-PHBS yang diukur dari proporsi rumah
tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator gaya hidup sehat. Apabila di dalam rumah tangga tersebut
tidak ada ibu yang melahirkan dan tidak ada Balita (indikator 1-2-3 tidak berlaku), maka pengertian rumah tangga
ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator dari 10 indikator.

Data cakupan (indikator keberhasilan) agar dimanfaatkan untuk dianalisis dan rencana tindak lanjut oleh berbagai
pelaku (kader, pembina di puskesmas/PKK) di berbagai tingkatan wilayah.
FORMAT PENDATAAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA

Tanggal Pendataan :
Nama Dasa Wisma :
Nama RT/RW/Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota :

IDENTITAS INDIKATOR PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Status

Menimbang
Persalinan

rumah

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


Memberi ASI Eksklusif tangga

Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Makan buah dan sayur setiap hari

Tidak merokok di dalam rumah


Nomor Urut Rumah Tangga

Memberantas jentik di rumah


Menggunakan jamban sehat
Menggunakan air bersih
Jlh Nama Kepala
Bayi 6-12 bl Lulus ASI Ekslusif

KK Rumah Tangga
Bayi umur 6-12 bulan

Ada bayi dan balita

Tidak Ber-PHBS
Ada ibu bersalin

Bayi < 6 bln

Ber-PHBS
Ditimbang
ASI saja
Linakes

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

YA (V)
Jumlah TIDAK (X)
Isi dengan tanda = V bila YA, tanda X bila TIDAK dan tanda --- bila TIDAK BERLAKU, kecuali kolom 4,5,8, 9,10,11 diisi jumlah dan kolom 6 diisi umur.
Bila ada satu kolom berisi tanda X (TIDAK), maka tergolong RUMAH TANGGA TIDAK BER-PHBS
21
PETUNJUK PENGISIAN :
1 Kolom 1 = Beri nomor urut mulai dari 1 pada setiap rumah tangga yang dilakukan pendataan
2 Kolom 2 = Isi dengan jumlak keluarga pada rumah tangga tersebut
3 Kolom 3 = Tulis nama yang menjadi kepala keluarga (orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga tersebut)
4 Kolom 4 = Beri tanda V bila ada ibu yang bersalin pada saat pendataan dalam kurun waktu 1 tahun sebelumnya
5 Kolom 5 = Beri tanda V bila ibu pada kolom 4 melahirkan ditolong dokter/bidan/pendampingan bidan oleh paraji
6 Kolom 6 = Tuliskan umur bayi pada saat dilakukan pendataan
7 Kolom 7 = Beri tanda V bila bayi mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia bayi pada saat dilakukan pendataan
8 Kolom 8 = Isi dengan jumlah bayi umur 6 - 12 bulan
9 Kolom 9 = Isi dengan jumlah bayi yang pada saat pendataan berumur 6 - 12 bulan serta hanya mendapat ASI saja sejak lahir
sampai dengan 180 hari (6 bulan), tidak diberi makan/minum kecuali air putih matang untuk minum obat pada saat bayi sakit.
10 Kolom 10 = Beri tanda V bila ada bayi dan balita pada saat pendataan dengan melihat KMS
11 Kolom 11 = Beri tanda V bila bayi dan balita ditimbang setiap bulan dalam 3 bulan terakhir, bila ada salah satu bayi atau balita
tidak ditimbang setiap bulan dalam 3 bulan terakhir,

beri tanda X
12 Kolom 12 = Beri tanda V pada rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, mencuci,dan memasak)
yang memenuhi syarat fisik ( tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau) yang berasal dari sumur gali, sumur pompa,
mata air, penampungan air hujan dan air ledeng yang terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempatpenampungan kotoran atau limbah.
13 Kolom 13 = Beri tanda V pada rumah tangga yang anggotanya selalu mencuci tangan setiap kali tangan kotor, sebelum makan, sebelum,
merawat anak dan sesudah buang air besar dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir (perlu dilakukan pengamatan).
14 Kolom 14 = Beri tanda V pada rumah tangga/keluarga yang menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septik atau lubang
penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir
15 Kolom 15 = Beri tanda V bila anggota rumah tangga melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk di rumah 1 kali dalam seminggu,.
agar tidak terdapat jentik nyamuk
Periksa : pada tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, alas vas bunga, wadah pembuangan air dispenser,
wadah pembuangan air kulkas, pagar bambu, talang air, balkon dan barang-barang bekas/tempat-tempat yang bisa menampung air .
16 Kolom 16 = Beri tanda V bila anggota rumah tangga yang mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.
17 Kolom 17 = Beri tanda V bila anggota keluarga melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit terus menerus setiap hari (jalan, lari, senam
seperti mencuci pakaian / dan kegiatan dalam rumah tangga mobil, mengepel lantai, berkebun)
18 Kolom 87 = Beri tanda V bila setiap anggota rumah tangga tidak merokok di dalam rumah setiap hari.
19 Kolom 19 = Beri tanda V bila kolom 5, 9,11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 bertanda V, berarti rumah tangga tersebut ber-PHBS
20 Kolom 20 = Beri tanda V bila ada salah satu dari kolom 5, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 dan 18 bertanda X, berarti rumah tangga tersebut
tidak ber-PHBS.

C. Tugas Pendahuluan
Tugas baca, merangkum dan menyiapkan penyajian di kelas (tugas kelompok).

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa penyajian di kelas. Tugas baca, resume dan menyiapkan penyajian bahan ajar selanjutnya..

E. Referensi
Permenkes RI No 74 / 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2016. Petunjuk Teknis PHBS Tatanan Rumah Tangga (Revisi).
22
BAGIAN III
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN INSTITUSI PENDIDIKAN (SEKOLAH)
Konsep, Indikator, Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan
2. Indikator Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Institusi Pendidikan
2. Indikator PHBS di Tatanan Institusi Pendidikan
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Pendidikan

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya diambil dari sumber rujukan Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan Institusi Pendidikan
diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Edisi Revisi 2010) serta sumber lainnya.

1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Institusi Pendidikan.


Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi
kesehatannya. Jumlah anak diperkirakan 30% dari total penduduk Indonesia, atau sekitar 73 juta orang, sedangkan
di Jawa Barat sekitar 12,6 juta orang. Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga berpotensi menjadi agen perubahan untuk mempromosikan
PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu
/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat.
Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi tempat dengan potensi
ancaman penularan penyakit, jika tidak dikelola dengan baik. Disamping itu usia sekolah merupakan masa rawan
terserang berbagai penyakit. Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10
tahun), ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Oleh karena itu menanamkan
nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi anak
sekolah serta dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ).
Penerapan PHBS di sekolah merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakkan dan
memberdayakan sekolah dan lingkungannya untuk hidup bersih dan sehat. Sekolah yang ber-PHBS akan
membentuk anak yang sehat dan cerdas. Anak yang sehat dan cerdas merupakan aset dan modal pembangunan
kesehatan di masa depan. PHBS di sekolah diarahkan untuk memberdayakan setiap siswa, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Pembinaan PHBS di sekolah bertujuan untuk
mempercepat terwujudnya sekolah ber PHBS untuk menjadi sekolah sehat.

Tujuan PHBS di Sekolah


a. Tujuan Umum :
Memberdayakan setiap siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah
sehat.
b. Tujuan Khusus:
1) Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap Siswa, Guru dan Masyarakat lingkungan sekolah.
23
2) Meningkatkan peran serta aktif setiap Siswa, Guru dan Masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS di
sekolah.
3) Memandirikan setiap Siswa, Guru dan Masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.
Manfaat PHBS Di Sekolah
a. Manfaat bagi siswa:
1) Meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2) Meningkat semangat belajar
3) Meningkat produktivitas belajar
4) Menurunkan angka absensi karena sakit
b. Manfaat warga sekolah:
1) Meningkatkannya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan
2) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orang tua
3) Meningkatnya citra sekolah yang positif
c. Manfaat bagi sekolah:
1) Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
2) Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah
d. Manfaat bagi masyarakat
1) Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
2) Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah
e. Manfaat bagi pemerintah provinsi /kabupaten /kota
1) Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang baik
2) Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di sekolah

Sasaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Tatanan Sekolah


1) Siswa Peserta Didik
2) Warga sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, Orang Tua Siswa)
3) Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dll.)

2. Indikator PHBS di Tatanan Institusi Pendidikan (Sekolah).

Semua Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diharapkan dilaksanakan di sekolah. Namun sekolah telah masuk
kategori sekolah ber-PHBS bila siswa, guru dan masyarakat sekolah telah menerapkan perilaku sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut ini. Perilaku tersebut menjadi tolok ukur dalam strata PHBS tatanan sekolah.

Tabel : Indikator PHBS Sekolah


Strata Pratama Strata Madya Strata Utama
1 Memelihara rambut agar Perilaku di strata Pratama, Perilaku di strata Madya,
bersih dan rapih ditambah : ditambah :
2 Memakai pakaian bersih dan 8* Memberantas jentik nyamuk 13.* Mengkonsumsi jajanan
rapih sehat dari kantin sekolah
3 Memelihara kuku agar selalu 9.* Menggunakan jamban yang
pendek dan bersih bersih dan sehat
4 Memakai sepatu bersih dan 10. Menggunakan air bersih 14* Menimbang berat badan dan
rapih mengukur tinggi badan
setiap bulan
5* Berolahraga teratur dan 11.* Mencuci tangan dengan air
terukur mengalir dan memakai
sabun
6* Tidak merokok di Sekolah 12.* Membuang sampah ke
7 Tidak menggunakan NAPZA tempat sampah yang terpilah
(sampah basah, sampah
kering, sampah berbahaya)
*Merupakan indikator PHBS secara nasional
24
Definisi Operasional
1. Memelihara rambut agar bersih dan rapih adalah mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga
terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau dan tidak berkutu. Memeriksa
kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.
2. Memakai pakaian bersih dan rapih adalah memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau dan rapih.
Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapihkan dengan
diseterika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/ kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.
3. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih adalah memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara
teratur dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secara rutin dapat dilakukan oleh
dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.
4. Memakai sepatu bersih dan rapih adalah memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu,
rapih, misalnya ditalikan bagi sepatu bertali, dsb. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali
sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru
UKS minimal seminggu sekali.
5. Berolahraga teratur dan terukur adalah siswa/guru/masyarakat sekolah lainnya melakukan olah raga/aktivitas
fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik
dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olah
raga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia) dan juga di
ruangan kerja bagi guru/karyawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja.
Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolah-raga bersama, serta menyediakan alat/sarana untuk
berolahraga.
6. Tidak merokok di sekolah adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan
sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu
batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya di antaranya: Nikotin (menyebabkan
ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan
kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh
akan mati). Tidak merokok di lingkungan sekolah dapat menghindarkan adalah anak sekolah/guru/masyarakat
sekolah dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut di atas. Sekolah diharapkan membuat peraturan
dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi di antara
mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa
rokok/kawasan bebas asap rokok.
7. Tidak menggunakan NAPZA adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak menggunakan NAPZA
(Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis
pemakainya.
8. Memberantas jentik nyamuk adalah adanya upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang
dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk, pada tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong
air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas,
dan barang-barang bekas/tempat-tempat yang bisa menampung air yang ada di lingkungan sekolah.
Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), melalui
kegiatan menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas dan
menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit
akibat gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, cikungunya, malaria dan kaki gajah. Sekolah diharapkan
membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.
9. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan
jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan
akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat setiap buang kali
air besar ataupun buang air kecil, dapat menjaga lingkungan disekitar sekolah menjadi bersih, sehat dan tidak
berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada di sekitar lingkungan sekolah serta menghindari
25
datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit, seperti diare, disentri, tipus, kecacingan dan
penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah
yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban
dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki, dan 1:20 untuk perempuan.
10. Menggunakan air bersih adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa berasal
dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng dan air dalam
kemasan (sumber air berasal dari sumur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari
tempat penampungan kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi
kebutuhan dan tersedia setiap saat.
11. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu
mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas
dan/atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang
mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain
membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih
dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, tipus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Flu Burung.
12. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah
berbahaya) adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah pada tempat sampah yang
tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik dan sampah
bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman
penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.
13. Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah adalah adalah anak sekolah/guru/masyarakat sekolah
mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah Sebaiknya
sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi,
sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun dan proses belajar berjalan
baik.
14. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan adalah siswa ditimbang berat badan dan
diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran
dibandingkan dengan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan
siswa normal atau tidak normal.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
Sekolah adalah tempat berkumpul dan beraktifitas bagi siswa dalam menimba ilmu pengetahuan. Sekolah yang
dimaksud mencakup TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA termasuk penyelenggara Non Formal/Pesantren (
PAUD, baik pemerintah maupun swasta ).
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan Sekolah Sehat.
Sekolah Sehat adalah sekolah yang telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kegiatan sehari- hari
di sekolah sehingga terwujudnya sekolah sehat.

4. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Rumah Tangga.

Strategi
a. Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil keputusan/kebijakan. Tujuan advokasi
adalah untuk memperoleh dukungan dan kesepakatan (dana, sarana, tenaga, dan lain lain) dalam pelaksanaan
dan penerapan PHBS di Sekolah. Advokasi dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan beserta jajarannya kepada
Gubernur/Bupati/Walikota untuk mengeluarkan kebijakan tentang PHBS di Sekolah dan Kepala Dinas
26
Pendidikan serta para Kepala Sekolah agar mendukung pelaksanaan PHBS di sekolah. Diharapkan seluruh
jajaran pengambil kebijakan menyadari betapa pentingnya mendukung penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di Sekolah.
b. Melakukan Kemiraan. Upaya ini dilakukan untuk membangun opini siswa/guru/masyarakat sekolah guna
mendukung penerapan PHBS di sekolah. Kemitraan dilakukan dengan para pimpinan sekolah, didukung
tim/pokja inti/kader sekolah/dokter kecil di lingkungan sekolah.
c. Melakukan Pemberdayaan Karyawan/Pegawai.
1) Sosialisasi PHBS di sekolah kepada siswa/guru/masyarakat sekolah.
2) Gerakan-gerakan sebagai implementasi PHBS di sekolah kerja sesuai dengan indikator PHBS di sekolah.
3) Pemantauan implementasi Gerakan Sadar PHBS di sekolah secara berkala. Pemantauan dilakukan oleh
Tim Pemantau dalam hal ini bisa dikaitkan dengan Lomba, misalnya dalam rangka Peringatan Hari
Kemerdekaan. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke sekolah didukung
dengan melihat laporan pelaksanaan kegiatan PHBS di sekolah.

Langkah-Langkah Pelaksanaan

a. Perencanaan
1) Pembentukan Tim Inti PHBS
Pembentukan Tim Inti PHBS, terdiri dari unsur Pendidikan, Kesehatan, Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) dan TP-PKK serta unsur lainnya, yang melaksanakan persiapan pembinaan PHBS di
sekolah terutama mengenai pembagian peran dalam pembinaan PHBS di sekolah.
Selanjutnya di setiap sekolah dibentuk pula tim/pokja inti yang diharapkan dapat melakukan advokasi
kepada pimpinan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Sadar PHBS di Sekolah. Tim inti juga
diharapkan melakukan analisis situasi PHBS di sekolah sebagai dasar menyusun rencana kerja.
2) Analisis Situasi
a) Tim/pokja inti di sekolah melakukan pengkajian ulang tentang:
(1) Ada atau tidaknya komitmen dan kebijakan pimpinan sekolah tentang pembinaan Gerakan Sadar
PHBS di sekolah.
(2) Sikap dan perilaku sasaran (siswa, warga sekolah, dan masyarakat lingkungan sekolah) terhadap
kebijakan Gerakan Sadar PHBS di sekolah
b) Melaksanakan kajian awal PHBS di sekolah dengan menggunakan Format Pemantauan/Penilaian
PHBS di Sekolah untuk memperoleh data sebagai dasar untuk membuat kebijakan pembinaan
Gerakan Sadar PHBS di Sekolah. Responden pemantauan hendaknya mencakup seluruh siswa di
seluruh kelas, dipilih secara random. Jumlah responden kurang lebih 5-10% dari jumlah siswa.
3) Penyiapan infrastruktur
a) Membuat surat keputusan tentang penanggungjawab dan pengawas PHBS di sekolah
b) Pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah
c) Menyusun mekanisme dan saluran pesan PHBS di sekolah
d) Menyusun materi sosialisasi PHBS di sekolah
e) Pembuatan dan penempatan pesan –pesan PHBS di tempat – tempat yang strategi di sekolah
f) Instrumen pengawasan PHBS di sekolah
4) Penyusunan kebijakan PHBS di sekolah
Pihak pimpinan sekolah melakukan dialog dengan para guru, komite sekolah dan Tim pelaksana atau Tim
Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), tentang :
a) Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di sekolah
b) Membahas rencana kebijakan penerapan tentang penerapan PHBS di sekolah
c) Meminta masukan tentang penerapan tentang PHBS di sekolah beserta antisipasi,kendala dan
alternatif solusinya.
d) Menetapkan penanggungjawab PHBS di sekolah dan mekanisme pengawasannya.
e) Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa , warga sekolah dan masyarakat sekolah.
27
f) Membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di sekolah oleh pimpinan sekolah. Kelompok
kerja membuat kebijakan yang jelas mencakup tujuan dan cara melaksanakan PHBS di sekolah

b. Pelaksanaan / Implementasi
1) Sosialisasi Penenerapan PHBS
a) Sosialisasi konsep PHBS di sekolah terhadap penanggung jawab/pemantau tiap kelas.
b) Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah kepada seluruh siswa/guru/masyarakat sekolah.
c) Penempatan pesan pesan PHBS di tempat-tempat yang strategis, misalnya : poster, stiker, papan
pengumuman, dll.
2) Penerapan Gerakan Sadar PHBS
a) Penyediaan sarana dan prasarana disekolah, seperti air bersih, jamban sehat, tempat cuci tangan, sarana
olah raga, kantin sehat, dll
b) Menanamkan nilai –nilai untuk berPHBS kepada siswa/guru/masyarakat sekolah melalui/sesuai dengan
kurikulum yang berlaku (intra kurikuler). Untuk penegakkan nilai PHBS sebaiknya disepakati sanksi bagi
pelanggar maupun reward/hadiah bagi para pelaksana PHBS terbaik.
c) Menanamkan nilai – nilai untuk be-PHBS kepada siswa guru/masyarakat sekolah melalui kegiatn ekstra -
kurikuler, seperti:
(1) Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
(2) Aktivitas kader kesehatan sekolah/dokter kecil
(3) Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
(4) Pemeliharaan jamban sekolah
(5) Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
(6) Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
(7) Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
(8) Pemeriksaan rutin kebersihan kuku,rambut,telinga,gigi dan sebagainya
d) Melakukan bimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling
e) Melaksanakan penyuluhan dan latihan ketrampilan dengan melibatkan peran aktif siswa,guru dan orang tua
melalui :
(1) Penyuluhan kelompok
(2) Pemutaran kaset/radio/film
(3) Penempatan media promosi PHBS sekolah seperti poster
(4) Penyebaran leaflet
(5) Pembuatan majalah dinding
f) Koordinasi dengan Puskesmas/Tim Pembina UKS, untuk integrasi dengan program kesehatan sekolah (
UKS ).
(1) Dokter kecil/ Kader Kesehatan, minimal 10 % dari total siswa.
(2) Ruang UKS
(3) Peralatan dan sarana UKS (UKS Kit )
(4) Penjaringan Kesehatan (1 tahun/1x untuk siswa kelas I)
(5) Penyuluhan Kesehatan (minimal 1 bulan/ 1x)
(6) Pemeriksaan Kesehatan Siswa oleh Guru UKS (1 minggu/ 1x)
(7) Pramuka (Saka Bhakti Husada; Palang Merah Remaja)
(8) Pendataan UKS (pengelompokkan ke dalam strata Minimal; Standar; Optimal; Paripurna)
g) Pemantauan dan penerapan sanksi
Pemantauan PHBS di sekolah dapat dilakukan oleh sesama siswa yang ditunjuk sebagai pemantau di
kelasnya. Siswa pemantau ini tergabung menjadi tim PHBS Sekolah. Hasil pemantauan dicatat
(pelanggaran dan menerapkan sanksinya) sesuai dengan peraturan yang telah dibuat dan disepakti oleh
sekolah.

28
3) Implementasi PHBS Sekolah
Dalam implementasi PHBS di sekolah dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan Strata PHBS di Sekolah.
(1) Strata Pratama adalah tahapan perilaku yang paling minimal yang harus dilakukan disekolah dengan
mengoptimalkan sarana pendukung yang telah ada di sekolah, agar sekolah tersebut dapat mencapai
PHBS Strata Pratama.
(2) Strata Madya adalah mencakup PHBS sekolah strata pratama, ditambah dengan perilaku terkait
penggunaan air bersih, jamban sehat, cuci tangan.
(3) Strata Utama adalah mencakup PHBS sekolah strata madya, ditambah perilaku terkait konsumsi makanan
dan pemantauan pertumbuhan.

c. Evaluasi :
1) Pemantauan dilakukan secara periodik minimal tiga bulanan mencakup aspek masukan, proses maupun
keluaran. Pada tahapan selanjutnya apabila aspek masukan dan proses pembinaan dirasakan sudah cukup
memadai, pemantauan tiga bulanan dilakukan hanya terhadap aspek keluaran. Responden pemantauan
hendaknya mencakup seluruh siswa di seluruh kelas, dipilih secara random. Jumlah responden kurang
lebih 5-10% dari jumlah siswa.
2) Melakukan evaluasi tahunan tentang aspek masukan, proses maupun keluaran PHBS di sekolah.
3) Melakukan kajian/analisis terhadap hasil pemantauan/evaluasi untuk mengetahui masalah serta hambatan
yang dihadapi sebagai bahan pengambilan keputusan apakah perlu penyesuaian kebijakan maupun
pelaksanaan selama ini.
4) Pemantauan terhadap indikator tertentu yang menyangkut aspek kesehatan/teknis tertentu dapat dilakukan
oleh Dinas /OPD terkait dengan koordinasi oleh Tim Pembina.
5) Pertemuan forum komunikasi implementasi PHBS di sekolah sebaiknya rutin dilakukan minimal 6 bulan
sekali dibawah koordinasi Tim Pembina.
Format dalam lampiran digunakan untuk pemantauan maupun evaluasi.

Peran Serta Stake Holders dalam Mendukung PHBS Sekolah


Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati/Walikota, Kepala Dinas Pendidikan,
Kepala Dinas Kesehatan, DPRD dan lintas sektor terkait sangat penting untuk pembinaan PHBS di sekolah.
Disamping itu peran dari berbagai pihak terkait, dalam hal ini Tim Pembina/Pelaksana Usaha Sekolah (UKS), serta
peran aktif darimasyarakat sekolah yang mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat juga turut menentukan
bagi terwujudnya sekolah sehat.

Dukungan diharapkan dari :


1) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
a) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk peraturan/surat edaran /instruksi/himbauan tentang kebijakan
tentang pembinaan PHBS di sekolah.
b) Mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
c) Memantau dan mengevalusi pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah di wilayah kerjanya
d) Membina dan mensosialisasikan PHBS di sekolah
2) DPRD :
a) Memberikan persetujuan anggaran kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk pengembangan PHBS di
sekolah.
b) Memantau kinerja Gubernur/Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di sekolah
3) Dinas/instansi terkait (Kesehatan, Pendidikan,Agama,dll)
Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan program UKS melalui jalur kurikuler dan ektra
kurikuler.
4) Tim Pembina UKS
a) Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan dan pengembangan PHBS melalui UKS
b) Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta pelaksanaan pembinaan PHBS melalui UKS
29
c) Membina dan mengembangkan PHBS melalui UKS
d) Melakukan monitoring dan evaluasi pembinaan PHBS di sekolah
e) Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru – guru yang berkaitan dengan pencapaian sekolah sehat
5) Komite sekolah
a) Mendukung dalam hal kebijakan dan pendanaan untuk pengadaan asaran dan parasarana PHBS di
sekolah
b) Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
c) Memberi dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah baik insidentil maupun bulanan.
6) Kepala Sekolah
a) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang pembinaan
PHBS di sekolah
b) Mengalokasikan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah
c) Membantu kemajuan pencapaian sekolah sehat di sekolahnya
d) Menyediakan sarana untuk penerapan PHBS di sekolah, misalnya : Sarana Olah Raga, Kantin Sehat, Air
Bersih, Jamban Sehat, Tempat cuci tangan dan sabun, Tempat sampah, Media Promosi Kesehatan di
sekolah.
7) Kelompok Kerja PHBS di Sekolah
a) Mengadvokasi yayasan/orangtua murid/kepala sekolah bersama guru lainnnya untuk memperoleh
dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di sekolah
b) Melakukan sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya
c) Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di sekolah
d) Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat di lingkungan sekolah

Indikator Keberhasilan
Guna mengukur keberhasilan PHBS di sekolah, maka perlu ditentukan indikator keberhasilan. Indikator adalah
suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Indikator PHBS di sekolah dibagi menjadi indikator
masukan, proses dan kelularan. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang pelaksanaan. Indikator proses
menggambarkan bagaimana kegiatan pembinaan PHBS dilaksanakan. Sedangkan indikator keluaran
menggambarkan pencapaian Indikator PHBS sebagai hasil kegiatan pembinaan PHBS di sekolah.
1) Indikator Masukan
a) Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS di sekolah
b) Adanya dukungan pembinaan PHBS di sekolah
c) Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di sekolah
d) Adanya siswa/guru/masyarakat sekolah yang telah dilatih PHBS di sekolah
e) Adanya Media Pendukung untuk pembinaan PHBS di sekolah.
1) Indikator Proses
a) Adanya advokasi PHBS di sekolah
b) Adanya pelatihan/pertemuan fasilitator/kader PHBS di sekolah
c) Adanya sosialisasi penerapan PHBS di sekolah
d) Adanya Rencana Kegiatan PHBS di sekolah
e) Adanya Gerakan penerapan PHBS di sekolah
f) Adanya catatan pemantauan Gerakan Sadar PHBS di sekolah.
2) Indikator Keluaran
Sekolah yang ber-PHBS adalah sekolah yang memenuhi 14 indikator PHBS di Sekolah, terbagi dalam tiga (3)
strata yaitu strata Pratama, Madya dan Utama.

30
FORMAT PENDATAAN PHBS DI INSTITUSI PENDIDIKAN (SEKOLAH)

Perilaku Individu Siswa/Guru/Masy Sekolah Sarana Pendukung yang diharapkan


1. Memelihara rambut agar bersih dan rapih Butir 1 sampai 4 didukung sarana sbb. :
2. Memakai baju yang bersih dan rapih a. Bangunan sekolah kokoh, dicat baik.
3. Memelihara kuku agar selalu bersih b. Halaman sekolah disapu agar halaman selalu bersih dan
4. Memakai sepatu bersih dan rapih rapih
c. Halaman sekolah ditanami mis. toga, pohon perindang,
bunga, dsb.
d. Memelihara kebersihan kelas , ada daftar piket kebersihan
e. Membuka jendela, mengupayakan ventilasi yang baik dan
pencahayaan cukup
f. Memelihara kerapihan kelas (taplak meja guru, bunga hidup
dsb.)
5. Olahraga teratur dan terukur Jadwal Olahraga bersama
6. Tidak merokok di sekolah Himbauan sekolah bebas rokok
Tidak menjual rokok di lingkungan sekolah
7. Tidak menggunakan NAPZA Himbauan sekolah bebas narkoba
8. Memberantas jentik nyamuk Ada jadwal pembersihan bak kamar mandi / penampung air serta
tempat-tempat yang dapat menampung air.
9. Menggunakan jamban yang sehat . Jamban /WC yang memenuhi syarat kesehatan yang dipisahkan
untuk laki- laki dan perempuan.
10. Menggunakan air bersih Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup tersedia setiap saat
11. Mencuci tangan dengan air mengalir memakai Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair dan air bersih
sabun yang mengalir dan tissue, di setiap kelas/ ruangan, dekat tempat
bermain, dekat jamban serta di warung sekolah.
12. Membuang sampah ke tempat sampah terpilah Tempat sampah terpilah (sampah basah dan sampah kering).
(sampah basah dan sampah kering).
13. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Warung sekolah sehat :
Menu makanan sehat di warung sekolah
Disajikan secara tertutup.
Menjual makanan/minuman bersih, sehat (Tidak
mengandung zat kimia atau pewarna berbahaya;
makanan ringan yang tidak bergizi dan kadaluwarsa).
14. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi Tempat anak menimbang berat badan dan tinggi badan.
badan setiap bulan Timbangan berat badan
Alat ukur tinggi badan

31
FORMAT PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SEKOLAH - STRATA UTAMA

NAMA SEKOLAH : ...................................................................................


KELAS : ....................................................................................
ALAMAT SEKOLAH : ....................................................................................
TANGGAL PEMANTAUAN
/ EVALUASI : .....................................................................................

Beri nilai 1 pada jawaban YA, nilai 0 jawaban TIDAK. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi Operasional.
No Indikator Cara Unsur Dinilai Ya Tidak

A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di sekolah yang ada
Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS
2 Adanya sarana pendukung pelaksanaan Mempelajari dokumen / notulen Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS :
PHBS di sekolah yang ada
Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja siswa
Meja guru
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Adanya Pembiayaan sarana
sekolah yang ada
Adanya Pembiayaan honor tim / pokja
Adanya Pembiayaan kegiatan PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di sekolah yang ada Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh siswa mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di sekolah. Leaflet PHBS
Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS
Dan lainnya (sebutkan)
Jumlah Nilai Masukan
% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / 25 x 100 )

B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
pimpinan tentang PHBS di sekolah oleh yang ada sekolah
tim inti. Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
komite sekolah
Adanya catatan Advokasi walikelas - guru

Adanya catatan Advokasi pimpinan


organisasi siswa

32
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
sekolah yang ada
Ada catatan pertemuan penanggung-jawab
bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Sosialiasi ke karyawan secara
sekolah yang ada langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media
cetak
Sosialisasi media lain (sebutkan)

4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
sekolah yang ada
Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan
Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Gerakan PSN
sekolah yang ada
Ada catatan Gerakan kebersihan ruangan
& halaman
Ada catatan Gerakan olahraga

Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)


6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di sekolah. yang ada
Catatan keseluruhan kegiatan OPD
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / 20 x 100 )

C Indikator Keluaran
1 Memelihara rambut agar bersih dan rapih Mengamati keadaan siswa Kebersihan rambut.
Kerapihan rambut
2 Memakai pakaian bersih dan rapih Mengamati keadaan siswa Kebersihan pakaian.
Kerapihan pakaian
3 Memelihara kuku agar selalu pendek dan Mengamati keadaan siswa Kebersihan kuku.
bersih Kerapihan rambut
4 Memakai sepatu bersih dan rapih Mengamati keadaan siswa Kebersihan sepatu.
Kerapihan sepatu
5 Berolahraga teratur dan terukur Menanyakan berapa kali olah raga Melakukan olahraga secara rutin tiap hari
dalam seminggu (berbagai jenis olahraga)
Amati sarana olah raga apa saja
Tersedia sarana olahraga.
yang ada di sekolah
Ada jadwal rutin olahraga bersama

6 Tidak merokok di sekolah Mengamati dan menanyakan Tidak merokok di sekolah


apakah ada yang merokok di
sekolah. Mengamati ada himbauan Ada himbauan tidak merokok di sekolah
tidak merokok.
Mengamati apakah terlihat ada Tidak disediakan asbak di sekolah
asbak.
7 Tidak menggunakan NAPZA Menagamati dan menanyakan Tidak ada pengguna NAPZA.
apakah ada yang menggunakan
NAPZA. Ada himbauan tidak gunakan NAPZA
Mengamati ada himbauan tidak
menggunakan NAPZA.
8 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan berapa kali seminggu Membersihkan bak mandi / tempat penampungan
membersihkan /menyikat bak air minimal 1 kali / minggu.
mandi/tempat penampungan air di
sekolah. Tidak ditemukan jentik nyamuk di sekolah
Mengamati di dalam dan di sekitar
lingkungan sekolah apakah ada
tempat- tempat yang menjadi
sarang nyamuk

33
9 Menggunakan jamban yang bersih dan Menanyakan kemana buang air BAB / BAK di jamban yang mempunyai leher
sehat besar/ buang air kecil di sekolah. angsa
Mengamati jenis jamban, Membersihkan jamban tiap hari, jamban bersih
kebersihan jamban dan septink
tank yang ada. Septink tank dibuat kedap air, minimal 10 meter
dari sumber air bersih

Tersedia 1 jamban / 20 orang

Terpisah jamban laki / perempuan


10 Menggunakan air bersih Menanyakan sumber air bersih Menggunakan air bersih, tersedia dalam jumlah
untuk kebutuhan di sekolah. cukup di penampungan yang bersih.
Mengamati kondisi air dan sumber
air yang dipakai. Sumber air memenuhi syarat kesehatan
11 Mencuci tangan dengan air mengalir dan Menanyakan kapan saja mencuci Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan
sabun tangan? Bagaimana cara mencuci sabun
tangan yang biasa dilakukan?
Mengamati apakah ada tempat Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih
cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
mengalir dan sabun. Mencuci tangan sebelum makan, sesudah BAB.
Mencuci tangan setiap kali tangan kotor
12 Membuang sampah ke tempat sampah Mengamati kemana sampah Membuang sampah ke tempat sampah yang
yang terpilah (sampah basah, sampah dibuang. tersedia
kering, sampah berbahaya) Mengamati tempat sampah Tempat sampah berkantong plastik agar tidak
(apakah terpisah untuk sampah tercecer dan mudah dibuang
basah,sampah kering dan bahan
berbahaya, berplastik plastik dan Tempat sampah berkantong plastik agar tidak
tertutup). tercecer dan mudah dibuang
Tempat sampah tertutup
13 Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin Mengamti dimana siswa membeli Mengkonsumsi makanan dari kantin atau tempat
sekolah makanan selama di sekolah. jual makanan yang sehat / bawa bekal dari
Mengamati pengelolaan makanan rumah.
di kantin, tempat-tempat penjualan Kantin memilih dan mengelola makanan /
makanan jajanan di sekolah. minuman secara sehat.

Tempat jual makanan di sekolah memilih dan


mengelola makanan / minuman secara sehat.

14 Menimbang berat badan dan mengukur Menanyakan apakah dilakukan Disediakan ruangan, alat timbang BB dan Alat
tinggi badan setiap bulan penimbangan BB dan pengukuran Ukur BB.
TB setiap bulan? Lihat catatan.
Membuat catatan hasil timbang BB dan ukur TB.

Hasil BB dan TB dianalisis

Hasil BB dan TB ditindaklanjuti


Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / 41 x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)

% Nilai Keseluruhan
( Jumlah Nilai keseluruhan / 86 x 100 )

34
FORMAT REKAPITULASI PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SEKOLAH

NAMA SEKOLAH : ...................................................................................


ALAMAT SEKOLAH : ....................................................................................
TANGGAL PEMANTAUAN
/ EVALUASI : .....................................................................................

Isi sesuai hasil pemantauan / evaluasi di tiap kelas / Bagian


Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi Operasional.
No Indikator Cara Unsur Dinilai Kls ... Tot
A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di sekolah notulen yang ada
Adanya SK mekanisme pelaksanaan
PHBS
2 Adanya sarana pendukung Mempelajari dokumen / Adanya sarana pendukung pelaksanaan
pelaksanaan PHBS di sekolah notulen yang ada PHBS :
Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja siswa
Meja guru
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / Adanya Pembiayaan sarana
sekolah notulen yang ada Adanya Pembiayaan honor tim / pokja
Adanya Pembiayaan kegiatan PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di sekolah notulen yang ada
Adanya penanggung-jawab unit/
bagian mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh siswa mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di sekolah. Leaflet PHBS
Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS
Dan lainnya (sebutkan)

Jumlah Nilai Masukan


% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / kelas x 100 )

B Indikator Proses
35
1 Adanya advokasi pendekatan Mempelajari dokumen / Adanya catatan Advokasi ke
kepada pimpinan tentang PHBS di notulen yang ada pimpinan sekolah
sekolah oleh tim inti. Adanya catatan Advokasi ke
pimpinan komite sekolh
Adanya catatan Advokasi
walikelas - guru
Adanya catatan Advokasi
pimpinan organisasi siswa
2 Adanya pertemuan fasilitator Mempelajari dokumen / Ada catatan pertemuan tim/Pokja
PHBS di sekolah notulen yang ada PHBS
Ada catatan pertemuan
penanggung-jawab bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan Mempelajari dokumen / Ada catatan Sosialiasi ke
PHBS di sekolah notulen yang ada karyawan secara langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui
media cetak
Sosialisasi media lain (sebutkan)
4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS Mempelajari dokumen / Ada catatan Rencana Kerja
di sekolah notulen yang ada Bulanan
Ada catatan Rencana kerja
Semesteran
Ada catatan Rencana kerja
tahunan
Ada catatan Rencana Kerja
Kegiatan Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / Ada catatan Gerakan PSN
sekolah notulen yang ada
Ada catatan Gerakan kebersihan
ruangan & halaman
Ada catatan Gerakan olahraga

Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)


6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di sekolah. notulen yang ada
Catatan keseluruhan kegiatan OPD
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / kelas x 100 )

C Indikator Keluaran
1 Memelihara rambut agar bersih dan Mengamati keadaan siswa Kebersihan rambut.
rapih Kerapihan rambut
2 Memakai pakaian bersih dan rapih Mengamati keadaan siswa Kebersihan pakaian.
Kerapihan pakaian
3 Memelihara kuku agar selalu pendek Mengamati keadaan siswa Kebersihan kuku.
dan bersih Kerapihan rambut
4 Memakai sepatu bersih dan rapih Mengamati keadaan siswa Kebersihan sepatu.
Kerapihan sepatu

36
5 Berolahraga teratur dan terukur Menanyakan berapa kali Melakukan olahraga secara rutin tiap
olah raga dalam seminggu hari (berbagai jenis olahraga)
Amati sarana olah raga Tersedia sarana olahraga.
apa saja yang ada di
sekolah
Ada jadwal rutin olahraga bersama

6 Tidak merokok di sekolah Mengamati dan Tidak merokok di sekolah


menanyakan apakah ada
yang merokok di sekolah. Ada himbauan tidak merokok di sekolah
Mengamati ada himbauan
tidak merokok. Tidak disediakan asbak di sekolah
Mengamati apakah terlihat
ada asbak.
7 Tidak menggunakan NAPZA Menagamati dan Tidak ada pengguna NAPZA.
menanyakan apakah ada
yang menggunakan Ada himbauan tidak gunakan NAPZA
NAPZA.
Mengamati ada himbauan
tidak menggunakan
NAPZA.
8 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan berapa kali Membersihkan bak mandi / tempat
seminggu membersihkan penampungan air minimal 1 kali /
/menyikat bak minggu.
mandi/tempat
penampungan air di Tidak ditemukan jentik nyamuk di
sekolah. sekolah
Mengamati di dalam dan
di sekitar lingkungan
sekolah apakah ada
tempat- tempat yang
menjadi sarang nyamuk
9 Menggunakan jamban yang bersih dan Menanyakan kemana buang BAB / BAK di jamban yang mempunyai leher
sehat air besar/ buang air kecil di angsa
sekolah. Membersihkan jamban tiap hari, jamban
Mengamati jenis jamban, bersih
kebersihan jamban dan
Septink tank dibuat kedap air, minimal 10
septink tank yang ada.
meter dari sumber air bersih
Tersedia 1 jamban / 20 orang

Terpisah jamban laki / perempuan


10 Menggunakan air bersih Menanyakan sumber air Menggunakan air bersih, tersedia
bersih untuk kebutuhan di dalam jumlah cukup di penampungan
sekolah. yang bersih.
Mengamati kondisi air dan
sumber air yang dipakai. Sumber air memenuhi syarat kesehatan

37
11 Mencuci tangan dengan air mengalir Menanyakan kapan saja Mencuci tangan dengan air bersih mengalir
dan sabun mencuci tangan? Bagaimana dan sabun
cara mencuci tangan yang
biasa dilakukan? Mengamati Tersedia tempat cuci tangan dengan air
apakah ada tempat cuci bersih mengalir dan sabun
tangan dengan air bersih
Mencuci tangan sebelum makan, sesudah
yang mengalir dan sabun.
BAB.

Mencuci tangan setiap kali tangan kotor

12 Membuang sampah ke tempat Mengamati kemana Membuang sampah ke tempat sampah


sampah yang terpilah (sampah sampah dibuang. yang tersedia
basah, sampah kering, sampah Mengamati tempat
sampah (apakah terpisah Tempat sampah berkantong plastik
berbahaya)
untuk sampah agar tidak tercecer dan mudah dibuang
basah,sampah kering dan Tempat sampah berkantong plastik
bahan berbahaya, agar tidak tercecer dan mudah dibuang
berplastik plastik dan Tempat sampah tertutup
tertutup).
13 Mengkonsumsi jajanan sehat Mengamti dimana siswa Mengkonsumsi makanan dari kantin
dari kantin sekolah membeli makanan selama atau tempat jual makanan yang sehat /
di sekolah. bawa bekal dari rumah.
Mengamati pengelolaan
makanan di kantin, Kantin memilih dan mengelola
tempat-tempat penjualan makanan / minuman secara sehat.
makanan jajanan di
sekolah. Tempat jual makanan di sekolah
memilih dan mengelola makanan /
minuman secara sehat.
14 Menimbang berat badan dan Menanyakan apakah Disediakan ruangan, alat timbang BB
mengukur tinggi badan setiap dilakukan penimbangan dan Alat Ukur BB.
bulan BB dan pengukuran TB Membuat catatan hasil timbang BB dan
setiap bulan? Lihat ukur TB.
catatan. Hasil BB dan TB dianalisis
Hasil BB dan TB ditindaklanjuti
Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / kelas x 100 )
Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)
% Nilai Keseluruhan
( Jumlah Nilai keseluruhan / kelas x 100 )

C. Tugas Pendahuluan
Tugas baca, merangkum dan menyiapkan penyajian di kelas (tugas kelompok).

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa penyajian di kelas. Tugas baca, resume dan menyiapkan penyajian bahan ajar selanjutnya..

E. Referensi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2010. Petunjuk Teknis PHBS Institusi Pendidikan.
38
BAGIAN IV
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN KERJA
Konsep, Indikator, Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
dan Tempat Kerja Informal

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
2. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
4. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Informal
5. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja Informal
6. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Informal

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
2. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)
4. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Informal
5. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja Informal
6. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Informal

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya diambil dari sumber rujukan Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan Tempat Kerja
(Perkantoran) diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010) serta sumber lainnya.

Bagian I : PHBS di Tatanan Tempat Kerja Formal (Perkantoran).

1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok
sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/keluarga/ kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja merupakan salah satu
upaya strategis untuk menggerakkan dan memberdayakan para karyawan/pegawai untuk hidup bersih dan sehat.
Pembinaan PHBS di tempat kerja bertujuan untuk mengembangkan dan mendorong setiap
karyawan/pegawai untuk menerapkan PHBS di tempat kerja termasuk menupayakan lingkungan tempat kerja yang
sehat, sehingga karyawan/pegawai dapat bekerja dengan tubuh sehat. Bekerja dengan tubuh yang sehat
merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak azasi setiap karyawan/pegawai. Karena itu menjadi kewajiban
semua pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan setiap karyawan/pegawai agar tetap
sehat dan produktif dengan melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja. Lingkungan tempat kerja
yang sehat akan membuat para karyawan/pegawai merasa nyaman sehingga dapat lebih produktif. Oleh karena itu
kegiatan PHBS di tempat kerja pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang ada di lingkungan tempat kerja.
Pembinaan PHBS di Tempat Kerja dilaksanakan atas dasar Kepmenkes Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah serta Kepmenkes Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Di Provinsi Jawa Barat telah ada
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, serta telah dicanangkan
Gerakan Sadar PHBS (GERSAD PHBS) melalui dukungan kebijakan berupa Nota Kesepahaman antara Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi
39
Jawa Barat Nomor 147.14/03/Otdakra/2009 dan 01/NK/PKK.Prov.JB/II/2009 tentang Gerakan Sadar Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, dan Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 440/15/Yansos tentang Larangan Merokok di
Ruangan dan/atau Tempat Kerja.

Tujuan Umum :
Memberdayakan karyawan/pegawai dan masyarakat lingkungan tempat kerja agar tahu, mau dan mampu menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
tempat kerja yang sehat.

Tujuan Khusus:
(1) Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan tempat kerja
(2) Meningkatkan produktivitas kerja
(3) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat
(4) Menurunkan angka absensi tenaga kerja
(5) Menurunkan angka penyakit akibat kerja / lingkungan kerja
(6) Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.

Manfaat :
1) Manfaat bagi Karyawan/Pegawai :
a) Meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
b) Meningkat produktivitasnya yang berdampak pada peningkatan penghasilan dan ekonomi keluarga.
c) Pengeluaran rumah tangga lebih ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
d) Meningkatnya produktivitas kerja karyawan/pegawai yang berdampak positif terhadap pencapaian target dan
tujuan.
e) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan
2) Manfaat bagi tempat kerja :
a) Terwujudnya tempat kerja dan lingkungan kerja yang bersih dan rapi.
b) Terhindarnya tempat kerja dan lingkungan kerja dari sumber penyakit.
c) Meningkatnya pencapaian target dan tujuan organisasi.
d) Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
3) Manfaat bagi Masyarakat
a) Mempunyai lilngkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja.
b) Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja.
4) Manfaat bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota
a) Tempat kerja yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang baik.
b) Anggaran untuk pengobatan penyakit/masalah kesehatan para karyawan/pegawai bisa dialihkan untuk
peningkatan kesehatan karyawan/ pegawai.
c) Dapat dijadikan Pusat Pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
1) Manfaat bagi Instansi Terkait
a) Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
b) Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di lingkungan tempat Kerja.

Sasaran PHBS Lingkungan Tempat Kerja


1) Karyawan/Pegawai
2) Pimpinan tempat kerja
3) Masyarakat lingkungan tempat kerja

40
2. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja Formal (Perkantoran).
Semua Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) diharapkan dilaksanakan karyawan/pegawai di lingkungan
tempat kerja. Ada sembilan (9) perilaku penting yang diharapkan dilakukan oleh karyawan/pegawai dan
masyarakat tempat kerja agar lingkungan tempat kerja termasuk kategori tempat kerja sehat, yaitu :
1) Memelihara kebersihan, kerapihan lingkungan tempat kerja.
2) Menggunakan air bersih.
3) Menggunakan jamban sehat.
4) Membuang sampah pada tempatnya.
5) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai sabun.
6) Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja dan/ atau membawa bekal dari rumah.
7) Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja
8) Melakukan olahraga secara teratur.
9) Tidak merokok di lingkungan tempat kerja.

DEFINISI OPERASIONAL

1) Memelihara kebersihan dan kerapihan lingkungan tempat kerja adalah karyawan/pegawai membersihkan
dan merapihkan sarana dan prasarana kerja setiap hari serta membuat himbauan untuk menjaga kebersihan di
lingkungan tempat kerja. Kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja berkaitan dengan kenyamanan para
karyawan/pekerja. Hal ini dapat terwujud apabila didukung dengan sarana kantor yang memadai misalnya
ketersediaan meja kerja, meja komputer, lemari/rak dokumen, luas ruangan dibanding jumlah
karyawan/pegawai, ventilasi udara, pencahayaan, ruangan penyimpanan data, dsb.
2) Menggunakan air bersih adalah karyawan/pegawai menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di
lingkungan tempat kerja. Secara fisik air bersih adalah air tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Sumber air berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan,
air leding dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari sumur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC).
3) Menggunakan jamban sehat adalah karyawan/pegawai saat buang air besar dan buang air kecil
menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran.
4) Menggunakan jamban sehat setiap kali buang air besar dan buang air kecil dapat menjaga lingkungan di sekitar
tempat kerja menjadi bersih, sehat dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada di
sekitar lingkungan masyarakat tempat kerja serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat
menularkan penyakit seperti diare, disentri, tipus, kecacingan dan penyakit lainnya.
5) Membuang sampah pada tempatnya adalah karyawan/pegawai memilliki tempat sampah dan membuang
sampah pada tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah
organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga
mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia
akan sangat membantu karyawan/pegawai terhindar dari berbagai kuman penyakit. Pengelolaan sampah dari
perkantoran diharapkan dapat tuntas yaitu diikuti dengan pengolahan sampah organik, sampah non-organik dan
sampah berbahaya. Secara bertahap setiap tempat kerja perkantoran minimal memiliki unit pengolahan sampah
organik.
6) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun adalah karyawan/pegawai selalu
mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas
dan/atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir
akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan
kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari
kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Flu Burung.
7) Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja dan/ atau membawa bekal dari rumah
adalah karyawan/pegawai membeli dan mengkonsumsi makanan/ minuman dari kantin yang ada ditempat kerja
41
atau mengkonsumsi bekal yang dibawa dari rumah. Kantin di lingkungan tempat kerja atau penjual makanan
jajanan di sekitar lingkungan tempat kerja diharapkan dapat dipantau kebersihannya dalam memilih bahan
makanan dan mengolah/memasak makanan.
8) Memberantas jentik nyamuk di lingkungan tempat kerja adalah adanya upaya untuk memberantas jentik di
lingkungan tempat kerja yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk, pada tempat-tempat
penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air
dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat-tempat yang bisa menampung air
yang ada di lingkungan tempat kerja. Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja dilakukan dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), melalui kegiatan menguras dan menutup tempat-tempat penampungan
air, mengubur barang-barang bekas dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik
diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, cikungunya,
malaria dan kaki gajah.
9) Melakukan olah raga/aktivitas fisik secara teratur adalah karyawan/pegawai melakukan olah raga/aktivitas
fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik
dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olah
raga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khususdan juga di ruangan kerja
berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Diharapkan secara bertahap setiap tempat
kerja perkantoran memiliki minimal dua sarana olahraga permainan serta sarana olahraga aerobik dalam
ruangan (fitness).
10) Tidak merokok di lingkungan tempat kerja adalah karyawan/pegawai tidak merokok di lingkungan tempat
kerja. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu
batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya : Nikotin (menyebabkan
ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru- paru dan
kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh
akan mati). Tidak merokok di lingkungan tempat kerja dapat menghindarkan para karyawan/pegawai dari
kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut di atas. Tempat kerja membuat peraturan dilarang merokok di
lingkungan tempat kerja. Para karyawan/pegawai bisa saling mengawasi di antara mereka untuk tidak merokok
di lingkungan tempat kerja dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif alam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
Lingkungan Tempat Kerja adalah tempat/lingkungan individu/kelompok untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari. Tempat kerja mencakup perkantoran pemerintah maupun perusahaan
swasta, pabrik termasuk industri rumah tangga, serta tempat kerja lain dimana seseorang/individu/ kelompok pekerja
beraktivitas.
PHBS di Lingkungan Tempat Kerja adalah upaya untuk memberdayakan para karyawan/pegawai agar tahu, mau
dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat
kerja dan lingkungan kerja yang sehat.
Tempat Kerja ber-PHBS adalah tempat kerja yang setiap individu/kelompok yang ada di dalamnya sudah
menerapkan PHBS di lingkungan tempat kerjanya (memenuhi 9 indikator PHBS di Lingkungan Tempat Kerja).

3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja (Perkantoran).

Strategi
a. Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil keputusan/kebijakan . Tujuan advokasi
adalah untuk memperoleh dukungan dan kesepakatan (dana, sarana, tenaga, dan lain lain) dalam pelaksanaan
dan penerapan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja. Advokasi dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan beserta
jajarannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk mengeluarkan kebijakan tentang PHBS di lingkungan
tempat kerja dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar mendukung pelaksanaan PHBS di
42
lingkungan tempat kerja. Diharapkan seluruh jajaran pengambil kebijakan menyadari betapa pentingnya
mendukung penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lingkungan Tempat Kerja. Dukungan yang
diharapkan, sebagai berikut :
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
1) Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja, berupa peraturan,
surat edaran/ instruksi/himbauan, termasuk dukungan dana.
2) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja di wilayah
kerjanya.
Pimpinan Tempat Kerja :
1) Mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
2) Menyediakan sarana untuk penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja, seperti : Sarana Olah Raga,
Kantin Sehat, Air Bersih, Jamban Sehat, Tempat cuci tangan dan sabun, Tempat sampah, Alat
Pelindung Diri (APD), Media Promosi Kesehatan di lingkungan tempat kerja.
b. Melakukan Kemiraan.
Upaya ini dilakukan untuk membangun opini karyawan/pegawai guna mendukung penerapan PHBS di
lingkungan tempat kerja. Kemitraan dilakukan oleh para pimpinan instansi, didukung Fasilitator/Kader PHBS di
lingkungan tempat kerja.
c. Melakukan Pemberdayaan Karyawan/Pegawai.
1) Sosialisasi PHBS di lingkungan tempat kerja kepada seluruh karyawan/pegawai.
2) Gerakan-gerakan sebagai implementasi PHBS di lingkungan tempat kerja sesuai dengan indikator PHBS di
lingkungan tempat kerja
3) Pemantauan implementasi indikator PHBS di lingkungan tempat kerja secara berkala. Pemantauan
dilakukan oleh Tim Pemantau dalam hal ini bisa dikaitkan dengan Lomba, misalnya dalam rangka
Peringatan Hari Kemerdekaan. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke
Lingkungan Tempat Kerja didukung dengan melihat laporan pelaksanaan kegiatan PHBS di lingkungan
tempat kerja.

Langkah- Langkah Gerakan PHBS di Tempat Kerja

a. Perencanaan
1) Pembentukan Tim Inti PHBS
Pembentukan Tim Inti PHBS, terdiri dari unsur sekretariat daerah, Dinas Kesehatan, Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) , DPRD dan TP-PKK serta unsur lainnya, yang melaksanakan persiapan
pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja (perkantoran) terutama mengenai pembagian peran dalam
pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Selanjutnya di setiap lingkungan tempat kerja (perkantoran) dibentuk pula tim/pokja inti yang diharapkan
dapat melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Sadar PHBS di
Lingkungan Tempat Kerja. Tim inti juga diharapkan melakukan analisis situasi PHBS di Lingkungan Tempat Kerja
sebagai dasar menyusun rencana kerja. Untuk kelancaran pelaksaan pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat
Kerja, tim dapat berkoordinasi dengan Tim Pembina PHBS Provinsi serta Dinas Kesehatan.
2) Analisis Situasi
a). Pimpinan di Tempat kerja melakukan pengkajian ulang tentang :
(1). Ada atau tidaknya komitmen dan kebijakan tentang pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
(2). Sikap dan perilaku karyawan/pegawai terhadap kebijakan tersebut.
b). Pengkajian/pemantauan awal PHBS di lingkungan tempat kerja, dilakukan di setiap bidang atau bagian
yang ada di masing-masing dinas/lembaga/SOPD. Responden pemantauan hendaknya mencakup
seluruh karyawan/pegawai di seluruh bidang/ bagian, dipilih secara random. Jumlah responden kurang
lebih 5-10% dari jumlah karyawan/pegawai.
c). Hasil pengkajian direkapitulasi dan diolah sehingga dapat dijadikan bahan untuk menyusun rencana kerja
tim dalam upaya peningkatan PHBS di lingkungan tempat kerja.
43
3). Penyusunan Kebijakan PHBS di lingkungan tempat kerja
Pihak pimpinan menunjuk Kelompok Kerja (POKJA) yang bertugas menginisiasi penerapan PHBS di
lingkungan tempat kerja. POKJA melakukan dialog dengan para karyawan/pegawai tentang :
a) Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja.
b) Rencana Kebijakan tentang Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
c) Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja beserta antisipasi, kendala dan solusinya.
d) Penunjukan penanggung jawab/fasilitator PHBS di tiap unit tempat kerja dan mekanisme
pengawasannya.
e) Merumuskan sosialisasi yang efektif bagikaryawan/pegawai.
f) Membentuk kelompok kerja, menyusun kebijakan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Selanjutnya POKJA membuat kebijakan Gerakan Sadar PHBS mencakup mencakup tujuan dan cara
melaksanakannya.

4). Penyiapan Infra Struktur


a) Membuat Surat Keputusan tentang penanggung jawab dan fasilitator/pemantau PHBS di setiap unit yang
ada di lingkungan tempat kerja
b) Pelatihan bagi pengelola PHBS di lingkungan tempat kerja
c) Menyusun rencana sosialisasi penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
d) Pembuatan pesan-pesan PHBS di lingkungan tempat kerja

b. Pelaksanaan / Implementasi
1) Sosialisasi Penerapan PHBS
a) Sosialisasi konsep PHBS di lingkungan tempat kerja terhadap penanggung jawab/pemantau tiap unit
di tempat kerja.
b) Sosialisasi penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja kepada seluruh karyawan/pegawai.
c) Penempatan pesan pesan PHBS di tempat-tempat yang strategis, misalnya : poster, stiker, papan
pengumuman, dll.
2) Penerapan Gerakan Sadar PHBS
d) Penyediaan sarana dan prasarana di tempat kerja, seperti air bersih, jamban sehat, tempat cuci
tangan, sarana olah raga, kantin sehat, dll.
e) Pelaksanaan PHBS di lingkungan tempat kerja dan sanksi penerapan.
f) Pemantauan pelaksanaan PHBS di lingkungan tempat kerja dilakukan dengan mencatat pelanggaran
dan menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh tempat kerja setempat.
3) Komitmen Gerakan Sadar PHBS dari Dinas/Lembaga/OPD
Setiap dinas/lembaga/SOPD diharapkan berkomitmen dalam penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Komitmen tersebut dapat dibuat dalam bentuk tabel.

TABEL KOMITMEN GERAKAN SADAR PHBS


No. INDIKATOR KOMITMEN
1. Memelihara kebersihan, kerapihan lingkungan tempat kerja
2. Menggunakan air bersih
3. Menggunakan jamban sehat
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai sabun
6. Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja
dan/atau membawa bekal dari rumah
7. Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja
8. Melakukan olahraga secara teratur
9. Tidak merokok di lingkungan tempat kerja

44
c. Pemantauan dan Evaluasi :
1) Pemantauan dilakukan secara periodik minimal tiga bulanan mencakup aspek masukan, proses maupun
keluaran. Pada tahapan selanjutnya apabila aspek masukan dan proses pembinaan dirasakan sudah cukup
memadai, pemantauan tiga bulanan dilakukan hanya terhadap aspek keluaran. Responden pemantauan
hendaknya mencakup seluruh karyawan/pegawai di seluruh bidang/bagian, dipilih secara random. Jumlah
responden kurang lebih 5-10% dari jumlah karyawan/pegawai.
2) Melakukan evaluasi tahunan tentang aspek masukan, proses maupun keluaran PHBS di tempat kerja
perkantoran.
3) Melakukan kajian/analisis terhadap hasil pemantauan/ evaluasi untuk mengetahui masalah serta hambatan
yang dihadapi sebagai bahan pengambilan keputusan apakah perlu penyesuaian kebijakan maupun
pelaksanaan selama ini.
4) Pemantauan terhadap indikator tertentu yang menyangkut aspek kesehatan / teknis tertentu dapat
dilakukan oleh Dinas / OPD terkait dengan koordinasi oleh Tim Pembina.
5) Pertemuan forum komunikasi implementasi PHBS di tempat kerja perkantoran sebaiknya rutin dilakukan
minimal 6 bulan sekali dibawah koordinasi Tim Pembina.

Format bisa digunakan untuk pemantauan maupun evaluasi. Apabila diperlukan aspek yang dievaluasi dapat
ditambah atau diperdalam untuk mengetahui tingkat kualitas dari masing-masing unsur yang dipantau/ dinilai.

Peran Serta dari Stake-Holders dalam Mendukung Pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati/Walikota, Kepala Dinas Pendidikan ,
Kepala Dinas Kesehatan, DPRD dan lintas sektor terkait sangat penting untuk pembinaan PHBS di Lingkungan
Tempat Kerja. Disamping itu peran dari berbagai pihak terkait, dalam hal ini Organisasi Karyawan/Pegawai, serta
peran aktif dari karyawan/pegawai yang mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat juga turut menentukan
bagi terwujudnya Lingkungan Tempat Kerja yang ber-PHBS.
Peran serta berupa dukungan diharapkan dari :
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
1) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk peraturan/surat edaran /instruksi/himbauan tentang kebijakan tentang
pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
2) Mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
3) Memantau dan mengevalusi pelaksanaan pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja di wilayah kerjanya
4) Membina dan mensosialisasikan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
DPRD :
1) Memberikan persetujuan anggaran kepada Gubernur/Bupati/ walikota untuk pengembangan PHBS di
Lingkungan Tempat Kerja.
2) Memantau kinerja Gubernur/Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat
Kerja.
Pimpinan OPD/Instansi
1) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang pembinaan PHBS di
Lingkungan Tempat Kerja.
2) Mengalokasikan dana untuk pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
3) Membantu kemajuan pencapaian sekolah sehat di Lingkungan Tempat Kerja / OPD/Instansi yang dipimpinnya.
4) Membina dan mengembangkan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja dengan pendekatan persuasif dan
pembelajaran orang dewasa.
Organisasi Karyawan/Pegawai.
1) Mengadvokasi mitra kerja/pihak ketiga untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS
di Lingkungan Tempat Kerja.
2) Melakukan sosialisasi PHBS di lingkungan tempat kerja.
3) Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
4) Memantau tujuan pencapaian Lingkungan Tempat Kerja yang ber-PHBS.
45
Indikator Keberhasilan
Guna mengukur keberhasilan PHBS di lingkungan tempat kerja, maka perlu ditentukan indikator keberhasilan.
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Indikator PHBS di lingkungan
tempa kerja dibagi menjadi indikator masukan, proses dan kelularan. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang
pelaksanaan. Indikator proses menggambarkan bagaimana kegiatan pembinaan PHBS dilaksanakan. Sedangkan
indikator keluaran menggambarkan pencapaian Indikator PHBS sebagai hasil kegiatan pembinaan PHBS di
lingkungan tempat kerja.

Indikator Masukan
1) Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS di lingkungan tempat kerja
2) Adanya dukungan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja
3) Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di lingkungan tempat kerja
4) Adanya Karyawan/pegawai yang telah dilatih PHBS di lingkungan tempat kerja
5) Adanya Media Pendukung untuk pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Indikator Proses
1) Adanya advokasi PHBS di lingkungan tempat kerja
2) Adanya pelatihan/pertemuan fasilitator PHBS di lingkungan tempat kerja
3) Adanya sosialisasi penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
4) Adanya Rencana Kegiatan PHBS di lingkungan tempat kerja
5) Adanya Gerakan penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
6) Adanya catatan pemantauan Gerakan Sadar PHBS di lingkungan tempat kerja.
Indikator Keluaran
Tempat kerja dan lingkungan kerja sehat, yang memenuhi 9 (sembilan) indikator.

46
FORMAT PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA
(PERKANTORAN).

NAMA OPD / INSTANSI : ..........................................................


NAMA UNIT/BIDANG : ...........................................................
ALAMAT OPD : ...........................................................
TANGGAL PEMANTAUAN : ...........................................................
/ EVALUASI : ..........................................................

Beri nilai 1 pada jawaban YA, nilai 0 jawaban TIDAK. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi Operasional.
No Indikator Cara Unsur Dinilai Ya Tidak
A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen yang Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di lingkungan tempat Kerja ada Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS

2 Adanya sarana pendukung pelaksanaan Mempelajari dokumen / notulen yang Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS :
PHBS di lingkungan tempat kerja ada
Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja kerja
Meja komputer
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Pembiayaan sarana
lingkungan tempat kerja Adanya Pembiayaan honor tim / pokja
Adanya Pembiayaan kegiatan PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di lingkungan tempat
kerja Adanya penanggung-jawab unit/ bagian mendapat
sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di lingkungan tempat Leaflet PHBS
kerja. Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS
Dan lainnya (sebutkan)
Jumlah Nilai Masukan
% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / 25 x 100 )

47
B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya catatan Advokasi ke pimpinan OPD
pimpinan tentang PHBS di lingkungan Adanya catatan Advokasi ke pimpinan bidang
tempat kerja oleh tim inti.
Adanya catatan Advokasi pimpinan seksi/subag

Adanya catatan Advokasi pimpinan organisasi


karyawan
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
lingkungan tempat kerja
Ada catatan pertemuan p.jawab bidang/unit

3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Sosialiasi ke karyawan secara
di lingkungan tempat kerja langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media cetak

Sosialisasi media lain (sebutkan)

4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
lingkungan tempat kerja Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Gerakan PSN
lingkungan tempat kerja
Ada catatan Gerakan keber-sihan ruangan &
halaman
Ada catatan Gerakan olahraga

Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)


6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di lingkungan tempat
Catatan keseluruhan kegiatan OPD
kerja.
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / 20 x 100 )

C Indikator Keluaran
1 Memelihara kebersihan dan kerapihan Menanyakan kepada Lantai dibersihkan tiap hari
lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai apa yang
dilakukan dalam memelihara Meja kerja ditata rapih
kebersihan dan kerapihan
lingkungan tempat kerja. Alat kerja, buku ditata rapih
Lihat dan periksa kondisi
kebersihan kerapihan lingkungan Halaman dibersihkan tiap hari ditanami tanaman
tempat kerja hijau
Pertukaran udara/ventilasi, Jendela dibuka, AC
berjalan baik
Adanya himbauan memelihara kebersihan di
lingkungan tempat kerja
2 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada karyawan/ Menggunakan air bersih, tersedia dalam jumlah
pegawai air bersih yang digunakan cukup di penampungan yang bersih.
berasal dari mana ?
Lihat dan periksa kondisi air dan Sumber air memenuhi syarat kesehatan
sumber air yang digunakan.

48
3 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ pegawai BAB / BAK di jamban yang mempunyai leher angsa
tempat buang air besar/buang air
kecil di lingkungan tempat kerja. Membersihkan jamban tiap hari, jamban bersih
Lihat dan periksa jenis jamban dan
septink tank yang ada. Juga Septink tank dibuat kedap air, minimal 10 meter
kebersihan jamban. dari sumber air bersih
Tersedia 1 jamban / 20 orang

Terpisah jamban laki / perempuan

4 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada karyawan/ Membuang sampah ke tempat sampah yang
pegawai kemana membuang tersedia
sampah.
Ada tempat sampah terpilah sampah basah,
Periksa dan amati tempat sampah
sampah kering, sampah bahan berbahaya
(apakah terpisah untuk sampah
basah,sampah kering dan bahan Ada tempat sampah berkantong plastik agar tidak
berbahaya, berplastik tercecer dan mudah dibuang

Ada tempat sampah tertutup plastik dan tertutup).


5 Mencuci tangan dengan air bersih yang Menanyakan kepada karyawan/ Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan
mengalir dan memakai sabun pegawai kapan mencuci tangan ? memakai sabun
Bagaimana cara mencuci tangan,
Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih
apakah dengan air bersih mengalir
mengalir dan sabun
serta memakai sabun.
Periksa apakah ada tempat cuci Mencuci tangan sebelum makan, sesudah BAB.
tangan dengan air bersih yang
mengalir dan sabun.
Mencuci tangan setiap kali tangan kotor

6 Mengkonsumsi makanan dari kantin di Menayakan kepada Mengkonsumsi makanan dari kantin atau tempat
lingkungan tempat kerja atau bekal dari karyawan/pegawai dimana jual makanan yang sehat / membawa bekal dari
rumah
mendapatkan makanan/ minuman rumah.
di lingkungan tempat kerja.
Periksa dan amati pengelolaan Ada kantin yang melakukan pemilihan dan
makanan di kantin, tempat-tempat pengelolaan makanan / minuman secara sehat.
penjualan makanan jajanan di
sekitar tempat kerja.

Ada tempat jual makanan di sekitar lingkungan


tempat kerja yang melakukan pemilihan dan
pengelolaan makanan / minuman secara sehat.
7 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan siapa dan berapa kali Ada jadwal untuk embersihkan bak mandi / tempat
seminggu membersih-kan bak/tem- penampungan air minimal 1 kali / minggu.
pat penam-pungan air.
Lihat di dalam dan di sekitar tempat
kerja apakah ada sarang nyamuk

Tidak ditemukan jentik nyamuk di lingkungan


tempat kerja
8 Melakukan olah raga secara teratur Menanyakan karyawan/ pegawai Ada jadwal rutin berolahraga bersama
berapa kali olah raga dalam
seminggu
Amati sarana olah raga yang ada di
tempat kerja

Tersedia sarana olahraga.

49
9 Tidak merokok di lingkungan tempat Menanyakan kepada karyawan Tidak merokok di dalam ruangan kerja
kerja merokok/ tidak.
Amati ada yang merokok dan lihat
Ada himbauan tidak merokok di dalam ruangan
di meja kerja ada asbak atau tidak.
kerja

Tidak disediakan asbak di ruangan kerja

Jumlah Nilai (Keluaran)


% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / 31 x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai keseluruhan / 76 x 100 )

50
FORMAT REKAPITULASI PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA PERKANTORAN

NAMA OPD / INSTANSI :..............................................................................


ALAMAT OPD :..................................................................
TANGGAL PEMANTAUAN
/ EVALUASI :...................................................................

Isi sesuai hasil pemantauan / evaluasi di tiap bidang / Bagian. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi
Operasional.
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di lingkungan tempat Kerja yang ada
Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS

2 Adanya sarana pendukung Mempelajari dokumen / notulen Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS
pelaksanaan PHBS di lingkungan yang ada :
tempat kerja Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja kerja
Meja komputer
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Adanya Pembiayaan sarana
lingkungan tempat kerja yang ada
Adanya Pembiayaan tim / pokja
Adanya Pembiayaan Keg. PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di lingkungan tempat yang ada
Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
kerja
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di lingkungan tempat Leaflet PHBS
kerja. Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS, dll.
Jumlah Nilai Masukan

% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / Jlh Bidang x 100)

51
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
pimpinan tentang PHBS di lingkungan yang ada OPD
tempat kerja oleh tim inti. Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
bidang
Adanya catatan Advokasi pimpinan
seksi/subag
Adanya catatan Advokasi pimpinan
organisasi karyawan
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan pertemuan penanggung-
jawab bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Sosialiasi ke karyawan
di lingkungan tempat kerja yang ada secara langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media
cetak
Sosialisasi media lain (sebutkan)
4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan
Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Gerakan PSN
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan Gerakan kebersihan
ruangan & halaman
Ada catatan Gerakan olahraga
Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)
6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di lingkungan tempat yang ada
Catatan keseluruhan kegiatan OPD
kerja.
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / jlh bidang x 100 )
C Indikator Keluaran
1 Memelihara kebersihan dan kerapihan Menanyakan kepada Lantai dibersihkan tiap hari
lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai apa
Meja kerja ditata rapih
yang dilakukan dlm
memelihara kebersihan Alat kerja, buku ditata rapih
dan kerapihan tempat Halaman dibersihkan tiap hari ditanami
kerja. tanaman hijau
Lihat dan periksa kondisi Adanya himbauan memelihara
kebersihan kerapihan kebersihan di lingkungan tempat kerja
tempat kerja
2 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada Menggunakan air bersih, tersedia dalam
karyawan/ pegawai air jumlah cukup di penampungan yang
bersih yang digunakan bersih.
berasal dari mana ? Sumber air memenuhi syarat kesehatan
Lihat dan periksa kondisi
air dan sumber air yang
digunakan.
52
3 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ BAB / BAK di jamban yang mempunyai
pegawai tempat buang air leher angsa
besar/buang air kecil di Membersihkan jamban tiap hari, jamban
lingkungan tempat kerja. bersih
Lihat dan periksa jenis Septink tank dibuat kedap air, minimal 10
jamban dan septink tank meter dari sumber air bersih
yang ada. Juga Tersedia 1 jamban / 20 orang
kebersihan jamban.
Terpisah jamban laki / perempuan
4 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada Membuang sampah ke tempat sampah
karyawan/ pegawai yang tersedia
kemana membuang Ada tempat sampah terpilah sampah
sampah. basah, sampah kering, sampah bahan
Periksa dan amati tempat berbahaya
sampah (apakah terpisah Ada tempat sampah berkantong plastik
untuk sampah agar tidak tercecer dan mudah dibuang
basah,sampah kering dan Ada tempat sampah tertutup
bahan berbahaya,
berplastik plastik dan
tertutup).
5 Mencuci tangan dengan air bersih Menanyakan kpd Mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan memakai sabun karyawan/ pegawai kapan mengalir dan memakai sabun
cuci tangan ? Tersedia tempat cuci tangan dengan air
Bagaimana cara mencuci bersih mengalir dan sabun
tangan, apakah dengan Mencuci tangan sebelum makan,
air bersih mengalir serta sesudah BAB.
memakai sabun. Mencuci tangan setiap kali tangan kotor
Periksa apakah ada
tempat cuci tangan
dengan air bersih yang
mengalir dan sabun.
6 Mengkonsumsi makanan dari kantin di Menayakan kepada Mengkonsumsi makanan dari kantin atau
lingkungan tempat kerja atau bekal dari karyawan/pegawai tempat jual makanan yang sehat /
rumah
dimana mendapatkan membawa bekal dari rumah.
makanan/ minuman di Ada kantin yang melakukan pemilihan
lingkungan tempat kerja. dan pengelolaan makanan / minuman
Periksa dan amati secara sehat.
pengelolaan makanan di Ada tempat jual makanan di sekitar
kantin, tempat-tempat lingkungan tempat kerja yang melakukan
penjualan makanan pemilihan dan pengelolaan makanan /
jajanan di sekitar tempat minuman secara sehat.
kerja.
7 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan siapa dan Ada jadwal untuk embersihkan bak
berapa kali seminggu mandi / tempat penampungan air
membersih-kan bak minimal 1 kali / minggu.
mandi/ tempat Tidak ditemukan jentik nyamuk di
penampung-an air. lingkungan tempat kerja
Lihat di dalam dan di
sekitar tempat kerja
apakah ada tempat jadi
sarang nyamuk
8 Melakukan olah raga secara teratur Menanyakan karyawan/ Ada jadwal rutin berolahraga bersama
pegawai berapa kali olah
Tersedia sarana olahraga.
raga dalam seminggu
Amati sarana olah raga
yang ada di tempat kerja

53
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
9 Tidak merokok di lingkungan tempat Menanyakan kepada Tidak merokok di dalam ruangan kerja
kerja karyawan merokok/ tidak.
Ada himbauan tidak merokok di dalam
Amati ada yang merokok
ruangan kerja
dan lihat di meja kerja ada
Tidak disediakan asbak di ruangan kerja
asbak atau tidak.
Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / Bidang x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai keseluruhan / Bidang x 100 )

54
Bagian II : PHBS di Tatanan Tempat Kerja Informal.

A. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Informal)
2. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Informal)
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja (Informal)

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya disusun oleh penulis atas rujukan Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan Tempat Kerja
(Perkantoran) yang diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010) serta sumber lainnya dengan
penambahan indikator PHBS Kesehatan dan Keselamatan Kerja..

1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Kerja (Informal)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok
sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/keluarga/ kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja merupakan salah satu
upaya strategis untuk menggerakkan dan memberdayakan para karyawan/pegawai untuk hidup bersih dan sehat.
Pembinaan PHBS di tempat kerja bertujuan untuk mengembangkan dan mendorong setiap
karyawan/pegawai untuk menerapkan PHBS di tempat kerja termasuk menupayakan lingkungan tempat kerja yang
sehat, sehingga karyawan/pegawai dapat bekerja dengan tubuh sehat. Bekerja dengan tubuh yang sehat
merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak azasi setiap karyawan/pegawai. Karena itu menjadi kewajiban
semua pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan setiap karyawan/pegawai agar tetap
sehat dan produktif dengan melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja. Lingkungan tempat kerja
yang sehat akan membuat para karyawan/pegawai merasa nyaman sehingga dapat lebih produktif. Oleh karena itu
kegiatan PHBS di tempat kerja pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang ada di lingkungan tempat kerja.
Pembinaan PHBS di Tempat Kerja dilaksanakan atas dasar Kepmenkes Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah serta Kepmenkes Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Tujuan Umum :
Memberdayakan karyawan/pegawai dan masyarakat lingkungan tempat kerja agar tahu, mau dan mampu menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
tempat kerja yang sehat.
Tujuan Khusus:
(1) Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan tempat kerja
(2) Meningkatkan produktivitas kerja
(3) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat
(4) Menurunkan angka absensi tenaga kerja
(5) Menurunkan angka penyakit akibat kerja / lingkungan kerja
(6) Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.
Manfaat :
1) Manfaat bagi Karyawan/Pegawai :
a) Meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
b) Meningkat produktivitasnya yang berdampak pada peningkatan penghasilan dan ekonomi keluarga.
c) Pengeluaran rumah tangga lebih ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
d) Meningkatnya produktivitas kerja karyawan/pegawai yang berdampak positif terhadap pencapaian target
dan tujuan.
e) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan
55
2) Manfaat bagi tempat kerja :
a) Terwujudnya tempat kerja dan lingkungan kerja yang bersih dan rapi.
b) Terhindarnya tempat kerja dan lingkungan kerja dari sumber penyakit.
c) Meningkatnya pencapaian target dan tujuan organisasi.
d) Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
3) Manfaat bagi Masyarakat
a) Mempunyai lilngkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja.
b) Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja.

Sasaran PHBS Lingkungan Tempat Kerja


1) Karyawan/Pegawai
2) Pimpinan tempat kerja
3) Masyarakat lingkungan tempat kerja

3. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja Informal.

Semua Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) diharapkan dilaksanakan karyawan/pegawai di lingkungan
tempat kerja. Ada sembilan (9) perilaku penting yang diharapkan dilakukan oleh karyawan/pegawai dan
masyarakat tempat kerja agar lingkungan tempat kerja termasuk kategori tempat kerja sehat, yaitu :
1) Memelihara kebersihan, kerapihan lingkungan tempat kerja.
2) Menggunakan air bersih.
3) Menggunakan jamban sehat.
4) Membuang sampah pada tempatnya.
5) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai sabun.
6) Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja dan/ atau membawa bekal dari rumah.
7) Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja
8) Melakukan olahraga secara teratur.
9) Tidak merokok di lingkungan tempat kerja.
10) Kesehatandan keselamatan kerja

DEFINISI OPERASIONAL
1) Memelihara kebersihan dan kerapihan lingkungan tempat kerja adalah karyawan/pegawai membersihkan
dan merapihkan sarana dan prasarana kerja setiap hari serta membuat himbauan untuk menjaga kebersihan di
lingkungan tempat kerja. Kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja berkaitan dengan kenyamanan para
karyawan/pekerja. Hal ini dapat terwujud apabila didukung dengan sarana yang memadai misalnya ketersediaan
meja kerja, lemari/rak dokumen, luas ruangan dibanding jumlah karyawan/pegawai, ventilasi udara,
pencahayaan, ruangan penyimpanan data, dsb.
2) Menggunakan air bersih adalah karyawan/pegawai menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di
lingkungan tempat kerja. Secara fisik air bersih adalah air tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Sumber air berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan,
air leding dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari sumur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC).
3) Menggunakan jamban sehat adalah karyawan/pegawai saat buang air besar dan buang air kecil
menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran.
Menggunakan jamban sehat setiap kali buang air besar dan buang air kecil dapat menjaga lingkungan di sekitar
tempat kerja menjadi bersih, sehat dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada di
sekitar lingkungan masyarakat tempat kerja serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat
menularkan penyakit seperti diare, disentri, tipus, kecacingan dan penyakit lainnya.
4) Membuang sampah pada tempatnya adalah karyawan/pegawai memilliki tempat sampah dan membuang
sampah pada tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah
56
organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga
mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia
akan sangat membantu karyawan/pegawai terhindar dari berbagai kuman penyakit. Pengelolaan sampah dari
perkantoran diharapkan dapat tuntas yaitu diikuti dengan pengolahan sampah organik, sampah non-organik dan
sampah berbahaya. Secara bertahap setiap tempat kerja minimal memiliki unit pengolahan sampah organik.
5) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun adalah karyawan/pegawai selalu
mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas
dan/atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir
akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan
kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari
kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Flu Burung.
6) Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja dan/ atau membawa bekal dari rumah
adalah karyawan/pegawai membeli dan mengkonsumsi makanan/ minuman dari kantin yang ada ditempat kerja
atau mengkonsumsi bekal yang dibawa dari rumah. Kantin di lingkungan tempat kerja atau penjual makanan
jajanan di sekitar lingkungan tempat kerja diharapkan dapat dipantau kebersihannya dalam memilih bahan
makanan dan mengolah/memasak makanan.
7) Memberantas jentik nyamuk di lingkungan tempat kerja adalah adanya upaya untuk memberantas jentik di
lingkungan tempat kerja yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk, pada tempat-tempat
penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air
dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat-tempat yang bisa menampung air
yang ada di lingkungan tempat kerja. Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja dilakukan dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), melalui kegiatan menguras dan menutup tempat-tempat penampungan
air, mengubur barang-barang bekas dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik
diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, cikungunya,
malaria dan kaki gajah.
8) Melakukan olah raga/aktivitas fisik secara teratur adalah karyawan/pegawai melakukan olah raga/aktivitas
fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik
dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olah
raga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus dan juga di ruangan kerja
berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Diharapkan secara bertahap setiap tempat
kerja memiliki minimal sarana olahraga.
9) Tidak merokok di lingkungan tempat kerja adalah karyawan/pegawai tidak merokok di lingkungan tempat
kerja. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu
batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya : Nikotin (menyebabkan
ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru- paru dan
kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh
akan mati). Tidak merokok di lingkungan tempat kerja dapat menghindarkan para karyawan/pegawai dari
kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut di atas. Tempat kerja membuat peraturan dilarang merokok di
lingkungan tempat kerja. Para karyawan/pegawai bisa saling mengawasi di antara mereka untuk tidak merokok
di lingkungan tempat kerja dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.
10) Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah tersedianya alat perlindungan kerja (Alat Pelindung Diri) untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta menjaga kesehatan pekerja. Alat tersebut bisa berupa baju,
masker, tutup kepala, tutup telinga, kacamata pelindung termasuk media peringatan adanya bahaya.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif alam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.

57
Lingkungan Tempat Kerja adalah tempat/lingkungan individu/kelompok untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari. Tempat kerja mencakup perusahaan swasta, pabrik termasuk industri
rumah tangga, serta tempat kerja lain dimana seseorang/individu/ kelompok pekerja beraktivitas.
PHBS di Lingkungan Tempat Kerja adalah upaya untuk memberdayakan para karyawan/pegawai agar tahu, mau
dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat
kerja dan lingkungan kerja yang sehat.
Tempat Kerja ber-PHBS adalah tempat kerja yang setiap individu/kelompok yang ada di dalamnya sudah
menerapkan PHBS di lingkungan tempat kerjanya (memenuhi 9 indikator PHBS di Lingkungan Tempat Kerja).

3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja Informal.


Strategi
a. Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil keputusan/kebijakan . Tujuan advokasi
adalah untuk memperoleh dukungan dan kesepakatan (dana, sarana, tenaga, dan lain lain) dalam pelaksanaan
dan penerapan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja. Advokasi dilakukan oleh jajaran kesehatan (Puskesmas)
dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mengeluarkan kebijakan tentang PHBS di lingkungan tempat
kerja. Diharapkan seluruh jajaran pengambil kebijakan menyadari betapa pentingnya mendukung penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lingkungan Tempat Kerja. Dukungan yang diharapkan dari
Pimpinan Tempat Kerja :
1) Mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
2) Menyediakan sarana untuk penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja, seperti : Sarana Olah Raga,
Kantin Sehat, Air Bersih, Jamban Sehat, Tempat cuci tangan dan sabun, Tempat sampah, Alat Pelindung
Diri (APD), Media Promosi Kesehatan di lingkungan tempat kerja.
b. Melakukan Kemiraan.
Upaya ini dilakukan untuk membangun opini karyawan/pegawai guna mendukung penerapan PHBS di
lingkungan tempat kerja. Kemitraan dilakukan oleh para pimpinan instansi, didukung Fasilitator/Kader PHBS di
lingkungan tempat kerja.
c. Melakukan Pemberdayaan Karyawan/Pegawai.
1) Sosialisasi PHBS di lingkungan tempat kerja kepada seluruh karyawan/pegawai.
2) Gerakan-gerakan sebagai implementasi PHBS di lingkungan tempat kerja sesuai dengan indikator PHBS di
lingkungan tempat kerja
3) Pemantauan implementasi indikator PHBS di lingkungan tempat kerja secara berkala. Pemantauan
dilakukan Tim Pemantau dalam hal ini bisa dikaitkan dengan Lomba, misalnya dalam rangka Peringatan
Hari Kemerdekaan. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke Lingkungan
Tempat Kerja didukung dengan melihat laporan pelaksanaan kegiatan PHBS di lingkungan tempat kerja.

Langkah- Langkah Gerakan PHBS di Tempat Kerja


a. Perencanaan
1) Pembentukan Tim Inti PHBS
Pembentukan Tim Inti PHBS, terdiri dari unsur pimpinan dan perwakilan karyawan serta unsur lainnya, yang
melaksanakan persiapan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja terutama mengenai pembagian peran
dalam pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Selanjutnya di setiap lingkungan tempat kerja dibentuk pula tim/pokja inti yang diharapkan dapat melakukan
advokasi kepada pimpinan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Sadar PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
Tim inti juga diharapkan melakukan analisis situasi PHBS di Lingkungan Tempat Kerja sebagai dasar menyusun
rencana kerja. Untuk kelancaran pelaksaan pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja, tim dapat
berkoordinasi dengan Tim Pembina PHBS Puskesmas dan/atau Dinas Kesehatan.
2) Analisis Situasi
a). Pimpinan di Tempat kerja melakukan pengkajian ulang tentang :
(1). Ada atau tidaknya komitmen dan kebijakan tentang pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
(2). Sikap dan perilaku karyawan/pegawai terhadap kebijakan tersebut.
58
b). Pengkajian/pemantauan awal PHBS di lingkungan tempat kerja, dilakukan di setiap bidang atau bagian
yang ada di perusahaan. Responden pemantauan hendaknya mencakup seluruh karyawan/pegawai di
seluruh bidang/ bagian, dipilih secara random. Jumlah responden kurang lebih 5-10% dari jumlah
karyawan/pegawai.
c). Hasil pengkajian direkapitulasi dan diolah sehingga dapat dijadikan bahan untuk menyusun rencana
kerja tim dalam upaya peningkatan PHBS di lingkungan tempat kerja.
3). Penyusunan Kebijakan PHBS di lingkungan tempat kerja
Pihak pimpinan menunjuk Kelompok Kerja (POKJA) yang bertugas menginisiasi penerapan PHBS di
lingkungan tempat kerja. POKJA melakukan dialog dengan para karyawan/pegawai tentang :
a) Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja.
b) Rencana Kebijakan tentang Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
c) Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja beserta antisipasi, kendala dan solusinya.
d) Penunjukan penanggung jawab/fasilitator PHBS di tiap unit tempat kerja dan mekanisme pengawasannya.
e) Merumuskan sosialisasi yang efektif bagikaryawan/pegawai.
f) Membentuk kelompok kerja (Pokja), menyusun kebijakan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Selanjutnya Pokja membuat kebijakan Gerakan Sadar PHBS mencakup mencakup tujuan dan cara
melaksanakannya.
4). Penyiapan Infra Struktur
a) Membuat Surat Keputusan tentang penanggung jawab dan fasilitator/pemantau PHBS di setiap unit yang
ada di lingkungan tempat kerja
b) Pelatihan bagi pengelola PHBS di lingkungan tempat kerja
c) Menyusun rencana sosialisasi penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
d) Pembuatan pesan-pesan PHBS di lingkungan tempat kerja

b. Pelaksanaan / Implementasi
1) Sosialisasi Penerapan PHBS
g) Sosialisasi konsep PHBS di lingkungan tempat kerja terhadap penanggung jawab/pemantau tiap unit
di tempat kerja.
h) Sosialisasi penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja kepada seluruh karyawan/pegawai.
i) Penempatan pesan pesan PHBS di tempat-tempat yang strategis, misalnya : poster, stiker, papan
pengumuman, dll.
2) Penerapan Gerakan Sadar PHBS
j) Penyediaan sarana dan prasarana di tempat kerja, seperti air bersih, jamban sehat, tempat cuci
tangan, sarana olah raga, kantin sehat, dll.
k) Pelaksanaan PHBS di lingkungan tempat kerja dan sanksi penerapan.
l) Pemantauan pelaksanaan PHBS di lingkungan tempat kerja dilakukan dengan mencatat pelanggaran
dan menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh tempat kerja setempat.
3) Komitmen Gerakan Sadar PHBS dari Pimpinan Perusahaan
Setiap perusahaan diharapkan berkomitmen dalam penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja. Komitmen
tersebut dapat dibuat dalam bentuk tabel.

TABEL KOMITMEN GERAKAN SADAR PHBS


No. INDIKATOR KOMITMEN
1. Memelihara kebersihan, kerapihan lingkungan tempat kerja
2. Menggunakan air bersih
3. Menggunakan jamban sehat
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai sabun
6. Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja
dan/atau membawa bekal dari rumah
59
7. Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja
8. Melakukan olahraga secara teratur
9. Tidak merokok di lingkungan tempat kerja
10. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

c. Pemantauan dan Evaluasi :


1) Pemantauan dilakukan secara periodik minimal tiga bulanan mencakup aspek masukan, proses maupun
keluaran. Pada tahapan selanjutnya apabila aspek masukan dan proses pembinaan dirasakan sudah cukup
memadai, pemantauan tiga bulanan dilakukan hanya terhadap aspek keluaran. Responden pemantauan
hendaknya mencakup seluruh karyawan/pegawai di seluruh bidang/bagian, dipilih secara random. Jumlah
responden kurang lebih 5-10% dari jumlah karyawan/pegawai.
2) Melakukan evaluasi tahunan tentang aspek masukan, proses maupun keluaran PHBS di tempat kerja
perkantoran.
3) Melakukan kajian/analisis terhadap hasil pemantauan/ evaluasi untuk mengetahui masalah serta hambatan
yang dihadapi sebagai bahan pengambilan keputusan apakah perlu penyesuaian kebijakan maupun
pelaksanaan selama ini.
4) Pemantauan terhadap indikator tertentu yang menyangkut aspek kesehatan / teknis tertentu dapat
dilakukan oleh Puskesmas.
5) Pertemuan forum komunikasi implementasi PHBS di tempat kerja sebaiknya rutin dilakukan minimal 6 bulan
sekali dibawah koordinasi Puskesmas.
Format bisa digunakan untuk pemantauan maupun evaluasi. Apabila diperlukan aspek yang dievaluasi dapat
ditambah atau diperdalam untuk mengetahui tingkat kualitas dari masing-masing unsur yang dipantau/ dinilai.

Peran serta berupa dukungan diharapkan dari :

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
1) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk peraturan/surat edaran /instruksi/himbauan tentang kebijakan
tentang pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
2) Mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
3) Memantau dan mengevalusi pelaksanaan pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja di wilayah
kerjanya
4) Membina dan mensosialisasikan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
DPRD :
1) Memberikan persetujuan anggaran kepada Gubernur/Bupati/ walikota untuk pengembangan PHBS di
Lingkungan Tempat Kerja.
2) Memantau kinerja Gubernur/Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di Lingkungan
Tempat Kerja.
Pimpinan Perusahaan
1) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang pembinaan
PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
2) Mengalokasikan dana untuk pembinaan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
3) Membantu kemajuan pencapaian sekolah sehat di Lingkungan Tempat Kerja yang dipimpinnya.
4) Membina dan mengembangkan PHBS di Lingkungan Tempat Kerja dengan pendekatan persuasif dan
pembelajaran orang dewasa.
Organisasi Karyawan/Pegawai.
1) Mengadvokasi mitra kerja/pihak ketiga untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan
PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
2) Melakukan sosialisasi PHBS di lingkungan tempat kerja.
3) Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di Lingkungan Tempat Kerja.
4) Memantau tujuan pencapaian Lingkungan Tempat Kerja yang ber-PHBS.
60
Indikator Keberhasilan
Guna mengukur keberhasilan PHBS di lingkungan tempat kerja, maka perlu ditentukan indikator keberhasilan.
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Indikator PHBS di lingkungan
tempa kerja dibagi menjadi indikator masukan, proses dan kelularan. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang
pelaksanaan. Indikator proses menggambarkan bagaimana kegiatan pembinaan PHBS dilaksanakan. Sedangkan
indikator keluaran menggambarkan pencapaian Indikator PHBS sebagai hasil kegiatan pembinaan PHBS di
lingkungan tempat kerja.
Indikator Masukan
1) Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS di lingkungan tempat kerja
2) Adanya dukungan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja
3) Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di lingkungan tempat kerja
4) Adanya Karyawan/pegawai yang telah dilatih PHBS di lingkungan tempat kerja
5) Adanya Media Pendukung untuk pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja.
Indikator Proses
1) Adanya advokasi PHBS di lingkungan tempat kerja
2) Adanya pelatihan/pertemuan fasilitator PHBS di lingkungan tempat kerja
3) Adanya sosialisasi penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
4) Adanya Rencana Kegiatan PHBS di lingkungan tempat kerja
5) Adanya Gerakan penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja
6) Adanya catatan pemantauan Gerakan Sadar PHBS di lingkungan tempat kerja.
Indikator Keluaran
Tempat kerja dan lingkungan kerja sehat, yang memenuhi 10 (sepuluh) indikator.

61
FORMAT PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA
INFORMAL

NAMA TEMPAT KERJA : ..........................................................


NAMA UNIT/BIDANG : ...........................................................
ALAMAT : ...........................................................
TANGGAL PEMANTAUAN : ...........................................................
/ EVALUASI : ..........................................................

Beri nilai 1 pada jawaban YA, nilai 0 jawaban TIDAK. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi Operasional.

No Indikator Cara Unsur Dinilai Ya Tidak


A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di lingkungan tempat Kerja Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS

2 Adanya sarana pendukung pelaksanaan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS :
PHBS di lingkungan tempat kerja
Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja kerja
Meja komputer
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Pembiayaan sarana
lingkungan tempat kerja Adanya Pembiayaan honor tim / pokja
Adanya Pembiayaan kegiatan PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di lingkungan tempat kerja
Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di lingkungan tempat Leaflet PHBS
kerja. Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS
Dan lainnya (sebutkan)
Jumlah Nilai Masukan
% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / 25 x 100 )

62
B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya catatan Advokasi ke pimpinan OPD
pimpinan tentang PHBS di lingkungan Adanya catatan Advokasi ke pimpinan bidang
tempat kerja oleh tim inti.
Adanya catatan Advokasi pimpinan
seksi/subag
Adanya catatan Advokasi pimpinan organisasi
karyawan
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
lingkungan tempat kerja
Ada catatan pertemuan p.jawab bidang/unit

3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Sosialiasi ke karyawan secara
lingkungan tempat kerja langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media cetak

Sosialisasi media lain (sebutkan)

4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
lingkungan tempat kerja Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Gerakan PSN
lingkungan tempat kerja
Ada catatan Gerakan keber-sihan ruangan &
halaman
Ada catatan Gerakan olahraga

Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)


6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di lingkungan tempat kerja.
Catatan keseluruhan kegiatan OPD
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / 20 x 100 )

C Indikator Keluaran
1 Memelihara kebersihan dan kerapihan Menanyakan kepada Lantai dibersihkan tiap hari
lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai apa yang
dilakukan dalam memelihara Meja kerja ditata rapih
kebersihan dan kerapihan
lingkungan tempat kerja. Alat kerja, buku ditata rapih
Lihat dan periksa kondisi
kebersihan kerapihan lingkungan Halaman dibersihkan tiap hari ditanami
tempat kerja tanaman hijau
Pertukaran udara/ventilasi, Jendela dibuka,
AC berjalan baik
Adanya himbauan memelihara kebersihan di
lingkungan tempat kerja
2 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada karyawan/ Menggunakan air bersih, tersedia dalam
pegawai air bersih yang digunakan jumlah cukup di penampungan yang bersih.
berasal dari mana ?
Lihat dan periksa kondisi air dan Sumber air memenuhi syarat kesehatan
sumber air yang digunakan.

63
3 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ pegawai BAB / BAK di jamban yang
tempat buang air besar/buang air mempunyai leher angsa
kecil di lingkungan tempat kerja. Membersihkan jamban tiap hari,
Lihat dan periksa jenis jamban dan jamban bersih
septink tank yang ada. Juga Septink tank dibuat kedap air, minimal
kebersihan jamban. 10 meter dari sumber air bersih
Tersedia 1 jamban / 20 orang

Terpisah jamban laki / perempuan

4 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada karyawan/ Membuang sampah ke tempat
pegawai kemana membuang sampah yang tersedia
sampah.
Ada tempat sampah terpilah sampah
Periksa dan amati tempat sampah
basah, sampah kering, sampah bahan
(apakah terpisah untuk sampah
berbahaya
basah,sampah kering dan bahan
berbahaya, berplastik Ada tempat sampah berkantong
plastik agar tidak tercecer dan mudah
dibuang
Ada tempat sampah tertutup plastik
dan tertutup).
5 Mencuci tangan dengan air bersih Menanyakan kepada karyawan/ Mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan memakai sabun pegawai kapan mencuci tangan mengalir dan memakai sabun
? Tersedia tempat cuci tangan
Bagaimana cara mencuci dengan air bersih mengalir dan
tangan, apakah dengan air sabun
bersih mengalir serta memakai Mencuci tangan sebelum makan,
sabun. sesudah BAB.
Periksa apakah ada tempat cuci
Mencuci tangan setiap kali tangan
tangan dengan air bersih yang
kotor
mengalir dan sabun.
6 Mengkonsumsi makanan dari Menayakan kepada Mengkonsumsi makanan dari
kantin di lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai dimana kantin atau tempat jual makanan
atau bekal dari rumah
mendapatkan makanan/ minuman yang sehat / membawa bekal dari
di lingkungan tempat kerja. rumah.
Periksa dan amati pengelolaan Ada kantin yang melakukan
makanan di kantin, tempat-tempat pemilihan dan pengelolaan
penjualan makanan jajanan di makanan / minuman secara
sekitar tempat kerja. sehat.
Ada tempat jual makanan di
sekitar lingkungan tempat kerja
yang melakukan pemilihan dan
pengelolaan makanan / minuman
secara sehat.
7 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan siapa dan berapa Ada jadwal untuk embersihkan
kali seminggu membersih-kan bak mandi / tempat penampungan
bak/tem- pat penam-pungan air. air minimal 1 kali / minggu.
Lihat di dalam dan di sekitar Tidak ditemukan jentik nyamuk di
tempat kerja apakah ada sarang lingkungan tempat kerja
nyamuk

64
8 Melakukan olah raga secara teratur Menanyakan karyawan/ pegawai Ada jadwal rutin berolahraga
berapa kali olah raga dalam bersama
seminggu Tersedia sarana olahraga.
Amati sarana olah raga yang ada
di tempat kerja
9 Tidak merokok di lingkungan Menanyakan kepada karyawan Tidak merokok di dalam ruangan
tempat kerja merokok/ tidak. kerja
Amati ada yang merokok dan lihat Ada himbauan tidak merokok di
di meja kerja ada asbak atau dalam ruangan kerja
tidak.
Tidak disediakan asbak di
ruangan kerja
10 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menanyakan kepada karyawan Tersedia Alat Pelindung Diri
apakah ada tersedia dan dipakai Alat Pelindung Diri (APD) dipakai
Alat Pelindung Diri (APD) secara rutin.
Amati apakah karyawan
menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD).
Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / 33 x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai keseluruhan / 78 x 100 )

65
FORMAT REKAPITULASI PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA PERKANTORAN

NAMA OPD / INSTANSI :..............................................................................


ALAMAT OPD :..................................................................
TANGGAL PEMANTAUAN
/ EVALUASI :...................................................................
Isi sesuai hasil pemantauan / evaluasi di tiap bidang / Bagian. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi
Operasional.
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di lingkungan tempat Kerja yang ada
Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS

2 Adanya sarana pendukung Mempelajari dokumen / notulen Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS
pelaksanaan PHBS di lingkungan yang ada :
tempat kerja Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja kerja
Meja komputer
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Adanya Pembiayaan sarana
lingkungan tempat kerja yang ada
Adanya Pembiayaan tim / pokja
Adanya Pembiayaan Keg. PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di lingkungan tempat yang ada
Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
kerja
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di lingkungan tempat Leaflet PHBS
kerja. Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS, dll.
Jumlah Nilai Masukan

% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / Jlh Bidang x 100)

66
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
pimpinan tentang PHBS di lingkungan yang ada OPD
tempat kerja oleh tim inti. Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
bidang
Adanya catatan Advokasi pimpinan
seksi/subag
Adanya catatan Advokasi pimpinan
organisasi karyawan
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan pertemuan penanggung-
jawab bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Sosialiasi ke karyawan
di lingkungan tempat kerja yang ada secara langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media
cetak
Sosialisasi media lain (sebutkan)
4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan
Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Gerakan PSN
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan Gerakan kebersihan
ruangan & halaman
Ada catatan Gerakan olahraga
Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)
6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di lingkungan tempat yang ada
Catatan keseluruhan kegiatan OPD
kerja.
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / jlh bidang x 100 )
C Indikator Keluaran
1 Memelihara kebersihan dan kerapihan Menanyakan kepada Lantai dibersihkan tiap hari
lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai apa
Meja kerja ditata rapih
yang dilakukan dlm
memelihara kebersihan Alat kerja, buku ditata rapih
dan kerapihan tempat Halaman dibersihkan tiap hari ditanami
kerja. tanaman hijau
Lihat dan periksa kondisi Adanya himbauan memelihara
kebersihan kerapihan kebersihan di lingkungan tempat kerja
tempat kerja
2 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada Menggunakan air bersih, tersedia dalam
karyawan/ pegawai air jumlah cukup di penampungan yang
bersih yang digunakan bersih.
berasal dari mana ? Sumber air memenuhi syarat kesehatan
Lihat dan periksa kondisi
air dan sumber air yang
digunakan.
67
3 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ BAB / BAK di jamban yang mempunyai
pegawai tempat buang air leher angsa
besar/buang air kecil di Membersihkan jamban tiap hari, jamban
lingkungan tempat kerja. bersih
Lihat dan periksa jenis Septink tank dibuat kedap air, minimal 10
jamban dan septink tank meter dari sumber air bersih
yang ada. Juga Tersedia 1 jamban / 20 orang
kebersihan jamban.
Terpisah jamban laki / perempuan
4 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada Membuang sampah ke tempat sampah
karyawan/ pegawai yang tersedia
kemana membuang Ada tempat sampah terpilah sampah
sampah. basah, sampah kering, sampah bahan
Periksa dan amati tempat berbahaya
sampah (apakah terpisah Ada tempat sampah berkantong plastik
untuk sampah agar tidak tercecer dan mudah dibuang
basah,sampah kering dan Ada tempat sampah tertutup
bahan berbahaya,
berplastik plastik dan
tertutup).
5 Mencuci tangan dengan air bersih Menanyakan kpd Mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan memakai sabun karyawan/ pegawai kapan mengalir dan memakai sabun
cuci tangan ? Tersedia tempat cuci tangan dengan air
Bagaimana cara mencuci bersih mengalir dan sabun
tangan, apakah dengan Mencuci tangan sebelum makan,
air bersih mengalir serta sesudah BAB.
memakai sabun. Mencuci tangan setiap kali tangan kotor
Periksa apakah ada
tempat cuci tangan
dengan air bersih yang
mengalir dan sabun.
6 Mengkonsumsi makanan dari kantin di Menayakan kepada Mengkonsumsi makanan dari kantin atau
lingkungan tempat kerja atau bekal dari karyawan/pegawai tempat jual makanan yang sehat /
rumah
dimana mendapatkan membawa bekal dari rumah.
makanan/ minuman di Ada kantin yang melakukan pemilihan
lingkungan tempat kerja. dan pengelolaan makanan / minuman
Periksa dan amati secara sehat.
pengelolaan makanan di Ada tempat jual makanan di sekitar
kantin, tempat-tempat lingkungan tempat kerja yang melakukan
penjualan makanan pemilihan dan pengelolaan makanan /
jajanan di sekitar tempat minuman secara sehat.
kerja.
7 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan siapa dan Ada jadwal untuk embersihkan bak
berapa kali seminggu mandi / tempat penampungan air
membersih-kan bak minimal 1 kali / minggu.
mandi/ tempat Tidak ditemukan jentik nyamuk di
penampung-an air. lingkungan tempat kerja
Lihat di dalam dan di
sekitar tempat kerja
apakah ada tempat jadi
sarang nyamuk
8 Melakukan olah raga secara teratur Menanyakan karyawan/ Ada jadwal rutin berolahraga bersama
pegawai berapa kali olah
Tersedia sarana olahraga.
raga dalam seminggu
Amati sarana olah raga
yang ada di tempat kerja

68
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
9 Tidak merokok di lingkungan tempat Menanyakan kepada Tidak merokok di dalam ruangan kerja
kerja karyawan merokok/ tidak.
Ada himbauan tidak merokok di dalam
Amati ada yang merokok
ruangan kerja
dan lihat di meja kerja ada
Tidak disediakan asbak di ruangan kerja
asbak atau tidak.
10 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menanyakan kepada Tersedia Alat Pelindung Diri
karyawan apakah ada
Alat Pelindung Diri (APD) dipakai secara
tersedia dan dipakai Alat
rutin.
Pelindung Diri (APD)
Amati apakah karyawan
menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD).
Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / Bidang x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai keseluruhan / Bidang x 100 )

C. Tugas Pendahuluan
Tugas baca, merangkum dan menyiapkan penyajian di kelas (tugas kelompok).

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa penyajian di kelas. Tugas baca, resume dan menyiapkan penyajian bahan ajar selanjutnya..

E. Referensi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2010. Petunjuk Teknis PHBS Tatanan Tempat Kerja Perkantoran.

69
BAGIAN V
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN TEMPAT – TEMPAT UMUM
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promkes di tatanan Tempat Umum (Terminal, Pasar, Mall, Mesjid).

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Umum
2. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum.
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Umum.

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Umum.
2. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum.
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Umum.

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya disusun oleh penulis atas rujukan Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan Tempat Umum
(terminal, pasar dan masjid) yang diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010) serta sumber lainnya
dengan penambahanPHBS untuk di Mall.

1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Umum.

Dalam upaya pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan antara lain di Tempat-Tempat
Umum (TTU), antara lain Terminal, Pasar, Mall, Tempat Ibadah – Mesjid.. Terminal merupakan tempat
berkumpulnya orang dalam jumlah banyak sehingga memungkinkan terjadinya penularan penyakit-penyaki tertentu.
Selain itu Terminal bisa menjadi tempat berkembang-biaknya bibit penyakit karena lingkungan yang buruk atau tidak
bersih, misalnya sampah yang berserakan jamban yang kotor, tidak tersedianya air bersih. Peningkatan PHBS di
Terminal merupakan kegiatan yang strategis untuk memutus rantai pemularan penyakit dan berkembang-biaknya
bibit penyakit.
Pasar dan Mall merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dan berkumpulnya orang dalam jumlah
banyak sehingga memungkinkan terjadinya penularan penyakit-penyaki tertentu. Selain itu pasar bisa menjadi
tempat berkembang-biaknya bibit penyakit karena lingkungan yang buruk atau tidak bersih, misalnya sampah yang
berserakan jamban yang kotor, tidak tersedianya air bersih. Peningkatan PHBS di pasar merupakan kegiatan yang
strategis untuk memutus rantai pemularan penyakit dan berkembang-biaknya bibit penyakit. Tempat Ibadah (Meskid)
adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dimana masyarakat umum/jemaah pada waktu tertentu berkumpul
melakukan ibadah keagamaan.
PHBS di pasar dikembangkan dengan pendekatan holistik yang mencakup keadaan fisik, mental dan sosial
serta lingkungan. Konsep ini melibatkan pengurus/pengelola, penjual/pedagang, pembeli dan masyarakat sekitar
untuk berperan serta secara aktif dalam mewujudkan pasar yang nyaman, bersih dan sehat. Oleh karena itu,
menggerakan dan memberdayakan pengurus/pengelola maupun pengunjung pasar untuk hidup bersih dan sehat
menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta jajaran sektor terkait termasuk lembaga swadaya
masyarakat,organisasi masyarakat, swasta dan dunia usaha. Pasar tidak begitu berbeda dengan mall (pusat
perbelanjaan), yang membedakan adalah fasilitas serta pengelola kedua tempat perbelanjaan tsb.
Tujuan
1) Mengembangkan PHBS di lingkungan tempat-tempat umum.
2) Menciptakan lingkungan tempat tempat umum yang bersih dan sehat.
3) Mencegah terjadinya penyebaran penyakit di lingkungan tempat-tempat umum.

70
Sasaran
Sasaran PHBS di Terminal, meliputi :
1) Sasan primer : Penumpang, pedangang, pengunjung,dan awak kendaraan
2) Sasaran sekunder : Pengelola Terminal, petugas kebersihan, petugas keamanan.
3) Sasaran tersier : Kepala Dinas Terminal, Kepala Dinas Kebersihan, Camat, Lurah/Kepala Desa.

Sasaran PHBS di Pasar / Mall adalah :


1) Sasaran primer : Pedagang/penjual, pembeli/pengunjung pasar.
2) Sasaran sekunder : Pengelola pasar, petugas kebersihan, petugas keamanan.
3) Sasaran tersier : Kepala Dinas Pasar, Kepala Dinas Kebersihan, Camat, Lurah/Kepala Desa.

Sasaran PHBS di tempat ibadah – masjid adalah :


1) Sasaran Primer : Jemaah/pengunjung/ masyarakat
2) Sasaran Sekunder : Pengurus mesjid, DKM, DMI, DKMT
3) Sasaran Tertier : Ketua RT, RW, Lurah/Kades, Camat, Ka. KUA, Ka.MUI

2. Indikator PHBS di Tempat-Tempat Umum

Indikator PHBS di Tempat-Tempat Umum adalah :


1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban sehat
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di area tertutup/ruangan di Terminal termasuk di dalam kendaraan
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk

Definisi Operasional

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sendiri sehingga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.
Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah sararana yang disediakan oleh badan, pemerintah, swasta atau perorangan
yang menghasilkan sesuatu untuk atau yang langsung dapat digunakan oleh umum.
Peningkatan PHBS di TTU adalah suatu upaya membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
meyarakat di tempat-tempat umum. Masyarakat diharapkan mampu mengenali masalah, mengatasi, memelihara,
meningkatkan dan melindungi kasehatannya. Selain untuk diri sendiri, jugadiharapkan masyarakat dapat
meneruskan proses pembalajaran bagi keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal masing-masing.
Terminal adalah suatu tempat yang dijadikan sebagai fasilitas keberangkatan dan kedatangan lalu lintas
kendaraan umum antar daerah yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan sebagai Terminal.

1) Menggunakan Air Bersih adalah semua orang yang beraktifitas di TTU meliputi: penumpang
/pengunjung/awak bus, pedagang pengelola Terminal, pengunjung pasar/mall serta pengunjung masjid
menggunakan air bersih yang memenuhi syarat fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau)
yang berasal dari air sumur terlindungi, air pompa, mata air terlindungi, penampungan air hujan, dan air ledeng.
Sumber air bersih antara lain sumur air pompa, sumur gali, mata air terlindungi, yang berjarak 10 meter dari
tempat penampungan kotoran/limbah/WC.
2) Menggunakan Jamban Sehat adalah semua orang yang beraktifitas di lingkungan TTU menggunakan
jamban/WC/kakus leher angsa dengan septic-tank, yang dipisah antara laki-laki dengan perempuan.
3) Membuang Sampah Pada Tempatnya adalah semua orang yang beraktifitas di lingkungan TTU membuang
sampah pada tempat sampah tersedia yang pada bagian dalamnya dilapisi plastic dan tertutup.

71
4) Tidak merokok di area yang tertutup/ruangan di lingkungan TTU adalah semua orang yang beraktifitas di
lingkungan TTU tidak merokok di setiap area yang tertutup/ ruangan termasuk di dalam kendaraan.
5) Tidak meludah sembarangan adalah semua orang di lingkungan TTU tidak meludah di sembarang tempat.
Membuang ludah di tempat sampah atau pergi ke toilet.
6) Memberantas jentik nyamuk di TTU adalah pengelola lingkungan TTU (petugas kebersihan) melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan TTU 1 kali dalam seminggu agar tidak terdapat jentik nyamuk
pada tempat-tempat penampung air, bak mandi, talang air, dan barang-barang bekas/tempat-tempat yang bisa
menampung air.

3. Strategi Dan Langkah-Langkah Dalam Meningkatkan PHBS Lingkungan TTU.

a. Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil keputusan/kebijakan untuk memperoleh
dukungan dan kesepakatan (kebijakan, dana, sarana, tenaga, dan lain-lain) dalam pelaksanaan dan
penerapan PHBS di TTU.
b. Melakkukan Kemitraan yaitu upaya yang dilakukan untuk membangun opini masyarakat serta mendorong para
pelaksana guna mendukung penerapan PHBS di TTU. Ditujukan bagi petugas Dinas Kesehatan/ puskesmas
bersama dengan pengelola TTU dan sektor terkait termasuk tokoh-tokoh masyarakat dan unsur aparat
kewilayahan di tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan dengan memanfaatkan media-media dan
kesempatan-kesempatan yang ada.
c. Melakukan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antaralain sosialisasi PHBS di TTU kepada
seluruh orang yang beraktifitas atau mendatangi TTU. Gerakan-gerakan sebagai implementasi PHBS di TTU,
sesuai dengan indikator PHBS di TTU..
Pemantauan implementasi indikator PHBS di TTU sebaiknya dilakukan secara berkala setahun 2 kali, sehingga
berkesinambungan. Pemantauan di lakukan oleh pengelola TTU bersama petugas kesehatan. Hasil pemantauan
dibahas pengelola TTU bersama petugas kesehatan. Hasil pemantauan dibahas bersama pengelola TTU dan
menjadi data sebagai bahan upaya peningkatan PHBS TTU di Dinas kesehatan/ puskesmas.

Indikator Keberhasilan
Indikator Masukan
1) Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS di TTU
2) Adanya tim/pokja pelaksanaan PHBS di TTU
3) Adanya dukungan pembiayaan kegiatan PHBS di TTU.
4) Adanya media pendukung untuk pembinaan PHBS di TTU.
Indikator Proses
1) Adanya advokasi PHBS TTU.
2) Adanya sosialisasi PHBS TTU.
3) Adanya rencana kegiatan PHBS TTU.
4) Adanya penyuluhan PHBS TTU.
5) Adanya pemantauan PHBS TTU.
6) Adanya pencatatan perkembangan peningkatan PHBS di TTU.
Indikator Keluaran
1) Indikator gabungan adalah persentase PHBS yang dihitung dari jumlah TTU yang memenuhi seluruh indikator
PHBS dibagi jumlah seluruh TTU yang ada di suatu wilayah dikalikan 100%.
2) Indikator Tunggal yaitu adanya persentase dari setiap indikator PHBS di TTU. Mancakup :
a) Persentase penggunaan air bersih.
b) Persentase penggunaan jamban sehat.
c) Persentase membuang sampah pada tempatnya.
d) Persentase tidak merokok di Terminal.
e) Persentase tidak meludah sembarangan.
f) Persentase kegiatan pemberantasan jentik
72
FORMAT PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI LINGKUNGAN TEMPAT
TEMPAT UMUM (TTU)

NAMA TTU : ..........................................................


NAMA UNIT/BIDANG : ...........................................................
ALAMAT : ...........................................................
TANGGAL PEMANTAUAN : ...........................................................
/ EVALUASI : ..........................................................

Beri nilai 1 pada jawaban YA, nilai 0 jawaban TIDAK. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi Operasional.

No Indikator Cara Unsur Dinilai Ya Tidak


A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di lingkungan TTU Adanya SK mekanisme pelaksanaan
PHBS
2 Adanya sarana pendukung pelaksanaan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS
PHBS di lingkungan TTU :
Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Ventilasi
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Pembiayaan sarana
lingkungan TTU
Adanya Pembiayaan honor tim / pokja
Adanya Pembiayaan kegiatan PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di lingkungan TTU
Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di lingkungan TTU. Leaflet PHBS
Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS
Dan lainnya (sebutkan)
Jumlah Nilai Masukan
% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / 20 x 100 )

B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen yang Adanya catatan Advokasi ke
pimpinan tentang PHBS di ada pimpinan OPD
lingkungan TTU oleh tim inti. Adanya catatan Advokasi ke
pimpinan bidang
Adanya catatan Advokasi pimpinan
seksi/subag
Adanya catatan Advokasi pimpinan
organisasi karyawan
73
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS Mempelajari dokumen / notulen yang Ada catatan pertemuan tim/Pokja
di lingkungan TTU ada PHBS
Ada catatan pertemuan penanggung
jawab bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS Mempelajari dokumen / notulen yang Ada catatan Sosialiasi ke karyawan
di lingkungan TTU ada secara langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui
media cetak
Sosialisasi media lain (sebutkan)
4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
lingkungan TTU ada Ada catatan Rencana kerja
Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja
Kegiatan Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS Mempelajari dokumen / notulen yang Ada catatan Gerakan PSN
di lingkungan TTU ada
Ada catatan Gerakan kebersihan
ruangan & halaman
Ada catatan Gerakan olahraga
Ada catatan Gerakan lain
(sebutkan)
6 Adanya catatan pemantauan Mempelajari dokumen / notulen yang Catatan di setiap bidang
Gerakan Sadar PHBS di lingkungan ada
Catatan keseluruhan kegiatan TTU
TTU
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / 20 x 100 )

C KELUARAN
1 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada karyawan/ Menggunakan air bersih, jumlah
pegawai air bersih yang cukup
digunakan berasal dari mana ? Sumber air memenuhi syarat
Lihat dan periksa kondisi air kesehatan
dan sumber air yang digunakan.
2 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ Menggunakan leher angsa
pegawai tempat buang air Jamban bersih
besar/buang air kecil di Septik tank memenuhi syarat
lingkungan tempat kerja. Rasio 1 jamban / 20 orang
Lihat dan periksa jenis jamban Laki2 dan perempuan terpisah
dan septink tank yang ada.
Juga kebersihan jamban.
3 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada karyawan/ Buang sampah ke tempatnya
pegawai kemana membuang Tempat sampah terpilah basah dan
sampah. kering, bahan berbahaya
Sampah dibuang ke kantong plastik
Periksa dan amati tempat
Tempat sampah tertutup
sampah (apakah terpisah untuk
sampah basah,sampah kering
dan bahan berbahaya,
berplastik
4 Tidak merokok di lingkungan TTU Menanyakan kepada karyawan Tidak merokok di ruang tertutup
merokok/ tidak. Ada himbauan tidak merokok
Amati ada yang merokok dan Tidak disediakan asbak
lihat di meja kerja ada asbak
atau tidak.

74
5 Tidak meludah sembarangan Menanyakan kepada karyawan Tidak meludah sembarangan
apakah ada Ada himbauan tidak meludah
pengunjung/karyawan yang sembarangan
meludah sembarangan
Amati apakah ada yang
meludah sembarangan atau
tidak.
6 Memberantas Jentik nyamuk Menanyakan siapa dan berapa Ada jadwal bersihkan jentik (PSN)
kali seminggu membersih-kan Tidak ditemukan jentik
bak/tem-pat penampungan air.
Lihat di dalam dan di sekitar
TTU tempat kerja apakah ada
sarang nyamuk
Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / 31 x
100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai
keseluruhan / 76 x 100 )

C. Tugas Pendahuluan
Tugas baca, merangkum dan menyiapkan penyajian di kelas (tugas kelompok).

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa penyajian di kelas. Tugas baca, resume dan menyiapkan penyajian bahan ajar selanjutnya..

E. Referensi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2010. Petunjuk Teknis PHBS Tatanan Tempat Tempat Umum (Terminal,
Pasar, Mesjid).

75
BAGIAN VI
PROMOSI KESEHATAN DI TATANAN ISTITUSI KESEHATAN
Konsep, indikator, langkah pelaksanaan promkes di tatanan Institusi Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dsb.)

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Konsep Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Kesehatan
2. Indikator PHBS di Tatanan Institusi Kesehatan.
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Kesehatan

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Tempat Institusi Kesehatan
2. Indikator PHBS di Tatanan Institusi Kesehatan
3. Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Tatanan Institusi Kesehatan

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya disusun oleh penulis atas rujukan Petunjuk Teknis PHBS di Tatanan Institusi Kesehatan
diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010) serta sumber lainnya. Uraian ini membahas segi praktis
bagaimana upaya meningkatkan PGBS di Tatanan Institusi Kesehatan

1. Konsep Peningkatan PHBS di Tatanan Institusi Kesehatan.


Mengembangkan dan mendorong setiap karyawan/pegawai Puskesmas/Puskesmas Pembantu/Polindes
untuk menerapkan PHBS di Puskesmas/Puskesmas Pembantu/Polindes termasuk mengupayakan lingkungan
tempat kerja yang sehat, sehingga karyawan/pegawai dapat bekerja dengan tubuh sehat. Bekerja dengan tubuh
yang sehat merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak azasi setiap karyawan/pegawai. Karena itu menjadi
kewajiban semua pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan setiap karyawan/pegawai
agar tetap sehat dan produktif dengan melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan Institusi Kesehatan.
Lingkungan Institusi Kesehatan yang sehat akan membuat para karyawan/pegawai merasa nyaman sehingga dapat
lebih produktif. Oleh karena itu kegiatan PHBS di Institusi Kesehatan pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang
ada di Institusi Kesehatan.
Upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan mempunyai tujuan:
Tujuan Umum : Memberdayakan petugas dan masyarakat lingkungan Institusi Kesehatan agar tahu, mau dan
mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan
Institusi Kesehatan yang sehat.
Tujuan Khusus :
1) Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di Institusi Kesehatan.
2) Meningkatkan produktivitas kerja.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
4) Menurunkan angka penyakit akibat kerja/lingkungan kerja.
5) Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat dalam ber PHBS.
Manfaat :
1) Manfaat bagi karyawan/pegawai :
a) Meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b) Meningkat produktivitasnya yang berdampak pada peningkatan penghasilan dan ekonomi keluarga.
c) Pengeluaran rumah tangga lebih ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
d) Meningkatnya produktivitas kerja karyawan/pegawai yang berdampak positif terhadap pencapaian target
dan tujuan.
e) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.
76
2) Manfaat bagi Institusi Kesehatan
a) Terwujudnya Institusi Kesehatan dan lingkungan yang bersih dan rapi.
b) Terhindarnya Institusi Kesehatan dan lingkungannya dari sumber penyakit.
c) Meningkatnya pencapaian target dan tujuan organisasi.
d) Meningkatnya citra Institusi Kesehatan yang positif.
3) Manfaat bagi Masyarakat
a) Mempunyai lingkungan Institusi Kesehatan yang sehat.
b) Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh Institusi Kesehatan.
4) Manfaat bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
a) Institusi Kesehatan yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang
baik.
b) Anggaran untuk pengobatan penyakit/masalah kesehatan para petugas bisa dialihkn untuk peningkatan
kesejahteraan karyawan/pegawai.
c) Dapat dijadikan Pusat Pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.

Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan


1) Karyawan/Pegawai Institusi Kesehatan
2) Pimpinan Institusi Kesehatan
3) Masyarakat pengunjung/klien Institusi Kesehatan

Pengorganisasian
Pembinaan PHBS di Lingkungan Institusi Kesehatan dapat berjalan optimal bila ada pengorganisasian kegiatan
PHBS. Pengorganisasian di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota menyatu dalam Tim PHBS secara keseluruhan (bisa
menyatu dalam Tim/Forum Kabupaten/Kota Siaga Sehat). Sedangkan di setiap Institusi Kesehatan perlu ditunjuk
Penanggung Jawab sekaligus Fasilitator pembinaan PHBS.

2. Indikator PHBS di Institusi Kesehatan.

PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu,
mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Institusi
Kesehatan Sehat. Ada 7 (tujuh) perilaku penting yang diharapkan dilakukan oleh karyawan/pegawai dan masyarakat
Institusi Kesehatan agar lingkungan Institusi Kesehatan termasuk kategori tempat kerja sehat, yaitu :
1) Menggunakan air bersih.
2) Mencuci tangan dengn air bersih yang mengalir memakai sabun.
3) Menggunakan jamban sehat.
4) Membuang sampah pada tempatnya.
5) Tidak merokok di Institusi Kesehatan.
6) Tidak meludah sembarangan.
7) Memberantas jentik nyamuk dengan ikut membantu masyarakat di Institusi Kesehatan saat Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN).
8) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Definisi Operasional
1) Menggunakan air bersih adalah karyawan/pegawai menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di
Institusi Kesehatan. Secara fisik air bersih adalah air tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Sumber air berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng
dan air dalam kemasn (sumber air berasal dari sumur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10
meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC).
2) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun adalah karyawan/pegawai selalu
mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas
77
dan/atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang
mengalirkan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain
membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih
dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, tipus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Flu Burung serta penularan antar
pengunjung melalui tangan petugas.
3) Menggunakan jamban sehat adalah karyawan/pegawai saat buang air besar dan buang air kecil
menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran.
Menggunakan jamban sehat setiap kali buang air besar dan buang air kecil dapat berbau. Mengapa lingkungan
di sekitar Institusi Kesehatan menjadi bersih dan tidak berbau. Di samping itu tidak mencemari sumber air yang
ada di sekitar lingkungan masyarakat tempat kerja serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat
menularkan penyakit seperti diare, disentri, tipus, kecacingan dan penyakit lainnya.
4) Membuang sampah pada tempatnya adalah karyawan/pegawai memiliki tempat sampah dan membuang
sampah pada tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpiliah antara sampah
organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga
mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia
akan sangat membantu karyawan/pegawai terhindar dari berbagai kuman penyakit. Pengelolaan sampah dari
perkantoran diharapkan dapat tuntas yaitu diikuti dengan pengolahan sampah organik, sampah non-organik dan
sampah berbahaya. Secara bertahap setiap tempat kerja perkantoran minimal memiliki unit pengolahan sampah
organik. Sampah medis hendaknya di kelola sesuai dengan ketentuan yaitu dihancurkan dengan incinerator.
5) Tidak merokok di lingkungn Institusi Kesehatan adalah karyawan/pegawai tidak merokok di Institusi
Kesehatan. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu
batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya : Nikotin (menyebabkan
ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan
kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh
akan mati). tidk merokok di Institusi Kesehatan dapat menghindarkan para karyawan/pegawi dari kemungkinan
terkena penyakit-penyakit tersebut di atas. Tempat kerja membuat peraturan dilarang merokok di Institusi
Kesehatan. Para karyawan/pegawai bisa saling mengawasi di antara mereka untuk tidak merokok di Institusi
Kesehatan dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.
6) Tidak meludah sembarangan adalah karyawan/pegawai tidak meludah sembarangan dan meludah di tempat
yang telah disediakan.
7) Memberantas jentik nyamuk di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberantas jentik di lingkungan
Institusi Kesehatan yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk, pada tempattempat penampungan
air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah
pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempattempat yang bisa menampung air yang ada di Institusi
Kesehatan. Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), melalui kegiatan menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barangbarang
bekas dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena
penyakit akibat gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, cikungunya, malaria dan kaki gajah.
8) Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah tersedianya alat perlindungan kerja (Alat Pelindung Diri) untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta menjaga kesehatan pekerja. Alat tersebut bisa berupa baju,
masker, tutup kepala, tutup telinga, kacamata pelindung termasuk media peringatan adanya bahaya.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalm bidang
kesehatan dan berperan aktif alam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
Institusi Kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/Swasta, atau Perorangan yang
digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti : Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan klinik Swsta.

78
PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan para karyawan/pegawai/pengunjung agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam mewujudkan
tempat kerja dan lingkungan kerja yang sehat.

3. Strategi Dan Langkah-Langkah PHBS di Institusi Kesehatan

Strategi
a. Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil keputusan/kebijakan. Tujuan advokasi
adalah untuk memperoleh dukungan dan kesepakatan (dana, sarana, tenaga, dan lain-lain) dalam pelaksanaan
dan penerapan PHBS Institusi Kesehatan. Advokasi dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan beserta jajarannya
kepada Gubernur/Bupati/Walikota/Camat/Kepala Desa-Kelurahan untuk mengeluarkan kebijakan tentang PHBS
di Institusi Kesehatan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar mendukung pelaksanaan PHBS di
Institusi Kesehatan. Diharapkan seluruh jajaran pengambil kebijakan menyadari betapa pentingnya mendukung
penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan. Dukungan yang diharapkan, sebagai
berikut :
a. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
a) Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan, berupa peraturan, surat
edaran/instruksi/himbauan, termasuk dukungan dana.
b) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan di wilayah
kerjanya.
b. Pimpinan Institusi Kesehatan :
c) Mengeluarkan kebijkan untuk melaksanakan pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.
d) Menyediakan sarana untuk penerapan PHBS di Institusi Kesehatan, seperti : Jamban Sehat, Tempat
cuci tangan dan sabun, Tempat sampah, Tempat membuang ludah, Media Promosi Kesehatan di
Intitusi Kesehatan, Sarana Olah raga, Kantin Sehat.
b. Melakukan Kemitraan. Upaya ini dilakukan untuk membangun opini karyawan/pegawai guna mendukung
penerapan PHBS di Institusi Kesehatan. Kemitraan dilakukan oleh para pimpinan Institusi Kesehatan, didukung
Fasilitator/Kader PHBS di Institusi Kesehatan.
c. Melakukan Pemberdayaan Karyawan/Pegawai
e) Sosialisasi PHBS di Institusi Kesehatan kepada seluruh karyawan/pegawai
f) Gerakan-gerakan sebagai implementasi PHBS di Institusi Kesehatan sesuai dengan indikator PHBS di
Institusi
g) Kesehatan.
h) Pemantauan implementasi indikator PHBS di Institusi Kesehatan secara berkala. Pemantauan
dilakukan oleh Tim Pemantau dalam hal ini bisa dikaitkan dengan Lomba, misalnya dalam rangka
Peringatan Hari Kemerdekaan. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke
Institusi Kesehatan didukung dengan melihat laporan pelaksanaan kegiatan PHBS di Institusi
Kesehatan.

Langkah-Langkah Gerakan PHBS di Intitusi Kesehatan

a. Perencanaan
1) Pembentukan Tim Inti PHBS. Pembentukan Tim Inti PHBS, terdiri dari unsur sekretariat daerah, Dinas
Kesehatan, Badan pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), DPRD dan TP-PKK serta unsur lainnya,
yang melaksanakan persiapan pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan terutama mengenai pembagian
peran dalam pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan. Tim ini juga melakukan pembinaan tatanan PHBS
lainnya. Selanjutnya di setiap Institusi Kesehatan dibentuk pula tim/pokja inti yang diharapkan dapat
melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Sadar PHBS di Institusi
Kesehatan. Tim inti juga diharapkan melakukan analisis situasi PHBS di Institusi Kesehatan sebagai dasar

79
menyusun rencana kerja. Untuk kelancaran pelaksanaan pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan, Tim
dapat berkoordinasi dengan Tim Pembina PHBS Provinsi/Kabupaten-Kota serta Dinas Kesehatan.
2) Analisis Situasi
a) Pimpinan di Institusi Kesehatan melakukan pengkajian ulang tentang :
 Ada atau tidaknya komitmen dan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Intitusi Kesehatan.
 Sikap dan perilaku karyawan/pegawai terhadap kebijakan tersebut.
b) Pengkajian/pemantauan awal PHBS di Institusi Kesehatan, dilakukan di setiap bidang atau bagian
yang ada di masing-masing Unit Kerja/Bagian/Bidang. Responden pemantau hendaknya mencakup
seluruh karyawan/pegawai di seluruh bidang/bagian, dipilih secara random. Jumlah responden kurang
lebih 5-10% dari jumlah karyawan/pegawai.
c) Hasil pengkajian direkapitulasi dan diolah sehingga dapat dijadikan bahan untuk menyusun rencana
kerja tim dalam upaya peningkatan PHBS di Institusi Kesehatan.
3) Penyusunan Kebijakan PHBS di Institusi Kesehatan. Pihak pimpinan menunjuk Kelompok Kerja (Pokja)
atau tim/Petugas yang bertugas menginisiasi penerapan PHBS Institusi Kesehatan POKJA melakukan
dialog dengan para karyawan/pegawai tentang :
a) Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS Institusi Kesehatan.
b) Rencana Kebijakan tentang Penerapan PHBS Institusi Kesehatan.
c) Penerapan PHBS Institusi Kesehatan beserta antisipasi, kendala dan solusinya.
d) Penunjukan penanggung jawab/fasilitator PHBS Intitusi Kesehatan dan mekanisme pengawasannya.
e) Merumuskan sosialisasi yang efektif bagi karyawan/pegawai.
f) Membentuk kelompok kerja, menyusun kebijakan PHBS Institusi Kesehatan
g) Selanjutnya Pokja membuat kebijakan Gerakan Sadar PHBS mencakup tujuan dan cara
melaksanakannya.
4) Penyiapan Infra Struktur
a) Membuat Surat Keputusan tentang penanggung jawab
b) Menyusun rencana sosialisasi penerapan PHBS Institusi Kesehatan.
c) Pembuatan pesan-pesan PHBS Institusi Kesehatan.

b. Pelaksanaan/Implementasi

1) Sosialisasi penerapan PHBS


a) Sosialsasi penerapan PHBS Institusi Kesehatan kepada seluruh karyawan/pegawai.
b) Penempatan pesan-pesan PHBS di tempattempat yang strategis, misalnya : poster, stiker, papan
pengumuman, dll.
2) Penerapan Gerakan Sadar PHBS
a) Penyediaan sarana dan prasarana di Institusi Kesehatan, seperti air bersih, jamban sehat, tempat cuci
tangan, tempat sampah, tempat buang ludah, peringatan tidak merokok, dan sebagainya.
b) Pelaksanaan PHBS Institusi Kesehatan dan sanksi penerapan. Pemantauan pelaksanaan PHBS
Intitusi Kesehatan dilakukan dengan mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan oleh Institusi Kesehatan setempat.
3) Komitmen Gerakan Sadar PHBS
Setiap Intitusi Kesehatan diharapkan berkomitmen dalam penerapan PHBS di Institusi Kesehatan.
Komitmen tersebut dapat dibuat dalam bentuk tabel.

80
TABEL KOMITMEN GERAKAN SADAR PHBS

Indikator Komitmen
1. Menggunakan air bersih
2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai
sabun
3. Menggunakan jamban sehat
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Tidak merokok di Institusi Kesehatan.
6. Tidak meludah sembarangan
7. Memberantas jentik nyamuk dengan ikut membantu
masyarakat di Institusi Kesehatan saat Pemberantasan
Sarang nyamuk (PSN).
8. Kesehatan dan Keselamatan Kerja *
9. Memelihara kebersihan dan kerapihan di lingkungan institusi
kesehatan *
Keterangan : * tambahan indikator yang menurut penulis diperlukan di institusi kesehatan.

c. Pemantauan dan Evaluasi :


1) Pemantauan dilakukan secara periodik minimal tiga bulanan mencakup aspek masukan, proses maupun
keluaran. Pada tahapan selanjutnya apabila aspek masukan dan proses pembinaan dirasakan sudah
cukup memadai, pemantauan tiga bulanan dilakukan hanya terhadap aspek keluaran. Responden
pemantauan hendaknya mencakup seluruh karyawan/pegawai di seluruh bidang/bagian, dipilih secara
random. Jumlah responden kurang lebih 5-10% dari jumlah karyawan/pegawai.
2) Melakukan evaluasi tahunan tentang aspek masukan, proses maupun keluaran PHBS di Institusi
Kesehatan.
3) Melakukan kajian/analisis terhadap hasil pemantauan/ evaluasi untuk mengetahui masalah serta yang
dihadapi sebagai bahan pengambilan keputusan apakah perlu penyesuaian kebijakan maupun pelaksanaan
selama ini.
4) Pertemuan Forum Komunikasi Implementasi PHBS di Institusi Kesehatan sebaiknya rutin dilakukan minimal
6 (enam) bulan sekali di bawah koordinasi Tim Pembina. Format yang tercantum dalam lampiran bisa
digunakan untuk pemantauan maupun evaluasi. Apabila diperlukan aspek yang dievaluasi dapat ditambah
atau diperdalam untuk mengetahui tingkat dari masing-masing unsur yang dipantau/dinilai.

Peran Serta Dari Stake-Holders Dalam Mendukung Pembinaan PHBS Di Institusi Kesehatan
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambilan keputusan seperti Bupati/Walikota/Camat/Kepala Desa,
Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD dan lintas sektor terkait sangat penting untuk pembinaan
PHBS di Institusi Kesehatan. Di samping itu peran dari berbagai pihak terkait, dalam hal ini Organisasi
Karyawan/Pegawai, serta peran aktif dari karyawan/pegawai yang mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
juga turut menentukan bagi terwujudnya Institusi Kesehatan yang ber-PHBS.
Peran serta berupa dukungan diharapkan dari :
1) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :
a) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk peraturan/surat edaran/instruksi/himbauan tentang pembinaan
PHBS di Institusi Kesehatan.
b) Mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS Intitusi Kesehatan.
c) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan di wilayah kerjanya.
d) Membina dan mensosialisasikan PHBS di Institusi Kesehatan.
2) DPRD :
a) Memberikan persetujuan anggaran kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk pengembangan PHBS di
Institusi Kesehatan.
81
b) Memantau kinerja Gubernur/Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di Institusi
Kesehatan.
3) Pimpinan OPD/Instansi
a) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang pembinaan
PHBS Institusi Kesehatan.
b) Mengalokasikan dana untuk pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.
c) Membantu kemajuan pencapaian PHBS di Institusi Kesehatan yang dipimpinnya.
d) membina dan mengembangkan PHBS di Institusi Kesehatan dengan pendekatan persuatif dan
pembelajaran orang dewasa.
4) Organisasi Karyawan/Pegawai
a) Mengadvokasi mitra/kerja ketiga untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS
di Institusi Kesehatan.
b) Melakukan sosialisasi PHBS di Institusi Kesehatan.
c) Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di Institusi Kesehatan.
d) Memantau t tujuan pencapaian Institusi Kesehatan yang ber-PHBS.

Indikator Keberhasilan
Guna mengukur keberhasilan PHBS di Institusi Kesehatan, maka perlu ditentukan indikator keberhasilan.
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Indikator PHBS di Institusi
Kesehatan dibagi menjadi indikator masukan, proses dan keluaran. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang
pelaksanaan. Indikator proses menggambarkan bagaimana kegiatan pembinaan PHBS dilaksanakan. Sedangkan
indikator keluaran menggambarkan pencapaian Indikator PHBS sesuati hasil kegiatan pembinaan PHBS di Institusi
Kesehatan.
Indikator Masukan
1) Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS di Institusi Kesehatan.
2) Adanya dukungan pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.
3) Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Institusi Kesehatan.
4) Adanya Karyawan/Pegawai yang telah dilatih PHBS di Institusi Kesehatan.
5) Adanya Media Pendukung untuk pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.
Indikator Proses
1) Adanya advokasi PHBS di Institusi Kesehatan
2) Adanya pelatihan/pertemuan fasilitator PHBS di Institusi Kesehatan
3) Adanya sosialisasi penerapan PHBS di Institusi Kesehatan
4) Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Institusi Kesehatan
5) Adannya Gerakan penerapan PHBS di Institusi Kesehatan
6) Adanya catatan pemantauan Gerakan Sadar PHBS di Institusi Kesehatan.
Indikator Keluaran
Institusi Kesehatan Sehat, yang memenuhi 7 (tujuh) indikator.
1) Menggunakan air bersih
2) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai sabun
3) Menggunakan jamban sehat
4) Membuang sampah pada tempatnya
5) Tidak merokok di Institusi Kesehatan
6) Tidak meludah sembarangan
7) Memberantas jentik nyamuk dengan ikut membantu masyarakat di Institusi Kesehatan saat Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN).
8) Kesehatan dan keselamatan kerja *
9) Memelihara kebersihan dan kerapihan di lingkungan institusi kesehatan *

82
FORMAT PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI INSTITUSI KESEHATAN

NAMA TEMPAT KERJA : ..........................................................


NAMA UNIT/BIDANG : ...........................................................
ALAMAT : ...........................................................
TANGGAL PEMANTAUAN : ...........................................................
/ EVALUASI : ..........................................................

Beri nilai 1 pada jawaban YA, nilai 0 jawaban TIDAK. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi Operasional.

No Indikator Cara Unsur Dinilai Ya Tidak


A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di Institusi Kesehatan Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS

2 Adanya sarana pendukung pelaksanaan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS :
PHBS di Institusi Kesehatan
Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Tempat buang ludah
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Pembiayaan sarana
Institusi Kesehatan Adanya Pembiayaan honor tim / pokja
Adanya Pembiayaan kegiatan PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di Institusi Kesehatan
Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan. Leaflet PHBS
Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS
Dan lainnya (sebutkan)
Jumlah Nilai Masukan
% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / 23 x 100 )

83
B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen yang ada Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
pimpinan tentang PHBS di Institusi Institusi Kesehatan
Kesehatan oleh tim inti. Adanya catatan Advokasi ke pimpinan bidang
Adanya catatan Advokasi pimpinan
seksi/subag
Adanya catatan Advokasi pimpinan organisasi
karyawan
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
Institusi Kesehatan
Ada catatan pertemuan penanggung jawab
bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Sosialiasi ke karyawan secara
Institusi Kesehatan langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media cetak

Sosialisasi media lain (sebutkan)

4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
Institusi Kesehatan Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen yang ada Ada catatan Gerakan PSN
Institusi Kesehatan
Ada catatan Gerakan kebersihan ruangan &
halaman
Ada catatan Gerakan olahraga

Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)

6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen yang ada Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di Institusi Kesehatan
Catatan keseluruhan kegiatan Institusi
Kesehatan
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / 20 x 100 )

C Indikator Keluaran
1 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada karyawan/ Menggunakan air bersih, tersedia dalam
pegawai air bersih yang digunakan jumlah cukup di penampungan yang bersih.
berasal dari mana ? Sumber air memenuhi syarat kesehatan
Lihat dan periksa kondisi air dan
sumber air yang digunakan.
2 Mencuci tangan dengan air bersih yang Menanyakan kepada karyawan/ Mencuci tangan dengan air bersih mengalir
mengalir dan memakai sabun pegawai kapan mencuci tangan ? dan memakai sabun
Bagaimana cara mencuci tangan,
Tersedia tempat cuci tangan dengan air
apakah dengan air bersih mengalir bersih mengalir dan sabun
serta memakai sabun.
Periksa apakah ada tempat cuci Mencuci tangan sebelum makan, sesudah
tangan dengan air bersih yang BAB.
mengalir dan sabun. Mencuci tangan setiap kali tangan kotor

84
3 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ pegawai BAB / BAK di jamban yang mempunyai leher
tempat buang air besar/buang air angsa
kecil di lingkungan tempat kerja. Membersihkan jamban tiap hari, jamban
Lihat dan periksa jenis jamban dan bersih
septink tank yang ada. Juga Septink tank dibuat kedap air, minimal 10
kebersihan jamban. meter dari sumber air bersih
Tersedia 1 jamban / 20 orang
Terpisah jamban laki / perempuan
4 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada karyawan/ Membuang sampah ke tempat sampah yang
pegawai kemana membuang tersedia
sampah. Ada tempat sampah terpilah sampah basah,
Periksa dan amati tempat sampah sampah kering, sampah bahan berbahaya
(apakah terpisah untuk sampah
basah,sampah kering dan bahan Ada tempat sampah berkantong plastik agar
berbahaya, berplastik tidak tercecer dan mudah dibuang

Ada tempat sampah tertutup


5 Tidak merokok di Institusi Kesehatan Menanyakan kepada karyawan Tidak merokok di dalam ruangan kerja
merokok/ tidak.
Ada himbauan tidak merokok di dalam
Amati ada yang merokok dan lihat ruangan kerja
di meja kerja ada asbak atau tidak.
Tidak disediakan asbak di ruangan kerja
6 Tidak meludah sembarangan Menanyakan kepada karyawan Tidak meludah sembarangan
apakah ada karyawan dan Ada himbauan tidak meludah sembarangan
pengumjung yang meludah
sembarangan
Amati ada yang meludah
sembarangan atau tidak.

7 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan siapa dan berapa kali Ada jadwal untuk embersihkan bak mandi /
seminggu membersih-kan bak/tem- tempat penampungan air minimal 1 kali /
pat penam-pungan air. minggu.
Lihat di dalam dan di sekitar tempat
kerja apakah ada sarang nyamuk Tidak ditemukan jentik nyamuk di lingkungan
tempat kerja
8 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menanyakan kepada karyawan Tersedia Alat Pelindung Diri
apakah ada tersedia dan dipakai Alat Pelindung Diri (APD) dipakai secara rutin.
Alat Pelindung Diri (APD)
Amati apakah karyawan
menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD).
9* Memelihara kebersihan dan kerapihan Menanyakan kepada Lantai dibersihkan tiap hari
lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai apa yang Meja kerja ditata rapih
dilakukan dalam memelihara
Alat kerja, buku ditata rapih
kebersihan dan kerapihan
lingkungan tempat kerja. Halaman dibersihkan tiap hari ditanami
Lihat dan periksa kondisi tanaman hijau
kebersihan kerapihan lingkungan Pertukaran udara/ventilasi, Jendela dibuka,
tempat kerja AC berjalan baik
Adanya himbauan memelihara kebersihan di
lingkungan tempat kerja

Jumlah Nilai (Keluaran)


% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / 24 x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai keseluruhan / 67 x 100 )
85
FORMAT REKAPITULASI PEMANTAUAN / EVALUASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA PERKANTORAN

NAMA OPD / INSTANSI :..............................................................................


ALAMAT OPD :..................................................................
TANGGAL PEMANTAUAN
/ EVALUASI :...................................................................

Isi sesuai hasil pemantauan / evaluasi di tiap bidang / Bagian. Untuk kejelasan unsur yang dinilai lihat Definisi
Operasional.

No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot


A Indikator Masukan
1 Adanya kebijakan penyelenggaraan Mempelajari dokumen / notulen Adanya SK Pembentukan tim / pokja
PHBS di lingkungan tempat Kerja yang ada
Adanya SK mekanisme pelaksanaan PHBS

2 Adanya sarana pendukung Mempelajari dokumen / notulen Adanya sarana pendukung pelaksanaan PHBS
pelaksanaan PHBS di lingkungan yang ada :
tempat kerja Jamban bersih
Air bersih
Tempat cuci tangan air mengalir
Tempat sampah terpilah
Meja kerja
Meja komputer
Lemari / Rak dokumen
Ventilasi
Luas ruangan
Sarana Olahraga
Sarana lainnya, tuliskan .......
3 Adanya pembiayaan kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Adanya Pembiayaan sarana
lingkungan tempat kerja yang ada
Adanya Pembiayaan tim / pokja
Adanya Pembiayaan Keg. PHBS
4 Adanya Karyawan/pegawai yang telah Mempelajari dokumen / notulen Adanya Tim/Pokja terpapar PHBS
terpapar PHBS di lingkungan tempat yang ada
kerja Adanya penanggung-jawab unit/ bagian
mendapat sosialisasi PHBS
Ada catatan seluruh karyawan mendapat
sosialisasi PHBS
5 Adanya Media Pendukung untuk Melihat media yang ada Adanya media PHBS :
pembinaan PHBS di lingkungan tempat Leaflet PHBS
kerja. Spanduk PHBS
Poster PHB
Selebaran / Edaran PHBS
Billboard PHBS, dll.
Jumlah Nilai Masukan
% Nilai ( Jumlah Nilai Masukan / Jlh Bidang x 100)

86
No Indikator Cara Unsur Dinilai Bid ... Tot
B Indikator Proses
1 Adanya advokasi pendekatan kepada Mempelajari dokumen / notulen Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
pimpinan tentang PHBS di lingkungan yang ada OPD
tempat kerja oleh tim inti. Adanya catatan Advokasi ke pimpinan
bidang
Adanya catatan Advokasi pimpinan
seksi/subag
Adanya catatan Advokasi pimpinan
organisasi karyawan
2 Adanya pertemuan fasilitator PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan pertemuan tim/Pokja PHBS
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan pertemuan penanggung-
jawab bidang/unit
3 Adanya sosialisasi penerapan PHBS Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Sosialiasi ke karyawan
di lingkungan tempat kerja yang ada secara langsung
Ada catatan Sosialisasi melalui media
cetak
Sosialisasi media lain (sebutkan)
4 Adanya Rencana Kegiatan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Rencana Kerja Bulanan
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan Rencana kerja Semesteran
Ada catatan Rencana kerja tahunan
Ada catatan Rencana Kerja Kegiatan
Khusus
5 Adanya Gerakan penerapan PHBS di Mempelajari dokumen / notulen Ada catatan Gerakan PSN
lingkungan tempat kerja yang ada
Ada catatan Gerakan kebersihan
ruangan & halaman
Ada catatan Gerakan olahraga
Ada catatan Gerakan lain (sebutkan)
6 Adanya catatan pemantauan Gerakan Mempelajari dokumen / notulen Catatan di setiap bidang
Sadar PHBS di lingkungan tempat yang ada
kerja. Catatan keseluruhan kegiatan OPD
Catatan pendukung lain (sebutkan)
Jumlah Nilai Proses
% Nilai ( Jumlah Nilai Proses / jlh bidang x 100 )

C Indikator Keluaran
1 Menggunakan air bersih Menanyakan kepada Menggunakan air bersih, tersedia dalam
karyawan/ pegawai air jumlah cukup di penampungan yang
bersih yang digunakan bersih.
berasal dari mana ? Sumber air memenuhi syarat kesehatan
Lihat dan periksa kondisi
air dan sumber air yang
digunakan.
2 Mencuci tangan dengan air bersih Menanyakan kepada Mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan memakai sabun karyawan/ pegawai kapan mengalir dan memakai sabun
mencuci tangan ? Tersedia tempat cuci tangan dengan air
Bagaimana cara mencuci bersih mengalir dan sabun
tangan, apakah dengan Mencuci tangan sebelum makan,
air bersih mengalir serta sesudah BAB.
memakai sabun. Mencuci tangan setiap kali tangan kotor
Periksa apakah ada
tempat cuci tangan
dengan air bersih yang
mengalir dan sabun.

87
3 Menggunakan jamban sehat Menanyakan karyawan/ BAB / BAK di jamban yang mempunyai
pegawai tempat buang air leher angsa
besar/buang air kecil di Membersihkan jamban tiap hari, jamban
lingkungan tempat kerja. bersih
Lihat dan periksa jenis Septink tank dibuat kedap air, minimal 10
jamban dan septink tank meter dari sumber air bersih
yang ada. Juga Tersedia 1 jamban / 20 orang
kebersihan jamban.
Terpisah jamban laki / perempuan
4 Membuang sampah pada tempatnya Menanyakan kepada Membuang sampah ke tempat sampah
karyawan/ pegawai yang tersedia
kemana membuang Ada tempat sampah terpilah sampah
sampah. basah, sampah kering, sampah bahan
Periksa dan amati tempat berbahaya
sampah (apakah terpisah Ada tempat sampah berkantong plastik
untuk sampah agar tidak tercecer dan mudah dibuang
basah,sampah kering dan Ada tempat sampah tertutup
bahan berbahaya,
berplastik
5 Tidak merokok di Institusi Kesehatan Menanyakan kepada Tidak merokok di dalam ruangan kerja
karyawan merokok/ tidak.
Ada himbauan tidak merokok di dalam
Amati ada yang merokok ruangan kerja
dan lihat di meja kerja ada
Tidak disediakan asbak di ruangan kerja
asbak atau tidak.
6 Tidak meludah sembarangan Menanyakan kepada Tidak meludah sembarangan
karyawan apakah ada
Ada himbauan tidak meludah
karyawan dan
sembarangan
pengumjung yang
meludah sembarangan
Amati ada yang meludah
sembarangan atau tidak.
7 Memberantas jentik nyamuk Menanyakan siapa dan Ada jadwal untuk embersihkan bak
berapa kali seminggu mandi / tempat penampungan air
membersih-kan bak/tem- minimal 1 kali / minggu.
pat penam-pungan air. Tidak ditemukan jentik nyamuk di
Lihat di dalam dan di lingkungan tempat kerja
sekitar tempat kerja
apakah ada sarang
nyamuk
8 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menanyakan kepada Tersedia Alat Pelindung Diri
karyawan apakah ada
Alat Pelindung Diri (APD) dipakai secara
tersedia dan dipakai Alat
rutin.
Pelindung Diri (APD)
Amati apakah karyawan
menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD).
9* Memelihara kebersihan dan kerapihan Menanyakan kepada Lantai dibersihkan tiap hari
lingkungan tempat kerja karyawan/pegawai apa
Meja kerja ditata rapih
yang dilakukan dalam
memelihara kebersihan Alat kerja, buku ditata rapih
dan kerapihan lingkungan Halaman dibersihkan tiap hari ditanami
tempat kerja. tanaman hijau
Lihat dan periksa kondisi Pertukaran udara/ventilasi, Jendela
kebersihan kerapihan dibuka, AC berjalan baik
lingkungan tempat kerja
Adanya himbauan memelihara
kebersihan di lingkungan tempat kerja

88
Jumlah Nilai (Keluaran)
% Nilai Keluaran ( Jumlah Nilai / Bidang x 100 )

Jumlah Nilai Keseluruhan (A+B+C)


% Nilai Keseluruhan ( Jumlah Nilai keseluruhan / Bidang x 100 )

LANGKAH PENGEMBANGAN PKRS

1. Menyamakan persepsi pemahaman dan sikap mental yang positif bagi para direksi, pemilik dan petugas
rumah sakit

Dalam menyelenggarakan kegiatan PKRS tentunya di perlukan dukungan dari semua pihak, untuk itu di perlukan
kesamaan persepsi dan sikap mental yang positif terhadap PKRS. Kegiatan ini penting oleh karena suatu kegiatan
tanpa mendapat dukungan dari para stakeholder rumah sakit akan tidak dapat memberikan dampak yang optimal.
Oleh karena itu kegiatan penyamaan persepsi perlu dilaksanakan kepada para direksi, pemilik rumah
sakit/pemerintah maupun non pemerintah, petugas (dokter, apoteker, perawat, bidan, tenaga adminstrasi dan petugas
lainya), keluaran dari kegiatan ini adanya komitmen
pelaksanaan PKRS.

Bentuk kegiatan:
a. Pertemuan jajaran Rumah Sakit yang dihadiri direksi, pemilik rumah sakit dan staf tentang pentingnya
PKRS dilaksanakan di rumah sakit.
b. Sosialisasi PKRS secara berjenjang di seluruh instalasi dan manajemen rumah sakit.

2. Menyiapkan bentuk dan tugas kelembagaan PKRS

Jika komitmen seluruh jajaran rumah sakit sudah didapat, Direksi kemudian membentuk unit yang akan ditugasi
sebagai pengelola PKRS. Unit ini sebaiknya berada pada posisi yang dapat menjangkau seluruh unit yang ada di
rumah sakit, sehingga fungsi koordinasinya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Pembentukan unit dirumuskan tugas pokok dan fungsi serta tata hubungan kerja dengan instalasi lainya, dan
dituangkan dalam keputusan direksi, selanjutnya diikuti dengan penugasan sejumlah tenaga rumah sakit sebagai
pengelola purnawaktu (fulltimer). Kualifikasi tenaga tersebut mengacu kepada standar minimal tenaga PKRS.

3. Menyiapkan petugas yang memahami filosofi, prinsip–prinsip, tujuan, strategi PKRS

Dalam pengelolaan PKRS keberhasilan akan dipengaruhi oleh petugas yang memahami philiosofi PKRS yang
menekankan pomotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, tujuan
pelaksanaan PKRS dan menggunakan melaksanakan strategi dan menggunakan metode dan teknik PKRS. Untuk itu
pengelola penting dibekali dengan mengirimkan atau menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga pengelola PKRS
serta memberikan kepastian jejang karir (fungsional ataupun struktural) sebagai
pengelola PKRS. Pengelola perlu dibekali pengetahuan bagaimana pengelola PKRS, seperti perencanaan,
identifikasi masalah dan prioritas masah, penerapan strategi pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan
dalam PKRS, metode dan teknik PKRS, pengembangan media PKRS, pemantauan dan pelaporan. Pelatihan ini
dapat diselenggaran sendiri atupun mengirimkan petugas untuk mengikuti pelatihan di tempat lain atau dengan
sistem magang pada rumah sakit yang telah melaksanakan PKRS dengan baik.

4. Pengembangan sarana PKRS

Peranan sarana dan prasarana PKRS penting untuk mendukung pelaksanaan PKRS, adapun sarana dan prasarana
yang perlu dipersiapakan Rumah Sakit antara lain:
a. 1 (satu) buah ruangan yang berfungsi sebagai tempat pusat manajemen PKRS
89
b. Peralatan komunikasi sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah
c. Pengalokasian anggaran untuk kegiatan operasional PKRS

5. Pelaksanaan PKRS

Pelaksanaan PKRS harus sejalan dengan tujuan yang ingin capai yaitu agar terciptanya masyarakat rumah sakit yang
menerapkan PHBS melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien rumah sakit serta pemeliharaan
lingkungan rumah sakit dan dimanfaatkan dengan baik semua pelayanan yang disediakan rumah sakit. Oleh karena
itu terlebih dahulu perlu dibuat Rencana Operasional, serta target dan indikator-indikator yang ingin di capai.

a. Indikator PKRS
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi PKRS. Oleh karena itu,
indikator, keberhasilan mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan
indikator dampak (outcome).

Indikator Masukan
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana.
Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat mencakup:
1) Ada/tidaknya komitmen Direksi yang tercermin dalam Rencana Umum PKRS.
2) Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana Operasional PKRS.
3) Ada/tidaknya Unit dan petugas RS yang ditunjuk sebagai koordinator PKRS dan mengacu standar.
4) Ada/tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas petugas lain yang sudah dilatih.
5) Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu kepada standar.
6) Ada/tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS.

Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS untuk Pasien (Rawat Jalan, Rawat Inap,
Pelayanan Penunjang), PKRS untuk Klien Sehat, dan PKRS di Luar Gedung rumah sakit. Indikator yang digunakan
di sini meliputi:
1) Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling, dan lain-lain) dan atau frekuensinya.
2) Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner, spanduk, neon box, dan lain-lain),
yaitu masih bagus atau sudah rusak.

Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun
secara khusus. Oleh karena itu, indikator yang digunakan di sini adalah berupa cakupan dari kegiatan, yaitu
misalnya:
1) Apakah semua bagian dari rumah sakit sudah tercakup PKRS.
2) Berapa pasien/klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS (konseling, biblioterapi, senam, dan
lain-lain).

Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya PKRS, yaitu berubahnya pengetahuan, sikap dan
perilaku pasien/klien rumah sakit serta terpeliharanya lingkungan rumah sakit dan dimanfaatkannya dengan baik
semua pelayanan yang disediakan rumah sakit. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah PKRS berjalan
beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi.

Kondisi lingkungan dapat dinilai melalui observasi, dan kondisi pemanfaatan pelayanan dapat dinilai dari
pengolahan terhadap catatan/data pasien/klien rumah sakit. Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien/klien hanya dapat diketahui dengan menilai diri pasien/klien tersebut. Oleh karena itu data untuk indikator ini
biasanya didapat melalui survei. Survei pasien/klien yang adil adalah yang dilakukan baik terhadap pasien/klien
yang berada di rumah sakit maupun mereka yang tidak berada di rumah sakit tetapi pernah menggunakan rumah
sakit.

90
Ukuran-ukuran kegiatan
Adapun ukuran-ukuran kegiatan PKRS mengacu pada strategi promosi kesehatan secara umum yaitu dari aspek :
1) Pemberdayaan masyarakat dapat mengukur seberapa besar tingkat partisipasi dan kepedulian masyarakat rumah
sakit. Keterlibatan kelompok-kelompok masyarakat rumah sakit dalam upaya PKRS, seperti keterlibatan ketua
IDI, IDGI, PPNI, IAKMI, IBI, PERSAGI, lintas sektor dan lainya.
2) Advokasi adanya dukungan pelaksanaan PKRS, terkait, Peraturan, fasilitas, dana dan tenaga.
3) Kemitraan adanya kemitraan melaksanaan PKRS dengan lintas sektor/unsur di luar rumah sakit seperti; pabrik
obat, alat kesehatan, asuransi kesehatan dan lainya.

Menetapkan kegiatan dan target yang akan dilaksanakan pada instalasi/unit di rumah sakit. Kegiatan PKRS
disusun dalam rangka pencapaian indikator PHBS di rumah sakit kegiatan tersebut adalah :

a. Kegiatan di rawat inap


1) Persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pasien rawat inap
2) Persentase penyuluhan perorangan kelurga/pendamping pasien rawat inap,
3) Persentase konseling pasien rawat inap
4) Persentase konseling keluarga/pendamping pasien rawat inap
5) Persentase penyuluhan kelompok keluarga/pendamping dan pengunjung pasien rawat inap (penyuluhan
kelompok bagi keluarga/pendamping/pengunjung adalah upaya penyuluhan yang dilakukan secara
berkelompok (8-10 orang) dengan tujuan pemecahan masalah dalam upaya-upaya PHBS di rumah sakit dan
rumah tangga.
6) Persentase pesan media terhadap kasus-kasus penyakit di rawat inap (pesan media mencakup informasi
tentang upaya-upaya PHBS dalam pencegahan dan penularan penyakit, sedangkan kasus-kasus adalah
segala jumlah penyakit yang di tangani di rawat inap dalam satu tahun) pesan media dapat disampaikan
melalui: media elektronik (tv spot, iklan layanan) Media cetak (poster, xbaner, leaflet, spanduk, dan lain-
lain).

b. Kegiatan di rawat jalan


1) Persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pasien rawat jalan
2) Persentase konseling pasien rawat jalan
3) Persentase penyuluhan perorangan kelurga/pengantar pasien rawat jalan,
4) Persentase konseling keluarga/pendamping pasien rawat jalan
5) Persentase penyuluhan kelompok keluarga/pengantar rawat jalan (penyuluhan kelompok bagi
keluarga/pengantar adalah upaya penyuluhan yang dilakukan secara berkelompok (8-10 orang)
6) dengan tujuan pemecahan masalah dalam upaya-upaya PHBS di rumah sakit dan rumah tangga)
7) Persentase pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat jalan (pesan media mencakup
informasi tenang upayaupaya PHBS dalam pencegahan dan penularan penyakit, dalam satu tahun), pesan
media dapat disampaikan melalui: media elektronik; tv spot, iklan layanan. Media cetak; poster, xbaner,
8) leaflet, spanduk, dan lain-lain.

c. Kegiatan di sarana instalasi penunjang medis


1) Persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pengunjung medis
2) Persentase penyuluhan kelompok pengunjung (penyuluhan kelompok bagi pengunung adalah upaya
penyuluhan yang dilakukan secara berkelompok (8-10 orang) dengan tujuan pemecahan masalah dalam
upaya-upaya PHBS di rumah sakit dan rumah tangga)
3) Persentase pesan media terhadap upaya-upaya PHBS di instalasi penunjang Medis, pesan media dapat
disampaikan melalui: media elektronik; tv spot, iklan layanan. Media cetak; poster, xbaner, leaflet,
spanduk, baliho, dan lain-lain.

d. Kegiatan di sarana umum (tempat parkir, halaman rumah sakit, Kantin, Masjid/Mushola, dan lain.
1) Jumlah upaya PHBS dalam upaya aktivitas fisik (senam bersama, jogging dsb) yang melibatkan
masyarakat rumah sakit
2) Persentase pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat jalan (pesan media mencakup
informasi tenang upayaupaya PHBS dalam pencegahan dan penularan penyakit, dalam satu tahun), pesan

91
media dapat disampaikan melalui: media elektronik;tv spot, iklan layanan. Media cetak; poster, xbaner,
leaflet, spanduk, baliho dll
3) Bagi rumah sakit tersedia tempat ibadah/Masjid/Mushola, jumlah pesan kesehatan yang disampaikan lewat
khotbah, atau ceramah yang berkaitan dengan keagamaan.

Membuat sistem informasi PKRS


Pengelolaan PKRS akan dapat berjalan dengan baik diperlukan system inforasi yang handal bentuk-bentuk system
informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan PKRS adalah dengan memperhatikan tata hubungan kerja antar
instalasi/unit dan dapat juga terintegrasi dengan system yang ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan PKRS antara lain:
1) Kasus
2) Jumlah kasus
3) Kasus yang diintervensi dengan metode PKRS
4) Jumlah topik pesan media yang di sampakian
5) Frekuensi yang pesan yang di sampaikan
Contoh laporan

6. Pembinaan dan evaluasi

Pembinaan dalam upaya kesinambungan PKRS merupakan tugas manjemen rumah sakit, pembinaan dilaksanakan
dengan mengadakan rapat bulanan, triwulanan, enam bulanan dan tahunan secara berjenjang. Hasil kegiatan
dijadikan masukan dalam mengevaluasi kegiatan PKRS. Pembinaan hendaknya dilakukan terhadap perkembangan
dari masukan (input), proses, dan keluaran (output), dengan menggunakan indikator-indikator tertentu.

Evaluasi pelaksanaan PKRS perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas PKRS terhadap indikator dampak seperti
PHBS di rumah sakit, angka LOS, BOR, dan tingkat infeksi nosokomial di rumah sakit. Evaluasi dapat dilakukan
oleh pihak rumah sakit, dan pihak ketiga, seperti misalnya perguruan tinggi atau lembaga penelitian.

92
C. Tugas Pendahuluan
Tugas baca, merangkum dan menyiapkan penyajian di kelas (tugas kelompok).

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa penyajian di kelas. Tugas baca, resume dan menyiapkan penyajian bahan ajar selanjutnya..

E. Referensi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2010. Petunjuk Teknis PHBS Tatanan Institusi Kesehatan (Puskesmas).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4. Tahun 2012. Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit.

93
BAGIAN VII
PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016)
DAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT ( Inpres 1 Tahun 2017)

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
2. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

B. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dibahas mengenai :
1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
2. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Uraian Landasan Teori


Uraian teori ini semuanya disusun oleh penulis atas rujukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia sehat dengan Pendekatan Keluarga serta
dan Inpres 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

A. KONSEP PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA.

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan
Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia
Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya
menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

94
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan
paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,
penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Pelaksanaan JKN dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan
kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

Konsep Pendekatan Keluarga


Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung
dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga.
Keluarga memiliki lima fungsi, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi
sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat dalam mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan agar memenuhi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan.
Tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari kunjungan
rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi
kegiatan berikut :
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan peremajaan (updating)
pangkalan datanya.

95
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/pemberdayaan
masyarakat dan manajemen Puskesmas.

Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari
profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan demikian,pelaksanaan upaya Perkesmas harus diintengrasikan ke
dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan UKBM
yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga. Perlu
diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM-UKBM yang
ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang efektif.

Puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan dan PHBS yang dihadapi keluarga
secara lebih menyeluruh (holistik) melalui kunjungan keluarga dirumah. Anggota keluarga yang
perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM
yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan danberbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya,
dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas
(gambar 3). Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah Puskesmas memiliki
Tim Pembina Keluarga.

96
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh Puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan
perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga,
didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (gambar 4). Tujuan dari pendekatan keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan komprehensif, meliputi
pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.
2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/kota dan provinsi, melalui peningkatan
akses dan skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –
2019.

Keluarga Sebagai Fokus Pemberdayaan

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan
anak. Keluarga yang seperti ini disebut rumah tangga atau keluarga inti (keluarga batih),sedangkan keluarga yang
anggotanya mencakup juga kakek dan atau nenek atau individu lain yang memiliki hubungan darah, bahkan juga
tidak memiliki hubungan darah (misalnya pembantu rumah tangga), disebut keluarga luas (extended family).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga menentukan
derajat kesehatan masyarakatnya.
97
Derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh PHBS dari keluarga tersebut. Inti dari pengembangan desa dan
kelurahan adalah memberdayakan keluarga-keluarga agar mampu mempraktikkan PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Penerapan PHBS dapat dipraktikan dalam segala bidang, yaitu:


1. Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit serta Penyehatan Lingkungan harus mempraktikkan perilaku
mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk,
tidak merokok di dalam ruangan, dan lain-lain.
2. Bidang Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana harus mempraktikkan perilaku meminta pertolongan
persalinan di fasilitas kesehatan, menimbang balita dan memantau perkembangannya secara berkala, memberikan
imunisasi dasar lengkap kepada bayi, menjadi aseptor keluarga berencana, dan lain-lain.
3. Bidang Gizi dan Farmasi harus mempraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang, minum TTD selama hamil,
memberi bayi ASI eksklusif, dan lain-lain.
4. Bidang Pemeliharaan Kesehatan harus mempraktikkan perilaku ikut serta dalam jaminan pemeliharaan
kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan UKBM, memanfaatkan Puskesmas dan sarana kesehatan lain,
dan lain-lain.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus dipraktikkan di semua bidang kesehatan masyarakat karena pada hakikatnya
setiap masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau
pengganggu lainnya (agent) dan lingkungan (environment).

Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi UKM dari Puskesmas. Keluarga merupakan lembaga terkecil
dari masyarakat, maka pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan
masyarakat yang selama ini dilaksanakan di bidang kesehatan dipandu dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Pedoman umum ini menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan merupakan kelanjutan dari
pemberdayaan keluarga melalui pengembangan PHBS tatanan rumah tangga. Pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif itu tidak lain bertujuan untuk terciptanya Desa Sehat dan Kelurahan Sehat.

Kegiatan Puskesmas dalam melaksanakan UKP tingkat pertama memang dapat menghasilkan individu sehat, yang
diukur dengan Indikator Individu Sehat (IIS). Tetapi dengan cara ini saja, Kecamatan Sehat akan sulit dicapai.
Pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan yang dilakukan di wilayah kerjanya, Puskesmas akan lebih cepat
mencapai Kecamatan Sehat. Puskesmas melaksanakan pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan serta pembinaan desa dan kelurahan. Pemberdayaan keluarga akan menghasilkan
keluarga-keluarga sehat yang diukur dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS), sedangkan pemberdayaan masyarakat
desa dan kelurahan akan menghasilkan peranserta masyarakat berupa UKBM seperti Posyandu, Posbindu,
Polindes, Pos UKK, dan lain-lain.

Kegiatan Puskesmas dalam pelaksanaan pembangunan wilayah berwawasan kesehatan akan menghasilkan
tatanan-tatanan sehat, seperti sekolah sehat, pasar sehat, kantor sehat, masjid dan mushola sehat, dan lain-lain
yang diukur dengan Indikator Tatanan Sehat (ITS), dan masyarakat sehat yang diukur dengan Indikator Masyarakat
Sehat (IMS). Kesemua upaya Puskesmas tersebut akhirnya akan bermuara pada terciptanya Kecamatan Sehat,
seperti pada skema gambar 5.

98
Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
Dalam Renstra disebutkan bahwa salah satu acuan bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan
pendekatan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care). Hal ini berarti
bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life cycle), sejak masih
dalam kandungan, sampai lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda
(usia produktif), dan akhirnya menjadi dewasa tua ata usia lanjut (lihat gambar 6). Untuk dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia, maka fokus
pelayanan kesehatan harus pada keluarga. Pemberian pelayanan kesehatan pada individu harus dilihat dan
diperlakukan sebagai bagian dari keluarganya.

99
Puskesmas diharapkan dapat menangani masalah-masalah kesehatan dengan pendekatan siklus hidup (life
cycle)melalui pendekatan keluarga dengan mengunjungi setiap keluarga di wilayah kerja. Upaya mewujudkan
Keluarga Sehat menjadi titik awal terwujudnya masyarakat sehat (lihat gambar 7). Upaya membina PHBS di
keluarga merupakan kunci bagi keberhasilan upaya menciptakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, Indikator
Keluarga Sehat sebaiknya dapat sekaligus digunakan sebagai indikator PHBS.

Pelaksanaan Pendekatan Keluarga

Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam kartu
keluarga. Keluarga yang terdapat kakek dan atau nenek atau individu laindalam satu rumah tangga, maka rumah
tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga.Suatu keluarga dinyatakan sehat atau tidak digunakan
beberapa penanda atau indikator.

Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua belas indikator utama untuk
penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
100
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga,
sedangkan keadaan masing-masing indikator mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana untuk
merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen
rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota
keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan, seperti mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan
perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembanganbalita, pemberian ASI eksklusif, dan
lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya,
yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya, misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk
keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-
lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum berikut.
1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion (FGD) melalui Dasawisma
dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut:
1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu, Poskestren, PKK, dan lain-lain.
2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus Karang Taruna, pengelola
pengajian, dan lain-lain.

101
B. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN
MASYARAKAT HIDUP SEHAT

Menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk
mewujudkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, melalui:
1. Peningkatan aktivitas fisik;
2. Peningkatan perilaku hidup sehat;
3. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi;
4. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;
5. Peningkatan kualitas lingkungan; dan
6. Peningkatan edukasi hidup sehat.

Khusus kepada :
1. Menteri Kesehatan untuk :
a. melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta meningkatkan advokasi dan pembinaan
daerah dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
b. meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, serta
aktivitas fisik; dan
c. meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di Puskesmas dan menyusun panduan pelaksanaan
deteksi dini penyakit di instansi pemerintah dan swasta.
2. Menteri Pemuda dan Olahraga untuk meningkatkan kampanye gemar berolahraga, memfasilitasi
penyelenggaraan olahraga masyarakat, dan meningkatkan penyediaan fasilitas sarana olahraga masyarakat.
3. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk :
a. meningkatkan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), mendorong sekolah sebagai (KTR), dan
mendorong Sekolah Ramah Anak;
b. meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di sekolah dan satuan pendidikan secara eksternal dan
ekstrakurikuler serta penyediaan sarana sanitasi sekolah; dan
c. meningkatkan pendidikan keluarga untuk hidup sehat.
4. Menteri Agama untuk :
a. melaksanakan bimbingan kesehatan pranikah untuk mendorong perilaku hidup sehat dan peningkatan
status gizi calon pengantin serta mendorong pelaksanaan kegiatan rumah ibadah bersih dan sehat;
b. memperkuat fungsi Pos Kesehatan Pesantren dan Upaya Kesehatan Madrasah dan mendorong madrasah
sebagai KTR dan Madrasah Ramah Anak; dan
c. meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di madrasah dan penyediaan sarana sanitasi madrasah.
5. Menteri Pertanian untuk :
a. mengawasi keamanan dan mutu pangan segar yang tidak memiliki kandungan pestisida berbahaya; dan
b. meningkatkan produksi buah dan sayur dalam negeri dan mendorong pemanfaatan pekarangan rumah
untuk menanam sayur dan buah.
6. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk:
a. meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) pada
masyarakat; dan
b. mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan.
7. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk :
a. memfasilitasi penyediaan sarana aktivitas fisik pada kawasan permukiman dan sarana fasilitas umum;
b. mendorong dan memfasilitasi pemerintah daerah untuk menyediakan ruang terbuka hijau publik yang
memadai di wilayahnya; dan
c. memfasilitasi penyediaan air bersih dan sanitasi dasar pada fasilitas umum.
8. Menteri Perhubungan untuk :
a. mendorong penataan sarana dan fasilitas perhubungan yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan
pesepeda; dan
102
b. mendorong konektivitas antarmoda transportasi massal termasuk penyediaan “park and ride” untuk
meningkatkan aktivitas fisik masyarakat.
9. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk :
a. mengendalikan pencemaran badan air;
b. mendorong penghapusan penggunaan bahan bekas tambang dan bahan berbahaya di lokasi
pertambangan yang berdampak pada kesehatan;
c. mendorong masyarakat untuk membangun dan memanfaatkan bank sampah untuk mengurangi timbulan
sampah; dan
d. mendorong kemitraan lingkungan dan peran serta masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan.
10. Menteri Perdagangan untuk :
a. meningkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan produk tembakau, minuman beralkohol, dan
bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan; dan
b. meningkatkan promosi makanan dan minuman sehat termasuk sayur dan buah produksi dalam negeri.
11. Menteri Keuangan untuk :
a. melakukan kajian peningkatan cukai dan pajak produk tembakau dan minuman beralkohol; dan
b. melakukan kajian kemungkinan adanya skema insentif bagi daerah yang melaksanakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat.
12. Menteri Ketenagakerjaan untuk :
a. mendorong dan memfasilitasi perusahaan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan/deteksi dini
penyakit pada pekerja; dan
b. mendorong dan memfasilitasi perusahaan untuk menyediakan sarana ruang menyusui, melaksanakan
kegiatan olahraga di tempat kerja, dan menerapkan KTR.
13. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk :
a. mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan sarana aktivitas fisik dan
melaksanakan olahraga serta deteksi dini penyakit secara rutin; dan
b. mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan sarana ruang menyusui, menerapkan
KTR, dan konsumsi sayur dan buah dalam pertemuan di dalam atau luar kantor.
14. Menteri Komunikasi dan Informatika untuk :
a. melakukan diseminasi informasi layanan masyarakat terkait pola hidup bersih dan sehat; dan
b. melakukan kerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk pengawasan terhadap
iklan/tayangan yang tidak mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
15. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk :
a. melakukan promosi untuk menggerakkan partisipasi kaum perempuan dalam upaya deteksi dini faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM); dan
b. meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat bagi keluarga,
perempuan, dan anak.
16. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk :
a. menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar di masyarakat; dan
b. memperkuat dan memperluas pengawasan dan intervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS).
17. Direktur Utama Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan untuk meningkatkan pelayanan promotif dan
preventif untuk peserta program Jaminan Kesehatan Nasional termasuk upaya pencegahan sekunder dan
deteksi dini penyakit.
18. Para Gubernur untuk :
a. menyusun dan menetapkan kebijakan daerah yang diperlukan untuk pelaksanaan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat di wilayahnya;
b. melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
di kabupaten/kota di wilayahnya; dan
c. melaporkan pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kepada Menteri Dalam Negeri.

103
19. Para Bupati/Walikota untuk :
a. menyediakan dan mengembangkan sarana aktivitas fisik, ruang terbuka hijau publik, kawasan bebas
kendaraan bermotor, jalur sepeda, dan jalur pejalan kaki yang representatif dan aman;
b. melaksanakan kegiatan pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam sayur dan buah;
c. melaksanakan kebijakan KTR;
d. melaksanakan kegiatan yang mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang didasarkan pada
kebijakan daerah; dan
e. melaporkan pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kepada Gubernur.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk :


a. melaksanakan koordinasi perencanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat;
b. menyusun pedoman pelaksanaan dan indikator keberhasilan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat;
c. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini kepada seluruh
Kementerian/Lembaga dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan paling sedikit 6 (enam) bulan
sekali; dan
d. melaporkan hasil pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kepada Presiden minimal 1 (satu) tahun
sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang dilaksanakan Kementerian/Lembaga teknis sebagaimana dimaksud dalam
Instruksi Presiden ini.
Menteri Dalam Negeri mengkoordinasikan dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini.
Pembiayaan pelaksanaan Instruksi Presiden ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
masing-masing Kementerian/Lembaga, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber lain yang tidak
mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan Instruksi Presiden ini dapat melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha sesuai
ketentuan perundang-undangan.
Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.

Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2017 Tanggal : 27 Februari 2017

2 Kementerian a. Melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat 1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan


Kesehatan Hidup Sehat serta meningkatkan advokasi dan minimal 5 (lima) tema kampanye Gerakan
pembinaan daerah dalam pelaksanaan kebijakan Masyarakat Hidup Sehat
Kawasan Tanpa Rokok (KTR)0741 2. Persentase Kabupaten/Kota yang
melaksanakan kebijakan KTR di minimal 50 (lima
puluh) persen sekolah
b. Meningkatkan pendidikan mengenai gizi 1. Jumlah petugas kesehatan yang menjadi
seimbang dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) konselor menyusui
eksklusif, serta aktivitas fisik 2. Jumlah kegiatan kampanye ASI eksklusif
3. Jumlah kegiatan sosialisasi gemar beraktivitas
fisik
c. Meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit 1. Jumlah puskesmas yang melaksanakan
di Puskesmas dan menyusun panduan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher
pelaksanaan deteksi dini penyakit di instansi rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
pemerintah dan swasta
2. Jumlah pedoman pelaksanaan deteksi dini
penyakit di instansi pemerintah dan swasta

104
Definisi Operasional Indikator.

1. Keluarga mengikuti program KB.


Anggota Keluarga (AK) wanita berstatus menikah (usia 10-54 tahun) dan tidak hamil atau AK laki-laki berstatus
menikah (usia ≥ 10 tahun) :
Apakah Saudara atau pasangan Saudara mengikuti program KB?
1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. (Balita <12 bulan)


Apakah saat Ibu melahirkan [NAMA] bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan?
1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap: (Balita 12-23 bulan)


1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak

4. Bayi mendapat ASI eksklusif.(Balita 7-23 bulan)


1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan. (Balita 2-59 bulan) Dalam 1 bulan terakhir apakah dilakukan
pemantauan pertumbuhan balita?
1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak

6. Penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar. (AK > 15 tahun )


a. Pernah didiagnosis menderita TB Paru: 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat TB Paru secara standar: 1. Ya 2. Tidak
c. AK pernah menderita batuk berdahak > 2 minggu disertai satu atau lebih gejala

Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya” Y


Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak” T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Ya” T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Tidak” N

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur.(AK > 15 tahun )


Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
Meminum obat hipertensi secara teratur: 1. Ya 2. Tidak
Hasil pengukuran tekanan darah responden dinyatakan normal, jika hasil pengukuran tekanan darah sistole < 140
mmHg dan atau tekanan darah diastole < 90 mmHg.
Responden dinyatakan menderita darah tinggi/hipertensi, jika hasil pengukuran tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg.
105
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya” Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak” T
Jika (a) jawabannya “Ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran tekanan darah
Jika (a) jawabannya “Tidak” maka dilakukan pengukuran tekanan darah
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan hasil pengukuran adalah normal N
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan hasil pengukuran adalah darah tinggi T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan TIDAK dilakukan pengukuran tekanan darah N

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak diterlantarkan


a. Pernah didiagnosis menderita Schizoprenia 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak
c. Ada AK dipasung 1. Ya 2. Tidak

Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya” Y


Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak” T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Ya” T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Tidak” N

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok. (Semua umur)


Apakah Saudara merokok? 1. Ya 2. Tidak
Jawaban “Ya” T Jawaban “Tidak” Y

10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN. (Semua umur)


Apakah mempunyai kartu JKN?: 1. Ya 2. Tidak
Jawaban “Ya” Y Jawaban “Tidak” T

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih.


a. Apa tersedia sarana air bersih dilingkungan rumah: 1. Ya 2. Tidak
b. Jenis sumber airnya terlindung? 1. Ya 2. Tidak

Jika (a) jawabannya “Tidak” N


Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya” Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak” T

12. Keluarga memiliki akses atau menggunakan jamban keluarga.


a. 1). Tersedia jamban keluarga (rumah tangga) 1. Ya 2. Tidak
2). Jenis jambannya saniter (rumah tangga) 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “Tidak” N
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya” Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak” T
b. 1). Apakah biasa buang air besar di jamban (ART > 15 tahun)
Jawaban “Ya” Y Jawaban “Tidak” T

Maka kesimpulan untuk indikator ke-12 (Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga) adalah :
Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (a) bernilai “N” dan indikator perilaku BAB (b) bernilai “Y” Y
Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (a) bernilai “N” dan indikator perilaku BAB (b) bernilai “T” T
Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (a) bernilai “Y” dan indikator perilaku BAB (b) bernilai “Y” Y
Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (a) bernilai “Y” dan indikator perilaku BAB (b) bernilai “T” T
Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (a) bernilai “T” dan indikator perilaku BAB (b) bernilai “Y” T
106
107
108
109
C. Tugas Pendahuluan
Tugas baca, merangkum dan menyiapkan penyajian di kelas (tugas kelompok).

D. Penugasan
Tugas kelompok berupa penyajian di kelas. Tugas baca, resume dan menyiapkan penyajian bahan ajar selanjutnya..

E. Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
Inpres 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat .

110

Anda mungkin juga menyukai