Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN MANAJEMEN PUSKESMAS

PUSKESMAS MOJOAGUNG JOMBANG

OLEH:

KELOMPOK 4,5 DAN 6

1. Adelia Yasintia P S.Kep (201204004)


2. Adhiyat Fatah Trisnanda S.Kep (201204005)
3. Adien Aprilatharani S.Kep (201204006)
4. Ahmad Alfadli S.Kep (201204008)
5. Anton Fatoni S.Kep (201204011)
6. Avita S.Kep (201204014)
7. Laily Nur Jamilah S.Kep (201204038)
8. Maya Dwi Arisanti S.Kep (201204043)
9. Mayang Novika Y, S.Kep (201204044)
10. Mazidatul Faizah S.Kep (201204045)
11. Setya Candika S.Kep (201204060)
12. Shofiatin Nikmah S.Kep (201204061)
13. Tantri Jannatul R, S.Kep (201204065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus tugas Stase Keperawatan Manajemen Puskesmas Program

Studi Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang Tahun Ajaran 2020/2021

Kelompok : 4,5,6

Prodi : Profesi Ners

Telah di konsulkan dan di revisi sebagai pemenuhan tugas praktik profesi

ners secara daring di Stase Keperawatan Manajemen Puskesmas Ners STIKES

Pemkab Jombang pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 12 Desember 2020

Jombang,12 Desember 2020


Mengetahui
Pembimbing pendidikan

Pawiono, SST, MPH Iswanto, S.Kp,Rn

NIK.021963040620061206
NIK.011981280720100252

KATA PENGANTAR
2
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Profesi Stase Manajemen STIKES Pemkab
Jombang di Pukesmas Mojoagung . Dengan terselesaikannya laporan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Kepala Puskesmas Mojoagung yang telah memberi kesempatan kepada kami


untuk melaksanakan praktik profesi manajemen keperawatan di Pukesmas
Mojoagung.

2. Pepin Nahariani,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Ners


STKES PEMKAB Jombang.

3. Pawiono SST.,MPH & Iswanto, Rn,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada kami.

4. Semua staf Pukesmas Mojoagung baik yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung yang telah mendukung proses kegiatan praktek profesi
manajemen keparawatan kepada kami.

5. Seluruh teman-teman atas kerjasama dan partisipasinya sehingga praktek


profesi keperawatan berjalan dengan lancar.

6. Kelompok 4,5 dan 6 Manajemen Keperawatan yang tetap selalu menjaga


kekompakan dan semangatnya dalam menjalani proses pembelajaran
manajemen.

Kami menyadari bahwa laporan praktik profesi manajemen keperawatan


yang kami buat ini banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi sempurnanya laporan ini.

Jombang , Desember 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

3
LEMBAR JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR JUDUL DALAM...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................ 6
Tujuan..................................................................................... 7
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................... 7
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................... 7
Manfaat................................................................................... 8
1.3.1 Bagi Mahasiswa............................................................. 8
1.3.2 Bagi Pukesmas............................................................... 9
1.3.4 Bagi Institusi.................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Konsep Manajemen........................................................................................ 10
Fungsi Manajemen......................................................................................... 11
Prinsip-Prinsip Manajemen............................................................................ 14
Sarana Manajemen......................................................................................... 16
Perilaku Organisasi......................................................................................... 18
Konsep Kepemimpinan.................................................................................. 20
Konsep Puskesmas......................................................................................... 23
BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
Keadaan Daerah............................................................................. 29
Visi Dan Misi................................................................................. 32
Sarana Upaya Kesehatan............................................................... 33
Data Standart Pelayanan Minimal Puskesmas............................... 42
BAB IV ANALISA DATA
Permasalahan/Data Capaian 5 Program Puskesmas...................... 45
Alur Pelaksanaan USG.................................................................. 46
Prioritas Masalah Berdasarkan Langkah USG.............................. 46
Hasil Pengambilan USG................................................................ 48
Hasil Skoring................................................................................. 50
Akar Masalah (Fish Bone)............................................................. 51

4
BAB V PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
Alternatif Pemecahan Masalah...................................................... 57
Prioritas Pemecahan Masalah (Carl)............................................. 60
Implementasi.................................................................................. 61
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................... 62
Saran ........................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 65

BAB I
PENDAHULUAN

5
1.1 LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Upaya yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya
Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan
Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh
Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya ungkit paling besar
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan kesepakan global dan
nasional yang termasuk di dalam Upaya Kesehatan Wajib adalah Promosi
Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga
Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit serta Pengobatan.
Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat setempat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya Kesehatan Pengembangan ditetapkan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten dengan mempertimbangkan masukan dari masyarakat, apabila
puskesmas belum mampu menyelenggarakannya tetapi telah menjadi
kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten wajib
menyelenggarakannya. Upaya Kesehatan Pengembangan antara lain : Upaya
Kesehatan Asekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Kerja,
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan
Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut, Pembinaan Pengobatan Tradisional,
Perawatan Kesehatan Masyarakat dan lain sebagainya.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas
harus melaksanakan manajemen yang baik. Manajemen puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan
output yang efektif dan efisien, dimana manajemen terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian yang menjadi satu kesatuan saling terkait dan

6
berkesinambungan. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut
yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan tingkat
puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah
kerjanya, mulai dari tahap analisa sampai rencana pelaksanaan yang akan
dilakukan baik dari Upaya Kesehatan Wajib maupun Upaya Kesehatan
Pengembangan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktek klinik keperawatan manajemen
diharapkan mahasiswa mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan
pelaksanaan manajemen program dan pelayanan di Puskesmas
Mojoagung, serta memberikan alternative pemecahan masalah dalam
rangka upaya perbaikan kinerja Pelayanan Program Puskesmas.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen
pelayanan yang ada di Puskesmas Mojoagung .
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah dari prioritas
masalah yang telah ditemukan di Puskesmas Mojoagung .
c. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas
masalah yang telah ditemukan di Puskesmas Mojoagung.
d. Mahasiswa mampu membuat alternatif pemecahan masalah dari
masalah-masalah yang ditemukan di Puskesmas Mojoagung .
e. Mahasiswa mampu menentukan pengambilan keputusan dari
alternative masalah di Puskesmas Mojoagung
f. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan dari pemecahan
masalah yang terpilih di Puskesmas Mojoagung

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN


BAB I :Menguraikan Pendahuluan yang meliputi: latar belakang, tujuan
umum dan khusus, sistematika penulisan dan manfaat kegiatan

7
BAB II :Berisi tentang Tinjauan Pustaka (Landasan teori manajemen
Puskesmas) meliputi: Konsep Manajemen, Fungsi Manajemen,
Prinsip-prinsip Manajemen, Sarana Manajemen, Perilaku
Organisasi, Konsep kepemimpinan dan Konsep Puskesmas
BAB III :Menguraikan tentang Gambaran Umum Puskesmas (Pengkajian
Puskesmas) meliputi: Keadaan Daerah, Visi dan Misi, Sarana
Upaya Kesehatan, Data Standart Pelayanan Minimal Puskesmas.
BAB IV :Analisa Data menguraikan tentang: Permasalahan, Prioritas
Masalah, Alur Pelaksanaan USG, Prioritas Masalah Berdasarkan
Langkah-langkah USG dan Hasil skoring
BAB V :Perencanaan Pemecahan Masalah menguraikan tentang:
Alternatif Pemecahan Masalah, dan Prioritas Pemecahan Masalah
(Carl)
BAB VI :Penutup: Kesimpulan dan Saran

1.4 MANFAAT KEGIATAN


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali
masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah
penyelesaiannya dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada
masyarakat khususnya tentang kesehatan di lingkungan wilayah kerja
Puskesmas Mojoagung.

1.4.2 Bagi Puskesmas


Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan berupa
informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Mojoagung guna membantu program
kesehatan pada masyarakat.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan pertimbangan untuk menyesuaikan
kurikulum pembelajaran keperawatan Management Puskesmas kepada
mahasiswa serta mengatasi masalah yang terjadi di puskesmas sesuai
dengan Managemen Puskesmas.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MANAGEMENT


2.1.1 Definisi Management
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno management,
yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker
Follet, manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Menurut Ricky W. Griffin: sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
a. Manajemen sebagai suatu proses.
b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen.
c. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science)
Manajemen sebagai suatu proses, dikemukakan tiga buah definisi:
a. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
b. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi
untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang
yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu
disebut manajemen.

9
c. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau
suatu ilmu pengetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada
keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa
manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama
mengandung kebenarannya.
d. Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata.
e. Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk
melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari
mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para
manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam
pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh
dirinya sendiri.

2.2 FUNGSI MANAJEMEN


Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi
manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut
telah diringkas menjadi empat, yaitu: 
a. Perencanaan (Planning)
Ini adalah fungsi paling awal dari semua fungsi manajemen, para ahli
juga menyutujui hal tersebut. Perencanaan adalah proses kegiatan untuk
menyajikan secara sistematis segala kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu.

10
Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget,
policy prosedur, dan program suatu organisasi. Dengan adanya
perencanaan, fungsi manajamen berguna untuk menetapkan tujuan yang
akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan
dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.
Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya apa yang akan
dilakukan, siapa yang akan melakukan, kapan dilakukan, di mana akan
dilakukan, bagaimana cara melakukannya, apa saja yang dibutuhkan agar
tercapai tujuan dengan maksimal. Hadari Nawawi menjelaskan arti
perencanaan yaitu suatu langkah untuk menyelesaikan masalah ketika
melaksanakan suatu kegiatan. Dengan tetap terarah terhadap pencapaian
target (tujuan tertentu).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Di dalam sistem manajemen, pengorganisasian adalah lanjutan dari
fungsi perencanaan. Bagi suatu lembaga atau organisasi,
pengorganisasian merupakan urat nadi organisasi. Oleh sebab itu,
keberlangsungan organisasi atau lembaga sangat dipengaruhi oleh
pengorganisasian.
Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu, pelaksanaannya dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta
wewenang di antara kelompoknya, ditentukan juga yang akan menjadi
pemimpin dan saling berintegrasi dengan aktif.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan
pengorganisasian. Actuating merupakan usaha untuk mengarahkan atau
menggerakan tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan fasilitas
yang tersedia guna melakasanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi
ini memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja dengan sungguh-
sungguh supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan efektif.
Fungsi ini sangat penting untuk merealisasikan tujuan organisasi.

11
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur
segala kegiatan operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan
standar yang terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan
menjamin segala kegiatan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan, strategi,
rencana, keputusan dalam program kerja yang telah dianalisis,
dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.

2.3 PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN


Prinsip adalah asas, dasar atau kaidah, yaitu pernyataan kebenaran
fundamental yang menjadi pokok dasar berpikir atau melakukan kegiatan.
Jadi prinsip-prinsip manajemen adalah asas/dasar ataupun kaidah yang
merupakan pernyataan atau kebenaran fundamental yang dijadikan sebagai
pedoman dalam menjalankan tugas memimpin suatu usaha kerjasama, untuk
mencapai suatu keseimbangan yang setinggi-tingginya dalam proses
pencapaian tujuan.
Fayol (1925), merumuskan ada 14 prinsip dalam manajemen, yaitu:
a. Pembagian kerja (Division of work)
Spesialisasi memungkinkan individu untuk membangun pengalaman
dan untuk terus meningkatkan keahliannya. Dengan demikian individu
tersebut dapat menjadi lebih produktif.
b. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Hak untuk mengeluarkan perintah, namun harus dengan tanggung
jawab yang seimbang sesuai fungsinya. Tanggung jawab terbesar terletak
pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada
karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang
mempunyai wewemang terbesar adalah manajer puncak. Oleh karena itu,
apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan,
maka wewenang y ang ada padanya merupakan bumerang.
c. Disiplin (Discipline)
Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang
tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena
ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap

12
dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan
sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
d. Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan
dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang
dari manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya
wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja. Jadi, Setiap
pekerja harus mempunyai satu bos tanpa ada komando lain yang
bertentangan.
e. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan
perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat
dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap
kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua
perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu,
perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas
wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan.
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat
terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin,
serta kesatuan perintah.
f.Subordinasi kepentingan individu (demi kepentingan umum)
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang
sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan
pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan
organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan

13
organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam
bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
g. Penggajian pegawai (Remunerasi) 
Pembayaran/upah adalah motivator penting walaupun dengan
menganalisis beberapa kemungkinan, Fayol menunjukkan bahwa tidak
ada yang namanya sistem yang sempurna. 
h. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab
dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang
memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan
berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan
untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab.
Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan
wewenang (delegation of authority).
i. Hirarki / Rantai Skalar / Garis Otoritas (tingkatan)
Sebuah hierarki diperlukan untuk kesatuan arah. Tapi komunikasi
lateral juga merupakan hal mendasar yang diperlukan, selama atasan tahu
bahwa komunikasi tersebut berlangsung. Rantai skalar mengacu pada
jumlah tingkatan dalam hirarki dari otoritas tertinggi hingga tingkat
terendah dalam sebuah organisasi. Garis Otoritas ini sendiri tidak boleh
terlalu jauh jaraknya atau terdiri dari terlalu banyak tingkatan otoritas. 
j. Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama
karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam
keadaan kacau atau kejang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat
terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan
mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin
sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
k. Keadilan dan kejujuran
Dalam menjalankan bisnis ‘kombinasi dari keadilan dan kejujuran
mutlak diperlukan. Memperlakukan karyawan dengan baik adalah
penting untuk mencapai ekuitas.

14
l. Stabilitas Jenjang Karir Personel
Karyawan akan bekerja lebih baik jika keamanan pekerjaan dan
kemajuan karir merupakan jaminan yang meyakinkan mereka. Jabatan
yang tidak aman dan tingkat tinggi perputaran karyawan akan
mempengaruhi organisasi secara keseluruhan.
m. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya
pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang
berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam
prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan
pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari
karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti
menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh
penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan
salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang
manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa
yang dilahirkan karyawannya.
n. Semangat kesatuan dan semangat korps (Esprit de Corps)
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan
karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de
corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang
kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan
membawa bencana 

2.4 SARANA MANAJEMEN


Manajemen dapat dilaksanakan dengan baik apabila dilengkapi dengan
sarana. Sarana-sarana manajemen adalah meliputi 6 M, yaitu:

15
a. Man (orang)
Men (orang) merupakan sarana yang paling penting, dan faktor yang
dominan serta menentukan. Men adalah sarana yang istimewa karena ia
dapat dikatakan sebagai subyek dan dapat dikatakan sebagai obyek
(mempunyai fungsi ganda).
Men sebagai subyek , karena dialah yang memulai suatu tindakan atau
usaha (starter of action). Dia pula sebagai penggerak, motivator maupun
dinamisator. Kalau diumpamakan sebagai mesin maka ia berfungsi
sebagai generator dari mesin tersebut.
Men sebagai obyek, karena ia dapat diatur dan digerakkan seperti
sarana lainnya. Namun kelebihannya ia mempunyai jiwa dan perasaan,
sehinga perlu dihargai secara wajar sesuai dengan harkat
kemanusiaannya.
b. Money (uang)
Apabila men (orang) yang berfungsi sebagai subyek telah mengatur
dan menentukan tujuan organisasi, maka giliran selanjutnya diperluakan
uang sebagai sarana utama mencapai tujuan. Karena dengan uang itu
dapat digunakan untuk membiayai tenaga kerja, membeli material dan
mesin serta dapat digunakan untuk membiayai penelitian cara-cara
(methode) kerja.
Money dapat digunakan pula untuk membiayai pemasaran. Pokoknya
uang dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam mencapai tujuan.
Agar uang dapat berguna secara efektif dan efisien maka perlu diatur
oleh orang/bidang yang ahli yaitu finansial manajemen.
c. Materials (bahan-bahan)
Setelah uang tersedia, maka kita harus menyediakan material sebagai
sarana pokok dalam usaha produksi maupun perdagangan. Material dapat
berupa bahan mentah, bahan setengah jadi maupun bahan jadi.
d. Methode (cara)
Apabila bahan baku telah tersedia maka ia harus diolah untuk menjadi
barang jadi. Dalam rangka pengolahan inilah diperlukan suatu cara
tertentu yang sangat efektif dan efisien. Cara (methode) yang digunakan
dalam proses produksi harus merupakan standar sehingga dapat

16
digunakan oleh semua pegawai demi keseragaman kerja, mempermudah
pengawasan serta mencegah hasil produksi yang tidak memuaskan.
e. Machines (mesin-mesin)
Mesin merupakan sarana penting dalam dunia modern. Bekerja
dengan menggunakan mesin akan sangat membantu mempercepat,
memperlancar proses penyelesaian pekerjaan, serta melipatgandakan
hasil produksi. Karena itulah mesin sangat dibutuhkan sebagai sarana
yang menguntungkan usaha produksi dan perdagangan terutama dalam
menghadapi saingan usaha.
f. Market (pasar)
Apabila barang jadi telah menumpuk, maka kewajiban selanjutnya
adalah melemparkan barang tersebut ke pasar. Kegiatan dalam bidang
pemasaran merupakan kegiatan puncak, kegiatan yang menentukan
apakah hasil jerih payah kita dapat diterima oleh konsumen atau tidak.
Tanpa keahlian bidang pemasaran, barang hasil produksi tidak dapat
dijadikan uang, semua pagawai tidak dapat digaji, kelanjutannya terjadi
pemogokan, hambatan dan kerugian yang diderita perusahaan.

2.5 PROSES MANAJEMEN


a. Pengertian proses manajemen
Proses manajemen adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen terdiri dari :
1) Planing
2) Organizing
3) Actuating
4) Controlling
b. Macam-macam Proses Manajemen
1) Perencanaan/ Planing
a) Empat langkah pokok planning adalah :
 Tetapkan tujuan
 Rumuskan keadaan saat ini
 Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
 Kembangkan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan

17
b) Tipe perencanaan antara lain :
 Strategis (jangka panjang)
 Taktis (menengah)
 Operasional (rendah)
c) Sedangkan manfaat perencanaan yaitu :
 Mengurangi pengaruh ketidakpastian dan perubahan
 Memfokuskan perhatian pada tujuan
 Mendapatkan operasi yang ekonomis
 Memudahkan pengendalian
 Memudahkan koordinasi
 Memudahkan pemahaman keseluruhan gambaran kerja
2) Organizing
a) Pengorganisasian menghasilkan struktur organisasi dengan
unsur :
 Pembagian kerja
 Anggota organisasi
 Lingkungan tempat pelaksanaaan kerja
 Keterkaitan antara anggota
b) Proses organisasi sumber daya manusia antara lain :
 Bentuk struktur
 Tingkat kewenangan
 Pentang kendali
 Staffing
 Koordinasi
3) Actuating
a) Pelaksanaanya adalah :
 Usaha mengatur semua anggota kelompok agar mau dan
berusaha mencapai tujuan
 Usaha mobilitas sumber – sumber daya yang dimilki organisasi
agar dapat bergerak dalam satu kesatuan dengan merancang
yang telah dibuat

18
b) Hal – hal yang diperlukan adalah :
 Motivasi
Proses interative antara kebutuhan dari dalam diri manusia
dan dorongan untuk bertindak / berperilaku. Teori motivasi
menurut moslow, ada 5 kebutuhan dasar. Yaitu :
a. Biologis
b. Keamanan
c. Social
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri
 Kepemimpinan
Hubungan dimana satu orang yakni pemmpin mempengarhi
pihak lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha
mengerjakan tugas – tugas yang berhubungan untuk mencapai
hal yang diinginkan oleh pemimpin tersebut. Ada lima kerangka
dasar kekuatan:
a. Kekuatan berdasarkan paksaan
b. Kekuatan untuk member penghargaan
c. Kekuatan yang sah
d. Kekuatan karena keahlian
e. Kekuatan referensi
Kepemimpinan timbul dari sejumlah hubungan kompleks
yang terdapat antara :
a. Pemimpin
b. Pihak yang dipimpin
c. Organisasi yang bersangkutan
d. Nilai nilai social dan kondisi ekonomi serta politik.
 Komunikasi
Berkomunikasi merupakan salah satu diantara pembantu
terpenting aktivitas-aktivitas managerial. Ada lima macam tipe
komunikasi managerial, yaitu :

19
a. Komunikasi Formal
Komunikasi formal meliputi rantai perintah organisasi
formal. Untuk komunikasi formal ini bersifat resmi, jalur
transmisi telah digariskan, dan format telah ditetapkan.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi informal biasanya dinamakan pohon anggur,
karena kebanyakan manager menggunakannya untuk
melengkapi komunikasi formal.
c. Komunikasi Nonformal
Dapat disebabkan karena kondisi tidak sengaja dari
organisasi formal yang menyebabkan terjadinya tindakan
secara tidak disengaja. Komunikasi nonformal bersifat
efektif, ia hamper selalu terdapat pada sebuah kelompok
besar yang bekerja sama dan ia cenderung bersifat kontinyu
dan permanen.
d. Komunikasi Teknis
Digunakan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang
yang sama.
e. Komunikasi tentang prosedur dan peraturan. Dalam bidang
komunikasi harus terdapat :
- Pengirim ( giver )
- Berita ( Message)
- Penerima ( receiver )
- Dinamika kelompok
Kelakuan kelompok merupakan entitas tersendiri, bukan
sekedar penjumlahan dari kelakuan kelakuan individu yang
membentuk kelompok tersebut. Suatu kelompok lebih
memiliki sejumlah sifat yang bersifat eksklusif.

2.6 KONSEP KEPEMIMPINAN


Proses kepemimpinan secara singkat sering dikatakan sebagai cara untuk
mencapai tujuan melalui orang lain. Orang lain disini bisa diartikan sebagai

20
orang-perorang, atau sekelompok orang. Akan tetapi karena orang banyak
itu terdiri dari individu dengan kebutuhan yang bervariasi, diperlukan kiat-
kiat khusus untuk mengatur supaya kebutuhan, keinginan, dan kepentingan
yang bermacam-macam tersebut bisa terakomodasi sehingga timbul
dorongan atau motivasi untuk secara mandiri bekerja mencapai tujuan
pribadi maupun kelompok. Dalam proses kepemimpinan, motivasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin
adalah memotivasi. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan
orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan
motivasi kepada bawahan. Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang
pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin
itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan,
kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri (p. 197).
Seorang pemimpin memotivasi pengikut melalui gaya kepemimpinan
tertentu yang akan menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan
individu. Pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara
sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan mengakibatkan
kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai
tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
Teori Sifat Kepemimpinan mengasumsikan kepemimpinan tidak
dilahirkan dan tidak dapat dibuat. Kepemimpinan terdiri dari karakter dan
sifat yang diturunkan. Karakter dan sifat tersebut yang membedakan
seseorang sebagai pemimpin. Gheselli yang dikutip dari Manning dan Curtis
(2005) mengidentifikasikan sifat kepemimpinan yang efektif (p. 16):
a. Need for achievement
Seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan bekerja keras agar
berhasil.
b. Intellegence
Pemimpin harus memiliki pertimbangan, alasan, dan pemikiran yang
baik.
c. Decisiveness

21
Seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan tanpa keraguan.
d. Self Confidence
Seorang pemimpin harus memiliki kesan positif sebagai seorang yang
memiliki kemampuan.
e. Initiative
Pemimpin harus menjadi acuan, melakukan pekerjaan dengan
pengawasan yang minimal.
f. Supervisory Ability
Pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas secara baik kepada
bawahannya.
Lebih lanjut Manning dan Curtis (p.29) menyatakan bahwa sepuluh
kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk membantunya
dalam proses kepemimpinan :
a. Visi
Syarat utama menjadi seorang pemimpin adalah memiliki visi yang baik.
Visi menginspirasi yang lain dan menyebabkan seorang pemimpin dapat
melakukan tugasnya.
b. Kemampuan
Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik atas
pekerjaanya. Karyawan biasanya menunjukkan kesabaran kepada
seorang pemimpin yang baru, tetapi mereka akan kehilangan
kepercayaan kepada seorang pemimpin yang gagal dalam melaksanakan
tugasnya.
c. Antusiasme
Ciri dari seorang pemimpin yang baik yaitu memiliki antusiasme yang
kuat. Antusiasme yang ditunjukkan seorang pemimpin membangkitkan
antusiasme bagi pengikutnya.
d. Stabilitas
Seorang pemimpin harus memiliki profesionalisme, dengan membedakan
masalah perusahaan dengan masalah pribadi.
e. Memahami Sesama
Seorang pemimpin tidak boleh merendahkan bawahannya atau
memperlakukan mereka seperti mesin. Seorang pemimpin harus

22
memahami kesejahteraan bawahannya. Pengertian terhadap orang lain
membutuhkan kesabaran dan kemauan untuk mendengarkan
permasalahan bawahannya.
f. Percaya Diri
Apabila seorang pemimpin kurang percaya diri, karyawan akan
mempertanyakan otoritasnya, bahkan mengabaikan perintah.
g. Ketekunan
Seorang pemimpin memiliki kebulatan tekad dan ketekunan untuk
menyelesaikan suatu masalah yang sulit.
h. Vitalitas
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan stamina yang prima
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
i. Karisma
Seorang pemimpin harus memiliki karisma yaitu kemampuan untuk
menarik perhatian pegawainya dan membuat mereka mengikutinya.
j. Integritas
Syarat paling penting seorang pemimpin adalah integritas, yaitu:
kejujuran, karakter yang kuat, dan keberanian. Tanpa integritas maka
tidak ada kepercayaan. Kepercayaan memimpin kepada rasa hormat,
loyalitas, dan tindakan.

2.7 KONSEP PUSKESMAS Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014


2.7.1 Definisi Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan (KepMenKes 128, 2004). Puskesmas sebagai unit
pelaksana teknis melaksanakan tugas dinas kesehatan kabupaten/kota
yang di bebankan sesuai dengan kemampuan. Puskesmas sebagai
organisasi fungsional yang merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan di susun dari pemerintah bagi masyarakat dengan kegiatan
yang menyeluruh serta terpadu dalam bentuk kegiatan pokok dan
kegiatan pengembangan.

23
2.7.2 Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju
terwujudnya derajat kesehatan indonesia 2010 yaitu masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil, dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya
(KepMenKes, 2004).
Misi puskesmas antara lain menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan
meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan, memelihara dan meningkatkatkan
kesehatan perorangan, masyarakat beserta lingkunganya
(KepMenKes, 2004).

2.7.3 Tujuan Puskesmas


Puskesmas mempunyai tujuan yaitu mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

2.7.4 Fungsi Puskesmas


a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di
wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang
berwawasan kesehatan, aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya, mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan
pemulihan.

24
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangkan menigkatan kemampuan untuk hidup sehat.
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat;
1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat.
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan.
3) Ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
4) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan berupa pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
(KepMenKes, 2004).

2.7.5 Upaya Kesehatan Puskesmas


a. Upaya Kesehatan wajib Puskesmas
1) Upaya kesehatan ibu, Anak dan KB
2) Upaya Promosi kesehatan
3) Upaya kesehatan lingkungan
4) Upaya Perbaikan gizi
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6) Upaya pangobatan dasar
b. Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas
Di laksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat
yang ada dakemampuan puskesmas bila ada masalah kesehatan
tetapi puskesmas tidak mampu maka pelaksanaan oleh dinkes/kota.
Upaya laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan
puskesmas serta pencatatan laporan merupakan kegiatan penunjang
dari tiap upaya wajib atau pengembangan.

25
Pemilihan di lakukan oleh puskesmas bersama dinkes kab/ kota
dengan mempertimbangkan masukan BPP, Dalam keadaan tertentu
di tetapkan sebagai penugasan dari dinkes kab/kota, di laksanakan
bila upaya kesehatan wajib telah terlaksanakan secara optimal
(target cakupan dan mutu terpenuhi).

2.7.6 Azas Penyelenggaraan Puskesmas


Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas
secara terpadu.
Azas penyelenggaraan Puskesmas terdiri dari:
a. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
upaya Puskesmas, seperti Badan Penyantun Puskesmas (BPP), Pos
Obat Desa.
c. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
harus dilakukan secara terpadu baik lintas program maupun lintas
sektor.
d. Azas Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
masalah kesehatan secara timbal balik, vertikal maupun horizontal.
Rujukan upaya kesehatan perorangan merupakan rujukan kasus
penyakit meliputi rujukan kasus, rujukan bahan pemeriksaan
(spesimen) dan rujukan ilmu pengetahuan. Rujukan upaya
kesehatan masyarakat adalah rujukan masalah kesehatan
masyarakat antara lain kejadian luar biasa, bencana, pencemaran

26
lingkungan, rujukan sarana dan logistik, tenaga dan rujukan
operasional.

2.7.7 Program Pokok Puskesmas Unggulan


Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh PUSKESMAS disesuaikan
dengan sumber daya manusia dan fasilitas yang ada. Kegiatan pokok
PUSKESMAS dalam pelayanan kesehatan yaitu :
a. Pengobatan
Pengobatan adalah untuk mendiagnosa secara dini, mengadakan
rehabilitasi dan memberikan pengobatan serta perawatan pada
penderita. Pengobatan ini berupa pengobatan umum, pengobatan
gigi dan mulut serta penanggulangan gawat darurat.
b. Kesehatan Ibu dan Anak / Keluarga Berencana
Mengurangi kematian dan kesakitan ibu, bayi dan anak dengan:
1) Meningkatkan kesehatan ibu baik saat mengandung, persalinan
maupun sesudahnya.
2) Meningkatkan kesehatan anak – anak, terutama dalam hal gizi
yang baik, dan mencegah mereka dari terkena penyakit menular.
3) Meningkatkan kesehatan keluarga dan memberikan penyuluhan
tentang manfaat Keluarga Berencana.
c. Gizi
Untuk melaksanakan dan memantau gizi seimbang kepada
masyarakat.
d. Kesehatan Lingkungan
Untuk menanggulangi dan melindungi kesehatan masyarakat,
terutama yang diakibatkan oleh lingkungan tidak sehat, perlu
diciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dengan program dan
kegiatan penyehatan lingkungan.
e. Progam pemberantasan penyakit menular
Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para petugas Puskesmas
adalah :
f. Perawatan Kesehatan Masyarakat

27
Kegiatannya :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
2) Pemberdayaan dalam upaya kemandirian pada keluarga lepas asuh

Program pengembangan pelayanan kesehatan puskesmas adalah:


Program pengembangan puskesmas adalah beberapa upaya kesehatan
pengembangan yang ditetapkan puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten
atau kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan
puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas program pengembangan
ini biasanya disebut program spesifik local.
1. Usaha kesehatan sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang
dilakukan petugas puskesmas disekolah-sekolah (SD, SMP dan SMA)
diwilayah kerja puskesmas.
2. Kesehatan olahraga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan
ilmu pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani
masyarakat, baik atlit maupun masayarakat umum misalnya pembinaan
dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan kelompok
masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung.
3. Perawatan kesehatan masyarakat, adalah program pelayanan penganan
kasus tertentu daru kunjungan dari puskesmas akan ditindak lanjuti atau
dikunjungi ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan
individu dan asuhan keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizi
kurang penderita ISPA atau Pneumonia.
4. Kesehatan kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas
yang ditujukan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal di
wilayah kerja puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat oleh
petugas puskesmas.
5. Kesehatan gigi dan mulut, adalah program pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan puskesmas kepada masyarakat baik didalam atau
diluar gedung.

28
6. Kesehatan jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang
dilaksanakan oleh tenaga puskesmas dengan didukung oleh peran serta
masyarakata, dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat
yang optimal melalui kegiatan pengenalan atau deteksi dini gangguan
jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan
hidup. Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya yang mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling
jiwa di puskesmas.
7. Kesehatan mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama
pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan
puskesmas dan di dukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya
upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8. Kesehatan usia lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut
atau upaya kesehatan khusus yang dilakasanakan oleh tenaga kesehatan
puskesmas dengan dukungan peran serta atif masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya
pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degenerative,
kardiovaskuler seperti: diabetes mellitus, hipertensi, dan osteoporosis
pada kelompok masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan pengobatan tradisional, adalah program pembinaan terhadap
pelayanan pengobatan tradisional, pengobatan tradisional dan cara
pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah
pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang
menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun
keterampilan (pijat, patah tulang tutup).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan
jamaah haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan
kebugaran dan pemantauan kesehatan jamaah yang kembali (pulang)
dari menunaikan ibadah haji.

29
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik
local yang dikembangkan dipuskesmas dan dinas kesehatan kabupaten
atau kota.
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan terdiri dari :
1. Upaya pengembangan poli lansia
2. Upaya pengembangan VCT
3. Upaya pengembangan IMS

30
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MOJOAGUNG

3.1 Keadaan Daerah


3.1.1 Geografi dan Topografi
Kecamatan Mojoagung secara geografis adalah wilayah perkotaan
dengan karakter masyarakat yang sangat heterogen dan sebagai salah
satu kecamatan yang rawan bencana alam, terutama banjir. Dalam
perencanaan pembangunan jangka panjang Kabupaten Jombang,
Kecamatan Mojoagung di tetapkan sebagai Satuan Kawasan
Pengembangan Perdagangan yaitu Titik Berat Pembangunan Ekonomi
di sektor perdagangan jasa dan industri.
Luas wilayah Kecamatan Mojoagung 4850,204 Ha, terdiri atas:
1. Tanah Sawah 2310,102 Ha terdiri dari :
1) Sawah Teknis 2297,732 Ha
2) Sawah Tadah Hujan 12,370 Ha
2. Tegal 46,845 Ha
3. Pekarangan 995,274 Ha
4. Hutan 1404,91 Ha
Wilayah Kecamatan Mojoagung memiliki 2 puskesmas, yaitu
Puskesmas Mojoagung (bertanggung jawab atas 10 desa) dan
Puskesmas Gambiran (bertanggung jawab atas 8 desa).
Secara geografis, posisi Puskesmas Mojoagung terletak pada
koridor bagian timur wilayah Kabupaten Jombang. Puskesmas
Mojoagung termasuk dalam Kecamatan Mojoagung dengan luas
wilayah 6018 km2 Jumlah Desa/Kelurahan 18 desa, 32 dusun.
Adapun batas-batas wilayah Kerja Puskesmas Mojoagung adalah :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Sumobito dan Wilker
Puskesmas Gambiran
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kec. Trowulan Kab. Mojokerto
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kec. Jogoroto
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Mojowarno

31
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mojoagung

Seketi

Murukan

Mojotrisno S

Kondisi Topografis Kecamatan Mojoagung adalah sebagai berikut:


1. Kecamatan Mojoagung merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-
rata 37 M di atas permukaan air laut dan sedikit berbukit di bagian selatan
wilayah yaitu Desa Kedunglumpang.
2. Lapisan tanah di wilayah Kecamatan Mojoagung relatif stabil.

32
Puskesmas Mojoagung menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan
oleh Pemerintah Kabupaten Jombang, ini merupakan Puskesmas Mojoagung
memiliki Pelayanan Unggulan yaitu :
1. Poli Kesehatan Tradisional
2. Taman Pemulihan Gizi (TPG)
3. TFC (Therapeutic Feeding Centre)
4. Pemeriksaan IVA (nspeksi Visual dengan Asam Asetat) serta Pengobatan
Cryo Terapy.
5. Poli TB Rujukan
6. Poli Santun Lansia
7. Poli Paliatif
8. Poli ANC terpadu
9. Klinik Sanitasi
10. Poli Gizi
11. Poli KRR
12. Pojok Laktasi
13. Poli VCT- IMS
14. Poli Mata dan Optik
15. Kelas Ibu Hamil
16. Kelas Ibu Balita
17. ASMAN (Asuhan Masyarakat Mandiri)
18. FPA (Forum Peduli AIDS)
19. MACIN (Masyarakat Cinta Puskesmas)
20. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) percepatan ODF bekerjasama
dengan PID (Pagu Intensif Desa) dan Bank swasta
21. Pemberdayaan Kader Kesehatan Lingkungan dalam pencegahan penyakit
berbasis lingkungan
22. Jamban Cor ditempat
23. Marketing Sanitasi
24. Laboratorium denganTes Narkoba dan Tes HIV-AIDS
25. Pendidikan dan Pelatihan oleh mahasiswa Kedokteran (UNAIR Surabaya,
UMM Malang), Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan (STIKES
PEMKAB, Darul Ulum, Husada, ICMe, Dian Husada, Mojopahit),

33
Mahasiswa Akupunktur (Akademi Akupunktur Surabaya dan Akademi
Akupunktur Surakarta), serta Mahasiswa D4 Gizi (Mojokerto).

Gambar 2. Denah Eakuasi Puskesmas Mojoagung


3.1.2 Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kecamata Mojoagung berasarkan Data BPS
Provinsi Jawa Timur Tahun 2019 adalah 75.018 jiwa dengan jumlah
Desa/kelurahan 18.

34
Kecamata Mojoagung merupakan kota kecamatan terbesar kedua di
Kabupaten Jombang setelah kota Jombang.
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Mojoagung adalah
44.323 jiwa, desa/kelurahan 10 yaitu : Desa Miagan, Desa Mojotrisno,
Desa Tanggalrejo, Desa Dukuhdimoro, Desa Dukuhmojo, Desa
Karangwinongan, Desa Kademangan, Desa Kedunglumpang, Desa
Murukan dan Desa Seketi. (sumber data : BPS Kabupaten/Kota
Jombang, 2018).
Dinamika kependudukan meliputi struktur dan distribusi penduduk
serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat adanya
perubahan kelahiran dan kematian, salah satu indicator yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan pembangunan adalah
dengan menggunakan indikator jumlah penduduk sebagai dasar
penentuan indicator lainnya terkait pemenuhan kesejahteraan
penduduk.
Perkembangan penduduk di Kecamatan Mojoagung tahun 2018
dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1. Perkembangan penduduk di Kecamatan Mojoagung tahun


2019
Jumlah Kepadat
Luas Jumlah Jumlah Jumlah Rata Rata an
Kelu
No Desa Wila De Desa dan Pendud Rumah Jiwa/Rum Pendud
raha
yah sa Keluraha uk Tangga ah Tangga uk per
n
n km2
1 Miagan 1.24 1 0 1 4,057 840 4.83 3271.77
2 Mojotrisno 1.21 1 0 1 4,506 1,075 4.19 3723.97
Kademanga 1 0
3 1.71 1 6,210 1,217 5.10 3631.58
n
Karang 1 0
4 2.35 1 3,349 921 3.64 1425.11
Winongan
Kedung 1 0
5 Lum 15.9 1 4,732 1,349 3.51 297.61
pang
Dukuh 1 0
6 2.48 1 5,945 1,680 3.54 2397.18
mojo
7 Tanggalrejo 2.88 1 0 1 6,886 1,630 4.22 2390.97
Dukuh 1 0
8 2.11 1 3,997 1,032 3.87 1894.31
dimoro
9 Murukan 1.84 1 0 1 3,467 854 4.06 1884.24

35
10 Seketi 1.12 1 0 1 1,174 307 3.82 1048.21
10 10 0 44,323 10,905 4.06 1,350
Jumlah
Penduduk Sasaran Jombang
Tabel 2. Penduduk Sasaran Jombang tahun 2019
Nama Sasaran Jumlah

Bumil 757

Bulin 723

Lahir Hidup 681

Bayi Surviving Infant 697

Baduta (0-1 th) 1.379

Batita (0-2 th) 2.052

Balita (0-4 th) 3.393

Anak Balita (1-4 th) 2.696

Anak Kelas 1 SD 689

Anak Kelas 2 SD 697

Anak Kelas 3 SD 698

Anak Usia SD (7-12 th) 4.025

Usia 18+ 31.743

Belum Produktif (0-14 th) 10.380

Produktif (15-64 th) 30.349

Tidak Produktif (65+) 3593

Wanita Usia Subur

15-39 th 8235

15-49 th 11.619

Wanita Usia 30-50 th 6.921

Usia Lanjut (60+) 5.502

Usia Lanjut Risti (70+) 2.127

3.1.3 Kondisi Pendidikan


a) Jumlah Sekolah : 45 buah
36
1. Taman Kanak-kanak yang ada : 28 buah
2. SD / MI yang ada : 24 buah
3. SLTP / MT yang ada : 11 buah
4. SMU / MA yang ada :9 buah
5. Akademi yang ada :- buah
6. Perguruan Tinggi yang ada :- buah
7. Jumlah Ponpes yang ada :3 buah
b) Jumlah murid yang ada : 11,568 murid
1. Taman Kanak-kanak : 1,052 murid
2. SD / MI : 4,396 murid
3. SLTP / MT : 2,221 murid
4. SMU / MA : 3,899 murid

3.1.4 Kondisi Ekonomi


Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Mojoagung adalah
dibidang pertanian dan di bidang perdagangan, disamping bidang
profesi lain. Jenis mata oencaharian dii wilayah Mojoagung meliputi:
Tabel 3. Data Pekerjaan Penduduk Mojoagung tahun 2019
N Jenis Pencaharian Jumla
o h
1 PNS 973
2 Pertanian 6821
3 Pertambangan 0
4 Industri Pengolahan 5
5 Bangunan 415
6 Perdagangan 2917
7 Angkutan 212
8 Keuangan 0
9 TNI/ POLRI 210

3.1.5 Kondisi Sosial Budaya


Kecamatan Mojoagung terdiri dari 18 desa, 60 dusun 112 RW 408
RT. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Mojoagung terdiri dari 33
dusun, 245 RW, 30 RT, Sebagaimana rekapitulasi tersebut dibawah
ini:
Tabel 4. Data Luas Wilayah Mojoagung
Nama Desa Dusun RW RT Luas
37
(Km2)
Kedung 4 25 10 15,9
Lumpang
Dukuhmojo 5 35 9 2,48
Karangwinongan 4 16 5 2,35
Kademangan 3 25 6 1,70
Mojotrisno 3 31 8 1,21
Tanggalrejo 6 35 8 2,88
Dukuhdimoro 3 27 9 2,11
Miagan 2 25 3 1,24
Seketi 1 5 2 1,12
Murukan 2 21 2 1,84
Warga masyarakat Kecamatan Mojoagung menganut berbagai
macam agama/kepercayaan diantaranya :
Tabel 5. Data Agama Masyarakat Mojoagung
NO AGAMA JUMLAH
1 Islam 85.998
2 Kristen Protestan 1108
3 Kristen Katolik 254
4 Hindu 4
5 Budha 52

Tabel 6. Jumlah tempat beribadah di Kecamatan Mojoagung


Jenis Tempat Jumlah
Ibadah
Masjid 70
Mushola/Langgar 319
Gereja 5
Klenteng 1

Beberapa organisasi kemasyarakatan di Kecamatan Mojoagung:


1. MUI
2. MWC NU
3. Muhammadiyah
4. Fatayat NU
5. A’isyiyah
6. LDII
7. Karang Taruna
8. IPNU
38
9. Khoirunnisa’
10. PKK

3.2 Visi Dan Misi Puskesmas Mojoagung


1. Visi :
Bersama mewujudkan Jombang yang berkarakter dan berdaya saing.
2. Misi :
Mewujudkan pelayanan dasar yang terjangkau

3. Tujuan dan Tata Nilai Pukesmas Mojoagung


a. Meningkatkan status kesehatan masyarakat, pada semua kontinum
siklus kehidupan.
b. Mengendalikan kasus penyakit menular, tidak menular, kejadian
wabah, dan kwalitas kesehatan lingkungan.
c. Meningkatkan promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
d. Meningkatkan akses dan kwalitas pelayanan kesehatan, sesuia
dengan prosedur.
4. Tata Nilai
a. Profesional
b. Amanah
c. Inovatif

3.3 Sarana Upaya Kesehatan


3.3.1 Sumber Daya Manusia
A. Tenaga Kesehatan
Informasi ketenagaan diperlukan bagi perencanaan kebutuhan
tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data
ketenagaan kesehatan yang akurat antara lain karena sifat data
ketenagaan yang setiap waktu mengalami perubahan-perubahan.
Puskesmas Mojoagung memiliki beberapa jenis karyawan, PNS
dan Non PNS. Berikut jenis petugas PNS di Puskesmas
Mojoagung:

39
Tabel 7. Data Pegawai di Puskesmas Mojoagung tahun 2019
Honorer
Propinsi Kontrak
No Profesi PNS Jumlah
/ Pemda / Puskesmas
Dinkes
1 Dokter Umum 3 1 0 4
2 Dokter Gigi 1 0 0 1
3 Bidan 14 2 9 25
4 Perawat 7 6 8 21
5 Perawat Gigi 1 0 0 1
6 Apoteker 1 0 1 2
7 Sanitarian 1 0 0 1
8 Nutrisionis 1 0 1 2
9 Akupunturis 0 1 0 1
10 Analis Medis 1 1 1 3
11 Administrasi 4 3 0 7
Staf Penunjang
12 Lain 5 4 0 9
Total 77

Kebutuhan tenaga profesional kesehatan untuk memberikan


pelayanan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Mojoagung telah memenuhi standar kebutuhan pelayanan kepada
masyarakat.

40
3.4 Data Standart Pelayanan Minimal Wajib Puskesmas
Tabel 8. Data Standart Pelayanan Minimal Wajib Puskesmas
OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
Jenis Targe Hasil Realisasi Capaia Targe Hasil Realisasi Capai Targe Hasil Realisasi Capai
Pelayanan Targ t n (%) t s.d. Bula s.d. an t s.d. Bula s.d. an
N (Data) (Data) bula n Ini Bula (%) (Data) bula n Ini Bula (%)
Dasar & et s.d. Bula s.d.
O Sasar Sasar n n Ini Sasar n n Ini
Indikator (%) bula n Ini Bula
SPM an an lalu an lalu
n n ini
lalu
Pelayanan
A.
Wajib
Pelayanan
1 Kesehatan Ibu 100 757 520 60 580 76.6 757 580 61 641 84.7 757 641 48 689 91.0
Hamil
Pelayanan
2 Kesehatan Ibu 100 723 521 53 574 79.4 723 574 44 618 85.5 723 618 45 663 91.7
Bersalin
Pelayanan
Kesehatan
3 100 681 515 52 567 83.3 681 567 43 610 89.6 681 610 42 652 95.7
Bayi Baru
Lahir
Pelayanan
4 Kesehatan 100 3393 2305 288 2593 76.4 3393 2593 274 2867 84.5 3393 2867 255 3122 92.0
Balita
5 Pelayanan 95 1498 0 731 731 48.8 1498 731 785 1516 100.0 1498 1516 0 1516 100.0
Kesehatan

41
pada Usia
Pendidikan
Dasar
Pelayanan
Kesehatan 1375 1519 1519 1688 1688 1834
6 60 28440 1442 53.4 28440 1693 59.4 28440 1454 64.5
pada Usia 4 6 6 9 9 3
Produktif
Pelayanan
Kesehatan
7 70 5302 2777 780 3557 67.1 5302 3557 780 4337 81.8 5302 4337 780 5117 96.5
pada Usia
Lanjut
Pelayanan
Kesehatan
8 60 10365 714 135 849 8.2 10365 849 148 997 9.6 10365 997 164 1161 11.2
Penderita
Hipertensi
Pelayanan
Kesehatan
9 Penderita 60 2292 279 6 285 12.4 2292 285 80 365 15.9 2292 365 33 398 17.4
Diabetes
Melitus (DM)
Pelayanan
Kesehatan
10 Orang dengan 100 94 61 0 61 64.9 94 61 2 63 67.0 94 63 0 63 67.0
Gangguan Jiwa
(ODGJ)
11 Pelayanan ≥80 96 52 6 58 60.4 96 58 6 64 66.7 96 64 6 70 72.9
Kesehatan
Orang dengan

42
Tuberculosis
(TB)
Pelayanan
Kesehatan
12 Orang dengan 100 853 666 0 666 78.1 853 666 0 666 78.1 853 666 154 820 96.1
Resiko
terinfeksi HIV

3.5 Data Standart Pelayanan Minimal Tambahan Puskesmas


Tabel 9. Data Standart Pelayanan Minimal Tambahan Puskesmas
OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
Targe Hasil Realisasi Capai Targe Hasil Realisasi Capai Targe Hasil Realisasi Capai
Tar t s.d. Bul s.d. an t s.d. Bul s.d. an t s.d. Bul s.d. an
N Jenis Pelayanan Dasar &
get (Data bul an Bul (%) (Data bul an Bul (%) (Data bul an Bul (%)
O Indikator SPM
(%) ) an Ini an ) an Ini an ) an Ini an
Sasar lalu ini Sasar lalu Ini Sasar lalu Ini
an an an
B. Pelayanan Tambahan                                
1 Desa Siaga Madya 20 10 2 0 2 20 10 2 0 2 20 10 2 0 2 20
2 Posyandu Purnama Mandiri 76 54 43 0 43 80 54 43 2 45 83 54 45 0 45 83
PHBS tatanan Rumah Tangga 153 153 153 153 153 153
3 57 2536 0 61 2536 0 61 2536 0 61
Sehat 9 9 9 9 9 9
4 Cakupan Klinik sanitasi 20     20 20 74     20 20 69     20 20 41
Cakupan pembinaan
5 25 98 39 1 40 41 98 39 1 40 41 98 39 1 40 41
kelompok/klub olah raga
6 Cakupan pembinaan kelompok 25 24 8 1 9 33 24 9 2 11 33 24 11 2 13 33

43
pekerja
Persentase Pelayanan Kesehatan
7 100 723 520 53 573 79 723 573 44 617 85 723 617 45 662 92
Ibu Nifas
Pelayanan Pemeriksaan Berkala 351 351 351 362 362 362
8 100 3625 0 100 3625 115 100 3625 0 100
siswa tingkat SD sederajat 0 0 0 5 5 5
Pelayanan Pemeriksaan Berkala
143 143 143 143 143 143
9 siswa tingkat Dasar 100 1479 0 100 1479 0 100 1479 0 100
0 0 0 0 0 0
SMP/sederajat
Pelayanan Pemeriksaan Berkala
240 240 240 240 240 240
10 siswa tingkat Lanjutan 100 2450 0 100 2450 0 100 2450 0 100
2 2 2 2 2 2
(SMA)/sederajat
Cakupan Bumil mendapat 90
11 90 751 527 60 587 78 751 587 62 649 86 751 649 50 699 93
tablet Fe
Bayi yang mendapat ASI
12 80 602 467 0 467 78 602 467 0 467 78 602 467 0 467 78
Eksklusif
Cakupan Balita Gizi Buruk
13 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mendapat Perawatan
14 Ibu Hamil KEK yang ditangani 100 7 0 7 7 100 2 0 2 2 100 6 0 6 6 100
15 Desa/Kelurahan UCI 90 697 508 40 548 79 697 548 40 588 84 697 588 40 628 90
Cakupan Batita yang
16 82 699 506 39 545 78 699 545 39 584 84 699 584 39 623 89
Memperoleh Imunisasi Booster
Cakupan Desa/Kelurahan
Mengalami KLB yang dilakukan
17 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penyelidikan Epdemiologi < 24
Jam
Meningkatnya rumah /bangunan 75. 75. 75. 75. 75. 75.
18 95.0 95.0   78.9 95.0   78.9 95.0   78.9
yang bebas jentik nyamuk Aides 0 0 0 0 0 0
19 Meningkatnya pemeriksaan 100 7 5 0 5 71 6 5 1 6 100 6 6 0 6 100

44
kontak intensif kusta
20 Penderita DBD yang Ditangani 100 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Penemuan Penderita Diare yang
21 100 1197 591 30 621 52 1197 621 42 663 55 1197 663 51 714 60
Ditangani
22 Cakupan Posbindu 40 10 9 1 10 100 10 10 0 10 100 10 10 0 10 100
23 Peserta Prolanis Aktif 50 55 0 52 52 95         0         0
Keluarga rawan yang mendapat
24 keperawatan kesehatan 35 88 88 0 88 100 88 88 0 88 100 88 88 0 88 100
masyarakat (Home Care)

Ketersediaan Obat sesuai


26 75 200   117 117 59 200   117 117 59 200   117 117 59
kebutuhan

45
BAB IV
ANALISA DATA

4.1 KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH


Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi/inventarisasi masalah
Pada tahap ini dilakukan penetapan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin
dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya
SPM. Lalu mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur
hasil pencapaian. Kemudian membandingkan antara keadaan fakta yang terjadi,
dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah
ditetapkan.
2. Penentuan prioritas masalah
Pada tahap ini, hasil identifikasi masalah yang sudah dilakukan dengan
menggunakan SPM Puskesmas Mojoagung, lalu disusun peringkat masalah. Tahap
ini lebih baik dilakukan oleh banyak orang secara musyawarah daripada oleh satu
orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq,
CARL, Pareto, dan sebagainya.
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah
tersebut.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang
sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif
pemecahan masalah.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan CARL
untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

46
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action
atau Rencana Kegiatan)
8. Monitoring dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi disini terdiri dari dua segi pemantauan yaitu apakah
kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan
dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.

Gambar 3. Problem Solving Cycle

4.2. ANALISIS DATA


47
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Mojoagung, ditemukan
masalah – masalah sebagai berikut:

Tabel 10. Masalah Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Mojoagung


Triwulan ke IV 2019
NO TARGET CAPAIAN MASALAH
INDIKATOR
(%) (%) (%)
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 100 91.0 9
2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 100 91.7 8.3
3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 100 95.7 4.3
4 Pelayanan Kesehatan Balita 100 92.0 8
5 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 60 11.2 48.8
Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
6 60 17.4 42.6
(DM)
Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan
7 100 67.0 33
Jiwa (ODGJ)
Pelayanan Kesehatan Orang dengan
8 80 72.9 7.1
Tuberculosis (TB)
Pelayanan Kesehatan Orang dengan Resiko
9 100 96.1 3.9
terinfeksi HIV
10 Persentase Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 100 72 28
11 Cakupan Bumil mendapat 90 tablet Fe 90 70 20
12 Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 80 78 2
13 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 0 100
14 Desa/Kelurahan UCI 90 73 17
Cakupan Batita yang Memperoleh Imunisasi
15 82 72 10
Booster
Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang
16 100 0 100
dilakukan Penyelidikan Epdemiologi < 24 Jam
Meningkatnya rumah /bangunan yang bebas
17 95 79 16
jentik nyamuk Aides
Meningkatnya pemeriksaan kontak intensif
18 100 71 29
kusta
19 Penderita DBD yang Ditangani 100 0 100
20 Penemuan Penderita Diare yang Ditangani 100 49 51
21 Ketersediaan Obat sesuai kebutuhan 75 61 14

Dari 25 daftar masalah yang ditemukan di hasil SPM Triwulan ke IV Puskesmas Mojoagung,
penulis mendiskusikan dengan masing-masing pemegang program kerja dan mendapatkan 5
masalah utama yang kemudian diangkat untuk dilakukan analisa prioritas masalah dan
perencanaan penyelesaian masalah. 5 masalah utama tersebut antara lain:

(1) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM),

48
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah klien
dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat
DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti diperkirakan
akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta klien yang menderita
DM. Hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh provinsi yang ada di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT)
adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7% (Balitbang Depkes RI,
2008).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi
peningkatan prevalensi klien diabetes melitus pada tahun 2007 yaitu 1,1% meningkat
pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM berdasarkan diagnosis
dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi adalah
pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat
(0,5%).
Data Riskesdas tersebut menyebutkan bahwa prevalensi klien DM cenderung
meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dimana terjadi
peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan umur namun pada
umur ≥ 65 tahun prevalensi DM cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih
tinggi bagi klien yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau
dari segi pendidikan menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi (Balitbang Depkes RI, 2013).
(2) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberculosis (TB),
Status kesehatan dipengaruhi oleh penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Salah satu indikator untuk penyakit menular adalah Tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia terutama negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia (Kemenkes RI, 2015). Angka keberhasilan pengobatan TB di
Puskesmas Kecamatan Mojoagung adalah 100% angka ini sudah mencapai target

49
nasional yaitu angka minimal yang harus di capai adalah 90% (Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis, 2014).
Tetapi pada indikator penemuan terduga suspek TB belum tercapai. Penjelasan
dari pemegang program (dalam hal ini pihak puskesmas yang bertanggung jawab
pada program TB), program kerja terkait penatalaksanaan TB telah berjalan dengan
baik meskipun belum mencapai target. Salah satu penyebab tidak tercapainya target
kriteria penemuan terduga suspek TB adalah pemeriksaan yang terlalu ketat yang
menyebabkan penemuan terduga suspek TB di wilayah kerja puskesmas kecamatan
Mojagung belum mencapai target yaitu 73,2 % dari 100%. Angka ini dapat
menggambarkan bahwa masih belum semua kasus TB di masyarakat tercatat oleh
Puskesmas sehingga masih banyak pasien TB di masyarakat belum diobati, dan
pastinya hal ini akan menjadi sumber penularan yang berakibat kejadian kasus TB
yang tidak sembuh cukup tinggi. Upaya perbaikan puskesmas berkaitan dengan
suspek penyakit TB dengan cara melonggarkan batasan kriteria suspek yang saat ini
masih terlalu ketat.
(3) Meningkatnya rumah /bangunan yang bebas jentik nyamuk Aides,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan salah satu cara
pengendalian vektor DBD yang paling efektif dan efisien, yaitu dengan jalan
memutus rantai penularan melalui pemberantasan atau pengendalian jentik nyamuk.
Pelaksanaan program PSN DBD dalam masyarakat biasa dikenal dengan kegiatan 3M
Plus (Kemenkes RI, 2011). Tujuan dari program PSN DBD ini adalah untuk
mengendalikan populasi nyamuk, yaitu khususnya nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor utama DBD, sehingga penularan penyakit ini dapat dicegah atau setidaknya
dikurangi kejadian kasusnya. Indikator keberhasilan program PSN DBD adalah
Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu dengan ABJ mencapai 100% (Renstra DKI Jakarta,
2015).
Kepadatan vektor nyamuk Aedes dapat diukur dengan menggunakan
parameter ABJ atau Angka Bebas Jentik. Dengan menggunakan parameter ini, maka
akan terlihat seberapa jauh peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah
yang terjadi kasus KLB (Kejadian Luar Biasa). Makin tinggi kepadatan nyamuk
Aedes di suatu wilayah, maka makin tinggi pula risiko masyarakat di wilayah tersebut
untuk tertular DBD. Hal ini berarti bahwa jika di suatu wilayah dengan kepadatan
Aedes tinggi dan terdapat seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita

50
tersebut berisiko untuk tertular DBD (Wati, 2009). Didapatkan bahwa target Angka
Bebas Jentik (ABJ) belum tercapai yaitu 78,9% dari target 95%. Hal ini diduga karena
perilaku atau kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya 3M. Oleh karena itu
perlu sosialisasi tentang 3M yang bekerja sama dengan program kecamatan yaitu
PSN.

(4) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan, dan


Gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi dan latar belakang
sosial budaya yang berhubungan dengan pola makan dan nutrisi. Nutrisi yang tidak
adekuat dalam lima tahun pertama kehidupan berakibat pada gangguan pertumbuhan
dan perkembangan fisik, mental dan otak yang bersifat irreversible. Ukuran
keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi adalah status gizi. Status gizi balita
mencerminkan tingkat perkembangan dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
negara serta berhubungan dengan status kesehatan anak di masa depan (Bhandari, et
al., 2013). Malnutrisi umumnya mengacu pada kondisi gizi kurang, gizi buruk dan
gizi lebih. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas
terbanyak pada balita di negara berkembang, yaitu sebanyak 54% atau 10,8 juta anak
meninggal akibat malnutrisi (Kabeta, et al., 2017). Malnutrisi pada balita berdampak
pada penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi.
Penyakit infeksi seperti diare, pneumonia, malaria, campak atau measless dan AIDS
diketahui paling banyak menyebabkan kematian pada anak balita dengan gizi buruk.
Menurut WHO (2012) jumlah penderita gizi kurang di dunia mencapai 104
juta anak dan keadaan gizi kurang masih menjadi penyebab sepertiga dari seluruh
penyebab kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan merupakan wilayah dengan
prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46% kemudian wilayah sub-
Sahara Afrika 28%, Amerika Latin 7% dan yang paling rendah terdapat di Eropa
Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent States (CEE/CIS) sebesar 5%
(Sigit, 2012). UNICEF melaporkan sebanyak 167 juta anak usia pra-sekolah di dunia
yang menderita gizi kurang (underweight) sebagian besar berada di Asia Selatan
(Gupta, et al., 2016).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2013), di Indonesia
terdapat 5,7% balita dengan gizi buruk atau sebanyak 26.518 anak, 13,9% gizi
kurang, dan 4,5% balita gizi lebih. Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia

51
menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2014 yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, tahun 2014 sebanyak 4,7%, kemudian pada tahun
2015 angka gizi buruk turun menjadi 3,8%, dan kembali turun pada tahun 2016
menjadi sebesar 3,4% (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi gizi buruk di Jawa Tengah
sebesar 4,1% dan sudah berhasil dibawah target nasional yang 5,7% (Infodatin, 2015).
Data SPM Puskesmas Mojoagung Triwulan IV tahun 2018 menunjukkan
bahwa pelayanan balita gizi buruk mendapatkan jumlah pelayanan 0% atau tidak ada
pelayanan sama sekali. Menurut penjelasan dari pemegang program Gizi di
Puskesmas Mojoagung, hal ini terjadi karena memang screening balita gizi buruk
hanya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
(5) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil.
Fakta yang ada untuk mencapai persalinan 100 persen oleh tenaga kesehatan
tidaklah mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantarannya faktor letak
geografis suatu daerah, pendidikan masyarakat, kultur budaya, sosial ekonomi dan
dukungan keluarga untuk memilih fasilitas pelayanan kesehatan dalam persalinannya,
dari letak geografis misalnya karena infrastuktur jalan yang sulit dan jauh menjadikan
ibu bersalin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan, hal ini akan berdampak fatal apabila terjadi gawat janin dan gawat ibu,
yaitu bisa menyebabkan kematian ibu atau bayinya. Faktor dukungan keluarga
misalnya, apabila keluarga masih banyak mempercayai hal-hal yang berbau tahayul
dan menurunya rasa gotong-royong atau kebersamaan diantara keluarga, hal ini bisa
mempengaruhi keputusan keluarga dalam memilih pertolongan persalinan di
pelayanan kesehatan, serta masih banyak contoh-contoh lain yang bisa mempengaruhi
ibu bersalin dalam memilih pertolongan persalinannya di tenaga kesehatan (Sumardi,
Busroni, Muhawarman, Rijadi, Setyowati, 2011).
Penurunan AKI dan AKB di daerah pedesaan atau terpencil belum bisa seperti
yang diharapkan pemerintah, karena di masyarakat pedesaan atau terpencil pada
umumnya mereka masih banyak yang belum bersalin di fasilitas  kesehatan yang
lain. (Erniyati, Siswati, dan Siti hadijah, 2009) mengatakan bahwa masyarakat
terpencil yang merupakan daerah pegunungan dan jangkauan yang sulit, latar
belakang pendidikan yang rendah, sosial ekonomi yang lemah, dan akses layanan
kesehatan yang kurang baik, sehingga masih banyak ibu hamil yang memilih bersalin
di tenaga non kesehatan atau dukun.

52
Resiko kematian ibu dan bayi terjadi pada periode persalinan, di Indonesia
persalinan oleh dukun bayi tergolong masih banyak (50-60%) dari total keseluruhan
persalinan, hal tersebut terutama terjadi di daerah pedesaan (Rita dan Surachmindari,
2013).
Data SPM Puskesmas Mojoagung Triwulan IV tahun 2018 menunjukkan
bahwa pelayanan kesehatan ibu hamil belum mencapai target, yaitu 91% dari target
100%. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan, antara lain: ibu yang terlambat
memeriksakan kehamilannya yang sudah memasukin bulan ke-4 atau lebih sehingga
tidak masuk dalam catatan K4, ibu hamil yang tidak pernah memperiksakan
kehamilan ke fasilitas kesehatan (Puskesmas / bidan desa).
4.3 ALUR USG
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya keterkaitan satu masalah dengan
masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila
tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam
penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode
seperti metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.
Metode USG:
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu
yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Urgency:
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
(2) Seriousness:
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang

53
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan
sistim atau tidak.
(3) Growth:
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG, yakni sebagai
berikut:
(1) Hasil analisa situasi
(2) Informasi tentang sumber daya yang dimiliki
(3) Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan pemerintah yang
berlaku.

PERSIAPAN
PETUGAS
PRAKATA DAFTAR SEMUA YANG ADA
TEMPAT DIKLASIFIKASIKAN
OLEH TIM MASALAH YANG
SARANA DAN DAFTAR
PENYUSUN DIKEMUKAKAN
DATA KEMBALI HASILNYA
USG PESERTA
PROGAMER
PKM

TULIS FREKUENSI MUNCULNYA BANDINGKAN MASALAH YANG


JUMLAH HASIL YANG TIAP MASALAH SETELAH
MUNCUL BERDASARKAN SATU DENGAN YANG LAINNYA,
DIBANDINGKAN TULIS MANA YANG LEBIH
ASPEK URGENCY + BERDASARKAN ASPEK URGENT, SERIUS, & PUNYA
SERIOUSNESS + URGENCY, SERIOUSNESS, & KEMUNGKINAN UNTUK
GROWTH UNTUK TIAP- GROWTH PADA LANGKAH BERKEMBANG YANG TINGGI
TIAP MASALAH SEBELUMNYA

BUAT URUTAN
MASALAH (PRIORITAS)
SESUAI JUMLAH TOTAL
ANGKA YANG
DIPEROLEH TIAP-TIAP
MASALAH DARI
TERBESAR HINGGA Gambar 4. Alur USG
YANG TERKECIL
54
4.4 PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN LANGKAH USG
Dalam menentukan prioritas masalah dengan metode USG ini, kami lakukan
bersama para pemegang program kerja dan anggota struktural Puskesmas Mojoagung
dalam diskusi penentuan prioritas masalah di Puskesmas Mojoagung. Dimana, para
pemegang program kerja dan anggota struktural yang hadir memberikan skornya terhadap
tiap masalah yang ada dengan menggunakan skala 1-5.

Tabel 11. Analisa Prioritas Masalah Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas


Mojoagung Triwulan ke IV 2019 Menggunakan Metode USG

NO MASALAH U S G TOTAL PRIORITAS


1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 3 3 2 8 4
Pelayanan Kesehatan Penderita
2 3 4 4 11 1
Diabetes Melitus (DM)
Pelayanan Kesehatan Orang
3 3 3 3 9 3
dengan Tuberculosis (TB)
Cakupan Balita Gizi Buruk
4 4 3 3 10 2
Mendapat Perawatan
Meningkatnya rumah /bangunan
5 2 2 3 7 5
yang bebas jentik nyamuk Aides
Ket:
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah SPM di Puskesmas
Mojoagung Triwulan ke IV 2019 sebagai berikut:
Prioritas 1 : Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
Prioritas 2 : Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Prioritas 3 : Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberculosis (TB)
Prioritas 4 : Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Prioritas 5 : Meningkatnya rumah /bangunan yang bebas jentik nyamuk Aides

4.5 AKAR MASALAH (FISH BONE)


Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan
hasil yang nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan
penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, dengan
menggunakan data yang diperoleh selama 3 bulan terakhir tahun 2018. Dalam

55
menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan pendekatan evaluasi
yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environtment. Sehingga dapat
ditelusuri hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan.
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya dicari akar
penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan data di
Puskesmas. Salah satu metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab
masalah adalah dengan menggunakan diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram
tulang ikan/ fish bone). Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
 Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
 Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala ikan.
 Tetapkan kategori utama dari penyebab.
 Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
 Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan pada masing-masing
kategori.
 Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama
yang lain.
 Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub
penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil.
 Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi ketidaksesuaian dengan masalah, dll.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Fish bone diagram hanya menggambarkan tentang kemungkinan suatu penyebab,
bukan fakta/penyebab yang sesungguhnya, untuk itu diperlukan konfirmasi
dengan data di Puskesmas untuk memastikannya.
 Efek (masalah) perlu diidentifikasi dan dipahami dengan jelas sehingga tidak
terjadi kerancuan dalam mencari kemungkinan penyebabnya.
 Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab
secara terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan terlewatnya penyebab.
 Pastikan bahwa setiap anggota tim dapat terlibat secara penuh dalam proses
penyusunan fish bone diagram tersebut.

56
Gambar 5. Diagram Fish Bone

57
BAB V
PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Untuk mengatasi penyebab masalah diatas, alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Daftar Alternatif Pemecahan Masalah
Priorotas Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Ket.
Masalah Terpilih
1 Pelayanan 1. Kurangnya pengetahuan 1. Melakukan penyuluhan (didiskusikan saat
Kesehatan masyarakat tentang penyakit tentang penyakit DM ke desiminasi awal)
Penderita DM sekolah SMA sebagai tindakan
Diabetes 2. Penegakan diagnosa DM preentif pencegahan penyakit
Melitus (DM) biasanya terlambat (screening DM pada usia muda
awal DM tidak maksimal) 2. Melakukan penyuluhan
3. Penderita DM tidak penyakit DM ke lembaga-
memperiksakan dirinya lembaga pemerintah maupun
secara rutin ke Puskesmas swasta dan warga di wilayah
4. Penderita DM hanya ke kerja Puskesmas Mojoagung.
Puskesmas kalau merasa drop 3. Membina kader yang khusus
(GDA hiper atau hipo) membina pasien DM (sebagai
5. Kurangnya kepedulian edukator, pendamping minum
masyarakat tentang penyakit obat/PMO, pengingat untuk
yang diderita berobat dan mengecekkan gula
darah)
2 Cakupan 1. Ekonomi masyarakat masih 1. Melakukan penyuluhan (didiskusikan saat
Balita Gizi rendah (keluarga miskin) tentang gizi buruk dan desiminasi awal)
Buruk 2. Kurangnya kesadaran orang dampaknya terhadap tumbuh
Mendapat tua dalam memberikan gizi kembang anak
Perawatan yang adekuat untuk anak 2. Screening dilakukan 6 kali
3. Orang tua yang sibuk bekerja, dalam setahun, yaitu setiap 2
sehingga pengasuhan anak bulan sekali
58
diserahkan kepada orang lain 3. Mengajukan kepada pihak
yang kurang memperhatikan desa agar keluarga miskin
kesehatan anak yang memiliki balita
4. Screening dilakukan hanya 6 mendapatkan alokasi khusus
bulan sekali (Februari dan berupa bantuan biaya untuk
Agustus) pemenuhan sang anak.
3 Pelayanan 1. Screening awal yang terlalu 1. Melakukan screening awal TB (didiskusikan saat
Kesehatan ketat sehingga banyak dengan kriteria yang lebih luas, desiminasi awal)
Orang dengan penderita TB Baru yang lolos misalnya ketika ada pasien
Tuberculosis sreening dengan riwayat batuk lama
(TB) 2. Penderita TB tidak maupun tidak aa riwayat batuk
memperiksakan dirinya lama, tetap di screening
secara rutin 2. Penyuluhan tentang penyakit
3. Adanya kejenuhan meminum TB ke masyarakat umum
obat sehingga tidak datang sehingga masyarakat
untuk mengambil obat di mengetahui cara-cara
Puskesmas penularan TB. Dengan begitu
4. Stigma negatif masyarakat stigma negatif tentang
tentang penderita TB pasienTB bisa berkurang.
membuat penderita merasa 3. Membina kader yang khusus
malu apabila datang ke membina pasien TB (sebagai
Puskesmas untuk berobat edukator, pendamping minum
obat/PMO, pengingat untuk
berobat dan menebus obat di
Puskesmas)
4 Pelayanan 1. Kurangnya pengetahuan 1. Penyuluhan tentang (didiskusikan saat
Kesehatan Ibu bumil tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil di desiminasi awal)
Hamil pemeriksaan kehamilan TM I, trimester I, II, III dan
II, III kerjasama Linprog dan linsek
2. Terlambatnya deteksi 2. Penyuluhan tentang kesehatan
kehamilan, sehingga saat dan reproduksi dan kehamilan
periksa sudah memasuki TM untuk warga usia produktif
59
II 3. menghimbau kepada bidan
3. Bumil memeriksakan desa untuk aktif mendata
kandungannya ke dokter bumil yang ada di dalam
spesialis, tidak ke wilayah kerjanya
Puskesmas / bidan desa
5 Meningkatnya 1. Kurangnya pengetahuan 1. Penyuluhan tentang kegiatan (didiskusikan saat
rumah masyarakat tentang kegiatan prefentif DBD dan Malaria, desiminasi awal)
/bangunan preventif DBD (mematikan yaitu dengan membasmi
yang bebas nyamuk sejak masih jentik) jentik-jentik nyamuk
jentik nyamuk 2. Kurangnya kesadaran 2. Mengaktifkan kembali kader-
Aides masyarakat tentang kader Jumantik (Juru
pentingnya memberantas Pemantau Jentik)
jentik nyamuk 3. Membagikan obat pembunuh
3. Musim hujan menyebabkan jentik nyamuk (ABATE)
peningkatan jumlah jentik di secara menyeluruh dan rutin
lingkungan masyarakat setiap 3 bulan sekali.

60
5.2 PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH (CARL)
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan
masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia,
dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya
hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua
masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
1. Metode CARL
Metode CARL adalah metode yang cukup baru di bidang kesehatan. Metode
CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan prioritas
masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan
menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti kemampuan, kemudahan, kesiapan,
serta pengungkit. Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin
tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk menetapkan
prioritas masalah dilakukan apabila pengelola program menghadapi hambatan
keterbatasan dalam menyelesaikan masalah.
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
 C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
 A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknoloi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
 R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
 L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian


dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai
skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L.

61
Tabel 13. Prioritas Pemecahan Masalah (CARL)

RENCANA TOTAL
NO MASALAH C A R L URUTAN
INTERVENSI NILAI
Pelayanan Kesehatan Penderita 1. Melakukan penyuluhan tentang penyakit DM
Diabetes Melitus (DM) ke sekolah SMA sebagai tindakan preentif
pencegahan penyakit DM pada usia muda
2. Melakukan penyuluhan penyakit DM ke
lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta
1 dan warga di wilayah kerja Puskesmas
Mojoagung.
3. Membina kader yang khusus membina pasien
DM (sebagai edukator, pendamping minum
obat/PMO, pengingat untuk berobat dan
mengecekkan gula darah)
Cakupan Balita Gizi Buruk 1. Melakukan penyuluhan tentang gizi buruk
Mendapat Perawatan dan dampaknya terhadap tumbuh kembang
anak
2. Screening dilakukan 6 kali dalam setahun,
2 yaitu setiap 2 bulan sekali
3. Mengajukan kepada pihak desa agar keluarga
miskin yang memiliki balita mendapatkan
alokasi khusus berupa bantuan biaya untuk
pemenuhan sang anak.
3 Pelayanan Kesehatan Orang 1. Melakukan screening awal TB dengan kriteria
dengan Tuberculosis (TB) yang lebih luas, misalnya ketika ada pasien
dengan riwayat batuk lama maupun tidak aa
riwayat batuk lama, tetap di screening
2. Penyuluhan tentang penyakit TB ke
masyarakat umum sehingga masyarakat
mengetahui cara-cara penularan TB. Dengan
begitu stigma negatif tentang pasienTB bisa
62
berkurang.
3. Membina kader yang khusus membina pasien
TB (sebagai edukator, pendamping minum
obat/PMO, pengingat untuk berobat dan
menebus obat di Puskesmas)
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 1. Penyuluhan tentang pemeriksaan ibu hamil di
trimester I, II, III dan kerjasama Linprog dan
linsek
2. Penyuluhan tentang kesehatan dan reproduksi
4
dan kehamilan untuk warga usia produktif
3. menghimbau kepada bidan desa untuk aktif
mendata bumil yang ada di dalam wilayah
kerjanya
Meningkatnya rumah /bangunan 1. Penyuluhan tentang kegiatan prefentif DBD
yang bebas jentik nyamuk Aides dan Malaria, yaitu dengan membasmi jentik-
jentik nyamuk
2. Mengaktifkan kembali kader-kader Jumantik
5
(Juru Pemantau Jentik)
3. Membagikan obat pembunuh jentik nyamuk
(ABATE) secara menyeluruh dan rutin setiap
3 bulan sekali.

Berdasarkan tabel prioritas pemecahan masalah CARL diatas, dapat disimpulkan bahwa

63
H. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Tabel 14. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Indikator


Persiapan Terlaksananya Petugas Puskesmas Kepala 10 Juni - Petugas promkes Lengkapnya data-
rapat Promkes puskesmas 2020 menyiapkan data yang
Persiapan
koordinasi beserta data-data terkait dibutuhkan untuk
materi
penyusunan petugas penyuluhan rapat koordinasi
(kalender,
jadwal promkes pentingnya penyusunan jadwal
data SPM,
kegiatan pemeriksaan penyuluhan
dan materi
penyuluhan Gula Darah sejak
yang terkait)
pentingnya dini untuk
penyuluhan
pemeriksaan deteksi awal
pentingnya
Gula Darah penyakit DM
pemeriksaan
sejak dini
Gula Darah
untuk deteksi
sejak dini
awal penyakit
untuk deteksi
DM
awal
penyakit DM
Pelaksanaan Tersusunnya Petugas Puskesmas Kepala 11 Juni - Rapat koordinasi Tersusunnya jadwal
jadwal rutin Promkes puskesmas 2020 penyusunan rutin kegiatan
Rapat
kegiatan , petugas jadwal penyuluhan
koordinasi
penyuluhan promkes, penyuluhan pentingnya
penyusunan
pentingnya petugas pentingnya pemeriksaan Gula
jadwal
pemeriksaan P2M, dan pemeriksaan Darah sejak dini
penyuluhan
Gula Darah yang Gula Darah sejak untuk deteksi awal
pentingnya
pemeriksaan sejak dini terkait dini untuk penyakit DM oleh
untuk deteksi deteksi awal Puskesmas terhadap
Gula Darah
dini awal penyakit penyakit DM masyarakat
sejak
64
untuk deteksi DM
awal
penyakit DM
Evaluasi Tersusunnya Petugas Puskesmas Kepala 12 Juni - Penilaian Terjadwalnya
jadwal rutin Promkes puskesmas 2020 terhadap jadwal penyuluhan
Peninjauan
kembali dan kegiatan beserta yang telah pentingnya
penyuluhan petugas dibuat. pemeriksaan Gula
penilaian
pentingnya promkes Darah sejak dini
terhadap
jadwal yang pemeriksaan untuk deteksi awal
Gula Darah penyakit DM
telah dibuat.
sejak dini
untuk deteksi
awal penyakit
DM

65
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Disimpulkan bahwa prioritas masalah SPM di Puskesmas Mojoagung Triwulan ke IV

2019 sebagai berikut:

Prioritas 1 : Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM).

Prioritas 2 : Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan.

Prioritas 3 : Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberculosis (TB).

Prioritas 4 : Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil.

Prioritas 5 : Meningkatnya rumah /bangunan yang bebas jentik nyamuk Aides.

66

Anda mungkin juga menyukai