OLEH:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : 4,5,6
Hari : Sabtu
NIK.021963040620061206
NIK.011981280720100252
KATA PENGANTAR
2
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Profesi Stase Manajemen STIKES Pemkab
Jombang di Pukesmas Mojoagung . Dengan terselesaikannya laporan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
3. Pawiono SST.,MPH & Iswanto, Rn,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada kami.
4. Semua staf Pukesmas Mojoagung baik yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung yang telah mendukung proses kegiatan praktek profesi
manajemen keparawatan kepada kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
3
LEMBAR JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR JUDUL DALAM...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................ 6
Tujuan..................................................................................... 7
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................... 7
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................... 7
Manfaat................................................................................... 8
1.3.1 Bagi Mahasiswa............................................................. 8
1.3.2 Bagi Pukesmas............................................................... 9
1.3.4 Bagi Institusi.................................................................. 9
4
BAB V PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
Alternatif Pemecahan Masalah...................................................... 57
Prioritas Pemecahan Masalah (Carl)............................................. 60
Implementasi.................................................................................. 61
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................... 62
Saran ........................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 65
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.1 LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Upaya yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya
Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan
Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh
Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya ungkit paling besar
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan kesepakan global dan
nasional yang termasuk di dalam Upaya Kesehatan Wajib adalah Promosi
Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga
Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit serta Pengobatan.
Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat setempat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya Kesehatan Pengembangan ditetapkan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten dengan mempertimbangkan masukan dari masyarakat, apabila
puskesmas belum mampu menyelenggarakannya tetapi telah menjadi
kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten wajib
menyelenggarakannya. Upaya Kesehatan Pengembangan antara lain : Upaya
Kesehatan Asekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Kerja,
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan
Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut, Pembinaan Pengobatan Tradisional,
Perawatan Kesehatan Masyarakat dan lain sebagainya.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas
harus melaksanakan manajemen yang baik. Manajemen puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan
output yang efektif dan efisien, dimana manajemen terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian yang menjadi satu kesatuan saling terkait dan
6
berkesinambungan. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut
yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan tingkat
puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah
kerjanya, mulai dari tahap analisa sampai rencana pelaksanaan yang akan
dilakukan baik dari Upaya Kesehatan Wajib maupun Upaya Kesehatan
Pengembangan.
1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktek klinik keperawatan manajemen
diharapkan mahasiswa mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan
pelaksanaan manajemen program dan pelayanan di Puskesmas
Mojoagung, serta memberikan alternative pemecahan masalah dalam
rangka upaya perbaikan kinerja Pelayanan Program Puskesmas.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen
pelayanan yang ada di Puskesmas Mojoagung .
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah dari prioritas
masalah yang telah ditemukan di Puskesmas Mojoagung .
c. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas
masalah yang telah ditemukan di Puskesmas Mojoagung.
d. Mahasiswa mampu membuat alternatif pemecahan masalah dari
masalah-masalah yang ditemukan di Puskesmas Mojoagung .
e. Mahasiswa mampu menentukan pengambilan keputusan dari
alternative masalah di Puskesmas Mojoagung
f. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan dari pemecahan
masalah yang terpilih di Puskesmas Mojoagung
7
BAB II :Berisi tentang Tinjauan Pustaka (Landasan teori manajemen
Puskesmas) meliputi: Konsep Manajemen, Fungsi Manajemen,
Prinsip-prinsip Manajemen, Sarana Manajemen, Perilaku
Organisasi, Konsep kepemimpinan dan Konsep Puskesmas
BAB III :Menguraikan tentang Gambaran Umum Puskesmas (Pengkajian
Puskesmas) meliputi: Keadaan Daerah, Visi dan Misi, Sarana
Upaya Kesehatan, Data Standart Pelayanan Minimal Puskesmas.
BAB IV :Analisa Data menguraikan tentang: Permasalahan, Prioritas
Masalah, Alur Pelaksanaan USG, Prioritas Masalah Berdasarkan
Langkah-langkah USG dan Hasil skoring
BAB V :Perencanaan Pemecahan Masalah menguraikan tentang:
Alternatif Pemecahan Masalah, dan Prioritas Pemecahan Masalah
(Carl)
BAB VI :Penutup: Kesimpulan dan Saran
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
c. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau
suatu ilmu pengetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada
keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa
manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama
mengandung kebenarannya.
d. Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata.
e. Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk
melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari
mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para
manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam
pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh
dirinya sendiri.
10
Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget,
policy prosedur, dan program suatu organisasi. Dengan adanya
perencanaan, fungsi manajamen berguna untuk menetapkan tujuan yang
akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan
dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.
Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya apa yang akan
dilakukan, siapa yang akan melakukan, kapan dilakukan, di mana akan
dilakukan, bagaimana cara melakukannya, apa saja yang dibutuhkan agar
tercapai tujuan dengan maksimal. Hadari Nawawi menjelaskan arti
perencanaan yaitu suatu langkah untuk menyelesaikan masalah ketika
melaksanakan suatu kegiatan. Dengan tetap terarah terhadap pencapaian
target (tujuan tertentu).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Di dalam sistem manajemen, pengorganisasian adalah lanjutan dari
fungsi perencanaan. Bagi suatu lembaga atau organisasi,
pengorganisasian merupakan urat nadi organisasi. Oleh sebab itu,
keberlangsungan organisasi atau lembaga sangat dipengaruhi oleh
pengorganisasian.
Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu, pelaksanaannya dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta
wewenang di antara kelompoknya, ditentukan juga yang akan menjadi
pemimpin dan saling berintegrasi dengan aktif.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan
pengorganisasian. Actuating merupakan usaha untuk mengarahkan atau
menggerakan tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan fasilitas
yang tersedia guna melakasanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi
ini memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja dengan sungguh-
sungguh supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan efektif.
Fungsi ini sangat penting untuk merealisasikan tujuan organisasi.
11
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur
segala kegiatan operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan
standar yang terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan
menjamin segala kegiatan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan, strategi,
rencana, keputusan dalam program kerja yang telah dianalisis,
dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.
12
dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan
sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
d. Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan
dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang
dari manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya
wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja. Jadi, Setiap
pekerja harus mempunyai satu bos tanpa ada komando lain yang
bertentangan.
e. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan
perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat
dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap
kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua
perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu,
perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas
wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan.
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat
terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin,
serta kesatuan perintah.
f.Subordinasi kepentingan individu (demi kepentingan umum)
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang
sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan
pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan
organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan
13
organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam
bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
g. Penggajian pegawai (Remunerasi)
Pembayaran/upah adalah motivator penting walaupun dengan
menganalisis beberapa kemungkinan, Fayol menunjukkan bahwa tidak
ada yang namanya sistem yang sempurna.
h. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab
dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang
memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan
berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan
untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab.
Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan
wewenang (delegation of authority).
i. Hirarki / Rantai Skalar / Garis Otoritas (tingkatan)
Sebuah hierarki diperlukan untuk kesatuan arah. Tapi komunikasi
lateral juga merupakan hal mendasar yang diperlukan, selama atasan tahu
bahwa komunikasi tersebut berlangsung. Rantai skalar mengacu pada
jumlah tingkatan dalam hirarki dari otoritas tertinggi hingga tingkat
terendah dalam sebuah organisasi. Garis Otoritas ini sendiri tidak boleh
terlalu jauh jaraknya atau terdiri dari terlalu banyak tingkatan otoritas.
j. Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama
karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam
keadaan kacau atau kejang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat
terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan
mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin
sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
k. Keadilan dan kejujuran
Dalam menjalankan bisnis ‘kombinasi dari keadilan dan kejujuran
mutlak diperlukan. Memperlakukan karyawan dengan baik adalah
penting untuk mencapai ekuitas.
14
l. Stabilitas Jenjang Karir Personel
Karyawan akan bekerja lebih baik jika keamanan pekerjaan dan
kemajuan karir merupakan jaminan yang meyakinkan mereka. Jabatan
yang tidak aman dan tingkat tinggi perputaran karyawan akan
mempengaruhi organisasi secara keseluruhan.
m. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya
pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang
berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam
prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan
pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari
karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti
menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh
penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan
salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang
manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa
yang dilahirkan karyawannya.
n. Semangat kesatuan dan semangat korps (Esprit de Corps)
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan
karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de
corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang
kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan
membawa bencana
15
a. Man (orang)
Men (orang) merupakan sarana yang paling penting, dan faktor yang
dominan serta menentukan. Men adalah sarana yang istimewa karena ia
dapat dikatakan sebagai subyek dan dapat dikatakan sebagai obyek
(mempunyai fungsi ganda).
Men sebagai subyek , karena dialah yang memulai suatu tindakan atau
usaha (starter of action). Dia pula sebagai penggerak, motivator maupun
dinamisator. Kalau diumpamakan sebagai mesin maka ia berfungsi
sebagai generator dari mesin tersebut.
Men sebagai obyek, karena ia dapat diatur dan digerakkan seperti
sarana lainnya. Namun kelebihannya ia mempunyai jiwa dan perasaan,
sehinga perlu dihargai secara wajar sesuai dengan harkat
kemanusiaannya.
b. Money (uang)
Apabila men (orang) yang berfungsi sebagai subyek telah mengatur
dan menentukan tujuan organisasi, maka giliran selanjutnya diperluakan
uang sebagai sarana utama mencapai tujuan. Karena dengan uang itu
dapat digunakan untuk membiayai tenaga kerja, membeli material dan
mesin serta dapat digunakan untuk membiayai penelitian cara-cara
(methode) kerja.
Money dapat digunakan pula untuk membiayai pemasaran. Pokoknya
uang dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam mencapai tujuan.
Agar uang dapat berguna secara efektif dan efisien maka perlu diatur
oleh orang/bidang yang ahli yaitu finansial manajemen.
c. Materials (bahan-bahan)
Setelah uang tersedia, maka kita harus menyediakan material sebagai
sarana pokok dalam usaha produksi maupun perdagangan. Material dapat
berupa bahan mentah, bahan setengah jadi maupun bahan jadi.
d. Methode (cara)
Apabila bahan baku telah tersedia maka ia harus diolah untuk menjadi
barang jadi. Dalam rangka pengolahan inilah diperlukan suatu cara
tertentu yang sangat efektif dan efisien. Cara (methode) yang digunakan
dalam proses produksi harus merupakan standar sehingga dapat
16
digunakan oleh semua pegawai demi keseragaman kerja, mempermudah
pengawasan serta mencegah hasil produksi yang tidak memuaskan.
e. Machines (mesin-mesin)
Mesin merupakan sarana penting dalam dunia modern. Bekerja
dengan menggunakan mesin akan sangat membantu mempercepat,
memperlancar proses penyelesaian pekerjaan, serta melipatgandakan
hasil produksi. Karena itulah mesin sangat dibutuhkan sebagai sarana
yang menguntungkan usaha produksi dan perdagangan terutama dalam
menghadapi saingan usaha.
f. Market (pasar)
Apabila barang jadi telah menumpuk, maka kewajiban selanjutnya
adalah melemparkan barang tersebut ke pasar. Kegiatan dalam bidang
pemasaran merupakan kegiatan puncak, kegiatan yang menentukan
apakah hasil jerih payah kita dapat diterima oleh konsumen atau tidak.
Tanpa keahlian bidang pemasaran, barang hasil produksi tidak dapat
dijadikan uang, semua pagawai tidak dapat digaji, kelanjutannya terjadi
pemogokan, hambatan dan kerugian yang diderita perusahaan.
17
b) Tipe perencanaan antara lain :
Strategis (jangka panjang)
Taktis (menengah)
Operasional (rendah)
c) Sedangkan manfaat perencanaan yaitu :
Mengurangi pengaruh ketidakpastian dan perubahan
Memfokuskan perhatian pada tujuan
Mendapatkan operasi yang ekonomis
Memudahkan pengendalian
Memudahkan koordinasi
Memudahkan pemahaman keseluruhan gambaran kerja
2) Organizing
a) Pengorganisasian menghasilkan struktur organisasi dengan
unsur :
Pembagian kerja
Anggota organisasi
Lingkungan tempat pelaksanaaan kerja
Keterkaitan antara anggota
b) Proses organisasi sumber daya manusia antara lain :
Bentuk struktur
Tingkat kewenangan
Pentang kendali
Staffing
Koordinasi
3) Actuating
a) Pelaksanaanya adalah :
Usaha mengatur semua anggota kelompok agar mau dan
berusaha mencapai tujuan
Usaha mobilitas sumber – sumber daya yang dimilki organisasi
agar dapat bergerak dalam satu kesatuan dengan merancang
yang telah dibuat
18
b) Hal – hal yang diperlukan adalah :
Motivasi
Proses interative antara kebutuhan dari dalam diri manusia
dan dorongan untuk bertindak / berperilaku. Teori motivasi
menurut moslow, ada 5 kebutuhan dasar. Yaitu :
a. Biologis
b. Keamanan
c. Social
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri
Kepemimpinan
Hubungan dimana satu orang yakni pemmpin mempengarhi
pihak lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha
mengerjakan tugas – tugas yang berhubungan untuk mencapai
hal yang diinginkan oleh pemimpin tersebut. Ada lima kerangka
dasar kekuatan:
a. Kekuatan berdasarkan paksaan
b. Kekuatan untuk member penghargaan
c. Kekuatan yang sah
d. Kekuatan karena keahlian
e. Kekuatan referensi
Kepemimpinan timbul dari sejumlah hubungan kompleks
yang terdapat antara :
a. Pemimpin
b. Pihak yang dipimpin
c. Organisasi yang bersangkutan
d. Nilai nilai social dan kondisi ekonomi serta politik.
Komunikasi
Berkomunikasi merupakan salah satu diantara pembantu
terpenting aktivitas-aktivitas managerial. Ada lima macam tipe
komunikasi managerial, yaitu :
19
a. Komunikasi Formal
Komunikasi formal meliputi rantai perintah organisasi
formal. Untuk komunikasi formal ini bersifat resmi, jalur
transmisi telah digariskan, dan format telah ditetapkan.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi informal biasanya dinamakan pohon anggur,
karena kebanyakan manager menggunakannya untuk
melengkapi komunikasi formal.
c. Komunikasi Nonformal
Dapat disebabkan karena kondisi tidak sengaja dari
organisasi formal yang menyebabkan terjadinya tindakan
secara tidak disengaja. Komunikasi nonformal bersifat
efektif, ia hamper selalu terdapat pada sebuah kelompok
besar yang bekerja sama dan ia cenderung bersifat kontinyu
dan permanen.
d. Komunikasi Teknis
Digunakan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang
yang sama.
e. Komunikasi tentang prosedur dan peraturan. Dalam bidang
komunikasi harus terdapat :
- Pengirim ( giver )
- Berita ( Message)
- Penerima ( receiver )
- Dinamika kelompok
Kelakuan kelompok merupakan entitas tersendiri, bukan
sekedar penjumlahan dari kelakuan kelakuan individu yang
membentuk kelompok tersebut. Suatu kelompok lebih
memiliki sejumlah sifat yang bersifat eksklusif.
20
orang-perorang, atau sekelompok orang. Akan tetapi karena orang banyak
itu terdiri dari individu dengan kebutuhan yang bervariasi, diperlukan kiat-
kiat khusus untuk mengatur supaya kebutuhan, keinginan, dan kepentingan
yang bermacam-macam tersebut bisa terakomodasi sehingga timbul
dorongan atau motivasi untuk secara mandiri bekerja mencapai tujuan
pribadi maupun kelompok. Dalam proses kepemimpinan, motivasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin
adalah memotivasi. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan
orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan
motivasi kepada bawahan. Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang
pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin
itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan,
kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri (p. 197).
Seorang pemimpin memotivasi pengikut melalui gaya kepemimpinan
tertentu yang akan menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan
individu. Pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara
sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan mengakibatkan
kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai
tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
Teori Sifat Kepemimpinan mengasumsikan kepemimpinan tidak
dilahirkan dan tidak dapat dibuat. Kepemimpinan terdiri dari karakter dan
sifat yang diturunkan. Karakter dan sifat tersebut yang membedakan
seseorang sebagai pemimpin. Gheselli yang dikutip dari Manning dan Curtis
(2005) mengidentifikasikan sifat kepemimpinan yang efektif (p. 16):
a. Need for achievement
Seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan bekerja keras agar
berhasil.
b. Intellegence
Pemimpin harus memiliki pertimbangan, alasan, dan pemikiran yang
baik.
c. Decisiveness
21
Seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan tanpa keraguan.
d. Self Confidence
Seorang pemimpin harus memiliki kesan positif sebagai seorang yang
memiliki kemampuan.
e. Initiative
Pemimpin harus menjadi acuan, melakukan pekerjaan dengan
pengawasan yang minimal.
f. Supervisory Ability
Pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas secara baik kepada
bawahannya.
Lebih lanjut Manning dan Curtis (p.29) menyatakan bahwa sepuluh
kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk membantunya
dalam proses kepemimpinan :
a. Visi
Syarat utama menjadi seorang pemimpin adalah memiliki visi yang baik.
Visi menginspirasi yang lain dan menyebabkan seorang pemimpin dapat
melakukan tugasnya.
b. Kemampuan
Seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik atas
pekerjaanya. Karyawan biasanya menunjukkan kesabaran kepada
seorang pemimpin yang baru, tetapi mereka akan kehilangan
kepercayaan kepada seorang pemimpin yang gagal dalam melaksanakan
tugasnya.
c. Antusiasme
Ciri dari seorang pemimpin yang baik yaitu memiliki antusiasme yang
kuat. Antusiasme yang ditunjukkan seorang pemimpin membangkitkan
antusiasme bagi pengikutnya.
d. Stabilitas
Seorang pemimpin harus memiliki profesionalisme, dengan membedakan
masalah perusahaan dengan masalah pribadi.
e. Memahami Sesama
Seorang pemimpin tidak boleh merendahkan bawahannya atau
memperlakukan mereka seperti mesin. Seorang pemimpin harus
22
memahami kesejahteraan bawahannya. Pengertian terhadap orang lain
membutuhkan kesabaran dan kemauan untuk mendengarkan
permasalahan bawahannya.
f. Percaya Diri
Apabila seorang pemimpin kurang percaya diri, karyawan akan
mempertanyakan otoritasnya, bahkan mengabaikan perintah.
g. Ketekunan
Seorang pemimpin memiliki kebulatan tekad dan ketekunan untuk
menyelesaikan suatu masalah yang sulit.
h. Vitalitas
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan stamina yang prima
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
i. Karisma
Seorang pemimpin harus memiliki karisma yaitu kemampuan untuk
menarik perhatian pegawainya dan membuat mereka mengikutinya.
j. Integritas
Syarat paling penting seorang pemimpin adalah integritas, yaitu:
kejujuran, karakter yang kuat, dan keberanian. Tanpa integritas maka
tidak ada kepercayaan. Kepercayaan memimpin kepada rasa hormat,
loyalitas, dan tindakan.
23
2.7.2 Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju
terwujudnya derajat kesehatan indonesia 2010 yaitu masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil, dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya
(KepMenKes, 2004).
Misi puskesmas antara lain menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan
meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan, memelihara dan meningkatkatkan
kesehatan perorangan, masyarakat beserta lingkunganya
(KepMenKes, 2004).
24
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangkan menigkatan kemampuan untuk hidup sehat.
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat;
1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat.
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan.
3) Ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
4) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan berupa pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
(KepMenKes, 2004).
25
Pemilihan di lakukan oleh puskesmas bersama dinkes kab/ kota
dengan mempertimbangkan masukan BPP, Dalam keadaan tertentu
di tetapkan sebagai penugasan dari dinkes kab/kota, di laksanakan
bila upaya kesehatan wajib telah terlaksanakan secara optimal
(target cakupan dan mutu terpenuhi).
26
lingkungan, rujukan sarana dan logistik, tenaga dan rujukan
operasional.
27
Kegiatannya :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
2) Pemberdayaan dalam upaya kemandirian pada keluarga lepas asuh
28
6. Kesehatan jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang
dilaksanakan oleh tenaga puskesmas dengan didukung oleh peran serta
masyarakata, dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat
yang optimal melalui kegiatan pengenalan atau deteksi dini gangguan
jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan
hidup. Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya yang mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling
jiwa di puskesmas.
7. Kesehatan mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama
pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan
puskesmas dan di dukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya
upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8. Kesehatan usia lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut
atau upaya kesehatan khusus yang dilakasanakan oleh tenaga kesehatan
puskesmas dengan dukungan peran serta atif masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya
pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degenerative,
kardiovaskuler seperti: diabetes mellitus, hipertensi, dan osteoporosis
pada kelompok masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan pengobatan tradisional, adalah program pembinaan terhadap
pelayanan pengobatan tradisional, pengobatan tradisional dan cara
pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah
pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang
menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun
keterampilan (pijat, patah tulang tutup).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan
jamaah haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan
kebugaran dan pemantauan kesehatan jamaah yang kembali (pulang)
dari menunaikan ibadah haji.
29
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik
local yang dikembangkan dipuskesmas dan dinas kesehatan kabupaten
atau kota.
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan terdiri dari :
1. Upaya pengembangan poli lansia
2. Upaya pengembangan VCT
3. Upaya pengembangan IMS
30
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MOJOAGUNG
31
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mojoagung
Seketi
Murukan
Mojotrisno S
32
Puskesmas Mojoagung menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan
oleh Pemerintah Kabupaten Jombang, ini merupakan Puskesmas Mojoagung
memiliki Pelayanan Unggulan yaitu :
1. Poli Kesehatan Tradisional
2. Taman Pemulihan Gizi (TPG)
3. TFC (Therapeutic Feeding Centre)
4. Pemeriksaan IVA (nspeksi Visual dengan Asam Asetat) serta Pengobatan
Cryo Terapy.
5. Poli TB Rujukan
6. Poli Santun Lansia
7. Poli Paliatif
8. Poli ANC terpadu
9. Klinik Sanitasi
10. Poli Gizi
11. Poli KRR
12. Pojok Laktasi
13. Poli VCT- IMS
14. Poli Mata dan Optik
15. Kelas Ibu Hamil
16. Kelas Ibu Balita
17. ASMAN (Asuhan Masyarakat Mandiri)
18. FPA (Forum Peduli AIDS)
19. MACIN (Masyarakat Cinta Puskesmas)
20. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) percepatan ODF bekerjasama
dengan PID (Pagu Intensif Desa) dan Bank swasta
21. Pemberdayaan Kader Kesehatan Lingkungan dalam pencegahan penyakit
berbasis lingkungan
22. Jamban Cor ditempat
23. Marketing Sanitasi
24. Laboratorium denganTes Narkoba dan Tes HIV-AIDS
25. Pendidikan dan Pelatihan oleh mahasiswa Kedokteran (UNAIR Surabaya,
UMM Malang), Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan (STIKES
PEMKAB, Darul Ulum, Husada, ICMe, Dian Husada, Mojopahit),
33
Mahasiswa Akupunktur (Akademi Akupunktur Surabaya dan Akademi
Akupunktur Surakarta), serta Mahasiswa D4 Gizi (Mojokerto).
34
Kecamata Mojoagung merupakan kota kecamatan terbesar kedua di
Kabupaten Jombang setelah kota Jombang.
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Mojoagung adalah
44.323 jiwa, desa/kelurahan 10 yaitu : Desa Miagan, Desa Mojotrisno,
Desa Tanggalrejo, Desa Dukuhdimoro, Desa Dukuhmojo, Desa
Karangwinongan, Desa Kademangan, Desa Kedunglumpang, Desa
Murukan dan Desa Seketi. (sumber data : BPS Kabupaten/Kota
Jombang, 2018).
Dinamika kependudukan meliputi struktur dan distribusi penduduk
serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat adanya
perubahan kelahiran dan kematian, salah satu indicator yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan pembangunan adalah
dengan menggunakan indikator jumlah penduduk sebagai dasar
penentuan indicator lainnya terkait pemenuhan kesejahteraan
penduduk.
Perkembangan penduduk di Kecamatan Mojoagung tahun 2018
dapat dilihat sebagai berikut :
35
10 Seketi 1.12 1 0 1 1,174 307 3.82 1048.21
10 10 0 44,323 10,905 4.06 1,350
Jumlah
Penduduk Sasaran Jombang
Tabel 2. Penduduk Sasaran Jombang tahun 2019
Nama Sasaran Jumlah
Bumil 757
Bulin 723
15-39 th 8235
15-49 th 11.619
39
Tabel 7. Data Pegawai di Puskesmas Mojoagung tahun 2019
Honorer
Propinsi Kontrak
No Profesi PNS Jumlah
/ Pemda / Puskesmas
Dinkes
1 Dokter Umum 3 1 0 4
2 Dokter Gigi 1 0 0 1
3 Bidan 14 2 9 25
4 Perawat 7 6 8 21
5 Perawat Gigi 1 0 0 1
6 Apoteker 1 0 1 2
7 Sanitarian 1 0 0 1
8 Nutrisionis 1 0 1 2
9 Akupunturis 0 1 0 1
10 Analis Medis 1 1 1 3
11 Administrasi 4 3 0 7
Staf Penunjang
12 Lain 5 4 0 9
Total 77
40
3.4 Data Standart Pelayanan Minimal Wajib Puskesmas
Tabel 8. Data Standart Pelayanan Minimal Wajib Puskesmas
OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
Jenis Targe Hasil Realisasi Capaia Targe Hasil Realisasi Capai Targe Hasil Realisasi Capai
Pelayanan Targ t n (%) t s.d. Bula s.d. an t s.d. Bula s.d. an
N (Data) (Data) bula n Ini Bula (%) (Data) bula n Ini Bula (%)
Dasar & et s.d. Bula s.d.
O Sasar Sasar n n Ini Sasar n n Ini
Indikator (%) bula n Ini Bula
SPM an an lalu an lalu
n n ini
lalu
Pelayanan
A.
Wajib
Pelayanan
1 Kesehatan Ibu 100 757 520 60 580 76.6 757 580 61 641 84.7 757 641 48 689 91.0
Hamil
Pelayanan
2 Kesehatan Ibu 100 723 521 53 574 79.4 723 574 44 618 85.5 723 618 45 663 91.7
Bersalin
Pelayanan
Kesehatan
3 100 681 515 52 567 83.3 681 567 43 610 89.6 681 610 42 652 95.7
Bayi Baru
Lahir
Pelayanan
4 Kesehatan 100 3393 2305 288 2593 76.4 3393 2593 274 2867 84.5 3393 2867 255 3122 92.0
Balita
5 Pelayanan 95 1498 0 731 731 48.8 1498 731 785 1516 100.0 1498 1516 0 1516 100.0
Kesehatan
41
pada Usia
Pendidikan
Dasar
Pelayanan
Kesehatan 1375 1519 1519 1688 1688 1834
6 60 28440 1442 53.4 28440 1693 59.4 28440 1454 64.5
pada Usia 4 6 6 9 9 3
Produktif
Pelayanan
Kesehatan
7 70 5302 2777 780 3557 67.1 5302 3557 780 4337 81.8 5302 4337 780 5117 96.5
pada Usia
Lanjut
Pelayanan
Kesehatan
8 60 10365 714 135 849 8.2 10365 849 148 997 9.6 10365 997 164 1161 11.2
Penderita
Hipertensi
Pelayanan
Kesehatan
9 Penderita 60 2292 279 6 285 12.4 2292 285 80 365 15.9 2292 365 33 398 17.4
Diabetes
Melitus (DM)
Pelayanan
Kesehatan
10 Orang dengan 100 94 61 0 61 64.9 94 61 2 63 67.0 94 63 0 63 67.0
Gangguan Jiwa
(ODGJ)
11 Pelayanan ≥80 96 52 6 58 60.4 96 58 6 64 66.7 96 64 6 70 72.9
Kesehatan
Orang dengan
42
Tuberculosis
(TB)
Pelayanan
Kesehatan
12 Orang dengan 100 853 666 0 666 78.1 853 666 0 666 78.1 853 666 154 820 96.1
Resiko
terinfeksi HIV
43
pekerja
Persentase Pelayanan Kesehatan
7 100 723 520 53 573 79 723 573 44 617 85 723 617 45 662 92
Ibu Nifas
Pelayanan Pemeriksaan Berkala 351 351 351 362 362 362
8 100 3625 0 100 3625 115 100 3625 0 100
siswa tingkat SD sederajat 0 0 0 5 5 5
Pelayanan Pemeriksaan Berkala
143 143 143 143 143 143
9 siswa tingkat Dasar 100 1479 0 100 1479 0 100 1479 0 100
0 0 0 0 0 0
SMP/sederajat
Pelayanan Pemeriksaan Berkala
240 240 240 240 240 240
10 siswa tingkat Lanjutan 100 2450 0 100 2450 0 100 2450 0 100
2 2 2 2 2 2
(SMA)/sederajat
Cakupan Bumil mendapat 90
11 90 751 527 60 587 78 751 587 62 649 86 751 649 50 699 93
tablet Fe
Bayi yang mendapat ASI
12 80 602 467 0 467 78 602 467 0 467 78 602 467 0 467 78
Eksklusif
Cakupan Balita Gizi Buruk
13 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mendapat Perawatan
14 Ibu Hamil KEK yang ditangani 100 7 0 7 7 100 2 0 2 2 100 6 0 6 6 100
15 Desa/Kelurahan UCI 90 697 508 40 548 79 697 548 40 588 84 697 588 40 628 90
Cakupan Batita yang
16 82 699 506 39 545 78 699 545 39 584 84 699 584 39 623 89
Memperoleh Imunisasi Booster
Cakupan Desa/Kelurahan
Mengalami KLB yang dilakukan
17 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penyelidikan Epdemiologi < 24
Jam
Meningkatnya rumah /bangunan 75. 75. 75. 75. 75. 75.
18 95.0 95.0 78.9 95.0 78.9 95.0 78.9
yang bebas jentik nyamuk Aides 0 0 0 0 0 0
19 Meningkatnya pemeriksaan 100 7 5 0 5 71 6 5 1 6 100 6 6 0 6 100
44
kontak intensif kusta
20 Penderita DBD yang Ditangani 100 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Penemuan Penderita Diare yang
21 100 1197 591 30 621 52 1197 621 42 663 55 1197 663 51 714 60
Ditangani
22 Cakupan Posbindu 40 10 9 1 10 100 10 10 0 10 100 10 10 0 10 100
23 Peserta Prolanis Aktif 50 55 0 52 52 95 0 0
Keluarga rawan yang mendapat
24 keperawatan kesehatan 35 88 88 0 88 100 88 88 0 88 100 88 88 0 88 100
masyarakat (Home Care)
45
BAB IV
ANALISA DATA
46
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action
atau Rencana Kegiatan)
8. Monitoring dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi disini terdiri dari dua segi pemantauan yaitu apakah
kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan
dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Dari 25 daftar masalah yang ditemukan di hasil SPM Triwulan ke IV Puskesmas Mojoagung,
penulis mendiskusikan dengan masing-masing pemegang program kerja dan mendapatkan 5
masalah utama yang kemudian diangkat untuk dilakukan analisa prioritas masalah dan
perencanaan penyelesaian masalah. 5 masalah utama tersebut antara lain:
48
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah klien
dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat
DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti diperkirakan
akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta klien yang menderita
DM. Hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh provinsi yang ada di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT)
adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7% (Balitbang Depkes RI,
2008).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi
peningkatan prevalensi klien diabetes melitus pada tahun 2007 yaitu 1,1% meningkat
pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM berdasarkan diagnosis
dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi adalah
pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat
(0,5%).
Data Riskesdas tersebut menyebutkan bahwa prevalensi klien DM cenderung
meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dimana terjadi
peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan umur namun pada
umur ≥ 65 tahun prevalensi DM cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih
tinggi bagi klien yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau
dari segi pendidikan menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi (Balitbang Depkes RI, 2013).
(2) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberculosis (TB),
Status kesehatan dipengaruhi oleh penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Salah satu indikator untuk penyakit menular adalah Tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia terutama negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia (Kemenkes RI, 2015). Angka keberhasilan pengobatan TB di
Puskesmas Kecamatan Mojoagung adalah 100% angka ini sudah mencapai target
49
nasional yaitu angka minimal yang harus di capai adalah 90% (Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis, 2014).
Tetapi pada indikator penemuan terduga suspek TB belum tercapai. Penjelasan
dari pemegang program (dalam hal ini pihak puskesmas yang bertanggung jawab
pada program TB), program kerja terkait penatalaksanaan TB telah berjalan dengan
baik meskipun belum mencapai target. Salah satu penyebab tidak tercapainya target
kriteria penemuan terduga suspek TB adalah pemeriksaan yang terlalu ketat yang
menyebabkan penemuan terduga suspek TB di wilayah kerja puskesmas kecamatan
Mojagung belum mencapai target yaitu 73,2 % dari 100%. Angka ini dapat
menggambarkan bahwa masih belum semua kasus TB di masyarakat tercatat oleh
Puskesmas sehingga masih banyak pasien TB di masyarakat belum diobati, dan
pastinya hal ini akan menjadi sumber penularan yang berakibat kejadian kasus TB
yang tidak sembuh cukup tinggi. Upaya perbaikan puskesmas berkaitan dengan
suspek penyakit TB dengan cara melonggarkan batasan kriteria suspek yang saat ini
masih terlalu ketat.
(3) Meningkatnya rumah /bangunan yang bebas jentik nyamuk Aides,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan salah satu cara
pengendalian vektor DBD yang paling efektif dan efisien, yaitu dengan jalan
memutus rantai penularan melalui pemberantasan atau pengendalian jentik nyamuk.
Pelaksanaan program PSN DBD dalam masyarakat biasa dikenal dengan kegiatan 3M
Plus (Kemenkes RI, 2011). Tujuan dari program PSN DBD ini adalah untuk
mengendalikan populasi nyamuk, yaitu khususnya nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor utama DBD, sehingga penularan penyakit ini dapat dicegah atau setidaknya
dikurangi kejadian kasusnya. Indikator keberhasilan program PSN DBD adalah
Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu dengan ABJ mencapai 100% (Renstra DKI Jakarta,
2015).
Kepadatan vektor nyamuk Aedes dapat diukur dengan menggunakan
parameter ABJ atau Angka Bebas Jentik. Dengan menggunakan parameter ini, maka
akan terlihat seberapa jauh peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah
yang terjadi kasus KLB (Kejadian Luar Biasa). Makin tinggi kepadatan nyamuk
Aedes di suatu wilayah, maka makin tinggi pula risiko masyarakat di wilayah tersebut
untuk tertular DBD. Hal ini berarti bahwa jika di suatu wilayah dengan kepadatan
Aedes tinggi dan terdapat seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita
50
tersebut berisiko untuk tertular DBD (Wati, 2009). Didapatkan bahwa target Angka
Bebas Jentik (ABJ) belum tercapai yaitu 78,9% dari target 95%. Hal ini diduga karena
perilaku atau kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya 3M. Oleh karena itu
perlu sosialisasi tentang 3M yang bekerja sama dengan program kecamatan yaitu
PSN.
51
menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2014 yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, tahun 2014 sebanyak 4,7%, kemudian pada tahun
2015 angka gizi buruk turun menjadi 3,8%, dan kembali turun pada tahun 2016
menjadi sebesar 3,4% (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi gizi buruk di Jawa Tengah
sebesar 4,1% dan sudah berhasil dibawah target nasional yang 5,7% (Infodatin, 2015).
Data SPM Puskesmas Mojoagung Triwulan IV tahun 2018 menunjukkan
bahwa pelayanan balita gizi buruk mendapatkan jumlah pelayanan 0% atau tidak ada
pelayanan sama sekali. Menurut penjelasan dari pemegang program Gizi di
Puskesmas Mojoagung, hal ini terjadi karena memang screening balita gizi buruk
hanya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
(5) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil.
Fakta yang ada untuk mencapai persalinan 100 persen oleh tenaga kesehatan
tidaklah mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantarannya faktor letak
geografis suatu daerah, pendidikan masyarakat, kultur budaya, sosial ekonomi dan
dukungan keluarga untuk memilih fasilitas pelayanan kesehatan dalam persalinannya,
dari letak geografis misalnya karena infrastuktur jalan yang sulit dan jauh menjadikan
ibu bersalin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan, hal ini akan berdampak fatal apabila terjadi gawat janin dan gawat ibu,
yaitu bisa menyebabkan kematian ibu atau bayinya. Faktor dukungan keluarga
misalnya, apabila keluarga masih banyak mempercayai hal-hal yang berbau tahayul
dan menurunya rasa gotong-royong atau kebersamaan diantara keluarga, hal ini bisa
mempengaruhi keputusan keluarga dalam memilih pertolongan persalinan di
pelayanan kesehatan, serta masih banyak contoh-contoh lain yang bisa mempengaruhi
ibu bersalin dalam memilih pertolongan persalinannya di tenaga kesehatan (Sumardi,
Busroni, Muhawarman, Rijadi, Setyowati, 2011).
Penurunan AKI dan AKB di daerah pedesaan atau terpencil belum bisa seperti
yang diharapkan pemerintah, karena di masyarakat pedesaan atau terpencil pada
umumnya mereka masih banyak yang belum bersalin di fasilitas kesehatan yang
lain. (Erniyati, Siswati, dan Siti hadijah, 2009) mengatakan bahwa masyarakat
terpencil yang merupakan daerah pegunungan dan jangkauan yang sulit, latar
belakang pendidikan yang rendah, sosial ekonomi yang lemah, dan akses layanan
kesehatan yang kurang baik, sehingga masih banyak ibu hamil yang memilih bersalin
di tenaga non kesehatan atau dukun.
52
Resiko kematian ibu dan bayi terjadi pada periode persalinan, di Indonesia
persalinan oleh dukun bayi tergolong masih banyak (50-60%) dari total keseluruhan
persalinan, hal tersebut terutama terjadi di daerah pedesaan (Rita dan Surachmindari,
2013).
Data SPM Puskesmas Mojoagung Triwulan IV tahun 2018 menunjukkan
bahwa pelayanan kesehatan ibu hamil belum mencapai target, yaitu 91% dari target
100%. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan, antara lain: ibu yang terlambat
memeriksakan kehamilannya yang sudah memasukin bulan ke-4 atau lebih sehingga
tidak masuk dalam catatan K4, ibu hamil yang tidak pernah memperiksakan
kehamilan ke fasilitas kesehatan (Puskesmas / bidan desa).
4.3 ALUR USG
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya keterkaitan satu masalah dengan
masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila
tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam
penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode
seperti metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.
Metode USG:
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu
yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat
diuraikan sebagai berikut:
(1) Urgency:
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
(2) Seriousness:
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
53
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan
sistim atau tidak.
(3) Growth:
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG, yakni sebagai
berikut:
(1) Hasil analisa situasi
(2) Informasi tentang sumber daya yang dimiliki
(3) Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan pemerintah yang
berlaku.
PERSIAPAN
PETUGAS
PRAKATA DAFTAR SEMUA YANG ADA
TEMPAT DIKLASIFIKASIKAN
OLEH TIM MASALAH YANG
SARANA DAN DAFTAR
PENYUSUN DIKEMUKAKAN
DATA KEMBALI HASILNYA
USG PESERTA
PROGAMER
PKM
BUAT URUTAN
MASALAH (PRIORITAS)
SESUAI JUMLAH TOTAL
ANGKA YANG
DIPEROLEH TIAP-TIAP
MASALAH DARI
TERBESAR HINGGA Gambar 4. Alur USG
YANG TERKECIL
54
4.4 PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN LANGKAH USG
Dalam menentukan prioritas masalah dengan metode USG ini, kami lakukan
bersama para pemegang program kerja dan anggota struktural Puskesmas Mojoagung
dalam diskusi penentuan prioritas masalah di Puskesmas Mojoagung. Dimana, para
pemegang program kerja dan anggota struktural yang hadir memberikan skornya terhadap
tiap masalah yang ada dengan menggunakan skala 1-5.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah SPM di Puskesmas
Mojoagung Triwulan ke IV 2019 sebagai berikut:
Prioritas 1 : Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
Prioritas 2 : Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Prioritas 3 : Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberculosis (TB)
Prioritas 4 : Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Prioritas 5 : Meningkatnya rumah /bangunan yang bebas jentik nyamuk Aides
55
menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan pendekatan evaluasi
yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environtment. Sehingga dapat
ditelusuri hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan.
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya dicari akar
penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan data di
Puskesmas. Salah satu metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab
masalah adalah dengan menggunakan diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram
tulang ikan/ fish bone). Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala ikan.
Tetapkan kategori utama dari penyebab.
Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan pada masing-masing
kategori.
Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama
yang lain.
Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub
penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil.
Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi ketidaksesuaian dengan masalah, dll.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Fish bone diagram hanya menggambarkan tentang kemungkinan suatu penyebab,
bukan fakta/penyebab yang sesungguhnya, untuk itu diperlukan konfirmasi
dengan data di Puskesmas untuk memastikannya.
Efek (masalah) perlu diidentifikasi dan dipahami dengan jelas sehingga tidak
terjadi kerancuan dalam mencari kemungkinan penyebabnya.
Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab
secara terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan terlewatnya penyebab.
Pastikan bahwa setiap anggota tim dapat terlibat secara penuh dalam proses
penyusunan fish bone diagram tersebut.
56
Gambar 5. Diagram Fish Bone
57
BAB V
PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
60
5.2 PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH (CARL)
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan
masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia,
dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya
hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua
masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
1. Metode CARL
Metode CARL adalah metode yang cukup baru di bidang kesehatan. Metode
CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan prioritas
masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan
menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti kemampuan, kemudahan, kesiapan,
serta pengungkit. Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin
tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk menetapkan
prioritas masalah dilakukan apabila pengelola program menghadapi hambatan
keterbatasan dalam menyelesaikan masalah.
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknoloi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.
61
Tabel 13. Prioritas Pemecahan Masalah (CARL)
RENCANA TOTAL
NO MASALAH C A R L URUTAN
INTERVENSI NILAI
Pelayanan Kesehatan Penderita 1. Melakukan penyuluhan tentang penyakit DM
Diabetes Melitus (DM) ke sekolah SMA sebagai tindakan preentif
pencegahan penyakit DM pada usia muda
2. Melakukan penyuluhan penyakit DM ke
lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta
1 dan warga di wilayah kerja Puskesmas
Mojoagung.
3. Membina kader yang khusus membina pasien
DM (sebagai edukator, pendamping minum
obat/PMO, pengingat untuk berobat dan
mengecekkan gula darah)
Cakupan Balita Gizi Buruk 1. Melakukan penyuluhan tentang gizi buruk
Mendapat Perawatan dan dampaknya terhadap tumbuh kembang
anak
2. Screening dilakukan 6 kali dalam setahun,
2 yaitu setiap 2 bulan sekali
3. Mengajukan kepada pihak desa agar keluarga
miskin yang memiliki balita mendapatkan
alokasi khusus berupa bantuan biaya untuk
pemenuhan sang anak.
3 Pelayanan Kesehatan Orang 1. Melakukan screening awal TB dengan kriteria
dengan Tuberculosis (TB) yang lebih luas, misalnya ketika ada pasien
dengan riwayat batuk lama maupun tidak aa
riwayat batuk lama, tetap di screening
2. Penyuluhan tentang penyakit TB ke
masyarakat umum sehingga masyarakat
mengetahui cara-cara penularan TB. Dengan
begitu stigma negatif tentang pasienTB bisa
62
berkurang.
3. Membina kader yang khusus membina pasien
TB (sebagai edukator, pendamping minum
obat/PMO, pengingat untuk berobat dan
menebus obat di Puskesmas)
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 1. Penyuluhan tentang pemeriksaan ibu hamil di
trimester I, II, III dan kerjasama Linprog dan
linsek
2. Penyuluhan tentang kesehatan dan reproduksi
4
dan kehamilan untuk warga usia produktif
3. menghimbau kepada bidan desa untuk aktif
mendata bumil yang ada di dalam wilayah
kerjanya
Meningkatnya rumah /bangunan 1. Penyuluhan tentang kegiatan prefentif DBD
yang bebas jentik nyamuk Aides dan Malaria, yaitu dengan membasmi jentik-
jentik nyamuk
2. Mengaktifkan kembali kader-kader Jumantik
5
(Juru Pemantau Jentik)
3. Membagikan obat pembunuh jentik nyamuk
(ABATE) secara menyeluruh dan rutin setiap
3 bulan sekali.
Berdasarkan tabel prioritas pemecahan masalah CARL diatas, dapat disimpulkan bahwa
63
H. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
65
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
66