Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

Dosen Pembimbing : Heni Maryati, S.Kep.Ns., M.Kes

Oleh :

LAILY NUR JAMILAH

NIM. 201204038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021
I. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat menimbulkan gejala
mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama pada malam dan atau dini hari
yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. (Depkes RI, 2009).
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)

2. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan
2. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan
yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa
saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan
di karakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3. Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi
pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial
dan mengubah mekanisme mukosilia.
4. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya,
5. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.

3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan mengi.
Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya sebagai berikut
(Mubarak 2016:198):

1. Takipnea dan Orthopnea


2. Gelisah
3. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.
4. Kelelahan
5. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara.
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan
lambat.
7. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.
8. Sionss sekunder
9. Gerak-gerak retensi karbon dioksida, seperti berkeringat, takinardi dan pelebaran
tekanan nadi.
10. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara
spontan

4. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul intra minimal, sel-sel
radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu
bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas terutama penurunan CO2 akibat hiperventilasi.

Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
a. Kristal-kristal Charcot leyden yang merupakan degranulasi duri kristal eosinofil.
b. Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus.
c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
a. Gas analisa darah
Terdapat aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2 maupun
penurunan PH menunjukan prognosis yang buruk.
b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDTI yang meninggi
c. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu serangan dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma
gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan
pelebaran rongga interkostal serta diafragma yang menurun. (Amin 2013:49)

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan asma bronkial menurut : (Amin 2013:49)

1. Edukasi penderita
2. Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara obyektif dengan mengukur fungsi
paru.
3. Mengurangi pengobatan jangka panjang untuk pencegahan.
4. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut.
5. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronkial
7. Komplikasi
Komplikasi menurut (manjoer 2007:477) yang mungkin timbul adalah:

1. Phemothora : Keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai.


2. Phemothoran : Dikenal juga sebagai enfisema mediustrum adalah kondisi dimana udara
hadir di mediastrium
3. Bronkitis : Lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru yang masih
mengalami bengkak.
II. ASKEP TEORI

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : No. Reg :
Umur : Tgl. MRS :
Jenis kelamin : Diagnosa medis :
Suku / Bangsa : Tgl / Jam pengkajian :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a.     Airway

1. Adanya sumbatan / obstuksi jalan nafas akibat penumpukan sekret dan kelemahan reflek
batuk

b.     Breathing

1. Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.


2. Suara nafas ronchi/ Wheezing
3. Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

c.      Circulation

1) Penurunan curah jantung : gelisah, takikardi


2) Sakit kepala, pucat
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah

d.     Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran (GCS), reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder
1) Keluhan Utama : pada umumnya pasien mengatakan sesak nafas, batuk.
2) Riwayat kesehatan sekarang : apa yang sedang dirasakan atau di alami pasien hingga
MRS.
3) Riwayat kesehatan dahulu : apakah pasien pernah mengalami penyakit asma sebelumnya
atau mempunyai riwayat alergi
a) Penyakit berat yang pernah di derita : apakah pasien pernah mengalami penyakit
kronis
b) Obat – obatan yang bisa di konsumsi : apakah pasien memiliki kebiasaan minum
obat
c) Kebiasaan berobat : kebiasaan berobat di pelayanan kesehatan atau di alternatif lain.
d) Alergi : apakah pasien memiliki alergi makanan, obat, minuman, debu, dll.
4) Riwayat kesehatan keluarga : apakah ada keluarga pasien yang memiliki penyakit asma
sebelumnya
5) Riwayat lingkungan : apakah kondisi lingkungan pasie dekat dengan sungai, jalan raya
atau pabrik.
C. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM
Untuk menemukan tanda –tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma meliputi pemeriksaan :
TTV (Tanda –tanda Vital) : (Suhu, Nadi, Tekanan Darah, RR, TB, BB) dan Kesadaran
Pasien.

1) Sistem pernafaan
a) Hidung
Inspeksi : simetris / tidak, ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada sekret /
tidak.
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak, ada pembengkakan sinus / tidak.
b) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering atau tidak, ada karies / tidak, pucat / tidak,
kebersihan mulut (gigi, lidah, gusi).
c) Leher
Inspeksi : sinomatitis / tidak, ada pembengkakan trakea / tidak
Palapasi : ada nyeri tekan atau tidak, ada bendungan vena jugularis / tidak
d) Faring
Inspeksi : adakah pembengkakan tonsil, warna, ada odem / tidak
e) Area dada
Inspeksi : simetris / tidak , adakah retraksi dinding dada / tidak
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak
Perkusi : sonor / hipersonor
Auskultasi : apakah ada suara tambahan seperti wheezing, ronchi
2) Sistem kardiovaskuler
a) Wajah
Inspeksi wajah pucat / tidak, ada odem / tidak, mukosa bibir pucat / tidak.
b) Dada
Inspeksi : simetris / tidak, ada hepatomegali / tidak
Palpasi :ictus cordis teraba / tidak
Perkusi : terdapat bunyi sonor / hipersonor
Auskultasi : adakah suara bunyi jantung tambahan / tidak
c) Ekstremitas atas
Inspeksi : adakah odem / tidak
Palpasi : CRT < 2 detik / lebih
d) Ekstremitas bawah
Inspeksi : adakah odem / tidak
Palpasi : akral hangat / tidak, ada nyeri tekan / tidak
3) Sistem persarafan
N I (olfaktorius) : dapat mencium bau – bauan / tidak
N II (optikus) : pupil mengecil / tidak jika di beri cahaya, lapang pandang normal /
tidak
N III, IV, VI (okulomotor, troklear, abduse) : reflek pupil terhadap cahaya, dapat
membuka mata secara sepontan / tidak
N V (trigeminal) : dapat mengekspresikan wajah / tidak, bisa mengatupkan rahang /
tidak
N VII (fasial) : bisakah merasakan sensasi sentuhan / tidak, bisakah mengerutkan
dahi / tidak
N VIII (akustik) : fungsi pendengaran baik atau tidak
N IX, X (glosofaringeal, vagus) : adakah reflek muntah / tidak, bisa mengerutkan
dahi / tidak
N XI (asesori spinal) : bisa menoleh ke kanan ke kiri / tidak,
N XII (hipoglosal) : bisa mengulurkan lidah / tidak
4) Sistem perkemihan urin
Kandung kemih : Palpasi ada nyeri tekan / tidak, ada distensi kandung kemih / tidak
5) Sistem eliminasi alvi
Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering / tidak, mulut bersih / tidak
Lidah :
Inspeksi : kotor / tidak
Abdomen :
Inspeksi : simetris / tidak, ada asites / tidak
Palpasi : K1 : ada nyeri tekan / tidak (hepar)
K2 : ada nyeri tekan / tidak (gaster)
K3 : ada nyeri tekan / tidak (kolon)
K4 : ada nyeri tekan / tidak (apendik)
6) Sistem muskuloskeletal dan integumen
Kekuatan otot
Turgor kulit : lambat ./ tidak
7) Sistem endokrin dan eksokrin
a) Kepala
Inspeks : penyebaran rambut merata / tidak
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak, ada benjolan / tidak
b) Leher
Inspeksi : simetris / tidak
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak, ada bendungan vena jugularis / tidak
8) Sistem reproduksi
Genetalia : Inspeksi ada odem / tidak
9) Sistem persepsi sensori
Mata :
Inspeksi : konjungtiva anemis / tidak
Hidung : ada peradangan pada sinus / tidak
Teliga : ada serumen / tidak

D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL


1) AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Apakah pasien terpenuhi kebutuhan tidur / tidak, ada penurunan aktivitas /tidak, merasa
cepat lelah / tidak.
2) PERSONAL HYGIENE
Apakah pasien mandiri / tidak dalam melakukan kebersihan diri (mandi, sikat gigi,
keramas, dll) , berapa kali dalam melakukan kebersihan diri .
3) NUTRISI
Apakah ada penurunan nafsu makan / tidak, berapa porsi saat makan / minum, suka
makan makanan tambahan / tidak (buah, sayur, susu, dll).
4) ELIMINASI
BAB dan BAK berapa kali dalam sehari, konsistensi feses, warna/jenis urine.
5) SEKSUALITAS
Status pasien (menikah, lajang, bercerai), usia pasien, aktifitas seksual teratur/tidak.
6) PSIKOSOSIAL
Hubungan dengan keluarga, tetangga (baik/tidak), sering mengikuti acara di lingkungan
rumah / tidak.
7) SPIRITUAL
Ketaatan dalam menjalankan ibadah, ada hambatan saat melakukan ibadah / tidak.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan Respon Alergi
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Ventilasi Perfusi

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX Kep. SLKI SIKI


Kriteria Hasil Outcome Intervensi Tindakan
1. Bersihan (5) Edema laring Respon Alergi Manajemen Observasi :
Jalan Nafas (5) Dispnea Sistemik Asma - Monitor frekuensi
Tidak (5) Wheezing (L.14132) (I.01010) kedalaman nafas
Efektif (5) Bunyi nafas - Monitor tanda dan
berhubunga tambahan gejala hipoksia
n dengan (5)Takikardia - Monitor bunyi nafas
Respon (5) Penurunan TD tambahan
Alergi (5) Sekresi mukus - Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik :
- Berikan posisi semi
fowler
- Pasang oksimetri nadi
- Berikan oksigen 6-15
L via sungkup
- Pasang jalur intravena
untuk pemberian obat
dan hidrasi
Edukasi :
- Anjurkan
meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen
- Anjurkan bernafas
lambat dan dalam
- Ajarkan
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu
Kolaborasi :
- Kolaborasi
bronkodilator sesuai
indikasi

2. Gangguan (5) Saturasi Respons Manajemen Observasi :


Pertukaran oksigen Ventilasi Ventilasi - Periksa indikasi
Gas (5) sekresi jalan Mekanik Mekanik ventilator mekanik
berhubunga nafas (L.01005) (I.01013) - Monitor efek
n dengan (5) kesulitan ventilator terhadap
Ketidaksei bernafas dengan status oksigenasi
mbangan ventilator - Monitor efek negative
Ventilasi (5) kegelisahan ventilator
Perfusi (5) kurang - Monitor gejala
istirahat peningkatan
(5) Suara nafas pernafasan
tambahan - Monitor kondisi yang
meningkatkan
konsumsi oksigen
- Monitor gangguan
mukosa oral, nasal,
trakea, laring.
Terapeutik :
- Atur posisi kepala 45-
60o untuk mencegah
aspirasi
- Lakukan perawatan
mulut secara rutin
- Lakukan penghisapan
lendir sesuai
kebutuhan
- Dokumentasikan
respon terhadap
ventilator
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemilihan
mode ventilator.

III. ASKEP SEMU/KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S No. Reg :-
Umur : 58 Tahun Tgl. MRS : 2 sep 2020
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa medis : Asma
Agama : Islam Tgl / Jam pengkajian : 4 sep 2020
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jombang

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PRIMER
a.     Airway : obstuksi jalan nafas dan terdapat sputum

b.     Breathing : terdapat suara tambahan wheezing

c.      Circulation : RR : 23x/menit, pasien tampak gelisah

d.     Dissability : Kesadaran composmentis, GCS 456

2. PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Keluhan Utama : pasien mengatakan sesak nafas
2) Riwayat kesehatan sekarang : Ny.S di rujuk ke RSUD dengan keluhan sesak nafas, pasien
mengatakan saat di bandara setelah pulang umrah, pasien minum air putih lalu tiba –tiba
keselek, pasien mengatakan lehernya seperti kecekik dan menjadi sesak nafas, lalu
pandangan mulai berkunang –kunang.
3) Riwayat kesehatan dahulu : pasien mengatakan saau usia kurang lebih 50 tahun menderita
penyakit asma.
4) Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit seperti dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.

C. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM


Keadaan Umum : compos mentis , GCS : 456
TTV (Tanda –tanda Vital) :
Suhu : 36,6o Nadi : 90 x/mnt
Tekanan Darah : 90/60 mmHg RR : 23 x/mnt
TB : 156cm BB : 56kg
1) Sistem pernafaan
a) Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat sputum,
terpasang oksigen nasal 4L
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan.
b) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada karies
c) Leher
Inspeksi : tidak ada sinomatitis, tidak ada pembengkakan trakea
Palapasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bendungan vena jugularis.
d) Faring
Inspeksi : tidak ada pembengkakan tonsil, tidak ada odem
e) Area dada
Inspeksi : simetris , tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ada suara tambahan wheezing,
2) Sistem kardiovaskuler
a) Wajah
Inspeksi : tidak pucat, tidak ada odem, mukosa bibir lembab.
b) Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada hepatomegali
Palpasi : tidak teraba ictus cordis
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara bunyi jantung tambahan
c) Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak ada odem
Palpasi : CRT < 2 detik
d) Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada odem
Palpasi : akral hangat, tidak ada nyeri tekan
3) Sistem persarafan
N I (olfaktorius) : pasien dapat memejamkan mata dan dapat membedakan bau
N II (optikus) : pasien dapat melihat dengan jelas
N III, IV, VI (okulomotor, troklear, abduse) : adanya reflek pupil dapat
menggerakkan bola mata, dapat menggerakkan bola mata keatas dan
kebawah, adanya reflek pupil gerakan bola mata.
N V (trigeminal) : pasien dapat mengunyah dan menggerakkan rahang.
N VII (fasial) : pasien bisa senyum dan menutup bola mata dengan tahanan.
N VIII (akustik) : pasien dapat mendengar dengan baik.
N IX, X (glosofaringeal, vagus) : pasien dapat membedakan rasa manis dan asam,
pasien dapat menelan ludah.
N XI (asesori spinal) : pasien dapat menggerakkan bahu.
N XII (hipoglosal) : pasien dapat menjulurkan lidah
4) Sistem perkemihan urin
Kandung kemih :
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi kandung kemih.
5) Sistem eliminasi alvi
Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut bersih
Lidah :
Inspeksi : terlihat bersih
Abdomen :
Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : K1 : tidak ada nyeri tekan (hepar)
K2 : tidak ada nyeri tekan (gaster)
K3 : tidak ada nyeri tekan (kolon)
K4 : tidak ada nyeri tekan (apendik)
6) Sistem muskuloskeletal dan integumen
Kekuatan otot : 5-5-5-5
Turgor kulit : pergerakan cepat
7) Sistem endokrin dan eksokrin
c) Kepala
Inspeks : penyebaran rambut merata
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
d) Leher
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bendungan vena jugularis
8) Sistem reproduksi
Genetalia :
Inspeksi : tidak ada odem
9) Sistem persepsi sensori
Mata :
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis
Hidung : tidak ada peradangan pada sinus
Teliga : tidak ada serumen

D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL


1) AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Pasien mengatakan terganggu saat tidur dan sering terbangun saat tidur, sering terbangun
saat batuk dan sesak nafas
2) PERSONAL HYGIENE
Pasien mengatakan bisa BAK dan BAB sendiri tanpa bantuan, tidak ada masalah dalam
BAB dan BAK
3) NUTRISI
Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan, porsi makan lebih sedikit saat di RS, pasien
bisa makan sendiri.
4) ELIMINASI
Pasien mengatakan BAB sehari sekali saat di RS, BAK 3-4 kali/hari saat di RS, tidak ada
masalah dalam BAK dan BAB.
5) SEKSUALITAS
Status pasien menikah dan memiliki 3 anak
6) PSIKOSOSIAL
Pasien mengatakan berhubungan baik dan ramah saat komunikasi dengan keluarga
maupun orang lain
7) SPIRITUAL
Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu.

A. ANALISA DATA
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun Ruangan : Dahlia
No Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS : Pola Nafas Tidak Hambatan upaya
Pasien mengatakan mengeluh sesak Efektif nafas
nafas dan agak susah saat bernafas (D.0005)
DO :
TTV : S : 36,6 o
N : 90 x/menit
RR :23 x /menit
TD : 90/60 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
terpasang oksigen nasal 4 L
Ada suara tambahan Wheezing
2. DS : Gangguan pola Tidur Hambatan
Pasien mengatakan sering terbangun (D.0055) lingkungan
saat tidur
Pasien mengatakan sering merasa
sesak nafas dan batuk –batuk pada
malam hari
DO :
TTV : S : 36,6 o
N : 90 x/menit
RR :23 x /menit
TD : 90/60 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
Terdapat sputum
Tidur kurang lebih hanya 5 jam / hari
Pasien tampak gelisah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola NafasTidak Efektif berhubungan dengan Hambatan upaya nafas
2. Gangguan pola Tidur berhubungan dengan Hambatan Lingkungan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun Ruangan : Dahlia

DX Kep. SLKI SIKI


Kriteria Hasil Outcome Intervensi Tindakan
1. Pola (5) ventilasi Pola Nafas Pemantauan Observasi :
NafasTidak semenit (L.01004) respirasi - Monitor frekuensi
Efektif (5) kapasitas vital (I.01014) irama, kedalaman
berhubunga (5) diameter dan upaya nafas
n dengan thoraks anterior- - Monitor pola nafas
Hambatan posterior - Monitor kemampuan
upaya nafas (5) tek. Ekspirasi batuk efektif
(5) tek. Inspirasi - Monitor adanya
(5)frekuensi nafas produksi sputum
(5) kedalaman - Monitor adanya
nafas sumbatan jalan nafas
(5) penggunaan - Auskultasi bunyi
alat bantu nafas nafas
Terapeutik :
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Gangguan (5) keluhan sulit Pola Tidur Dukungan Observasi :
pola Tidur tidur (L.05045) Tidur - Identifikasi pola
berhubunga (5) keluhan sering (I.05174) aktivitas dan tidur
n dengan terjaga - Identifikasi faktor
Hambatan (5) keluhan tidak pengganggu tidur
Lingkungan puas tidur Terapeutik :
(5) keluhan pola - Modifikasi
tidur berubah lingkungan
(5) keluhan - Fasilitasi
istirahat tidak menghilangkan stress
cukup sebelum tidur
(5) kemampuan - Lakukan prosedur
beraktivitas untuk meningkatkan
kenyamanan
Edukasi :
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 Tahun Ruangan : Dahlia

Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf


1. Pola Observasi : Observasi :
NafasTida - Memonitor frekuensi RR : 23x/ menit
k Efektif irama, kedalaman dan Pasien mengatakan sesak nafas
berhubun upaya nafas dan batuk
gan - Memonitor pola nafas Terdapat sputum
dengan - Memonitor kemampuan Ada suara tambahan : wheezing
Hambatan batuk efektif
upaya - Memonitor adanya Terapeutik :
nafas produksi sputum Pasien terlihat sesak nafas
- Memonitor adanya RR : 23x / menit
sumbatan jalan nafas
- Mengauskultasi bunyi Edukasi :
nafas Pasien mengikuti prosedur
Terapeutik : yang diberikan
- Mengatur interval
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Mendokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Gangguan Observasi : Observasi :
pola Tidur - Mengidentifikasi pola Pasien mengatakan susah tidur
berhubun aktivitas dan tidur karena sesak nafas
gan - Mengidentifikasi faktor Pasien sering terbangun saat
dengan pengganggu tidur batuk dan sesak nafas
Hambatan Terapeutik : Pasien sulit tidur jika kondisi
Lingkung - Memodifikasi lingkungan ramai
an - Memfasilitasi Terapeutik :
menghilangkan stress Pasien tidur dengan kondisi
sebelum tidur hening
- Melakukan prosedur untuk Pasien melakukan prosedur
meningkatkan kenyamanan yang diberikan
Edukasi : Edukasi :
Menganjurkan menepati Pasien berusaha tidur tepat
kebiasaan waktu tidur waktu

E. EVALUASI

Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 Tahun Ruangan : Dahlia

Tanggal Dx. Kep Evaluasi Paraf


4 Sep 2020 1. Pola NafasTidak S:
Efektif Pasien mengatakan mengeluh sesak
berhubungan nafas dan agak susah saat bernafas
dengan Hambatan O:
upaya nafas TTV : S : 36,6 o
N : 90 x/menit
RR :23 x /menit
TD : 90/60 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
terpasang oksigen nasal 4 L
Ada suara tambahan Wheezing
A : masalah belum teratasi (pasien
masih merasa sesak nafas)
P : Intervensi di lanjutkan
2. Gangguan pola
Tidur
berhubungan S:
dengan Hambatan -Pasien mengatakan sering terbangun
Lingkungan saat tidur karena merasa sesak nafas
dan batuk –batuk pada malam hari
-Pasien mengatakan tidak bisa tidur
dengan suara berisik
O:
TTV : S : 36,6 o
N : 90 x/menit
RR :23 x /menit
TD : 90/60 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
Terdapat sputum
Tidur kurang lebih hanya 5 jam / hari
Pasien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi (pasien
tampak tidak nyaman saat
istirahat/tidur)
P : Intervensi di lanjutkan
5 Sep 2020 1. Pola NafasTidak S:
Efektif Pasien mengatakan sesak mulai
berhubungan berkurang dan bisa bernafas lebih
dengan legah
Hambatan upaya O:
nafas TTV : S : 36,5 o
N : 94 x/menit
RR :22 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
terpasang oksigen nasal 2L
suara wheezing berkurang
A : masalah teratasi sebagian (pasien
merasa sesak nafas mulai berkurang)
P : Intervensi di lanjutkan

2. Gangguan pola
Tidur
berhubungan S:
dengan -Pasien mengatakan sudah mulai
Hambatan nyaman saat tidur karena sesak nafas
Lingkungan berkurang dan pasien bisa batuk
dengan mengeluarkan dahak
-Pasien mengatakan tidak bisa tidur
dengan suara berisik
O:
TTV : S : 36,5 o
N : 94 x/menit
RR :22 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
pasien bisa mengluarkan dahak
dengan batuk
Tidur pasien 7 jam/hari
Pasien terlihat lebih segar
A : masalah teratasi sebagian (pasien
tampak kurang nyaman saat
istirahat/tidur dengan suara berisik)
P : Intervensi di lanjutkan
6 Sep 2020 1. Pola NafasTidak S:
Efektif Pasien mengatakan sudah tidak sesak
berhubungan nafas dan bisa bernafas dengan legah
dengan O:
Hambatan upaya TTV : S : 36,5o
nafas N : 93 x/menit
RR :20 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
wheezing (-)
sesak nafas (-)
A : masalah teratasi (pasien tidak
merasa sesak nafas)
P : Intervensi di hentikan (pasien
pulang)
2. Gangguan pola
Tidur S:
berhubungan -Pasien mengatakan sudah nyenyak
dengan saat tidur
Hambatan -Pasien mengatakan sedikit terganggu
Lingkungan saat tidur dengan suara berisik
O:
TTV : S : 36,5 o
N : 93 x/menit
RR :20 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
Tidur kurang lebih 8 jam / hari
Pasien tampak lebih segar dan sehat
A : masalah teratasi (pasien nyaman
saat istirahat/tidur)
P : Intervensi di hentikan (pasien
pulang)

Anda mungkin juga menyukai