Oleh :
NIM. 201204038
1. Pengertian
Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat menimbulkan gejala
mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama pada malam dan atau dini hari
yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. (Depkes RI, 2009).
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
2. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan
2. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan
yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa
saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan
di karakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3. Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi
pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial
dan mengubah mekanisme mukosilia.
4. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya,
5. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan mengi.
Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya sebagai berikut
(Mubarak 2016:198):
4. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul intra minimal, sel-sel
radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu
bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas terutama penurunan CO2 akibat hiperventilasi.
Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
a. Kristal-kristal Charcot leyden yang merupakan degranulasi duri kristal eosinofil.
b. Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus.
c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
a. Gas analisa darah
Terdapat aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2 maupun
penurunan PH menunjukan prognosis yang buruk.
b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDTI yang meninggi
c. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu serangan dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma
gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan
pelebaran rongga interkostal serta diafragma yang menurun. (Amin 2013:49)
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan asma bronkial menurut : (Amin 2013:49)
1. Edukasi penderita
2. Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara obyektif dengan mengukur fungsi
paru.
3. Mengurangi pengobatan jangka panjang untuk pencegahan.
4. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut.
5. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronkial
7. Komplikasi
Komplikasi menurut (manjoer 2007:477) yang mungkin timbul adalah:
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : No. Reg :
Umur : Tgl. MRS :
Jenis kelamin : Diagnosa medis :
Suku / Bangsa : Tgl / Jam pengkajian :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1. Adanya sumbatan / obstuksi jalan nafas akibat penumpukan sekret dan kelemahan reflek
batuk
b. Breathing
c. Circulation
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran (GCS), reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder
1) Keluhan Utama : pada umumnya pasien mengatakan sesak nafas, batuk.
2) Riwayat kesehatan sekarang : apa yang sedang dirasakan atau di alami pasien hingga
MRS.
3) Riwayat kesehatan dahulu : apakah pasien pernah mengalami penyakit asma sebelumnya
atau mempunyai riwayat alergi
a) Penyakit berat yang pernah di derita : apakah pasien pernah mengalami penyakit
kronis
b) Obat – obatan yang bisa di konsumsi : apakah pasien memiliki kebiasaan minum
obat
c) Kebiasaan berobat : kebiasaan berobat di pelayanan kesehatan atau di alternatif lain.
d) Alergi : apakah pasien memiliki alergi makanan, obat, minuman, debu, dll.
4) Riwayat kesehatan keluarga : apakah ada keluarga pasien yang memiliki penyakit asma
sebelumnya
5) Riwayat lingkungan : apakah kondisi lingkungan pasie dekat dengan sungai, jalan raya
atau pabrik.
C. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM
Untuk menemukan tanda –tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma meliputi pemeriksaan :
TTV (Tanda –tanda Vital) : (Suhu, Nadi, Tekanan Darah, RR, TB, BB) dan Kesadaran
Pasien.
1) Sistem pernafaan
a) Hidung
Inspeksi : simetris / tidak, ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada sekret /
tidak.
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak, ada pembengkakan sinus / tidak.
b) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering atau tidak, ada karies / tidak, pucat / tidak,
kebersihan mulut (gigi, lidah, gusi).
c) Leher
Inspeksi : sinomatitis / tidak, ada pembengkakan trakea / tidak
Palapasi : ada nyeri tekan atau tidak, ada bendungan vena jugularis / tidak
d) Faring
Inspeksi : adakah pembengkakan tonsil, warna, ada odem / tidak
e) Area dada
Inspeksi : simetris / tidak , adakah retraksi dinding dada / tidak
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak
Perkusi : sonor / hipersonor
Auskultasi : apakah ada suara tambahan seperti wheezing, ronchi
2) Sistem kardiovaskuler
a) Wajah
Inspeksi wajah pucat / tidak, ada odem / tidak, mukosa bibir pucat / tidak.
b) Dada
Inspeksi : simetris / tidak, ada hepatomegali / tidak
Palpasi :ictus cordis teraba / tidak
Perkusi : terdapat bunyi sonor / hipersonor
Auskultasi : adakah suara bunyi jantung tambahan / tidak
c) Ekstremitas atas
Inspeksi : adakah odem / tidak
Palpasi : CRT < 2 detik / lebih
d) Ekstremitas bawah
Inspeksi : adakah odem / tidak
Palpasi : akral hangat / tidak, ada nyeri tekan / tidak
3) Sistem persarafan
N I (olfaktorius) : dapat mencium bau – bauan / tidak
N II (optikus) : pupil mengecil / tidak jika di beri cahaya, lapang pandang normal /
tidak
N III, IV, VI (okulomotor, troklear, abduse) : reflek pupil terhadap cahaya, dapat
membuka mata secara sepontan / tidak
N V (trigeminal) : dapat mengekspresikan wajah / tidak, bisa mengatupkan rahang /
tidak
N VII (fasial) : bisakah merasakan sensasi sentuhan / tidak, bisakah mengerutkan
dahi / tidak
N VIII (akustik) : fungsi pendengaran baik atau tidak
N IX, X (glosofaringeal, vagus) : adakah reflek muntah / tidak, bisa mengerutkan
dahi / tidak
N XI (asesori spinal) : bisa menoleh ke kanan ke kiri / tidak,
N XII (hipoglosal) : bisa mengulurkan lidah / tidak
4) Sistem perkemihan urin
Kandung kemih : Palpasi ada nyeri tekan / tidak, ada distensi kandung kemih / tidak
5) Sistem eliminasi alvi
Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering / tidak, mulut bersih / tidak
Lidah :
Inspeksi : kotor / tidak
Abdomen :
Inspeksi : simetris / tidak, ada asites / tidak
Palpasi : K1 : ada nyeri tekan / tidak (hepar)
K2 : ada nyeri tekan / tidak (gaster)
K3 : ada nyeri tekan / tidak (kolon)
K4 : ada nyeri tekan / tidak (apendik)
6) Sistem muskuloskeletal dan integumen
Kekuatan otot
Turgor kulit : lambat ./ tidak
7) Sistem endokrin dan eksokrin
a) Kepala
Inspeks : penyebaran rambut merata / tidak
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak, ada benjolan / tidak
b) Leher
Inspeksi : simetris / tidak
Palpasi : ada nyeri tekan / tidak, ada bendungan vena jugularis / tidak
8) Sistem reproduksi
Genetalia : Inspeksi ada odem / tidak
9) Sistem persepsi sensori
Mata :
Inspeksi : konjungtiva anemis / tidak
Hidung : ada peradangan pada sinus / tidak
Teliga : ada serumen / tidak
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S No. Reg :-
Umur : 58 Tahun Tgl. MRS : 2 sep 2020
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa medis : Asma
Agama : Islam Tgl / Jam pengkajian : 4 sep 2020
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jombang
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway : obstuksi jalan nafas dan terdapat sputum
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Keluhan Utama : pasien mengatakan sesak nafas
2) Riwayat kesehatan sekarang : Ny.S di rujuk ke RSUD dengan keluhan sesak nafas, pasien
mengatakan saat di bandara setelah pulang umrah, pasien minum air putih lalu tiba –tiba
keselek, pasien mengatakan lehernya seperti kecekik dan menjadi sesak nafas, lalu
pandangan mulai berkunang –kunang.
3) Riwayat kesehatan dahulu : pasien mengatakan saau usia kurang lebih 50 tahun menderita
penyakit asma.
4) Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit seperti dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.
A. ANALISA DATA
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun Ruangan : Dahlia
No Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS : Pola Nafas Tidak Hambatan upaya
Pasien mengatakan mengeluh sesak Efektif nafas
nafas dan agak susah saat bernafas (D.0005)
DO :
TTV : S : 36,6 o
N : 90 x/menit
RR :23 x /menit
TD : 90/60 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
terpasang oksigen nasal 4 L
Ada suara tambahan Wheezing
2. DS : Gangguan pola Tidur Hambatan
Pasien mengatakan sering terbangun (D.0055) lingkungan
saat tidur
Pasien mengatakan sering merasa
sesak nafas dan batuk –batuk pada
malam hari
DO :
TTV : S : 36,6 o
N : 90 x/menit
RR :23 x /menit
TD : 90/60 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
Terdapat sputum
Tidur kurang lebih hanya 5 jam / hari
Pasien tampak gelisah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola NafasTidak Efektif berhubungan dengan Hambatan upaya nafas
2. Gangguan pola Tidur berhubungan dengan Hambatan Lingkungan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun Ruangan : Dahlia
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI
2. Gangguan pola
Tidur
berhubungan S:
dengan -Pasien mengatakan sudah mulai
Hambatan nyaman saat tidur karena sesak nafas
Lingkungan berkurang dan pasien bisa batuk
dengan mengeluarkan dahak
-Pasien mengatakan tidak bisa tidur
dengan suara berisik
O:
TTV : S : 36,5 o
N : 94 x/menit
RR :22 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
pasien bisa mengluarkan dahak
dengan batuk
Tidur pasien 7 jam/hari
Pasien terlihat lebih segar
A : masalah teratasi sebagian (pasien
tampak kurang nyaman saat
istirahat/tidur dengan suara berisik)
P : Intervensi di lanjutkan
6 Sep 2020 1. Pola NafasTidak S:
Efektif Pasien mengatakan sudah tidak sesak
berhubungan nafas dan bisa bernafas dengan legah
dengan O:
Hambatan upaya TTV : S : 36,5o
nafas N : 93 x/menit
RR :20 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
wheezing (-)
sesak nafas (-)
A : masalah teratasi (pasien tidak
merasa sesak nafas)
P : Intervensi di hentikan (pasien
pulang)
2. Gangguan pola
Tidur S:
berhubungan -Pasien mengatakan sudah nyenyak
dengan saat tidur
Hambatan -Pasien mengatakan sedikit terganggu
Lingkungan saat tidur dengan suara berisik
O:
TTV : S : 36,5 o
N : 93 x/menit
RR :20 x /menit
TD : 110/80 mmHg
k/u : Composmentis, GCS : 456
Tidur kurang lebih 8 jam / hari
Pasien tampak lebih segar dan sehat
A : masalah teratasi (pasien nyaman
saat istirahat/tidur)
P : Intervensi di hentikan (pasien
pulang)