Oleh :
Sub Pokok Pembahasan : Penyebab, Tanda & Gejala, Dampak, dan Pencegahan
ISPA pada Balita
A. Analisis Situasi
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, biasanyamenular, yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa
gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung,
factor lingkungan,factor pejamu. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
salah satu masalah kematian pada anak di Negara berkembang. Penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan yang utama karena
merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang terbanyak di dunia. Infeksi saluran
pernapasan atas merupakan penyebab kematian dan kesakitan balita dan anak di
Indonesia.Angka kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) pada balita dan
anak di Indonesia masih tinggi. Menurut Kemenkes RI (2017) kasus ISPA mencapai
28% dengan 533,187 kasus yang ditemukan pada tahun 2016 dengan 18 provinsi
diantaranya mempunyai prevalensi di atas angkanasional. Survei mortalitas yang
dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA sebagai penyebab
kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari seluruh kematian
balita). Pada tahun 2015 tercatat kasus ISPA pada balita sebanyak 11.326 kasus
(22,94%), kemudian pada tahun 2016 kasus ISPA pada balita meningkat menjadi
13.384 (27,11%). Pada tahun 2015 target penemuan penderita ISPA adalah 100%. Dari
banyaknya kasus, menunjukkan kurangnya identifikasi dan pencegahan dalam
mengatasi ISPA balita. ISPA akan menyebabkan kesakitan pada balita dan bahkan
menyebabkan kematian pada balita. Maka diperlukannya, penyuluhan ataupun edukasi
mengenai penyebab, tanda dan gejala, dampak, serta pencegahan ISPA pada balita.
B. Diagnosa Keperawatan
Defisit pengetahuan tentang ISPA pada balita berhubungan dengan kurang
terpapar informasi.
C. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Keluarga atau ibu yang memiliki balita dapat memahami dan mengetahui
cara menangani ISPA dengan baik
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyebaran poster di media sosial, diharapkan keluarga
atau ibu mampu:
1. Memahami pengertian dari ISPA
2. Memahami hal-hal penyebab ISPA
3. Memahami tanda dan gejala dari ISPA
4. Dapat mencegah Mengetahui cara pencegahan ISPA pada balita
5. Dapat menangani balita yang menderita ISPA
D. Isi Materi (Uraian materi penyuluhan terlampir)
a. Definisi atau pengertian ISPA pada balita
b. Etiologi atau Penyebab ISPA pada balita
c. Tanda dan Gejala ISPA pada balita
d. Pencegahan ISPA pada balita
e. Penanganan atau penatalaksanaan ISPA pada balita
E. Metode
Penyuluhan dengan menyebarkan poster di media sosial.
F. Media
Media yang digunakan menggunakan media elektronik berupa media sosial dan
poster.
G. Kegiatan Pembelajaran
H. Evaluasi
1. Evaluasi kerja kolompok
a. 90% anggota kelompok 3 melakukan koordinasi terkait konten dan
penyusunan poster sebelum meng-upload dimedia sosial (instagram).
b. Seluruh anggota kelompok telat meng-Upload poster penyuluhan
dimedia sosial (instagram) mereka masing-masing.
2. Evalusi LapanganProses
a. Responden berhak memberikan kritik dan saran kepada kelompok
apabila ada kekurangan dalam penyampaian.
b. Kelompok menerima kritik dan saran yang disampaikan oleh
responden.
3. Evaluasi proses Diskusi Kelompok 3
a. Seluruh anggota kelompok aktif dalam diskusi kelompok maupun
penyusunan terkait konten dan pembuatan poster penyuluhan.
4. Evaluasi Hasil Poster
a. Seluruh anggota kelompok 3 meng-upload poster penyuluhan dimedia
sosial (Instagram) masing- masing.
b. Tersampainya informasi kepada responden mengenai penyebab,
dampak, cara pencegahan dan penanganan ISPA pada balita melalui
media sosial (Instagram).
c. Terdapat feedback dari masyarakat mengenai postingan poster
dimedia sosial anggota kelompok 3, baik dalam bentuk saran maupun
kritikan
d.
I. Hasil Pelaksanaan
1) Peserta yang hadir mencapai 90% dari total kehadiran.
2) Peserta mengerti dan memahami penjelesan mengenai pencegahan dan
penanganan ISPA yang diberikan oleh penyuluh.
3) Peserta mampu menjelaskan kembali materi mengenai pencegahan dan
penanganan ISPA yang telah disampaikan oleh penyuluh.
4) Peserta dapat menjawab pertanyaan terkait dengan pencegahan dan
penanganan ISPA yang diberikan penyuluhan dengan benar.
Lampiran Materi
a. Definisi/Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). Menurut WHO, ISPA
merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
menimbulkan gejala dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit
iditularkan umumnya melalui droplet, namun berkontak dengan tangan atau permukaan
yang teni rkontaminasi juga dapat menularkan penyakit ini. Hal ini terjadi di Indonesia,
satu dari empat kematian bayi dan balita diakibatkan oleh ISPA.
d. Pencegahan ISPA
Menurut Dinkes (2006) pencegahan kejadian ISPA ini tidak terlepas dari peran
orang tua yang harus mengetahui cara-cara pencegahan ISPA. ISPA dapat dicegah
dengan mengetahui penyakit ISPA, mengatur pola makan balita, menciptakan
lingkungan yang nyaman, dan menghindar faktor pencetus, melalui imunisasi dan non
imunisasi seperti pemberian ASI Eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran
pajanan asap rokok, asap dapur, perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat.
1. Mengetahui penyakit ISPA Pada Anak
Mengetahui masalah kesehatan anak merupakan suatu hal yang sangat penting
diketahui oleh orang tua karena dengan mengenal tanda atau gejala dari suatu gangguan
kesehatan bisa memudahkan orang tua dalam melakukan pencegahan terhadap
terjadinya penyakit (Notoatmojo, 2011).
Dalam pencegahan ISPA pada balita, orang tua harus mengerti tanda dan gejala
ISPA, penyebab, serta faktor-faktor yang mempermudah balita untuk terkena ISPA.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit ISPA menyebabkan tingginya
kejadian ISPA pada balita dan membuat orang tua tidak mengobati anaknya ketika
terkena ISPA sehingga memperburuk keadaan infeksi yang dialami oleh anak (Rahajoe,
2008)
2. Pemberian ASI
Orang tua memegang peranan penting dalam pencegahan ISPA pada balita seperti
memberikan ASI Eksklusif. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang berfungsi
memberikan kekebalan tubuh pada bayi dan kelak ketika anak besar sehingga dapat
mencegah penyakit menular. Hal ini sesuai dengan Yuliarti (2010) yang menyatakan
bahwa ASI mengandung zat antibodi (zat kekebalan tubuh) immunoglobulin terhadap
banyak infeksi dan mengandung sel darah putih (leukosit) hidup yang membantu
memerangi infeksi
3. Imunisasi
Imunisasi mempunyai manfaat yang untuk membentuk kekebalan tubuh. Hal ini
menurut Djauzi (2009) yang menyatakan bahwa imunisasi merupakan salah satu usaha
memberikan kekebalan pada anak dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh.
Tujuan imunisasi adalah agar tubuh terlindung dari beberapa penyakit berbahaya,
sehingga terhindar dari perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau
meninggal dunia saat anak sakit
4. Mengatur Gizi dan Pola Makan Anak
Menurut Sumirta (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita
adalah pola pemberian makanan. Suatu pola makan yang seimbang dan teratur akan
menyajikan semua makanan yang berasal dari setiap kelompok makanan dengan
jumlahnya sehingga zat gizi yang dikonsumsi seimbang satu sama lain.
Gizi merupakan faktor penting dalam mencegah penyakit menular. Balita dengan
status gizi baik mempunyai kekebalan terhadap penyakit menular seperti ISPA. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Nugroho (2009) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara status gizi balita dengan kejadian ISPA. Jadi, fungsi zat gizi dalam
penanganan kekambuhan ISPA diperlukan untuk fungsi pemulihan jaringan tubuh dan
mekanisme pertahanan tubuh.
5. Menciptakan Kenyamanan Lingkungan Rumah yang Sehat
Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
proses interaksi antara penjamu dan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit
(Syahril,2006). Kondisi lingkungan yang kurang sehat akan mempengaruhi derajat
kesehatan seseorang. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang
kurang bersih adalah ISPA (Iswarini, 2006).
6. Menghindari Faktor Pencetus (Pencemaran Udara)
Pencemaran udaradalam rumah terjadi terutama karena aktivitas
penghuninya,antara lain penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak maupun
memanaskan ruangan, asap dari sumber penerangan yang menggunakan minyak tanah
sebagai bahan bakarnya, asap rokok, penggunaan insektisida semprot maupun bakar
(Syahril, 2006).
e. Penanganan ISPA
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1) Penanganan pertama di rumah
Penanganan ISPA tidak harus di tempat pelayanan kesehatan saja, tetapi penangan
ISPA sebelum berobat ke pelayanan kesehatan harus ditangani. Menurut
Simanjutak (2007) penanganan demam sebelum ke tempat pelayanan kesehatan
yaitu meliputi mengatasi panas (demam), pemberian makanan yang cukup gizi,
pemberian cairan, memberikan kenyamanan dan memperhatikan tanda-tanda
bahaya ISPA ringan atau berat yang memerlukan bantuan khusus petugas
kesehatan(MUAWANAH, 2012).
a) Penderita batuk pilek biasa (batuk yang tidak disertai napas cepat/
sesak napas) tidak perlu diberi antibiotic. Mereka memerlukan
paracetamol bila demam dan obat untuk meringankan batuk.
b) Penderita batuk yang disertai napas cepat (pneumonia) harus
mendapatka antibiotic selama 5 hari. Antibiotik jenis kotrimoksazol,
amoksicillin, ampicillin atau penicillin.
c) Penderita batuk yang disertai napas sesak (pneumonia berat) perlu
dirujuk ke Rumah Sakit atau puskesmas dengan fasilitas rawat inap.
c. Istirahat yang Cukup
Anak seharusnya mendapat tempat tidur dan istirahat yang cukup. Sering
anak banyak mengeluh dengan tempat istirahat ketika mereka ingin
mendapatkan izin agar mereka dapat menonton TV atau aktifitas lain. Jika
anak protes, orang tua dapat mengijinkan mereka untuk bermain sebentar
dan memberi batas waktu agar mencapai istirahat lebih baik daripada
membuat mereka menangis melampui batas.
d. Menurunkan Suhu
Jika anak mempunyai suhu tinggi yang signifikan, orang tua diharapkan
untuk mengetahui cara merawat suhu anak dan membaca thermometer
dengan akurat.
e. Pencegahan penyebaran infeksi
Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat dilakukan ketika merawat anak
yang terinfeksi pernafasan. Anak dan keluarga mengajarkan untuk
menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup hidung dan mulutnya
ketika mereka batuk / bersin dan menutupnya dengan tissue kemudian
sebaiknya mencuci tangannya dengan sabun dan air. Penggunaan tissue
dapat saja dibuang ke bak sampah, anak yang terinfeksi pernafasan tidak
berbagi cangkir minuman, baju cuci / handuk dengan anak lainnya atau
orang tua dan keluarga dalam rumah agar infeksinya tidak menyebar.
f. Mengembangkan Hidrasi
Dehidrasi terutama ketika muntah atau diare. Cukupnya cairan yang
diterima mendorong jumlah cairan pada frekuensi yang dalam batas normal.
Cairan tinggi kalori seperti colas, jus buah air pewarna dan pemanis pada
jagung mencegah katabolisme dan dehidrasi terapi akan mencegah diare
yang muncul.
g. Pemenuhan Nutrisi
Hilangnya nafsu makan adalah karakter anak yang terinfeksi akut dan pada
banyak kasus anak diijinkan untuk menentukan miliknya yang dibutuhkan
untuk makan agar anak tetap terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
h. Dukungan Keluarga dan orang tua
Orangtua balita dengan keluhan ISPA dapat menggunakan masker, agar
tidak batuk bersin sembarangan dan memperparah balita dengan ISPA.
Tindakan ini sebagai tindakan preventif dalam mencegah penularan ISPA
dari balita pada orang tua. Orang tua dapat memberi anak dengan ISPA
konsumsi obat-obat yang di berikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas
untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan dan dapat memberi
makanan tambahan jus buah, bubur nasi selain memiliki kandungan vitamin
pada buah buahan yang dikonsumsi juga meningkatkan daya tahan tubuh
pada balita dengan ISPA. Memberi vitamin A dan Vitamin D, Vitamin D
diperlukan untuk respon sel T yang tergantung interferon terhadap infeksi
dan, pada keadaan vitamin D yang rendah, aktivitas makrofag disfungsional
menjadi jelas. Vitamin D juga merupakan hubungan penting antara aktivasi
Tolllike receptor (TLR) dan respon antibakteri. Polimorfisme genetik dalam
reseptor vitamin D terkait dengan rawat inap untuk infeksi saluran
pernapasan akut (ALRTI) pada masa bayi. Vitamin A Dalam GAPPD,
Vitamin A mengurangi 23% kematian balita karena pneumonia. Vitamin A
terbukti bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian anak karena
vitamin A berfungsi memperkuat sistem kekebalan.Vitamin A diberikan
pada balita 2 kali dalam setahun pada bulan februari dan agustus oleh
petugas kesehatan di pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
posyandu(Mardiah, Surya Mediawati and Setyorini, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Maakh, Y. F., Laning, I. and Tattu, R. (2017) ‘Profil Pengobatan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ( ISPA ) Pada Balita Di Puskesmas Rambangaru Tahun 2015
Profile of Treatment for Acute Respiratory Infection ( ARI ) in Toddlers at
Rambangaru Health Center in 2015’,
Maharani, D., Yani, F. F., & Lestari, Y. (2013). Profil Balita Penderita Infeksi Saluran
Nafas Akut Atas di Poliklinik Anak RSUP DR. M Djamil Padang. Junrnal FK
Unand , 153-156.