Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

RESPIRASI (PNEUMONIA)

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Deyana Paramitha A. 201811015


2. Johanita Ela C. 201811030
3. Putri Sakti Sersanda 201811049
4. Rosa Kisda P. 201811051
5. Yunita Atanasia I. 201181056

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES St. ELISABETH SEMARANG
2020/202

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang memerlukan
perhatian khusus,sebab pneumonia termasuk dalam penyebab utama
kesakitan dan kematian pada anak balita khususnya di
Indonesia.Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas akut yang
mengenai jaringan paru (alveoli).Penyakit ini ditandai dengan adanya
batuk dan atau kesukaran bernafas yang disertai pula nafas sesak atau
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Pneumonia yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri )
dan sebagian kecil di sebabkan oleh faktor lain,seperti: Kondisi
lingkungan,sosial,ekonomi,adat istiadat,malnutrisi,dan imunisasi.1
Diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di negara berkembang
termasuk indonesia di sebabkan oleh Streptoccocus pneumoniae dan
Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta
kematian balita karena pneumonia.2
Berdasarkan umur para penderita, pneumonia di klasifikasikan
menjadi 2,yaitu pneumonia untuk kelompok umur < 2 bulan dan
kelompok umur 2 bulan sampai <5 tahun.Hal tersebut dilakukan untuk
memudahkan dalam penanganan kasus yang terjadi.Sedangkan
berdasarkan tempat terjadinya infeksi,pneumonia dibedakan menjadi
dua bentuk,yaitu: pneumonia masyarakat (community-acquired
pneumonia ) dan pneumonia RS atau pneumonia nosokomial
(hospital-aquired pneumonia). Di dunia pneumonia meyumbang
sekitar 16% dari 5,6 juta kematiaan balita,memakan korban sekitar
880.000 anak pada tahun 2016 (UNICEF,2016) 3. Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematiaan.Kasus pneumonia ditemukan paling
banyak menyerang anak balita sekitar 800.000 hingga 1 juta anak
meninggal dunia setiap tahun akibat pneumonia. Provinsi di Indonesia
yang menduduki 3 teratas penemuan kasus pneumonia pada balita
yaitu Jawa Barat (174.612 balita), Jawa Timur (93.279 balita) dan
Jawa Tengah (59.650 balita). Kota semarang mengalami angka kasus
yang naik turun dari tahun 2012 hingga 2017. Tahun 2017 telah di
temukan sebanyak 9.586 kasus ,tahun 2016 terdapat 4.173 kasus dan
tahun 2015 sebanyak 7.759 kasus.4
Pneumonia di sebabkan oleh bakteri Streptococcus dan
Mycoplasma pneumonia,sedangkan virus yang meyebabkan
pneumonia adalah Adenoviruses Rhinovirus,influenza
virus,Respiratory syncytial virus (RSV) Dan Para influenza virus.
Pneumonia di tularkan melalui udara, penderita pneumonia
menyebarkan kuman dalam bentuk droplet melewati udara pada saat
batu, ataupun bersin. Virus penyebab pneumonia masuk ke saluran
pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup) atau dengan
cara penularan langsung yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin, dan berbicara langsung terhirup oleh
orang disekitar penderita, atau memegang dan menggunakan benda
yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita. Banyak faktor
yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia
pada balita, baik dari aspek individu anak, perilaku orang tua (ibu),
maupun lingkungan.Kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan perilaku penggunaan bahan bakar
dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit seperti TB,
katarak, dan pneumonia.Perilaku merokok dari orangtua merupakan
faktor lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap
pneumonia.5
MTBS (Management Terpadu Balita Sakit) merupakan suatu
managemen melalui pendekatan terintegrasi atau terpadu dalam tata
laksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik
mengenai beberapa klasifikasi, status gizi, status imunisasi, maupun
penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan
(Wijaya,2009). MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannyatermasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana
kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan
konseling (promotif dan preventif). Langkah pendekatan pada MTBS
adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan
oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada
balita.6
Kegiataan MTBS memiliki tiga komponen khas yang
menguntungkan,yaitu : meningkatkan keterampilan,petugas kesehatan
dalam tatalaksana kasus balita sakit,memperbaiki sistem kesehatan dan
memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
dirumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa MTBS dapat menurunkan kematian balita.7

Menurut data Profil Puskesmas Moyudan tahun 2013, penyebab


kematian perinatal 0 –7 hari terbanyak adalah asfeksia, BBLR.data
tersebut, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi penyebab
kematian bayi dan balita.Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS
apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS
minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas
tersebut.Hasil pelaksanaan kegiatan MTBS di Puskesmas Moyudan yang
berupa cakupan hasil kegiatan pelayanan MTBS balita pada tiga tahun
berturut turut yaitu, tahun 2011 (51.9%),2012 (78.6%), 2013 (61%). Hasil
tersebut sudah cukup baik.8

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa asuhan keperawatan dan menganalisis kasus etik legalitas
gangguan sistem tubuh anak dan anak yang berkebutuhan khusus
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mmenganalisis pathway berdasarkan
NANDA, NIC, dan NOC dan sesuai kasus
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian menurut orem
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan
d. Mahasiswa mampu menetukan intervensi beserta rasionalnya
berdasarkan diagnosa keperawatan
e. Mahasiswa mampu menentukan etik legal dalam keperawatan
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mempelajari dan menganalisis kasus pneumonia
pada anak
2. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya penyakit pneumonia
pada anak
3. Mahasiswa mampu memahami konsep gangguan pneumonia pada
anak

BAB II

MIND MAPPING
BAB III

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS
Anak permpuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas.Ibu
anakmengeluh anak batuk sudah 14 hari tidak sembuh. Ibu anak mengatakan
anak belum pernah vaksin Hib dan sebulan yang lalu anak tinggal dengan
nenekya yang tinggal sendirian dirumah, rumah neneknya tidak ada jendela
dan agak pengap.
Pemeriksaan fisik menemukan anak tampak lemah, ada retraksi dinding dada
ke dalam, cuping hidung (+) , wheezing (+), pernafasan 50x/menit, S: 37,7oC.
Analisa etik legal
Perawat sudah melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan memberikan
obat pelega tenggotokan 30 menit lagi.Namun pada waktu tersebut perawat
tidak melakukan tindakan tersebut karena kesibukan yang padat.

B. PENGKAJIAN
Nama perawat yang mengkaji: Perawat A
Unit : Rawat inap
Ruang : 101/ Melati
Tanggal/waktu masuk RS : 03 Maret 2020/ 08:00
Tanggal/waktu pengkajian : 03 Maret 2020 / 09:30
Cara pengkajian : A. Observasi
B. Alloanamnesa
a. Identitas
1. Nama Anak : An. K
2. Alamat : Jalan Kagok
3. Nomor telepon : 08123456789
4. Tempat/tanggal lahir : Semarang / 16 Januari 2018
5. Suku : Jawa
6. Jenis kelamin : Perempuan
7. Agama : Khatolik
8. Tanggal wawancara : 3 Maret 2019
9. Pemberi informasi :-
10. Penanggung jawab : Ny. T
11. Diagnose medis : Pneumonia
12. Pengasuh utama : Ibu ( Ny. T )
b. Keluahan Utama (KU)
Anak batuk sudah 14 hari tidak sembuh
c. Penyakit Sekarang (PS)
Pneumonia
d. Riwayat masa lalu
1. Kehamilan (Ibu)
a. Jumlah (gravida)
1) Tanggal kelahiran : 16 Januari 2018
b. Hasil (paritas):
1) Gestasi : 9 bulan
2) Lahir : hidup
3) Kesehatan selama kehamilan : Sehat
c. Obat-obatan yang digunakan
Selama hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan

2. Persalinan dan melahirkan :


a. Durasi persalinan : 2 jam
b. Tipe melahirkan : normal
c. Tempat melahirkan : puskesmas

3. Kelahiran
a. Berat badan/panjang badan :2.8 kg/ 50 cm
b. Waktu peningkatan berat badan lahir : setiap 4 minggu
c. Kondisi kesehatan : sehat
d. Skor apgar :8
e. Abnormali comenital : tidak ada
f. Lama perawatan : 3 hari

4. Penyakit, operasi atau cidera sebelumnya.


-
5. Alergi
Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki alergi
6. Obat-obatan
1) Nama :-
2) Dosis :-
3) Jadwal :-
4) Durasi :-
5) Alasan pemberian :-
7. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anak belum pernah di imunisasi Hib
Pertumbuhan dan perkembangan :
a. Berat badan lahir : 2,8 kg
b. Berat badan 6 bulan : 7,0 kg
c. Berat badan 1 tahun : 11 kg
d. Berat badan sekarang : 15kg
e. Gigi geligi : 20
f. Usia control kepala : 3 bulan
g. Usia duduk tanpa dukungan : 8 bulan
h. Usia berjalan : 12 bulan
i. Usia mampu mengeluarkan kata-kata sendiri : 17 bulan
j. Interaksi dengan teman sebaya : 2 tahun
k. Interaksi dengan orang dewasa :-
l. Aktivitas bermain :-
m. Partisipasi dalam aktivitas organisasi,
seperti olahraga, kepramukaan
dan sebagainya. :-
e. Kebiasaan
a. Pola perilaku
a) Menggigit kuku : tidak
b) Menghisap ibu jari : ya
c) Pika : tidak
d) Ritual seperti “selimut pengaman” :
tidak
e) Gerakan tidak umum (membenturkan kepala, memanjat) :
tidak
f) Tempertantrum :
ya
b. Aktivitas kehidupan sehari-hari
1) Jam tidur malam : 20:00 WIB Jam bangun :
07:00 WIB
2) Durasi tidur malam: 11 Jam Durasi tidur siang : 2
Jam
3) Usia toilet traning : 2 tahun
4) Pola defekasi : 1x setiap pagi hari Pola berkemih: 6x perhari
5) Kejadian enuresis : Pernah
6) Tipe latihan : Memegang mainan

c. Pengaturan penyalahgunaan obat, alcohol, kopi (kafein) atau


tembakau.
-
d. Respon terhadap fustrasi : Menangis

f. Pemeriksaan fisik dengan pendekatan tinjauan sistem


Tinjauan system (TS): untuk mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan
yang potensial.
1. Umum
a. Keadaan umum dan kesadaran
Composmetis. GCS 15
Status Gizi :Sehat
b. Antopometri
Tinggi Badan: 90 cm
Berat Badan: 12 kg
Lingkar Kepala: 47 cm
Lingkar Lengan: 14 cm
c. TTV
Suhu : 37,70C
RR : 50x/menit
2. Integument
Inspeksi: kulit tampak bersih,ada luka jatuh pada ekstremitas kanan.
Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi, kepala bersih
Palpasi : tidak terdapat benjolan
3. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis
4. Hidung
Inspeksi : tampak bersih, tidak ada sekretnya, terdapat cuping hidung
Palpasi : tidak ada luka, tidak ada sinus
5. Telinga
Inspeksi : tampak bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
6. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab,tidak terdapat edema.
7. Tenggorokan
Auskultasi : Terdapat Wheezing
8. Leher
Inspeksi : leher tidak ada benjolan, tidak ada edema
9. Dada
Inspeksi : terdapat retraksi dinding dada ke dalam
10. Pernapasan
Pernafasan 50x/ menit
11. Kardiovaskuler
- Iktus kordis pada ICS IV linea midklavikularis kiri, sedikit lateral
12. Gastrointestinal
Inspeksi : tampak buncit, tidak ada luka, tidak ada cairan keluar pada
umbilicus
Auskultasi : bising usus 15x/menit
Palpasi :tidak terdapat pembesaran massa, tidak teerdapat nyeri ketuk ginjal
dan tidak terdapat hepanomegali
Perkusi : timpani
13. Genitourianarius
Pada usia 2 tahun pasien sudah diajarkan toilet training
14. Ginekologis
Normal
15. Musculoskeletal
Pasien sudah bisa meraba dan memegang sesuatu benda.
16. Neurologis
Pasien sudah bisa mengerti bahasa yang kita ucapkan atau perintahkan.
17. Endokrin
Palpasi : kelenjar tiroid (-)
g. Riwayat Nutrisi
Ibu pasien mengatakan bahwa nutrisi pada anak terpenuhi dengan baik
h. Riwayat Medis Keluarga
Tidak ada riwayat medis dalam keluarga
i. Riwayat Pribadi Keluarga/Sosial
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat pribadi pada keluarga/social
j. Profil Pasien (ringkasan)
Profil pasien (P/P) adalah meringkas pesan menyeluruh pewawancara
terhadap latar belakang fisik, psikologi, dan sosial ekonomi keluarga dan
anak.
1. Status kesehatan
Awalnya pasien status kesehatan yang sehat, namun setelah tinggal
bersama neneknya selama sebulan pasien batuk selama 14 hari karena di
rumah tersebut tidak ada jendela dan udaranya pengap.
2. Status psikologi
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah bisa minum menggunakan cangkir
,saat anak merasa haus dan anak berbicara kepada orang tua bahwa ingin
minum..
3. Status sosial ekonomi
Ibu mengatakanekonomi keluarga berada dalam kalangan ekonomi
menengah kebawah karena orang tua sibuk bekerja sehingga anak
dititipkan di rumah neneknya dengan keadaan rumah yangt tidak ada
jendela dan agak pengap sehingga sirkulasi udara didalam rumah tidak
lancar.
k. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Rencana Tindak lanjut
1. Beri oksigen aksimal 2-3 liter/ menit dengan
menggunakan nasal prong
2. Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
amoxcicilin 40mg/kg/bb/hari
l. Terapi
-
FORMAT ANALISIS DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Ds : Ibu pasien Ketidakefektivan Pasien belum


mengatakan keluhan pola nafas pernah
Pasien batuk sudah mendapat
14 hari tidak vaksin Hib dan
sembuh. Ibu pasien tinggal di
mengatakan bahwa rumah tanpa
pasien belum jendela dan
pernah mendaat agak pengap.
vaksin Hib dan
sebulan lalu pasien
tinggal dengan
neneknya yang
tinggal sendirian di
rumah, rumah
neneknya tidak ada
jendela dan agak
pengap.

Do :

1. Pasien tampak
Lemah
2. Retraksi dinding
dada, cuping
hidung, dan
wheezing (+)
3. TTV :
- RR 50 x/menit
- Suhu 37,7oc

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ibu pasien mengeluh


bahwa pasien batuk sudah 14 hari tidak sembuh, pasien belum pernah
dapat vaksin Hib dan sebulan lalu pasien tinggal bersama neneknya
yang tinggal di sendirian serta rumah neneknya tidak ada jendela juga
agak pengap. Didukung dengan data pasien tampak lemah, retraksi
dinding dada dan cuping hidung (+), RR 50 x/menit, suhu 37,7oc

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TGL N NOC NIC RASIONALISASI


DAN O
WAKT DP
U
Setelah dilakukan perawatan 1. Manajemen jalan 1. Manajemen jalan
selama 1 x 24 jam. Dengan nafas (3140) nafas (3140)
kriteria : a. Mandiri a. Mandiri
1. Domain : Kesehatan Fisiologis - Auskultasi - Mencatat area
(II) suara nafas, ventilasi untuk
2. Kelas : Jantung paru (E) catat area yang mengetahui naik
3. Outcome : Status Pernafasan ventilasinya turunnya
(0415) menurun atau ventilasi dan
Indikator A T Keterangan tidak ada dan adanya suara
Frekuensi 3 5 1. 61-70 adanya suara tambahan.
pernafasan kali/mnt tambahan.
2. 51-60 - b. Kolaborasi
kali/mnt b. Kolaborasi - Memberikan
3. 41-50 - Kelola nebulizer
kali/mnt nebulizer (obat bertujuan untuk
4. 31-40 salbutamol mengencerkan
kali/mnt nebulesi dengan dahak sehingga
5. 21-30 dosis 2,5 mg + pernafasan anak
kali/mnt nacl 0,9% menjadi lancer
Retraksi 2 5 1. Sangat hingga 4- - Melakukan foto
dinding berat 6ml( sesuai alat rontgen untuk
dada 2. Berat yang dipakai) mengetahui
3. Cukup ultrasonik, gambaran
4. Ringan sebagaimana terkait penyakit
5. Tidak mestinya - Memberikan
ada - Beri oksigen oksigen untuk
Demam 2 5 1. 38,1- sesuai advis mencukupi
38,40C dokter. kebutuhan
2. 37,7- oksigen dalam
38,00C tubuh
3.37,3- c. Monitor
37,60C - Monitor status c. Monitor
4.36,9- pernafasan dan - Memantau
37,20C oksigenasi, status
5.36,5– sebagaimana pernafasan dan
36,80C mestinya oksigenasi
Suara 2 5 1. Sangat bertujuan untuk
nafas berat mengetahui
tambahan 2. Berat perkembangan
3. Cukup d. Edukasi pernafasan pada
4. Ringan - beri orang tua anak
5. Tidak pengetahuan
ada terkait kesehatan d. Edukasi
lingkungan -pemberian
Pernafasa 3 5 1. Sangat tempat tinggal. pengetahuan ke
n cuping berat orang tua
hidung 2. Berat MTBS Anak menderita dimaksudkan
3. Cukup batuk atau sukar agar orang tua
4. Ringan bernafas : dapat menjaga
5. Tidak 1.Beri oksigen lingkungan
ada maksimal 2-3 tempat tinggal
Batuk 2 5 1. Sangat liter/menit dengan anak agar tetap
berat menggunakan nasal bersih dan
2. Berat prong sehat.
3. Cukup 2.Beri dosis pertama MTBS anak
4. Ringan antibiotic yang menderita batuk atau
5. Tidak sesuai (amoxicicilin sukar bernafas :
ada 40 mg/kgBB/hari) 1. Beri oksigen
3.Rujuk segera maksimal 2-3
liter/menit dengan
menggunakan nasal
prong bertujuan
memeberikan bantuan
pernapasan terhadap
klien sehingga tidak
terjadi kesulitan
bernapas
2. Beri dosis pertama
antibiotic yang sesuai
dimaksudkan agar
pertumbuhan bakteri
dapat terhambat
3. Rujuk segera
dimaksudkan agar
pasien mendapat
penanganan yang
lebih lagi sehingga
permasalahan dapat
teratasi

B. Analisa Aspek Etik Legal

1. Otonomi (Kebebasan)
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri.Menghargai
otonomi berarti memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan
tindakannya sendiri.Perawat yang menghargai otonomi pasien secara tidak
langsung menghargai pasien yang memiliki harga diri dan martabat yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Oleh karena itu perawat harus selalu
melibatkan pasien dalam mengambil segala keputusan tentang perawatan diri
pasien itu sendiri.Undang - undang untuk otonomi tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan.”

b. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 5 :

1) “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh


akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab


menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan
bagi dirinya.”

c. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 7 : “Setiap orang berhak untuk mendapatkan
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab.”

d. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 8 : “Setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.”

e. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 56 :

1) “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau


seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap.

2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak berlaku pada:

a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat


menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;

b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau

c. Gangguan mental berat.

3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”

2. Beneficience (Berbuat Baik)

Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang


lain. Beneficience juga merupakan kewajiban untuk melakukan hal tidak
membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi
kesehatan dan kesejahteraan pasiennya. Undang - undang untuk beneficience
tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang
Kesehatan Pasal 60 ayat c : “bersikap dan berperilaku sesuai dengan
etika profesi”

b. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 35:

1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,


Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
3. Keadilan

Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa


memandang suku, agama, ras, dan ekonomi. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Keadilan terdapat pada pasal:

a. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 16 : “Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata
bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.”

b. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 170 :

1) “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan


pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan
pemanfaatan.

3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah,


pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.”

4. Tidak Merugikan (Non - Maleficient)

Tidak merugikan adalah tidak melukai, tidak membahayakan, dan tidak


mencederai orang lain. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien.Undang - undang untuk non - maleficient
tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 35:

1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan


pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan
Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
b. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 53 :

1) Pelayanan kesehatan perseorang ditujukan untuk


menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara


dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat.

3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa
pasien dibanding kepentingan lainnya.

5. Kejujuran

Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak


berbohong.Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.Informasi yang diberikan
harus akurat, komprehensif, dan objektif.Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU


Keperawatan no. 38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “ Memberikan
informasi yang lengkap, jujur, benar,jelas, dan mudah dimengerti mengenai
tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganyasesuai dengan batas
kewenangannya.”

6. Menepati Janji

Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala


sesuatu yang telah disepakati bersama.Menepati janji merupakan tanggung
jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk
mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.

Undang - Undang Republik Indonesiano.36 tahun 2014 Tentang


Kesehatan Pasal 61 : “Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang
memberikan pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus
melaksanakan upaya terbaikuntuk kepentingan Penerima Pelayanan
Kesehatan dengantidak menjanjikan hasil.”

7. Rahasia

Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien.Segala


sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien.Namun, diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari. Rahasia terdapat pada pasal :
a. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Pasal 37ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
praktik wajib:Menjaga kerahasiaan kesehatanPenerimaPelayanan
Kesehatan”

b. Undang - Undang Republik Indonesiano. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 57 :

1) “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya


yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan.

2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:

a) Perintah undang-undang;

b) Perintah pengadilan;

c) Izin yang bersangkutan;

d) Kepentingan masyarakat; atau

e) Kepentingan orang tersebut.”

8. Tanggungjawab

Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang


berhubungan dengan peran tertentu dari perawat.Tanggung jawab berarti
perawat bersedia menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban dan bergerak
dibawah hukum.

Undang - Undang Republik Indonesiano.36 tahun 2014 Tentang


Kesehatan Pasal 37ayat 1: “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
wajib: Memberikanpelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi
sertakebutuhan kesehatan Penerima PelayananKesehatan”

9. Informed Consent

Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
telah mendapat penjelasan atau keterangan(informasi), dan “consent” yang
berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi informed consent mengandung
pengertian suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya
atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

Etik legal

Perawat sudah melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan memberika obat


pelega tenggorokan 30 menit lagi. Namun pada waktu tersebut perawat tidak
melakukan tindakan tersebut karena kesibukan yang padat

Dari kasus tersebut disimpulkan bahwa perawat melanggar etik legal yaitu
menepati janji karena ia sudah melakukan kontrak waktu kepada pasien tetapi ia tidak
memenuhi janji terhadap pasien tersebut dan melanggar Undang-Undang Republik
Indonesia no.36 pasal 61 tahun 2014 Tentang KesehatanPasal 61 : “Dalam
menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan langsung
kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaikuntuk
kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengantidak menjanjikan hasil.”
BAB IV

1.Kesimpulan

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran napas bawah yang
terbanyak kasusnya didapatkan di Rumah Sakit dan sering menyebabkan kematian
terbesar bagi anak-anak dan balita.Pneumonia pada anak dan balita paling sering
disebabkan oleh bakteri Streptococcus Pneumoniae , Hemophilus Influenzae tipe B
(HiB), dan Staphilococcus Aureus, virus, dan juga jamur. Selain itu juga bisa
disebabkan oleh zat hidrokarbon yang masuk ke dalam pulmo sehingga dapat
mengakibatkan infeksi serta peradangan.

2. Saran

Bagi kita calon perawat dan tenaga kesehatan di luar sana sebaiknya harus lebih
memahami dan mengetahui etiologi, dampak, dan akibat dari pneumonia ini karena
jika hal ini dianggap sesuatu yang kecil maka masa depan bumi ini tidak akan cerah
karena bayi dan balita yang adalah penderita pneumonia terbanyak di dunia ini
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayati A.N, Wahyono B. Pelayanan Puskesmas Berbasis


Manajemen Terpadu Balita Sakit Dengan Kejadian Pneumonia Balita.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2011;7(1);35-40.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1791
2. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak
Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer;
2008.
3. Sari, M. Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Pada
Puskesmas di Regional Timur Indonesia. Media Litbangkes.
2018;3:271-278.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/mpk/article/downloa
https://id.scribd.com/document/383112622/Latar-Belakang-mtbsd/
125/546/
4. Wulandari, R.A. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap
Kejadian Pneumonia Balita Di Jawa Timur. Jurnal Berkala
Epidemologi. 2018;6(3):236-
243.https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/download/8563/6199
5. Anwar A, Dharmayanti I. Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014;8(8).
6. Misbach. Makalah Management Balita Sakit MTBS). Jakarta : 2014.
https://misbahulilmi.blogspot.com/2015/10/makalah-manajemen-
terpadu-balita-sakit.html
7. Moelyana, A.G, Widardo, Herlambang G. Ketrampilan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2013.
8. Martini. Latar Belakang MTBS. 2018.
9. Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. Nursing Outcomes
Classification (NIC). Edisi Kelima. Nurjannah I, Tumanggor RD.
Indonesia:CV.Mocomedia;2016
10. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam. Nurjannah I,
Tumanggor RD. Indonesia; CV.Mocomedia;2016.
11. Herdman TH, Kamitsuru S. Nanda-I Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11. Indonesia: EGC; 2018.

Anda mungkin juga menyukai