Anda di halaman 1dari 53

Asuhan Keperawatan Pada An.

A Dengan Bronkopneumonia Di Ruang


Anak RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2022

CI Klinik : CI Akademik:
Ns. Ummi Khadijah, S.Kep Ns. Monalisa, S.Kep, M.Kep
Ns. Musniwati, S.Kep, M.Kep Ns. Netha Damayantie, S,Kep, M.Kep
Ns. Yesika Yusna, M.Kep Ns. Halimah, M.Kep, Sp.Kep.An
Ns. Wurningsih, S. Kep Hj. Ernawati, S.Kp, M.Kep
Disusun Oleh Kelompok 2:
1. Dian Afdhal (PO71202220001)
2. Indah Krisdayanti (PO71202220049)
3. Kevin Linggar Zulliyan (PO71202220038)
4. Lasro Theresia Siburian (PO71202220041)
5. M.Rasyid Ridha (PO71202220052)
6. Pita Ayu Lestari (PO71202220035)
7. Rebecca Uli Sinaga (PO71202220050)
8. Rinda Agustina (PO71202220037)
9. Wulan Arda Putri (PO71202220048)
10. Yuliana Saputri (PO71202220046)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1- 3
tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11- 18
tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar
belakang anak berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Yuniarti,
2015).
Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas
dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Beberapa faktor dianggap
berhubungan dengan ISPA antara lain, jenis kelamin, usia balita, status gizi,
imunisasi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A, durasi pemberian ASI,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pajanan rokok, serta pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu terhadap ISPA. ISPA dapat berlanjut menjadi pneumonia. Pnemonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut
pada bronkus yang disebut dengan bronkopneumonia (Kholisah et al, 2015).
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya.
Brokopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang
terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di
sekitarnya (Muhlisin, 2017). Insiden penyakit bronkopneumonia pada negara
berkembang termasuk Indonesia hampir 30% terjadi pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi (Kemenkes RI, 2015).
Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000 hingga 2
juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia. Bahkan United
Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan bronkopneumonia
sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakitpenyakit lain seperti campak,
malaria serta Acquired Immunodeficiency 3 Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017
bronkopneumonia setidaknya membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun (WHO,
2019).
Sedangkan di negara berkembang termasuk indonesia hampir 30% pada anak-
anak memiliki risiko kematian yang tinggi akibat bronkopnuemonia. Insiden penyakit
ini di Negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara
berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Bronkopneumonia menyebabkan lebih dari
5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara berkembang (Samuel, 2014).
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi
bronkopneumonia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebanyak
1,6% dan meningkat di tahun 2018 menjadi 2,0 % (Riskesdas, 2018)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kematian anak yang
diakibatkan oleh penyakit bronkopneumonia. Salah satunya dengan bantuan
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada masalah
bronkopneumonia. Perawat berperan penting untuk membantu menanggulangi
masalah bronkopneumonia. Kombinasi yang diberikan berupa terapi
mendikamentosa, terapi suportif dan terapi komplementer 17 diharapkan mampu
meningkatkan kualitas perawatan pasien bronkopneumonia (Nasution, 2017)
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan
baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan kebersihan lain-
lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup bersih dan sehat, upaya
kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang sesuai indikasi yang dianjurkan
oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan bronkopneumonia secara optimal, professional dan komprehensif,
sedangkan pada aspek rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien
dan menganjurkan pada orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit (Nasution,
2017)
Banyaknya permasalahan anak dengan bronkopneumonia membuat perawatan
lanjutan di rumah harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menanganinya adalah dengan memberdayakan keluarga terutama ibu dalam merawat
anak ketika kembali ke rumah. Perawatan anak tidak terlepas dari keterlibatan
keluarga terutama orang tua. Oleh karena itu, perawatan berfokus keluarga menjadi
konsep utama perawatan anak selama hospitalisasi. Keluarga, khususnya ibu,
merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan diharapkan mampu merawat
anak selama di rumah, memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah dan
menggunakan sumber-sumber yang tepat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarga (Yuliani et al, 2016).
Berdasarkan data yang telah dianalisa selama 1 tahun terakhir terjadi
peningkatan kasus bronkopneumonia pada di ruang anak RSUD Raden Mattaher Kota
Jambi, pada tahun 2021 kasus bronkopneumonia berada dalam angka 26 kasus tetapi
pada bulan 1 Januari hingga 19 November 2022 kasus ini mencapai angka 80 kasus
(Ruang Anak RSUD Raden Mattaher,2022).
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, kelompok memilih kasus
bronkopneumonia sebagai case study dalam memenuhi tugas akhir stase keperawatan
anak dan menerapkan asuhan keperawatan secara komperehensif kepada An. A
sebagai kasus kelolaan kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah adalah “Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada An. A dengan bronkopnuemonia di Ruang Anak RSUD
Raden Mattaher?”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Bronkopneumonia di
Ruang Anak RSUD Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2022.
2. Tujuan Kusus
a. Mengkaji klien An. A dengan bronkopneumonia.
b. Menegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada An. A dengan
bronkopneumonia.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada An. A dengan bronkopneumonia.
d. Melaksanan implementasi keperawatan pada An. A dengan
bronkopneumonia..
e. Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan An. A dengan
bronkopneumonia.
f.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas tinggi gelisah
dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan produktif (Hidayat,
2009 dalam Dewi & Erawati, 2016). Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru
yang mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer, 2003 dalam Dewi & Erawati,
2016).
Bronkopneumonia merupakan klasifikasi pneumonia dengan pola penyebaran
berbecak, teratur pada suatu area atau lebih yang berada dalam broki dan meluas ke
jaringan paru lainnya yang berdekatan dengan sekitarnya. Bronkopneumonia dapat terjadi
sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau
oenyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui
salaran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbilkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial.
Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing dengan gajala
yang muncul seperti demam tinggi, gelisah, kesulitan bernafas, pernafasan cepat dan
dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan pruduktif (Wulandari & Erawati, 2016).
Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun. Bronkopneumonia di negara berkembang yaitu
30-45% per 1000 anak dibawah usia 5 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada yang lebih
tua (Alexander, & anggraeni, 2017). Bronkopneumonia merukan infeksi yang terjadi pada
pru-paru yang dapat akibatkan oleh berbagai agen infeksi seperti virus, jamur, bakteri,
parasit, dan asiparsi benda asing seperti susu formula. Bronkopnrumonia ditandai dengan
danda kesulitan bernapas yaitu adanya napas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada
bagian bawah dedalam, dengan frekuensi napas abnormal (Kemenentrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018; Amelia et al; 2018).
B. Etiologi

Penyebab terbanyak bronkopneumonia pada anak adalah bakteri pneumokokus dan


virus. Sedangkan pada bayi dan anak kecil sering ditemukan staphylocomlus aureus
sebagai penyebab terberat, paling serius dan sangat progresif dengan angka kematian yang
tinggi. Proses terjadinya bronkopneumonia didahului oleh terjadinya peradangan pada
jaringan pari ata alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari (Ridha,2017).

Bronkopneumonia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :


a. Bakteri (pneumokokus, streptokokus, Staphylocomlus, H. Influenza. Klebsiela
mycoplasma pneumonia).
b. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza).
c. Jamur (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes).
d. Protozoa (Pneumokistis karinti) (Wulandari & Erawati, 2016).

C. Klasifikasi
Pembagian bronkopneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Ada beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian bronkopneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan.
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali,
Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari masyarakat (community
acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-
based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri, pneumonia virus,
pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur.
4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal, pneumoniaatipikal.
5. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan pneumoniapersisten.

Bronkopneumonia dikelompokan berdasarkan pedoman dan tatalaksana sebagai berikut:

a. Bronkopneumonia sangat berat


Apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak mampu minum, maka
anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik.
b. Bronkopneumonia berat
Apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan masih mampu minum,
maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik.
c. Bronkopneumonia
Apabila tidak terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan pernafasan cepat
yaitu >60x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan. >50x/menit pada anak
usia 2 bulan-1 tahun, >40x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
d. Bukan Bronkopneumonia
e. Hanya terdapat batuk tanpa ada nya gejala dan tanda tanda seperti di atas, tidak
memerlukan perawatan dan tidak perlu pemberian antibiotic.
D. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi
peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai
adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan
mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
1. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi
2. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit,
dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke struktrunya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan
secret, sehingga terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
2. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk, yang
dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
4. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut.
5. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan ateletaksis
absorbs
9. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, takipnea (nafas cepat)
10. Gerakan dada tidak simetris.
11. Diaforesis
12. Anoreksia
13. Malaise
14. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat (Andriyani & Windahandayani, 2021)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sistoplasmik.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak penderit bronkopneumonia adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Kebutuhan istirahat pasien
Pasien sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan
pasien harus ditempat tidur.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien dengan penyakit bronkopneumonia hampir selalu mengalami kekurangan
makanan atau nutrisi. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan kekurangan
cairan dapat menyebabkan dehidrasi, untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan
kalori di pasang infuse dengan cairan glikosa 5% dan NaCl 0,9%.
d. Mengontrol suhu tubuh.
e. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasatkan etiologi dan uji resisten. Tetapi kareana hal itu
perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin
ditambahkan dengan cloramfenikol dan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai demam sembuh 4-5 hari. Karena
sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi dengan hasil sesuai analisis gas darah arteri
(Nurarif, 2016).
2. Pentalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan pengobatan
a. Oksigen 2 lpm.
b. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)
1) Jenis cairan adalah 2A-K CL (1-2 mek/kgBB/24 jam atau KCL 6
mek/500 ml). Kebutuhan cairan adalah :
Tabel 2.1 kebutuhan cairan
KgBB Kebutuhan (ml/kgBB/hari)

3-10 105

11-14 85

Lebih dari 15 65

Apabila ada kenaikan suhu tubuh, maka setiap kenaikan suhu 1 °C kebutuhan
cairan di tambah 12%, tetesan dibagi rata dalam 12 jam.
2) Pengobatan
a) Antibiotika
Prokain 50.000 U/kgBB/hari IM, dan Kloramfhenikol 75mg/kgBB/hari dalam
4 dosis, IM/IV, atau Ampicilin 100 mg//kgBB/hari dibagi 4 dosis IV dan
Gentamicin mg/kgBB/hari, IM dalam 2 dosis per hari.
b) Kartikosteroid
Pemberian kortison asetat 15 mg/kgBB/hari secara IM, diberika bila ekspirasi
memanjang atau lender banyak sekali. Di berikan dalam 3 kali pemberian.
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah empyema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain
yang dekat seperti atelectalis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis.
Komplikasi tidak akan terjadi jika diberikan antibiotic secara tepat.
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
Komplikasi dari Bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Atelektasis merupakan suatu kondisi di mana paru paru gagal atau tidak dapat
mengembang secara sempurna yang disebabkan karena mobilisasi reflek batuk
berkurang.
b. Empiema
Empiema merupakan suatu kondisi terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
akibat infeksi dari bakteri Bronkopneumonia.
c. Abses paru
Abses paru Abses paru merupakan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan
penumpukan pus di dalam paru paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis
Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian dalam jantung
(endokardium) yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam aliran darah.
f. Meningitis
Meningitis merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang
belakang yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah–masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Andriyani & Windahandayani, 2021).
1. Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, nomor register, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, pendidikan, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Klien dengan bronkopneumonia akan merasakan batuk produktif disertai demam yang
tinggi, anak biasanya sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung. Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2016) untuk menentukan anak yang mengalami masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif antara lain yaitu : Batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi atau wheezing, dan/ ronki kering,
mekonium dijalan napas (neonates).
3. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit merupakan alasan dari perkembangan kondisi awal
sampai perkembangan saat ini.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan bronkopneumonia akan diawali dengan keluahan demam, batuk,
adanya peningkatan frekuensi pernafasan, tidak mau makan, muntah, atau diare,
adanya menggigil, dispnea.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit bronkopneumonia apakah anak lahir prematur
(prematuritis), malnutrisi, pajanan pasif pada asap rokok, status sosial ekonomi
rendah, apakah bayi pernah menderita penyakit jantung paru (Brady, 2012).
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota yang lain yang pernah sakit atau sedang sakit (batuk-batuk)
yang sama seperti pasien?
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakakukan secara head to toe pada setiap anggota keluarga baik
yang sakit ataupun sehat :
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan umum pasien, kesadaran, dan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah.
b. Kepala, mata, mulut
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan kepala
2) Palpasi tengkorak adanya nodus atau pembengkakan yang lain
3) Periksa kebersihan kulit kepala, ada tidaknya lesi, perubahan warna,
kehilangan rambut.
4) Bibir mengalami sianosis
5) Frekuensi pernafasan
Takipnea, dyspneaprogresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu
pernafasan, pelebaran nafas.
c. Kulit
1) Suhu kulit pada hipertermia kulit pada terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermia teratasi kulit anak akan teraba dingin.
2) Turgor kulit menurun
d. Thorax dan paru
1) Ispeksi : frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan bernapas meliputi
takipnea, dispnea, pernapasan dangka, retraksi dinding dada.
2) Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatal vokal fremitus pada daerah tertekan.
3) Perkusi : Pekak terjadi apabila terisi cairan pada paru, normal timpani (terisi
udara) resonansi
4) Auskultasi : Suara nafas yang meningkat intensitasnya, suara bronchial pada
daerah yang terkena, ada suara tambahan ronchi inspiratoir pada sepertiga
akhir inspirasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses keperawatan. Pada fase
diagnose, dilakukan penginterpretasi data pengkajian dan mengidentifikasi masalah
kesehatan, risiko, dan kekuatan pasien serta merumuskan pernyataan diagnosa (Kozier et
al., 2010). Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan dengan mucus
yang berlebihan (Wilkinson, 2016). Secara teori diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat pada anak dengan bronkopneumonia.
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum
( D.0001)
2. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Inflamasi (D.0130)
3. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan penurunan asupan nutrien (D.0019)
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0111)
C. Rencana Keperawatan
Intervensi adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau stimulus fokal,
kontektual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada
klien (Nursalam, 2015)
.1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

NO Diagnosa keperawatan Tujuan / kriteri hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
1. D.0001 Bersihan jalan Kriteria hasil untuk Fisoterapi dada
nafas tidak efektif mengukur penyelesaian dari Observasi :
diagnosis setelah 1. Identifikasi indikasi
Definisi: dilauakan asuhan dilakukan fisioterapi
Keadaan dimana keperawatan selama 3x24 dada (mis:
seseorangtidak dapat jam, dihadapan status hipersekresi, sputum,
membersihkan sputum pernafasan : Bersihan jalan sputum kental dan
atau sumbatan pada nafas dapat ditingkatkan tertahan, tirah baring
saluran pernafasan dengan kriteris hasil : lama)
untuk mempertahankan 1. Batuk efektif 2. Identifikasi kontra
bersihan jalan nafas (skala 5; meningkat) indikasi fisioterapi
yang paten. 2. Produksi sputium dada (mis: ekserbasi
(skala 5; menurun) PPOK akut,
Penyebab: 3. Mengi pneumonia tanpa
Fisiologis: (skala 5; menurun) produksi sputum
1. Benda asing dalam 4. Wheezing berlebih, ca paru-
jalan pernafasan. (skala 5; menurun) paru)
2. Spasme jalan nafas. 5. Dyspnea 3. Monitor status
3. Tidak berfungsinya (skala 5; menurun) pernapasan (kecepatan,
neuromuskuler. 6. Ortopnea irama, suara,
4. Hipersekresi jalan (skala 5; menurun) kedalaman)
7. Sulit bicara 4. Periksa sekmen paru
nafas.
(skala 5; menurun) yang mengandung
5. Adanya jalan nafas 8. Sianosis sekresi berlebih
buatan. (skala 5 ; menurun) 5. Monitor jumlah dan
6. Proses infeksi. 9. Gelisah karakter sputum
7. Sekresi yang (skala 5; menurun) 6. Monitor toleransi
tertahan. 10. Frekuensi nafas selama dan setelah
8. Hyperplasia dinding (skala 5; membaik) prosedur
jalan nafas. 11. Pola nafas Terapeutik :
9. Respon alergi. (skala 5; membaik) 1. Posisikan apasien
10. Efek agen sesuai dengan area
farmakologis (mis. paru yang mengalami
anastesi). penumpukan sputum
2. Gunakan bantal
Situasional: untuk mengatur
1. Merokok pasif. posisi
2. Merokok aktif. 3. Lakukan perkusi
3. Terpajan polutan dengan posisi telapak
tangan di
Gejala dan tanda tnangkupkan 3-5
mayor: menit
Subjektif: tidak 4. Lakukan fibrasi
tersedia dengan posisi telapak
Objekti: tangan rata
1. Tidak mampu bersamaan ekspirasi
batuk. melalui mulut
2. Batuk tidak efektif. 5. Lakukan fisioterapi
3. Sputum berlebih. dada setidaknya 2
4. Meconium di jalan jam setelah makan
nafas pada 6. Hindari perkusi pada
neonatum. tulang belakang,
5. Mengi, wheezing ginjal, payudara
dan/ ronkhi kering. wanita, insisi, dan
tulang rusuk patah
Gejala dan tanda 7. Lakukan penghisapan
minor: lendir untuk
Subjektif: mengeluarkan sekret
1. Sulit bicara. jika perlu
2. Dyspnea. Edukasi :
3. Ortopnea. 1. Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
Objektif: dada
1. Bunyi nafas 2. Anjurkan batuk
menurun. segera setelah
2. Gelisah. prosedur selesai
3. Frekuensi nafas 3. Ajarkan inspirasi
berubah. perlahan dan dalam
4. Sianosis. melalui hidung
5. Pola mafas berubah. selama proses
fisioterapi dada
2. Hipertermia behubungan dengan Proses Inflamasi

NO Diagnosa keperawatan Tujuan / kriteri hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
2. D.0130 Setelah dilakukan Manajemen
Hipertermia
tindakan keperawatan Hipertermia
berhubungan dengan
proses penyakit 3x24 jam diharapkan Observasi:
ditandai dengan suhu suhu tubuh dalam 1. Identiikasi
tubuh diatas nilai
rentang normal penyebab
normal
Gejala dan tanda dengan kriteria Hasil; Hipertermia
mayor : 1. Suhu tubuh dalam 2. Monitor suhu Tubuh
1) Subjektif : - 3. Monitor kadar elektrolit
rentang normal 4. Monitor pengeluaran urine
2) Objektif : Suhu
tubuh diatas nilai 2. Nadi dan RR 5. Monitor komplikasi
normal dalam rentang akibat hipertermia
Gejala dan tanda
normal
Minor: Terapeutik :
1) Subjektif : - 3. Tidak ada
1. Sediakan lingkungan
2) Objektif : kulit perubahan warna yang dingin
merah, kejang, 2. Longgarkan atau
kulit dan tidak lepaskan pakaian
takikardi, takipnea,
kulit terasa ada pusing 3. Basahi dan Kipasi
permukaan tubuh
hangat
4. berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal
7. Hindari pemberian anti
piretik atau aspirin
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan asupan nutrien

Diagnosa Tujuan dan


Keperawatan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil (SLKI) (SIKI)
Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 1. Observasi
3x24 jam diharapkan a. Identifikasi status nutrisi
status nutrisi membaik b. Identitifikasi alergi dan intoleransi
dengan kriteria hasil : makanan
1. Porsi makanan c. Identifikasi makanan yang disukai
yang dihabiskan d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
meningkat nutrient
2. Kekuatan otot e. Monitor asupan makana
pengunyah f. Monitor berat badan
meningkat g. Monitor hasil pemeriksaan
3. Kekuatan otot laboratorium
menelan meningkat 2. Terapeutik
4. Serum albumin a. Lakukan oral hygiene sebelum
meningkat makan, jika perlu
5. Verbalisasi b. Fasilitasi menentukan pedoman diet
keinginan untuk (mis. Piramida makanan)
meningkatkan c. Sajikan makanan secara menarik dan
nutrisi meningkat suhu yang sesuai
6. Pengetahuan tentang d. Berikan makanan yang tinggi serat
pilihan makanan untuk mencegah konstipasi
yang sehat e. Berikan makanan tinggi kalori dan
meningkat tinggi protein
7. Pengetahuan tentang f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
standard asupan
nutrisi yang tepat
3. Edukasi
8. Penyiapan dan a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
penyimpanan b. Ajarkan diet yang diprogramkan
makanan yang aman 4. Kolaborasi
meningkat a. Kolaborasi pemberian
9. Penyiapan dan medikasi sebelum makan (mis. Pereda
penyimpanan nyeri,antiemetic), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
minuman yang aman
meningkat menentukan jumlah kalori dan jenis
10. Sikap terhadap nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
makanan/minuman Promosi Berat Badan
1. Observasi
sesuai dengan tujuan
a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kesehatan
11. Perasaan cepat kurang
b. Monitor adanya mual dan muntah
kenyang menurun
c. Monitor jumlah kalori yang dikonsumi
12. Nyeri abdomen
menurun sehari- hari
d. Monitor berat badan
13. Sariawan menurun
e. Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit
14. Rambut rontok
menurun serum
2. Terapeutik
15. Diare menurun
a. Berikan perawatan mulut sebelum
16. Berat badan membaik
17. Indeks massa tubuh pemberian makan, jika perlu
b. Sediakan makanan yang tepat sesuai
(IMT) membaik
18. Frekuensi makanan kondisi pasien (mis. Makanan
membaik dengantekstur halus, makanan yang di
19. Nafsu makan blender, makanan cair yang diberikan
membaik melalui NGT atau gastrostomy, total
20. Bising usus membaik parenteral nutrition sesuai indikasi)
c. Hidangkan makanan secara menarik
21. Tebal lipatan kulit
d. Berikan suplemen, jika perlu
trisep membaik
e. Berikan pujian pada pasien/keluarga
22. Membrane mukosa
membaik untuk peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Terpapar Informasi

NO Diagnosa keperawatan Tujuan / kriteri hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
Defisit Pengetahuan b.d Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
kurang terpapar informasi intervensi selama 3x 2
d.d menanyakan masalah 4jam , maka diharapkan Observasi :
yang dihadapi. tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan
meningkat, dengan dan kemampuan
Data Subjektif : kriteria hasil : menerima informasi
 Klien mengatakan  Kemampuan
kurang mengetahui menjelaskan Terapeutik:
tentang penyakitnya pengetahuan 1. Sediakan materi dan
 Klien mengatakan tentang penyakit media pendidikan
sebelumnya tidak yang di derita tentang penyakit
pernah menderita 2. Jadwalkan pendidikan
meningkat
penyakit pneumonia kesehatan sesuai
 Pertanyaan tentang
masalah yang kesepakatan
Data Objektif
dihadapi menurun 3. Berikan kesempatan
 Klien tampak bingung
 Persepsi yang keliru untuk bertanya
ketika ditanya tentang
penyakitnya terhadap penyakit
menurun Edukasi:
 Klien bertanya tentang
1. Jelaskan pengertian
penyebab penyakitnya
penyakit, penyebab
dan cara
pengobatannya
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nomor RM : 653920
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 19 Agustus 2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk RS : 11 November 2022
Tanggal Pemeriksaan : 14 November 2022 Pukul: 09.30 WIB

I. Keluhan utama : Batuk berdahak, mual dan muntah

II. Riwayat penyakit saat Ini : Pasien datang melalui IGD pada tanggal 11 November dengan
keluhan pasien batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahaknya, pasien mengeluh sesak napas
dan daa terasa sakit karena berusaha mengeluarkan dahak. 2 hari sebelum masuk rumah sakit Ibu
An. Amengatakan anaknya mual dan muntah 3 kali, 1 hari sebelum masuk rumah sakit An. A
demam. Ibu mengatakan memberikan amoxcilin tetapi setelah 3 hari batuk tidak mereda ibu
membawa anak ke puskesmas tetapi batuk tidak berkurang dan An. A tampak pucat sehingga
dibawa ke Rumah sakit.

III. Riwayat kesehatan yang lalu:


a. Penyakit waktu kecil : ibu mengatakan An. A sering batuk sejak usia 6
tahun
b. Dirawat di RS : tidak pernah
c. Riwayat alergi : tidak ada
d. Obat yang masih digunakan saat ini : tidak ad
e. Lain-lain : tidak ada

IV. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan kakek dari pihak ayah memiliki riwayat Asma dan nenek dari pihak ayah
memiliki riwayat Tuberculosis paru dan Ibu An.A memiliki riwayat Hipertensi

V. Riwayat kelahiran
Anak ke 2 dari 2 saudara
Cara kelahiran :  spontan  lain-lain, sebutkan………………
Umur kelahiran :  cukup bulan  kurang bulan
Kelainan bawaan :  tidak ada  ada, sebutkan………………………

VI. Riwayat imunisasi


a. Yang sudah didapat (pada usia) : riwayat imunisasi lengkap
b. Yang belum didapat : tidak ada

VII. Riwayat tumbuh kembang anak


 pertumbuhan gigi pertama, usia : 8 bulan
 tengkurap, usia : 5 bulan
 mulai bisa duduk, usia : 9 bulan
 berjalan sendiri, usia : 14 bulan
 mulai bisa bicara, usia : 11 bulan

VIII. Riwayat psikososial


Status psikologis :
 tenang  cemas takut  tempertantrum  lain-lain,sebutkan…………
 kecendrungan bunuh diri, dilaporkan ke…………………………………...................
Status mental :
 sadar dan orientasi baik
 ada masalah perilaku, sebutkan……………………………………………….............
Status sosial
a. Hubungan pasien dan keluarga :  baik  tidak baik
b. Kerabat terdekat yang dapat dihubungi: Nama……….Hubungan………
Telepon……………
Kebutuhan privasi khusus : tidak ada hanya menerima kunjungan
keluarga
lain-
lain……………………………………………………
Kepercayaan atau budaya/nilai-nilai khusus yang diperhatikan, sebutkan jika ada: tidak ada

IX. Kebutuhan dasar saat ini


Makanan yang tidak disukai : daging sapi
Nafsu makan : baik mual  muntah
Pola makan : 2x/hr 3x/hr  lebih dari 3x/hr

X. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : pasien tampak lemah
Tekanan darah : .110/70 mmHg Frekuensi nadi : 110x/mnt Frekuensi nafas: 36 x/mnt
Suhu : 38,3 oC Berat badan : 26 Kg Tinggi Badan : 137 cm
Lingkar kepala : 52 cm LILA : 25 cm
Pernafasan
a. Irama :  regular  irregular
b. retraksi dada :  ada  tidak ada NCH: tidak ada ada
c. alat bantu napas : spontan kanul/RB mask/NRB Mask O23 .L/menit
Sirkulasi
a. Sianosis :  tidak ada ada
b. Pucat : tidak ada ada
c. CRT : ≤3 detik >3detik
d. Akral : hangat dingin

Neurologi
a. Kesadaran :  CM apatis somnolen sopor  koma  delirium
b. GCS: 15 (E4M6V5)
c. Gangguan neurologis : tidak ada ada, sebutkan………………..

Gastrointestinal
a. Mulut : mukosa kering stomatis
labiopalatoschizis perdarahan gusi
b. Mual : ya tidak muntah: ya tidak
c. Asites : ada Tidak ada lingkar perut…………….cm
Eliminasi
a. Defekasi :  melalui anus, frekuensi 1x/hari konsistensi: padat stoma, sebutkan…..
Karakteristik : hijau terdapat darah cair dempul  kuning
kecoklatan
b. Urin : spontan kateter urine cystostomy
Kelainan : tidak ada ada, sebutkan………………………………..

Integument
a. Warna kulit : normal pucat kuning mottled
b. Luka : tidak ada ada
c. Lokasi luka/lesi lain(beri tanda X/arsiran lokasi luka/lesi/edema ditubuh pasien pada gambar

Musculoskeletal
a. Kelainan tulang : tidak ada ada, sebutkan……………………………………..
b. Gerakan anak : bebas terbatas, sebutkan………………………………..

Genitalia
normal
kelainan,
sebutkan…………………………………………………………………………………………
.

XI. Penilaian risiko jatuh pada anak (lingkari bagian yang sesuai)
HUMPTY DUMPTY
Parameter Kriteria Nilai interpretasi
Usia  < 3 tahun 4 Skor 7-11 risiko
 3 – 7 tahun 3 rendah jatuh
 7 – 13 tahun 2 Skor ≥ 12 risiko
1 tinggi jatuh
 ≥ 13 tahun
Jenis kelamin  Laki-laki 2
 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
3
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop,
pusing, dsb.) 2
 Gangguan perilaku / psikiatri 1
 Diagnosis lainnya
 Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguan kognitif  Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
 Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot 3
rumah
Faktor lingkungan
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumah sakit
1
Respons terhadap:
1. Pembedahan/ sedasi / 3
 Dalam 24 jam
anestesi 2
 Dalam 48 jam
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
2. Penggunaan  Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, 3
medikamentosa pencahar, diuretik, narkose
 Penggunaan salah satu obat di atas
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 2
1
Skor total 11

XII. Penilaian tingkat nyeri:

Deskripsi:

1. Lokasi nyeri:
2. Frekuensi nyeri:
3. Lama nyeri:
4. Skala nyeri:
5. Faktor pencetus:

XIII. Status fungsional


 mandiri  perlu bantuan, sebutkan : pasien dibantu oleh ibu untuk ke kamar mandi
 ketergantungan total

XIV. Kebutuhan edukasi


diagnosa dan manajemen  obat-obatan perawatan luka
rehabilitasi manajemen nyeri  diet dan nutrisi
lain-lain : konsep penyakit anak

XV. Pemeriksaan Penunjang


11 November 2022
Hematologi : Hemoglobin : 10, 9 gr/dL
Hematokrit : 31, 9 %
Eritrosit : 4,26 x 106/uL
Leukosit : 15,900/uL
GDS : 82 mg/dL
Thoraks : CTR < 50%
Paru : corakan bronchovacular meningkat, tampak infiltrat di parakardial kiri,
diaphragma kanan dan kiri regular.
Interprestasi : COR : normal, paru : Bronkopnuemonia
XVI. Terapi pengobatan
11 November 2022 : paracetamol 3x ½ tab via oral
Ampicilin sulbactam 4x500 mg
Ceftriaxone 2x 1 gr
12 November 2022 : paracetamol 3x ½ tab via oral
Ampicilin sulbactam 4x500 mg
Ceftriaxone 2x 1 gr
Nebulizer Combivent + Nacl 0,9% 4 cc
13 November 2022 : Ampicilin sulbactam 4x500 mg
Ceftriaxone 2x 1 gr
Nebulizer Combivent + Nacl 0,9% 4 cc
14 November 2022 : erdostein tab 3 x 1 tab via oral
Ampicilin sulbactam 4x500 mg
Ceftriaxone 2x 1 gr
Nebulizer Combivent + Nacl 0,9% 4 cc

Tanggal 14 November 2022pukul 09.30 WIB


Perawat yang melengkapi pengkajian

(Kelompok III)

B. Analisa Data

Nama : An. A Dx medis : B


Usia : 11 tahun No MR : 653920
N
Data Fokus Etiologi Masalah
o
1 Data Subjketif
Ibu An. A mengatakan Jamur,Virus,Bakteri,Protozoa Bersihan Jalan Napas
anaknya batuk berdahak. tidak Efektif
Ibu mengatakan anaknya
sesak. Infeksi Saluran Pernafasan atas
An. A mengatakan
dahaknya sulit
dikeluarkan
Data objektif : Kuman Berlebih Di Bronkus
Suara nafas ronki pada
kedua lapang paru
Pernafasan cepat dan
dangkal Proses Peradangan
Tampak retraksi dada
An. A mampu
Akumulasi Secret Di Bronkus
mengeluarkan dahak
 RR : 38x/menit
 Leukosit : 14.900/uL
Hemoglobin : 11,1 gr/dL Mobilisasi secret yang
berkurang

Batuk tidak efektif

Bersihan Jalan Nafas Tidak


Efektif
2 Data subjektif : Infeksi Bakteri Hipertermia
Ibu pasien mengatakan
anaknya demam naik turun Infeksi Saluran Pernafasan
Data objektif : Atas
 Akral pasien teraba
hangat Peradangan
 Suhu : 38,3oC
 Pasien tampak lemah
 Konjungtiva tampak Proses Peradangan
pucat
Peningakatan Suhu tubuh

Hipertermi

3 Data subjektif : Penyakit saluran Defisit Nutrisi


Ibu pasien mengatakan pernapasan
anaknya mual dan muntah
Ibu mengatakan anaknya
malas makan Kuman berlebih
Data objektif : di bronkus
Pasien tampak lemah
Mukosa tampak pucat dan
kering Mukus di bronkus meningkat
BB sebelum sakit : 36 kg ,
BB setelah sakit : 33 kg,
TB : 137 cm. IMT : gizi Mual dan muntah
baik

Intake menurun

Berat badan menurun

Deficit nutrisi
4. Data subjektif :
Ibu pasien mengatakan n Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
tidak paham tentang
penyakit yang diderita
anaknya
ibu pasien mengatakan
sebelunya tidak pernah
diberikan pendidikan
kesehatan tentang
bronkopneumoni
data objektif :
Orang tua pasien hanya
diam saat ditanya
tentang penyakit
anaknya
Ibu bertanya tentang
penyakit anaknya

c. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum
( D.0001)
2. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Inflamasi (D.0130)
3. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan kurang asupan nutrient (D.0019)
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0111)
NURSE CARE PLANNING

Nama : An. A Dx medis : Bronkopnuemonia


Usia : 11 tahun No MR : 653920

No Tanggal/Jam Standar Diagnosis Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Indonesia SDKI
Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
1 14/11/2022 (D.0001) Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (I.14509)
11.00 jalan nafas tidak keperawatan diharapkan jalan nafas  Monitor Pola Napas (Frekuensi,
efektif berhubungan pasien paten dengan kriteria hasil : Kedalaman, Usaha napas)
dengan peningkatan 1. Suara nafas bersih, tidak ada  Monitor bunyi napas
produksi sputum dypsnoe, dan tanda- tanda sianosis  Posisikan semi fowler
2. Jalan nafas bersih, pasien tidak  Berikan oksigen, jika perlu
merasa tercekik  Anjurkan asupan cairan 2000
3. Irama nafas teratur, frekuensi nafas ml/hari
dalam rentang normal (20- 30x/i)  Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Pemantauan Respirasi (I.01014)
- Monitor kemampuan batuk
efektif
- Monitor adanya produksi
sputum
- Monitor saturasi oksigen
-
2 14/11/2022 (D.0130) Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I.15506)
11.10 berhubungan dengan keperawatan diharapkan Suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
proses inflamasi kembali normal dengan kriteria - Berikan cairan oral
hasil : - Berikan kompres hangat
1. suhu tubuh anak dalam rentang - Sediakan lingkungan yang
normal (36-370C) dingin
2. tidak ada perubahan warna kulit Regulasi Temperatur (I.14578)
tidak terjadi - Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Kolaborasi pemberian antipiretik
3 14/11/2022 (D.0019) Defisit nutrisi Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
11.20 b/d penurunan asupan Keperawatan diharapkan pasien dapat - Identifikasi status nutrisi
nutrient terhindar dari resiko nutrisi dengan - Monitor asupan makanan
Kriteria Hasil: - Monitor berat badan
1. Mampu mengidentifika si - Lakukan oral hygiene sebelum
kebutuhan nutrisi makan
2. Nafsu makan anak meningkat - Anjurkan posisi duduk
3. Tidak terjadi penurunan berat - Kolaborasi dengan ahli gizi
badan untuk memnentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Pemantauan Nutrisi (I.03123)
- Monitor mual dan muntah
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium
- Timbang berat badan
- Ukur antropometri tubuh
4 14/11/2022 (D.0111)Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383)
11.30 pengetahuan b/d keperawatan diharapkan Defisit  Berikan penilaian tentang
kurang terpapar pengetahuan orang tua teratasi tingkat pengetahuan pasien
informasi dengan kriteria hasil : mengenai proses penyakit
1. Orang tua dapat mengungkapkan  Jelaskan Patofisiologi penyakit
pemahaman tentang penyakit dengan cara yang tepat
anaknya  Gambarkan tanda gejala yang
2. Orang tua dapat menjelaskan muncul pada penyakit dengan
kembali apa yang telah dipaparkan cara yang tepat
perawat  Melakukan pendidikan
kesehatan
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI PERTAMA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920

No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


1 (D.0001) 14/11/2022
Bersihan jalan 11.45  Mengukur frekuensi napas dan irama
nafas tidak napas pasien ( RR : 38x/menit )
efektif 11.47  Mengukur saturasi oksigen pasien
berhubungan ( 98% )
dengan 11.50  Mendengarkan bunyi napas pasien
peningkatan (ronchi)
produksi sputum 11.55  Melakukan pemasangan oksigen nasal
kanul 3 liter/menit
11.58
 Mengajarkan pasien teknik batuk
12.15 efektif
 Memberikan terapi nebulizer dengan
12.35 terapi obat ventolin 1 cc + nacl 2 cc
 Kolaborasi farmakologi : memberikan
obat oral erdostein 1 tablet via oral
2 (D.0130) 14/11/2022
Hipertermia 11.45  Mengukur tanda-tanda vital pasien
berhubungan ( TD : 110/70 mmHg
dengan proses RR : 38x/menit
inflamasi Suhu : 38,3oC
Nadi : 110x/menit
SPO2 : 98 % )
12.50
 Memberikan kompres hangat pada
An. A
12.53
 Mengajarkan ibu untuk mengompres
12.58 An. A jika demam
 Memberikan terapi paracetamol infus
dengan dosis 30 cc via IV

3 (D.0019) Defisit 14/11/2022


nutrisi b/d 13.00  Mengukur antropometri pada an. A
ketidakmampua ( BB : 26 kg, TB : 137 cm, LILA : 25
n mengabsorbsi cm, LK : 52 cm )
nutrien 13.05  Menanyakan An. A adanya riwayat
mual dan muntah
13.08  Menanyakani ibu konsumsi nutrient
pada An. A
13.10
 Mengajarkan An. A untuk sikat gigi
setelah makan
4 (D.0111) Defisit 14/11/2022
pengetahuan b/d 13.15  Memberikan edukasi kepada orang tua
kurang terpapar tentang proses terjadinya
informasi bronkopneumonia
13.30  Memberikan edukasi kesehatan
kepada orang tua tentang pentingnya
personal hygiene
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI KEDUA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920

No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


1 (D.0001) 15/112022
Bersihan jalan 09.32  Mengukur frekuensi napas dan irama
nafas tidak napas pasien ( RR : 36x/menit )
efektif
 Mengukur status oksigenasi pasien
berhubungan 09.35
dengan ( 98%)
09.37  Mengajarkan pasien teknik batuk
peningkatan
produksi sputum 09.40 efektif
 Menilai kemampuan pasien dalam
mengeluarkan sputum
09.48
 Mendengarkan bunyi napas An.A
(Ronchi)
10.00  Memberikan terapi nebulizer dengan
terapi obat ventolin 1 cc + nacl 2 cc
 pemberian erdostein tab 3 x 1 tab via
oral

2 (D.0130) 15/11/2022
Hipertermia 10.15  Mengukur tanda-tanda vital pasien
berhubungan ( TD : 110/70 mmHg
dengan proses RR : 36x/menit
inflamasi Nadi : 110x/menit
SPO2 : 98 % )
10.30 Suhu 37,8oC
 Memberikan edukasi kepada ibu
pasien untuk memberikan kompres
10.40 hangat
 Memberitahu ibu untuk melapor jika
An. A demam kembali

3 (D.0032) Risiko 15/11/2022


defisit nutrisi b/d 11.00  Mengukur antropometri pada an. A
kurang asupan ( BB : 26 kg, TB : 137 cm, LILA : 25
nutrien cm, LK : 52 cm )
11.02  Menilai adanya mual dan muntah
 Menilai kemampuan asupan nutrient
11.04
pada An. A per hari

4 (D.0111) Defisit 15/11/2022


pengetahuan b/d 11.18  Memberikan edukasi kesehatan
kurang terpapar tentang Perawatan dan pengetahuan
informasi 11.20
tentang penyakit.
 Menilai kembali pengetahuan orang
tua tentang bronkopneumonia

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI KETIGA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920
No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
1 (D.0001) 16/112022
Bersihan jalan 09.32  Menghitung frekuensi napas dan
nafas tidak irama napas pasien ( RR : 35x/menit )
efektif 09.33  Mengukur status oksigenasi pasien
berhubungan
dengan (98%)
09.35  Menilai kemampuan pasien
peningkatan
produksi sputum melakukan teknik batuk efektif
09.40
 Menilai kemampuan pasien dalam
mengeluarkan sputum
09.48
 Melakukan auskultasi bunyi napas
10.00 An.A ( Ronchi )
 Memberikan terapi nebulizer dengan
terapi obat ventolin 1 cc + nacl 2 cc
2 (D.0130) 17/10/2022
Hipertermia 10.15  Mengukur tanda-tanda vital pasien
berhubungan ( TD : 160/70 mmHg
dengan proses RR : 35x/menit
inflamasi Nadi : 110x/menit
Suhu : 37,2oC
SPO2 : 98 % )
10.20  Megajarkan ibu pasien untuk
memberikan kompres hangat
10.20  Memberitahu ibu untuk melapor jika
An. A demam kembali
10.22  Memberikan terapi paracetamol infus
13 cc via IV

3 (D.0032) defisit 17/11/2022


nutrisi b/d  Mengukur antropometri pada an. A
penurunan 11.00 ( BB : 26 kg, TB : 137 cm, LILA : 25
asupan nutrien cm, LK : 52 cm )
11.02
 Mengkaji An. A adanya riwayat mual
dan muntah
11.04  Mengkaji ibu konsumsi nutrient pada
An. A per hari
11.06
 Menganjurkan ibu untuk memberikan
11.08 nutrisi tinggi serat
 Mengajarkan An. A untuk sikat gigi
setelah makan
EVALUASI
HARI PERTAMA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920
Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
(D.0001) Bersihan 15/11/202 S:
jalan nafas tidak 2 - Ibu mengatakan An. A masih sesak
efektif 13.25 - An. A mengatakan masih batuk
berhubungan berdahak
dengan - An. A mengatakan dahaknya bisa
peningkatan dikeluarkan sedikit
produksi sputum O:
- RR : 38x/menit
- SpO2 : 98%
- Auskultasi suara napas : ronkhi
- Tampak retraksi dada
- An. A belum mampu sepenuhnya
mengeluarkan dahak
A : bersihan jalan napas tidak efektif belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

(D.0130) 15/10/202 S:
Hipertermia 2 - Ibu mengatakan demam An. A sudah
berhubungan 13.30 turun
dengan proses O:
inflamasi - T : 37,9oC
- Akral teraba hangat
- Wajah An. A tampak pucat
- Mukosa bibir tampak kering
A : masalah hipertermia teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
(D.0032) defisit 15/10/202 S:
nutrisi b/d 2 - Ibu mengatakan An. A hanya makan
penurunan asupan 13.35 3 sendok nasi
nutrien - Ibu mengatakan sejak dirawat nafsu
makan An. A menurun
O:
- Hasil antropometri
BB : 26 kg, TB : 137 cm, Lila : 25
cm
IMT :
- Mukosa bibir tampak kering
- Pasien terpasang infus dextrose 10%
600cc/24 jam
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(D.0111) Defisit 15/10/202 S:
pengetahuan b/d 2 - Ibu mengatakan sedikit memahami
kurang terpapar mengenai penyakit yang dialami
informasi anaknya
- Ibu mengatakan paham bahaya asap
rokok bagi anaknya
- Ibu mengatakan memahami
pentingnya kebersihan bagi anaknya
O:
- Ibu mampu menyebutkan definisi
bronkopneumonia
- Ibu hanya mampu menyebutkan 2
dari 5 gejala bronkopnuemia
- Ibu mampu menyebutkan bahaya
asap rokok bagi anaknya
- Ibu mampu mendemonstrasikan
langkah cuci tangan yang benar
A : masalah defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
EVALUASI
HARI KEDUA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920
Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
(D.0001) Bersihan 16/11/202 S:
jalan nafas tidak 2 - Ibu mengatakan An. A sesaknya
efektif 12.30 berkurang
berhubungan - An. A mengatakan masih batuk
dengan berdahak
peningkatan - An. A mengatakan dahaknya bisa
produksi sputum dikeluarkan sedikit
O:
- RR : 36x/menit
- SpO2 : 98%
- Auskultasi suara napas : ronkhi
- Tampak retraksi dada ringan
- An. A mampu mengeluarkan
dahaknya
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

(D.0130) 16/11/202 S:
Hipertermia 2 - Ibu mengatakan demam An. A naik
berhubungan 12.35 kembali
dengan proses O:
inflamasi - T : 37,4oC
- Akral teraba hangat
- Wajah An. A tampak pucat
- Mukosa bibir tampak kering
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(D.0032) defisit 16/11/202 S:
nutrisi b/d 2 - Ibu mengatakan An. A
penurunan asupan 12.40 menghabiskan ½ porsi nasi yang
nutrien diberikan
- Ibu mengatakan An. A mau minum
susu yang diberi rumah sakit
- Ibu mengatakan nafsu makan an. A
bertambah
O:
- Hasil antropometri
BB : 26 kg, TB : 137 cm, Lila : 25
cm
IMT :
Mukosa bibir masih tampak kering
- Pasien terpasang infus dextrose 10%
600cc/24 jam
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

(D.0111) Defisit 16/11/202 S:


pengetahuan b/d 2 - Ibu mengatakan memahami penyakit
kurang terpapar 12.45 yang dialami anaknya
informasi O:
- Ibu mampu menjelaskan kembali
definisi dari bronkopnuemonia
- Ibu mampu menyebutkan penyebab
bronkopneuminia
- Ibu mampu menyebutkan 5 gejala
bronkopnuemonia
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
EVALUASI
HARI KETIGA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920
Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
(D.0001) Bersihan 17/11/202 S:
jalan nafas tidak 2 - Ibu mengatakan An. A sesaknya
efektif 11.10 berkurang
berhubungan - An. A mengatakan masih batuk
dengan berdahak
peningkatan - An. A mengatakan mampu
produksi sputum mengeluarkan dahaknya
O:
- RR : 28x/menit
- SpO2 : 99%
- Auskultasi suara napas : ronkhi
- Tampak retraksi dada
- An. A mampu mengeluarkan
dahaknya
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

(D.0130) 17/11/202 S:
Hipertermia 2 - Ibu mengatakan demam An. A sudah
berhubungan 13.10 turun
dengan proses O:
inflamasi - T : 37,2 oC
- Akral teraba hangat
- Mukosa bibir tampak lembab
A : masalah tertasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
(D.0019) defisit 17/10/202 S:
nutrisi b/d 2 - Ibu mengatakan An. A
penurunan absrobsi 13.30 menghabiskan 1 porsi nasi yang
nutrien diberikan
- Ibu mengatakan An. A mau minum
susu yang diberi rumah sakit
- Ibu mengatakan nafsu makan an. A
bertambah
- Ibu mengatakan An. A banyak
mengkonsumsi air putih
O:
- Hasil antropometri
BB : 26 kg, TB : 137 cm, Lila : 25
cm
IMT : - 2 SD (gizi baik)
- Mukosa bibir tampak lembab
- Pasien terpasang infus dextrose 10%
600cc/24 jam
A : masalah tidak terjadi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis, ditemukan data – data yaitu
keluhan utama pasien yang mengeluh batuk berdahak, mual dan muntah selain itu pada
riwayat penyakit yang dialami saat ini orang tua pasien mengatakan bahwa pasien
mengalami batuk berdahak dan sulit untuk mengeluarkan dahaknya, mual dan muntah
yang mana pasien memuntahkan makanan dan lender putih serta mengeluhkan dada
nya terkadang terasa sakit karena tidak mampu mengeluarkan dahak selain itu orang tua
pasien mengatakan bahwa pasien mengalami demam sebelum masuk rumah sakit. Hal
ini sesuai dengan tanda dan gejala pada pasien bronkopneumonia yang dijelaskan oleh
(Wulandari & Erawati) bahwa manifestasi klinis yang terlihat pada anak dengan
bronkopneumonia adalah demam yang tinggi, kesulitan bernapas dan batuk serta nyeri
dada, terkadang disertai muntah dan diare serta ventilasi yang berkurang akibat
penumpukan sputum.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanda-tanda vital didapatkan hasil frekuensi nadi
110x/menit, respirasi : 38x/menit, suhu : 38,3oC, pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada An. A pasien tampak sulit bernapas, takipnea, tampak retraksi dinding
dada dan pada saat auskultasi terdengar suara ronkhi pada kedua lapang paru pasien.
hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Nurarif dan Kusuma (2015) yang
peradangan ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Nurarif dan Kusuma (2015) menjelaskan bahwa
penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai
dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan,
penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare, sianosis,
dan anoreksia. Tetapi ada kesenjangan antara teori dan kasus dimana pada kasus An. A
tidak mengalami diare, sianosis dan anoreksia.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam penegakkan diagnosa keperawatan, tanda/gejala mayor harus ditemukan sekitar
80% - 100% untuk validasi diagnosis. Sedangkan tanda/gejala minor tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI,
2017). Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien Bronkopneumonia
menurut SDKI adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola nafas tidak efektif,
Gangguan pertukaran gas, Hipertermia, Defisit nutrisi, Intoleransi aktifitas, Ansietas,
Defisit pengetahuan, Resiko ketidakseimbangan elektrolit (PPNI, 2017).
Tetapi berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus yang terjadi di lapangan dalam penegakan diagnose. Berdasarkan kasus
yang terjadi, diagnose yang ditegakkan oleh kelompok berdasarkan kasus adalah
bersihan jalan napas tidak efektik berhubungan dengan peningkatan produksi sputum,
hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dan resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
infasive.
Adapun pembahasan antara kesamaan dan kesenjangan antara diagnose yang
ditegakkan pada teori dan kasus yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten
(PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI, gejala dan tanda mayor yang muncul
yaitu batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih, dan adanya
suara nafas tambahan. Gejala dan tanda minornya yaitu dyspnea, sulit bicara,
gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah dan pola nafas
berubah.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan ditemukaan kesaam data
berdasarkan gejala mayor yaitu batuk yang tidak efektif dimana pasien
kesulitan mengeluarkan dahak sehingga saluran napas terasa terhambat,
sputum yang berlebih, takipnea, adanya retraksi dinding dada serta frekuensi
napas yang berubah-ubah. Pemeriksaan pada tanda-tanda vital menunjukkan
hasil yaitu : frekuensi nadi : 110x/menit, frekuensi napas : 38x/menit, Suhu :
38,3oC. Alasan kelompok menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus ini sesuai
dengan teori bahwa penyakit Bronkopneumonia tidak dijumpai batuk pada
awal penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di
mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
tubuh (PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan
hipertermia tanda/gejala mayornya ialah Suhu tubuh diatas nilai normal,
sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu Kulit merah, Kejang, Takikardi,
Takipnea, kulit terasa hangat.
Berdasarkan hasil pengkajian, suhu pasien mencapai 38,3oC, akral pasien
teraba hangat dan frekuensi nadi 110x/menit. Hipertemia terjadi pada pasien
bronkopneumonia dikarenakan Sebagian besar penyebab dari
bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya
mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat
masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari
tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan
ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita
(Nurarif & Kusuma, 2015).
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Defisit nutrisi ialah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan
defisit nutrisi tanda/gejala mayornya ialah berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising
usus hiperaktif, otak pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa
pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare.
Berdasarkan hasil pengkajia, terjadi perubahan berat badan pasien sebelum
dan sesudah sakit. Sebelum sakit orang tua An. A mengatakan berat badan
anaknya 28 kg, tetapi saat pengkajian berat badan An. A turun menjadi 26 kg.
ibu An. A mengatakan selama sakit pasien tidak nafsu makan, dan hanya
menghabiskan 2-3 sendok makan, selain itu pasien merasa mual dan
mengalami muntah dengan frekuensi 1x/hari, membrane mukosa pasien
tampaj pucat dan pasien tampak lemah.
Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian, bahwa pada anak
bronkopneumonia yang memiliki masalah deficit nutrisi ini berkaitan dengan
faktor psikologis yang dipicu oleh efek dari proses penyakit seperti batuk,
sesak nafas, anak mudah lelah, dan gangguan pada indra pengecap sehingga
anak tidak nafsu makan.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu (PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI,
diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tanda/gejala mayornya ialah
menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, sedangkan
gejala dan tanda minornya yaitu menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan.
Berdasarkan pengkajian pada An. A, ibu tidak mengetahui penyakit apa yang
dialami oleh anaknya, ibu mengatakan bahwa sakit anaknya ini karena sering
jajan sembarangan di sekolah, ketika anaknya batuk ibu hanya memberi
amoxcilin, saat dikaji ibu mengatakan bahwa di rumah Ayah An. A merokok
di dalam rumah dan ibu tidak tahu jika asap rokok dapat memicu terjadinya
penyakit bronkopnuemonia pada anaknya. Menurut Sofia (2017) faktor risiko
Infeksi saluran pernapasan pada balita yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan
penggunaan obat nyamuk bakar dan kelembaban udara. Kemudian udara yang
buruk akan dihasilkan dari asap pembakaran obat nyamuk dan perlahan
merusak mekanisme pertahanan paru pada anak. Berdasarkan hal tersebut,
sehingga kelompok menegakkan diagnose defisit pengetahuan dikarenakan
ibu mengalami defisiensi pengetahuan kognitif berkenaan dengan kondisi atau
rencana pengobatan terhadap anaknya.
3. Intervensi
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Kelompok telah membuat
intervensi keperawatan sesuai dengan buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Adapun intervensi yang dipilih oleh kelompok sesuai diagnose
keperawatan yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : Monitor status
oksigen pasien, Monitor status respirasi (frekuensi,irama nafas), Auskultasi
suara nafas catat jika ada suara nafas tambahan, Atur poisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Lakukan fisioterapi dada jika perlu , Ajarkan teknik
batuk efektif untuk mengeluarkan secret, Kolaborasi pemberian O2, kolaborasi
pemberian terapi nebulizer dan kolaborasi pemberian antibiotik
b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : monitor suhu
tubuh sesering mungkin , monitor warna kulit, nadi dan RR, berikan kompres
pada lipat paha dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh dan kolaborasi pemberian obat antipiretik untuk
menurunkan panas
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : Kaji status nutrisi
anak, Kaji adanya alergi makanan atau minuman , Ukur tinggi/panjang badan
dan berat badan anak, Monitor turgor kulit , Monitor muntah pada anak,
Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak dan Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
selama sakit
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien mengenai proses penyakit ,
Jelaskan Patofisiologi penyakit dengan cara yang tepat, Gambarkan tanda
gejala yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, Melakukan
pendidikan kesehatan, Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan 136 mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah
perawatan selama 3 hari pada An. A yaitu
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu respirasi
pasien dalam rentang normal 28x/menit, spO2 : 99%, An. A sudah mampu
melakukan batuk efektif dan pasien tidak terpasang oksigen.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu : suhu
An. A 37,2oC dan akral tidak panas
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu : An. A
tidak mual dan muntah, nafsu makan meningkat dan mukosa bibir tampak
lembab
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu : Ibu
mampu menjelaskan secara benar mengenai penyakit anaknya, Ibu mampu
menyebutkan bahaya asap rokok bagi anaknya dan Ibu mampu menyebutkan
cara mencuci tangan yang benar
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan penerapan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan oleh kelompok dapat disimpulkan, yaitu :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok terdapat kesamaan
antara manifestasi klinis pada teori dan hasil pengkajian pada kasus terdapat
beberapa faktor yang akan mempengaruhi terjadinya bronkopneumonia pada
anak, diantaranya yaitu riwayat kondisi sekarang, riwayat kesehatan masa
lampau, riwayat kesehatan saat ini, dan faktor lingkungan yang berhubungan
dengan gangguan sistem pernapasan. Pada kasus ditemukan data bahwa kedua
klien mengalami keluhan utama sesuai dengan teori yaitu klien batuk produktif,
dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan ronchi.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori terdapat pada bab dua di temukan
kesenjangan dengan kasus nyata yang didapat pada klien dengan
Bronkopneumonia. Pada kasus tidak ditemukan diagnose pola napas tidak
efektif, gangguan pertukaran gas dan resiko ketidakseimbangan elektrolit.
Sedangkan pada kasus ditemukan diagnose resiko infeksi berhubungan dengan
efek prosedur infasive. Sehingga diagnose yang ditegakkan pada kasus yaitu 5
diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien di sesuaikan dengan
masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kondisi klien. Intervensi
yang dibuat berdasarkan SIKI dan kriteria hasil ditentukan berdasarkan SLKI.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
kelompok susun. Dalam implementasi keperawatan, semua intervensi yang
disusun dilaksanakan pada implementasi keperawatan didukung oleh sarana dan
prasarana yang tersedia di rumah sakit.
5. Evaluasi
Pada kasus ditegakkan 4 diagnosa keperawatan dan telah dilaksanakan
implementasi keperawatan. Semua diagnose mencapai kriteria hasil yang telah
dibuat berdasarkan SLKI, tetapi pada diagnose bersihan jalan napas tidak efektif,
hasil yang belum tercapai adalah An.A masih mengalami batuk dan masih adanya
sputum.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penerapan asuhan keperawatan dan teori yang dilakukan oleh kelompok
diharapkan bisa menjadi salah satu sumber bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional dan komperhensif.
2. Bagi Perawat dan Perkembangan ilmu Keperawatan
Hasil penerapan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S., & Windahandayani, V. Y. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak.


Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis.

Bradley, J., CL, B., SS, S., B, A., ER, C., C, H., & all., K. S. (2011). The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Month of
Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Societ.Clinical Infection Disease, 53 (7) : 617-630Kholisah Nasution, M. Azharry
Rully Sjahrullah, Kartika Erida Brohet, Krishna Adi Wibisana, M. Ramdhani
Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Pratiwi, Corrie Wawolumaja Endyarni, B. (2015)
‘Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta’, Sari Pediatri.
Nasution, S. A. (2017). Hubungan Pengetahuan Sikap Orangtua dan Peran Perawat dengan
Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri
Ayu Tahun 2017. Scientia Journal, 6(02), 107–117.
Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawat Berdasarkan Diagnose Medic Dan
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on Pediatric Patient. J Agromed Unila, 1(2), 185–189.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja SDKI
DPP PPNI.
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja DPP
PPNI.
SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja DPP
PPNI.
WHO (2019) Pneumonia. Available at:
https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/pneumonia.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. CV. Trans Info Medika.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Yuniarti Sri (2015) Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak Prasekolah.
Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai