CI Klinik : CI Akademik:
Ns. Ummi Khadijah, S.Kep Ns. Monalisa, S.Kep, M.Kep
Ns. Musniwati, S.Kep, M.Kep Ns. Netha Damayantie, S,Kep, M.Kep
Ns. Yesika Yusna, M.Kep Ns. Halimah, M.Kep, Sp.Kep.An
Ns. Wurningsih, S. Kep Hj. Ernawati, S.Kp, M.Kep
Disusun Oleh Kelompok 2:
1. Dian Afdhal (PO71202220001)
2. Indah Krisdayanti (PO71202220049)
3. Kevin Linggar Zulliyan (PO71202220038)
4. Lasro Theresia Siburian (PO71202220041)
5. M.Rasyid Ridha (PO71202220052)
6. Pita Ayu Lestari (PO71202220035)
7. Rebecca Uli Sinaga (PO71202220050)
8. Rinda Agustina (PO71202220037)
9. Wulan Arda Putri (PO71202220048)
10. Yuliana Saputri (PO71202220046)
C. Klasifikasi
Pembagian bronkopneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Ada beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian bronkopneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan.
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali,
Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari masyarakat (community
acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-
based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri, pneumonia virus,
pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur.
4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal, pneumoniaatipikal.
5. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan pneumoniapersisten.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sistoplasmik.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak penderit bronkopneumonia adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Kebutuhan istirahat pasien
Pasien sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan
pasien harus ditempat tidur.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien dengan penyakit bronkopneumonia hampir selalu mengalami kekurangan
makanan atau nutrisi. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan kekurangan
cairan dapat menyebabkan dehidrasi, untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan
kalori di pasang infuse dengan cairan glikosa 5% dan NaCl 0,9%.
d. Mengontrol suhu tubuh.
e. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasatkan etiologi dan uji resisten. Tetapi kareana hal itu
perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin
ditambahkan dengan cloramfenikol dan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai demam sembuh 4-5 hari. Karena
sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi dengan hasil sesuai analisis gas darah arteri
(Nurarif, 2016).
2. Pentalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan pengobatan
a. Oksigen 2 lpm.
b. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)
1) Jenis cairan adalah 2A-K CL (1-2 mek/kgBB/24 jam atau KCL 6
mek/500 ml). Kebutuhan cairan adalah :
Tabel 2.1 kebutuhan cairan
KgBB Kebutuhan (ml/kgBB/hari)
3-10 105
11-14 85
Lebih dari 15 65
Apabila ada kenaikan suhu tubuh, maka setiap kenaikan suhu 1 °C kebutuhan
cairan di tambah 12%, tetesan dibagi rata dalam 12 jam.
2) Pengobatan
a) Antibiotika
Prokain 50.000 U/kgBB/hari IM, dan Kloramfhenikol 75mg/kgBB/hari dalam
4 dosis, IM/IV, atau Ampicilin 100 mg//kgBB/hari dibagi 4 dosis IV dan
Gentamicin mg/kgBB/hari, IM dalam 2 dosis per hari.
b) Kartikosteroid
Pemberian kortison asetat 15 mg/kgBB/hari secara IM, diberika bila ekspirasi
memanjang atau lender banyak sekali. Di berikan dalam 3 kali pemberian.
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah empyema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain
yang dekat seperti atelectalis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis.
Komplikasi tidak akan terjadi jika diberikan antibiotic secara tepat.
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
Komplikasi dari Bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Atelektasis merupakan suatu kondisi di mana paru paru gagal atau tidak dapat
mengembang secara sempurna yang disebabkan karena mobilisasi reflek batuk
berkurang.
b. Empiema
Empiema merupakan suatu kondisi terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
akibat infeksi dari bakteri Bronkopneumonia.
c. Abses paru
Abses paru Abses paru merupakan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan
penumpukan pus di dalam paru paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis
Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian dalam jantung
(endokardium) yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam aliran darah.
f. Meningitis
Meningitis merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang
belakang yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah–masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Andriyani & Windahandayani, 2021).
1. Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, nomor register, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, pendidikan, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Klien dengan bronkopneumonia akan merasakan batuk produktif disertai demam yang
tinggi, anak biasanya sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung. Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2016) untuk menentukan anak yang mengalami masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif antara lain yaitu : Batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi atau wheezing, dan/ ronki kering,
mekonium dijalan napas (neonates).
3. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit merupakan alasan dari perkembangan kondisi awal
sampai perkembangan saat ini.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan bronkopneumonia akan diawali dengan keluahan demam, batuk,
adanya peningkatan frekuensi pernafasan, tidak mau makan, muntah, atau diare,
adanya menggigil, dispnea.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit bronkopneumonia apakah anak lahir prematur
(prematuritis), malnutrisi, pajanan pasif pada asap rokok, status sosial ekonomi
rendah, apakah bayi pernah menderita penyakit jantung paru (Brady, 2012).
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota yang lain yang pernah sakit atau sedang sakit (batuk-batuk)
yang sama seperti pasien?
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakakukan secara head to toe pada setiap anggota keluarga baik
yang sakit ataupun sehat :
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan umum pasien, kesadaran, dan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah.
b. Kepala, mata, mulut
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan kepala
2) Palpasi tengkorak adanya nodus atau pembengkakan yang lain
3) Periksa kebersihan kulit kepala, ada tidaknya lesi, perubahan warna,
kehilangan rambut.
4) Bibir mengalami sianosis
5) Frekuensi pernafasan
Takipnea, dyspneaprogresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu
pernafasan, pelebaran nafas.
c. Kulit
1) Suhu kulit pada hipertermia kulit pada terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermia teratasi kulit anak akan teraba dingin.
2) Turgor kulit menurun
d. Thorax dan paru
1) Ispeksi : frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan bernapas meliputi
takipnea, dispnea, pernapasan dangka, retraksi dinding dada.
2) Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatal vokal fremitus pada daerah tertekan.
3) Perkusi : Pekak terjadi apabila terisi cairan pada paru, normal timpani (terisi
udara) resonansi
4) Auskultasi : Suara nafas yang meningkat intensitasnya, suara bronchial pada
daerah yang terkena, ada suara tambahan ronchi inspiratoir pada sepertiga
akhir inspirasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses keperawatan. Pada fase
diagnose, dilakukan penginterpretasi data pengkajian dan mengidentifikasi masalah
kesehatan, risiko, dan kekuatan pasien serta merumuskan pernyataan diagnosa (Kozier et
al., 2010). Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan dengan mucus
yang berlebihan (Wilkinson, 2016). Secara teori diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat pada anak dengan bronkopneumonia.
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum
( D.0001)
2. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Inflamasi (D.0130)
3. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan penurunan asupan nutrien (D.0019)
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0111)
C. Rencana Keperawatan
Intervensi adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau stimulus fokal,
kontektual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada
klien (Nursalam, 2015)
.1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Nomor RM : 653920
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 19 Agustus 2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk RS : 11 November 2022
Tanggal Pemeriksaan : 14 November 2022 Pukul: 09.30 WIB
II. Riwayat penyakit saat Ini : Pasien datang melalui IGD pada tanggal 11 November dengan
keluhan pasien batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahaknya, pasien mengeluh sesak napas
dan daa terasa sakit karena berusaha mengeluarkan dahak. 2 hari sebelum masuk rumah sakit Ibu
An. Amengatakan anaknya mual dan muntah 3 kali, 1 hari sebelum masuk rumah sakit An. A
demam. Ibu mengatakan memberikan amoxcilin tetapi setelah 3 hari batuk tidak mereda ibu
membawa anak ke puskesmas tetapi batuk tidak berkurang dan An. A tampak pucat sehingga
dibawa ke Rumah sakit.
V. Riwayat kelahiran
Anak ke 2 dari 2 saudara
Cara kelahiran : spontan lain-lain, sebutkan………………
Umur kelahiran : cukup bulan kurang bulan
Kelainan bawaan : tidak ada ada, sebutkan………………………
X. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : pasien tampak lemah
Tekanan darah : .110/70 mmHg Frekuensi nadi : 110x/mnt Frekuensi nafas: 36 x/mnt
Suhu : 38,3 oC Berat badan : 26 Kg Tinggi Badan : 137 cm
Lingkar kepala : 52 cm LILA : 25 cm
Pernafasan
a. Irama : regular irregular
b. retraksi dada : ada tidak ada NCH: tidak ada ada
c. alat bantu napas : spontan kanul/RB mask/NRB Mask O23 .L/menit
Sirkulasi
a. Sianosis : tidak ada ada
b. Pucat : tidak ada ada
c. CRT : ≤3 detik >3detik
d. Akral : hangat dingin
Neurologi
a. Kesadaran : CM apatis somnolen sopor koma delirium
b. GCS: 15 (E4M6V5)
c. Gangguan neurologis : tidak ada ada, sebutkan………………..
Gastrointestinal
a. Mulut : mukosa kering stomatis
labiopalatoschizis perdarahan gusi
b. Mual : ya tidak muntah: ya tidak
c. Asites : ada Tidak ada lingkar perut…………….cm
Eliminasi
a. Defekasi : melalui anus, frekuensi 1x/hari konsistensi: padat stoma, sebutkan…..
Karakteristik : hijau terdapat darah cair dempul kuning
kecoklatan
b. Urin : spontan kateter urine cystostomy
Kelainan : tidak ada ada, sebutkan………………………………..
Integument
a. Warna kulit : normal pucat kuning mottled
b. Luka : tidak ada ada
c. Lokasi luka/lesi lain(beri tanda X/arsiran lokasi luka/lesi/edema ditubuh pasien pada gambar
Musculoskeletal
a. Kelainan tulang : tidak ada ada, sebutkan……………………………………..
b. Gerakan anak : bebas terbatas, sebutkan………………………………..
Genitalia
normal
kelainan,
sebutkan…………………………………………………………………………………………
.
XI. Penilaian risiko jatuh pada anak (lingkari bagian yang sesuai)
HUMPTY DUMPTY
Parameter Kriteria Nilai interpretasi
Usia < 3 tahun 4 Skor 7-11 risiko
3 – 7 tahun 3 rendah jatuh
7 – 13 tahun 2 Skor ≥ 12 risiko
1 tinggi jatuh
≥ 13 tahun
Jenis kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
3
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop,
pusing, dsb.) 2
Gangguan perilaku / psikiatri 1
Diagnosis lainnya
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguan kognitif Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot 3
rumah
Faktor lingkungan
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit
1
Respons terhadap:
1. Pembedahan/ sedasi / 3
Dalam 24 jam
anestesi 2
Dalam 48 jam
> 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
2. Penggunaan Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, 3
medikamentosa pencahar, diuretik, narkose
Penggunaan salah satu obat di atas
Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 2
1
Skor total 11
Deskripsi:
1. Lokasi nyeri:
2. Frekuensi nyeri:
3. Lama nyeri:
4. Skala nyeri:
5. Faktor pencetus:
(Kelompok III)
B. Analisa Data
Hipertermi
Intake menurun
Deficit nutrisi
4. Data subjektif :
Ibu pasien mengatakan n Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
tidak paham tentang
penyakit yang diderita
anaknya
ibu pasien mengatakan
sebelunya tidak pernah
diberikan pendidikan
kesehatan tentang
bronkopneumoni
data objektif :
Orang tua pasien hanya
diam saat ditanya
tentang penyakit
anaknya
Ibu bertanya tentang
penyakit anaknya
c. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum
( D.0001)
2. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Inflamasi (D.0130)
3. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan kurang asupan nutrient (D.0019)
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0111)
NURSE CARE PLANNING
2 (D.0130) 15/11/2022
Hipertermia 10.15 Mengukur tanda-tanda vital pasien
berhubungan ( TD : 110/70 mmHg
dengan proses RR : 36x/menit
inflamasi Nadi : 110x/menit
SPO2 : 98 % )
10.30 Suhu 37,8oC
Memberikan edukasi kepada ibu
pasien untuk memberikan kompres
10.40 hangat
Memberitahu ibu untuk melapor jika
An. A demam kembali
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI KETIGA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920
No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
1 (D.0001) 16/112022
Bersihan jalan 09.32 Menghitung frekuensi napas dan
nafas tidak irama napas pasien ( RR : 35x/menit )
efektif 09.33 Mengukur status oksigenasi pasien
berhubungan
dengan (98%)
09.35 Menilai kemampuan pasien
peningkatan
produksi sputum melakukan teknik batuk efektif
09.40
Menilai kemampuan pasien dalam
mengeluarkan sputum
09.48
Melakukan auskultasi bunyi napas
10.00 An.A ( Ronchi )
Memberikan terapi nebulizer dengan
terapi obat ventolin 1 cc + nacl 2 cc
2 (D.0130) 17/10/2022
Hipertermia 10.15 Mengukur tanda-tanda vital pasien
berhubungan ( TD : 160/70 mmHg
dengan proses RR : 35x/menit
inflamasi Nadi : 110x/menit
Suhu : 37,2oC
SPO2 : 98 % )
10.20 Megajarkan ibu pasien untuk
memberikan kompres hangat
10.20 Memberitahu ibu untuk melapor jika
An. A demam kembali
10.22 Memberikan terapi paracetamol infus
13 cc via IV
(D.0130) 15/10/202 S:
Hipertermia 2 - Ibu mengatakan demam An. A sudah
berhubungan 13.30 turun
dengan proses O:
inflamasi - T : 37,9oC
- Akral teraba hangat
- Wajah An. A tampak pucat
- Mukosa bibir tampak kering
A : masalah hipertermia teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
(D.0032) defisit 15/10/202 S:
nutrisi b/d 2 - Ibu mengatakan An. A hanya makan
penurunan asupan 13.35 3 sendok nasi
nutrien - Ibu mengatakan sejak dirawat nafsu
makan An. A menurun
O:
- Hasil antropometri
BB : 26 kg, TB : 137 cm, Lila : 25
cm
IMT :
- Mukosa bibir tampak kering
- Pasien terpasang infus dextrose 10%
600cc/24 jam
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(D.0111) Defisit 15/10/202 S:
pengetahuan b/d 2 - Ibu mengatakan sedikit memahami
kurang terpapar mengenai penyakit yang dialami
informasi anaknya
- Ibu mengatakan paham bahaya asap
rokok bagi anaknya
- Ibu mengatakan memahami
pentingnya kebersihan bagi anaknya
O:
- Ibu mampu menyebutkan definisi
bronkopneumonia
- Ibu hanya mampu menyebutkan 2
dari 5 gejala bronkopnuemia
- Ibu mampu menyebutkan bahaya
asap rokok bagi anaknya
- Ibu mampu mendemonstrasikan
langkah cuci tangan yang benar
A : masalah defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
EVALUASI
HARI KEDUA
Nama : An. A Dx medis : B
Usia : 11 tahun No MR : 653920
Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
(D.0001) Bersihan 16/11/202 S:
jalan nafas tidak 2 - Ibu mengatakan An. A sesaknya
efektif 12.30 berkurang
berhubungan - An. A mengatakan masih batuk
dengan berdahak
peningkatan - An. A mengatakan dahaknya bisa
produksi sputum dikeluarkan sedikit
O:
- RR : 36x/menit
- SpO2 : 98%
- Auskultasi suara napas : ronkhi
- Tampak retraksi dada ringan
- An. A mampu mengeluarkan
dahaknya
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
(D.0130) 16/11/202 S:
Hipertermia 2 - Ibu mengatakan demam An. A naik
berhubungan 12.35 kembali
dengan proses O:
inflamasi - T : 37,4oC
- Akral teraba hangat
- Wajah An. A tampak pucat
- Mukosa bibir tampak kering
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(D.0032) defisit 16/11/202 S:
nutrisi b/d 2 - Ibu mengatakan An. A
penurunan asupan 12.40 menghabiskan ½ porsi nasi yang
nutrien diberikan
- Ibu mengatakan An. A mau minum
susu yang diberi rumah sakit
- Ibu mengatakan nafsu makan an. A
bertambah
O:
- Hasil antropometri
BB : 26 kg, TB : 137 cm, Lila : 25
cm
IMT :
Mukosa bibir masih tampak kering
- Pasien terpasang infus dextrose 10%
600cc/24 jam
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(D.0130) 17/11/202 S:
Hipertermia 2 - Ibu mengatakan demam An. A sudah
berhubungan 13.10 turun
dengan proses O:
inflamasi - T : 37,2 oC
- Akral teraba hangat
- Mukosa bibir tampak lembab
A : masalah tertasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
(D.0019) defisit 17/10/202 S:
nutrisi b/d 2 - Ibu mengatakan An. A
penurunan absrobsi 13.30 menghabiskan 1 porsi nasi yang
nutrien diberikan
- Ibu mengatakan An. A mau minum
susu yang diberi rumah sakit
- Ibu mengatakan nafsu makan an. A
bertambah
- Ibu mengatakan An. A banyak
mengkonsumsi air putih
O:
- Hasil antropometri
BB : 26 kg, TB : 137 cm, Lila : 25
cm
IMT : - 2 SD (gizi baik)
- Mukosa bibir tampak lembab
- Pasien terpasang infus dextrose 10%
600cc/24 jam
A : masalah tidak terjadi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis, ditemukan data – data yaitu
keluhan utama pasien yang mengeluh batuk berdahak, mual dan muntah selain itu pada
riwayat penyakit yang dialami saat ini orang tua pasien mengatakan bahwa pasien
mengalami batuk berdahak dan sulit untuk mengeluarkan dahaknya, mual dan muntah
yang mana pasien memuntahkan makanan dan lender putih serta mengeluhkan dada
nya terkadang terasa sakit karena tidak mampu mengeluarkan dahak selain itu orang tua
pasien mengatakan bahwa pasien mengalami demam sebelum masuk rumah sakit. Hal
ini sesuai dengan tanda dan gejala pada pasien bronkopneumonia yang dijelaskan oleh
(Wulandari & Erawati) bahwa manifestasi klinis yang terlihat pada anak dengan
bronkopneumonia adalah demam yang tinggi, kesulitan bernapas dan batuk serta nyeri
dada, terkadang disertai muntah dan diare serta ventilasi yang berkurang akibat
penumpukan sputum.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanda-tanda vital didapatkan hasil frekuensi nadi
110x/menit, respirasi : 38x/menit, suhu : 38,3oC, pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada An. A pasien tampak sulit bernapas, takipnea, tampak retraksi dinding
dada dan pada saat auskultasi terdengar suara ronkhi pada kedua lapang paru pasien.
hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Nurarif dan Kusuma (2015) yang
peradangan ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Nurarif dan Kusuma (2015) menjelaskan bahwa
penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai
dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan,
penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare, sianosis,
dan anoreksia. Tetapi ada kesenjangan antara teori dan kasus dimana pada kasus An. A
tidak mengalami diare, sianosis dan anoreksia.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam penegakkan diagnosa keperawatan, tanda/gejala mayor harus ditemukan sekitar
80% - 100% untuk validasi diagnosis. Sedangkan tanda/gejala minor tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI,
2017). Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien Bronkopneumonia
menurut SDKI adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola nafas tidak efektif,
Gangguan pertukaran gas, Hipertermia, Defisit nutrisi, Intoleransi aktifitas, Ansietas,
Defisit pengetahuan, Resiko ketidakseimbangan elektrolit (PPNI, 2017).
Tetapi berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus yang terjadi di lapangan dalam penegakan diagnose. Berdasarkan kasus
yang terjadi, diagnose yang ditegakkan oleh kelompok berdasarkan kasus adalah
bersihan jalan napas tidak efektik berhubungan dengan peningkatan produksi sputum,
hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dan resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
infasive.
Adapun pembahasan antara kesamaan dan kesenjangan antara diagnose yang
ditegakkan pada teori dan kasus yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten
(PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI, gejala dan tanda mayor yang muncul
yaitu batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih, dan adanya
suara nafas tambahan. Gejala dan tanda minornya yaitu dyspnea, sulit bicara,
gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah dan pola nafas
berubah.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan ditemukaan kesaam data
berdasarkan gejala mayor yaitu batuk yang tidak efektif dimana pasien
kesulitan mengeluarkan dahak sehingga saluran napas terasa terhambat,
sputum yang berlebih, takipnea, adanya retraksi dinding dada serta frekuensi
napas yang berubah-ubah. Pemeriksaan pada tanda-tanda vital menunjukkan
hasil yaitu : frekuensi nadi : 110x/menit, frekuensi napas : 38x/menit, Suhu :
38,3oC. Alasan kelompok menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus ini sesuai
dengan teori bahwa penyakit Bronkopneumonia tidak dijumpai batuk pada
awal penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di
mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
tubuh (PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan
hipertermia tanda/gejala mayornya ialah Suhu tubuh diatas nilai normal,
sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu Kulit merah, Kejang, Takikardi,
Takipnea, kulit terasa hangat.
Berdasarkan hasil pengkajian, suhu pasien mencapai 38,3oC, akral pasien
teraba hangat dan frekuensi nadi 110x/menit. Hipertemia terjadi pada pasien
bronkopneumonia dikarenakan Sebagian besar penyebab dari
bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya
mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat
masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari
tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan
ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita
(Nurarif & Kusuma, 2015).
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Defisit nutrisi ialah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan
defisit nutrisi tanda/gejala mayornya ialah berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising
usus hiperaktif, otak pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa
pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare.
Berdasarkan hasil pengkajia, terjadi perubahan berat badan pasien sebelum
dan sesudah sakit. Sebelum sakit orang tua An. A mengatakan berat badan
anaknya 28 kg, tetapi saat pengkajian berat badan An. A turun menjadi 26 kg.
ibu An. A mengatakan selama sakit pasien tidak nafsu makan, dan hanya
menghabiskan 2-3 sendok makan, selain itu pasien merasa mual dan
mengalami muntah dengan frekuensi 1x/hari, membrane mukosa pasien
tampaj pucat dan pasien tampak lemah.
Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian, bahwa pada anak
bronkopneumonia yang memiliki masalah deficit nutrisi ini berkaitan dengan
faktor psikologis yang dipicu oleh efek dari proses penyakit seperti batuk,
sesak nafas, anak mudah lelah, dan gangguan pada indra pengecap sehingga
anak tidak nafsu makan.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu (PPNI, 2017). Berdasarkan buku SDKI,
diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tanda/gejala mayornya ialah
menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, sedangkan
gejala dan tanda minornya yaitu menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan.
Berdasarkan pengkajian pada An. A, ibu tidak mengetahui penyakit apa yang
dialami oleh anaknya, ibu mengatakan bahwa sakit anaknya ini karena sering
jajan sembarangan di sekolah, ketika anaknya batuk ibu hanya memberi
amoxcilin, saat dikaji ibu mengatakan bahwa di rumah Ayah An. A merokok
di dalam rumah dan ibu tidak tahu jika asap rokok dapat memicu terjadinya
penyakit bronkopnuemonia pada anaknya. Menurut Sofia (2017) faktor risiko
Infeksi saluran pernapasan pada balita yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan
penggunaan obat nyamuk bakar dan kelembaban udara. Kemudian udara yang
buruk akan dihasilkan dari asap pembakaran obat nyamuk dan perlahan
merusak mekanisme pertahanan paru pada anak. Berdasarkan hal tersebut,
sehingga kelompok menegakkan diagnose defisit pengetahuan dikarenakan
ibu mengalami defisiensi pengetahuan kognitif berkenaan dengan kondisi atau
rencana pengobatan terhadap anaknya.
3. Intervensi
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Kelompok telah membuat
intervensi keperawatan sesuai dengan buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Adapun intervensi yang dipilih oleh kelompok sesuai diagnose
keperawatan yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : Monitor status
oksigen pasien, Monitor status respirasi (frekuensi,irama nafas), Auskultasi
suara nafas catat jika ada suara nafas tambahan, Atur poisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Lakukan fisioterapi dada jika perlu , Ajarkan teknik
batuk efektif untuk mengeluarkan secret, Kolaborasi pemberian O2, kolaborasi
pemberian terapi nebulizer dan kolaborasi pemberian antibiotik
b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : monitor suhu
tubuh sesering mungkin , monitor warna kulit, nadi dan RR, berikan kompres
pada lipat paha dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh dan kolaborasi pemberian obat antipiretik untuk
menurunkan panas
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : Kaji status nutrisi
anak, Kaji adanya alergi makanan atau minuman , Ukur tinggi/panjang badan
dan berat badan anak, Monitor turgor kulit , Monitor muntah pada anak,
Monitor pertumbuhan dan perkembangan anak dan Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
selama sakit
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok pada An. A yaitu : Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien mengenai proses penyakit ,
Jelaskan Patofisiologi penyakit dengan cara yang tepat, Gambarkan tanda
gejala yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, Melakukan
pendidikan kesehatan, Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan 136 mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah
perawatan selama 3 hari pada An. A yaitu
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu respirasi
pasien dalam rentang normal 28x/menit, spO2 : 99%, An. A sudah mampu
melakukan batuk efektif dan pasien tidak terpasang oksigen.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu : suhu
An. A 37,2oC dan akral tidak panas
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu : An. A
tidak mual dan muntah, nafsu makan meningkat dan mukosa bibir tampak
lembab
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari pada pasien, evaluasi
yang tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu : Ibu
mampu menjelaskan secara benar mengenai penyakit anaknya, Ibu mampu
menyebutkan bahaya asap rokok bagi anaknya dan Ibu mampu menyebutkan
cara mencuci tangan yang benar
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan penerapan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan oleh kelompok dapat disimpulkan, yaitu :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok terdapat kesamaan
antara manifestasi klinis pada teori dan hasil pengkajian pada kasus terdapat
beberapa faktor yang akan mempengaruhi terjadinya bronkopneumonia pada
anak, diantaranya yaitu riwayat kondisi sekarang, riwayat kesehatan masa
lampau, riwayat kesehatan saat ini, dan faktor lingkungan yang berhubungan
dengan gangguan sistem pernapasan. Pada kasus ditemukan data bahwa kedua
klien mengalami keluhan utama sesuai dengan teori yaitu klien batuk produktif,
dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan ronchi.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori terdapat pada bab dua di temukan
kesenjangan dengan kasus nyata yang didapat pada klien dengan
Bronkopneumonia. Pada kasus tidak ditemukan diagnose pola napas tidak
efektif, gangguan pertukaran gas dan resiko ketidakseimbangan elektrolit.
Sedangkan pada kasus ditemukan diagnose resiko infeksi berhubungan dengan
efek prosedur infasive. Sehingga diagnose yang ditegakkan pada kasus yaitu 5
diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien di sesuaikan dengan
masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kondisi klien. Intervensi
yang dibuat berdasarkan SIKI dan kriteria hasil ditentukan berdasarkan SLKI.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
kelompok susun. Dalam implementasi keperawatan, semua intervensi yang
disusun dilaksanakan pada implementasi keperawatan didukung oleh sarana dan
prasarana yang tersedia di rumah sakit.
5. Evaluasi
Pada kasus ditegakkan 4 diagnosa keperawatan dan telah dilaksanakan
implementasi keperawatan. Semua diagnose mencapai kriteria hasil yang telah
dibuat berdasarkan SLKI, tetapi pada diagnose bersihan jalan napas tidak efektif,
hasil yang belum tercapai adalah An.A masih mengalami batuk dan masih adanya
sputum.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penerapan asuhan keperawatan dan teori yang dilakukan oleh kelompok
diharapkan bisa menjadi salah satu sumber bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional dan komperhensif.
2. Bagi Perawat dan Perkembangan ilmu Keperawatan
Hasil penerapan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
Bradley, J., CL, B., SS, S., B, A., ER, C., C, H., & all., K. S. (2011). The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Month of
Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Societ.Clinical Infection Disease, 53 (7) : 617-630Kholisah Nasution, M. Azharry
Rully Sjahrullah, Kartika Erida Brohet, Krishna Adi Wibisana, M. Ramdhani
Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Pratiwi, Corrie Wawolumaja Endyarni, B. (2015)
‘Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta’, Sari Pediatri.
Nasution, S. A. (2017). Hubungan Pengetahuan Sikap Orangtua dan Peran Perawat dengan
Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri
Ayu Tahun 2017. Scientia Journal, 6(02), 107–117.
Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawat Berdasarkan Diagnose Medic Dan
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on Pediatric Patient. J Agromed Unila, 1(2), 185–189.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja SDKI
DPP PPNI.
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja DPP
PPNI.
SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja DPP
PPNI.
WHO (2019) Pneumonia. Available at:
https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/pneumonia.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. CV. Trans Info Medika.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Yuniarti Sri (2015) Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak Prasekolah.
Bandung: PT Refika Aditama.