Anda di halaman 1dari 57

Asuhan Keperawatan Pada An.

R Dengan Gizi Buruk Di Ruang Anak


Rsud Raden Mattaher Kota Jambi Tahun 2022

CI Klinik : CI Akademik:
Ns. Ummi Khadijah, S.Kep Ns. Monalisa, S.Kep, M.Kep
Ns. Musniwati, S.Kep, M.Kep Ns. Netha Damayantie, S,Kep, M.Kep
Ns. Halimah, M.Kep, Sp.Kep.An
Ernawati, S.Kp, M.Kep
Disusun Oleh Kelompok 2:
1. Diah Ayu Anjani (PO71202220013)
2. Dwi Kartika Maharani (PO71202220038)
3. Joapridiansah (PO71202220033)
4. Lastri Maranatha Samosir (PO71202220030)
5. Pooja Putri (PO71202220072)
6. Rizki Devita Roshella (PO71202220045)
7. Septiany Permatasari (PO71202220047)
8. Siti Karina (PO71202220075)
9. Tania Gita Uli (PO71202220055)
10. Vina Febriyola (PO71202220052)

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan keadaan patologis yang diakibatkan
karena tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada tubuh. gizi buruk adalah kondisi
dimana tubuh kekurangan nutrisi seperti potein, karbohidrat, lemak dan vitamin
pada balita (Septikasari, 2018).
Gizi Buruk mengganggu tumbuh kembang anak dan juga dapat
menimbulkan beberapa penyakit seperti penurunan tingkat kecerdasan pada anak,
terganggunya mental anak dan bahkan akibat dari hal ini yang paling buruk adalah
bisa mengakibatkan terjadinya kematian (Widayani, Kartasurya, & Fatimah, 2016).
Beberapa penyebab gizi buruk pada anak adalah penyebab langsung,
penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar. Penyebab langsung gizi buruk
yaitu asupan gizi kurang dan terjadi karena adanya infeksi. Untuk kurang asupan
gizi dapat disebabkan karena terbatasnya jumlah asupan makanan yang di konsumsi
atau makanan yang tidak memenuhi gizi yang dibutuhkan. Sedangkan infeksi
menyebabkan rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak dapat menyerap
zat-zat makanan secara baik. Dan penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak
cukup pangan, pola asuh yang kurang, dan sanitasi kesehatan dasar yang tidak
memadai. Untuk penyebab mendasar gizi buruk yaitu terjadinya krisis ekonomi dan
sosial termasuk bencana alam, yang berpengaruh pada kesediaan pangan, pola asuh
keluarga dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang akhrinya
menimbulkan masalah pada status gizi balita (Septikasari, 2018).
Masalah gizi pada anak menjadi masalah yang sangat diperhatikan
dibeberapa negara, salah satunya Negara Indonesia. World Health Organization
(WHO) tahun 2017 menyampaikan 50% dari kematian anak dan bayi diakibatkan
karena gizi buruk (Harcida, Habilu & Lestari, 2018). Indonesia menjadi salah satu
dari lima besar negara yang mengalami gizi buruk. Satu dari tiga anak setara 37,2%
anak di Indonesia mengalami gizi buruk, sehingga terdapat 9,5 juta anak dibawah
lima tahun mengalami kurang gizi (Harcidar, Sabilu & Lestari, 2018).
Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan
Tahun 2018 menunjukan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas anak sebesar 3,9% dan yang menderita gizi
buruk sebesar 13,8% (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan hasil studi status gizi indinesia (SSGI 2021), prevalensi
stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%. Namun,
prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Apabila
ditinjau menurut standar WHO, hanya Provinsi Bali yang mempunyai status gizi
berkategori baik dengan prevalensi stunting di bawah 20% (10,9%) dan wasting di
bawah 5% (3%).
Pendidikan orang tua, faktor budaya dan kemiskinan merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi gizi buruk (Indiyani, 2013). Pola asuh juga merupakan faktor
penyebab masalah status gizi. Pola asuh anak merupakan praktik pengasuhan yang
diterapkan pada balita dan pemeliharaan kesehatan. pola pengasuhan anak berupa
sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak,
cara memberikan makan maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus
diberikan sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Pada
waktu anak belum dilepas sendiri maka segala kebutuhan anak tergantung kepada
orang tuanya. Tahun pertama kehidupan anak merupakan dasar untuk menentukan
kebiasaan pola asuh dan di tahun berikutnya termasuk kebiasaan makan
(Munawaroh, 2015).
Pola asuh gizi merupakan perubahan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh
lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya
berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental. Pola asuh
yang baik dari ibu akan memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan
perkembangan pada balita sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan
gizi. Memberikan perawatan dan perlindungan terhadap anak agar menjadi nyaman,
meningkatkan nafsu makan, terhindar dari cidera dan penyakit yang akan
menghambat pertumbuhan harus dipahami oleh seorang ibu. Apabila pengasuh anak
baik maka status gizi anak juga akan baik, peran ibu dalam merawat sehari- hari
mempunyai kontribusi yang besar dalam pertumbuhan anak karena dengan pola
asuh yang baik maka akan terawat dengan baik dan gizi pada balita terpenuhi.
Sebagai orang tua pengasuh harus mampu menjaga agar masa balita ini tidak terjadi
hal-hal yang dapat menyebabkan balita menjadi terhambat pertumbuhannya
(Munawaroh 2015).
Data SSGI 2021 diambil pada 514 kabupaten/kota se-Indonesia dengan
jumlah blok sensus sebanyak 14.889 dan total 153.228 balita yang sudah
diintegrasikan dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Pengambilan
data dilakukan oleh enumerator terlatih dan memperhatikan protokol kesehatan
yang ketat dengan sasaran rumah tangga dengan anak balita. Langkah-langkah yang
dilakukan untuk memastikan protokol kesehatan diantaranya menggunakan
pencatatan elektronik, memastikan alat pengukuran dibersihkan dan diberikan
disinfektan sebelum digunakan, menggunakan alat pelindung diri seperti masker
dan apron, serta langkah-langkah lainnya. Selain enumerator, terdapat 61 orang
pendamping teknis yang terbagi dalam 5 koordinator wilayah untuk memastikan
aspek ilmiah, etik, dan penerapan protokol kesehatan dari kegiatan pengambilan
data. Data ini kemudian diolah menjadi capaian di tingkat nasional, provinsi, hingga
kabupaten/kota.
Berdasarkan data pada 2 tahun terakhir di ruang anak RSUD raden mattaher
ditemukan masalah gizi buruk mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 sebanyak 5
orang anak mengalami masalah gizi buruk dengan komplikasi. Pada tahun 2021
sebanyak 6 orang anak, dan pada tahun 2022 ditemukan sebanyak 7 orang memiliki
masalah gizi buruk dengan komplikasi. (Ruang Anak RSUD Mattaher, 2022)
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah adalah
“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada An. R dengan gizi buruk di RSUD Raden
Mattaher?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Pada An. R di RSUD Raden Mattaher Kota
Jambi Tahun 2022.
2. Tujuan Kusus
a. Melakukan pengkajian pada An R dengan gizi buruk.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan An R.
c. Memberikan intervensi keperawatan pada An R dengan gizi buruk.
d. Melakukan implementasi keperawatan An R dengan gizi buruk.
e. Melakukan evaluasi dan pendokumentasian asuhan keperawatan An R
dengan gizi buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gizi Buruk merupakan kondisi dimana seseorang tidak memiliki nutrien
yang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau kekurangan asupan makanan.
Secara sederhana kondisi ini terjadia kibat kekurangan zat gizi secara terus
menerus dan menumpuk dalam derajat ketidakseimbangan yang absolute dan
bersif atimmaterial. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan terjadinya
defisiensi atau defisit energi dan protein dan sering disebut dengan KKP
(kekurangan Kalori Protein). (Wong dalam Lastanto, 2015).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.Status gizi buruk adalah kondisi dimana seseorang
dinyatakan kekurangan nutrisi, tubuh kekurangan makanan ketika kebutuhan
normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau nutrien-nutrien
tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar dari pada yang didapat.Nutrisi
yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori(Almatsier dalam
Hidayat, 2010).
Malnutrisi (gizi buruk) adalah keadaan asupan gizi yang adekuat atau
berlebihan (Dwijayanthi,2011).

B. Klasifikasi Gizi buruk


Menurut Kurniati (2016), klasifikasi gizi Buruk dapat diberikan menjadi 3 yaitu:
1. Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, belum ada tanda-tanda
khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak
hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal.
2. Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya
mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa
dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah
agak kemerahan.
3. Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu
kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah
berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan
normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada
kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa
secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan,
rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan
vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan
terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain
tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti
penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah
anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak
dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut.
C. Tanda dan Gejala Gizi Buruk
Menurut Veratamala (2016), tanda dan gejala gizi Buruk antara lain:
1. Mengalami kegagalan dalam pertumbuhannya. Kegagalan pertumbuhan ini
dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, atau keduanya yang tidak sesuai
dengan umurnya. Sehingga, biasanya anak kurang gizi mempunyai tubuh
yang kurus, atau pendek, atau kurus-pendek.
2. Anak sangat mudah untuk marah, terlihat lesu, dan dapat menangis
berlebihan. Anak juga mengalami kecemasan dan kurang perhatian terhadap
lingkungan sekitar.Kulit dan rambut anak kering, bahkan rambut anak
rontok.
3. Kehilangan kekuatan ototnya.
Menurut Veratamala (2016), Jika anak mengalami kekurangan energi
protein (KEP), maka tanda-tanda yang ditunjukkan anak bisa lebih buruk
lagi. Terdapat dua jenis kekurangan energi protein, yaitu marasmus dan
kwashiorkor.
Pada marasmus, anak akan menunjukkan tanda seperti penurunan
berat badan yang sangat jelas (berat badan anak sangat rendah kurang dari
60% dari berat badan anak seusianya), terjadi pengecilan otot pada anak,
kulit kering dan hanya terdapat sedikit atau bahkan tidak ada lemak di
bawah kulit, dan rambut anak tipis dan mudah rontok.
Sedangkan kwashiorkor dapat menunjukkan tanda-tanda, seperti
rambut berubah warna menjadi kemerahan atau pirang, kulit kering dan
kusam, tidak atau kurang nafsu makan, perut buncit, serta kaki bengkak.
Tanda-tanda ini muncul karena anak mengalami kekurangan zat gizi
penting.
Menurut Veratamala (2016), Jika anak Anda mengalami kekurangan
vitamin dan mineral, walaupun memiliki berat badan yang normal, biasanya
anak akan menunjukkan tanda-tanda, seperti:
a. Masalah pada kulit
b. Lidah bengkak
c. Penglihatan anak kurang pada malam hari atau pada kondisi cahaya
redup
d. Merasa kesulitan dalam bernapas dan lelah sepanjang waktu
e. Anak merasa nyeri pada tulang dan ototnya
Menurut Dinkes (2014), Beberpa tanda-tanda klinis gizi buruk diatas
menurut (Gibson, 2005), sebagai berikut:
a. Marasmus :
1) Badan nampak sangat kurus
2) Wajah seperti orang tua
3) Cengeng dan atau rewel
4) Kulit tampak keriput, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak
ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/
”baggy pants”).
5) Perut cekung
6) Iga gambang
7) Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis) dan diare
b. Kwashiorkor :
1) Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki
2) Wajah membulat (moon face) dan sembab
3) Pandangan mata sayu
4) Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah
dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
5) Perubahan status mental, apatis, dan rewel
6) Pembesaran hati
7) Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi
berdiri atau duduk
8) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis
9) Sering disertai penyakit infeksi (akut), anemia dan diare.

D. Penyebab Gizi Kurang di Indonesia


Menurut Puteh (2015), menyatakan bahwa penyebab gizi kurang di Indonesia
antara lain:
1. Sarana kebersihan
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan pada tahun 2008 bahwa secara
global, separuh dari semua kasus gizi pada anak balita disebabkan oleh air
yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai atau kebersihan yang tidak
layak. Kondisi seperti ini sering menyebabkan diare berulang dan infeksi
cacing usus yang sangat membahayakan pencernaan tubuh.
2. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial
Hampir semua negara, anak-anak dari kelurga kurang mampu memiliki
tingkat gizi buruk tertinggi. Karena hal ini tentu saja akan mempengaruhi
ketersediaan makanan bergizi untuk anak-anak.
3. Penyakit pencernaan dan infeksi lainnya
Penyakit saluran pencernaan menyebabkan kekurangan gizi karena
menurunnya penyerapan nutrisi, penurunan asupan makanan, peningkatan
kebutuhan metabolik, dan hilangnya nutrisi langsung. Anak-anak dengan
penyakit kronis seperti HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kekurangan gizi, karena tubuh mereka tidak dapat menyerap nutrisi juga.
4. Faktor ibu
Asupan gizi anak-anak usia di bawah 5 tahun sangat bergantung pada
tingkat gizi dari ibu mereka selama kehamilan dan menyusui. Tingkat gizi
ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi ukuran tubuh bayi yang baru
lahir. Kekurangan iodium pada ibu biasanya menyebabkan kerusakan otak
pada anak, dan beberapa kasus menyebabkan keterbelakangan fisik dan
mental yang ekstrim. Hal ini mempengaruhi kemampuan anak untuk
mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangannya.
E. Faktor Resiko Gizi Buruk
Penyebab gizi buruk secara mendasar terdiri dari dua hal yakni sumber daya
potensial dan sumber daya manusia. Sumber daya potensial seperti politik,
ideology,suprastruktur, struktur ekonomi dan sumber daya manusia seperti
pengawasan, ekonomi, pendidikan/pengetahuan dan penyakit (Priharsiwi dalam
Lastanto, 2015).
Menurut Indrawan (2015), menjelaskan beberapa penyebab gizi kurang dan
buruk adalah sebagai berikut:
1. Asupan makanan
Kondisi gizi seseorang dipengaruhi oleh masuknya zat makanan dan
kemampuan tubuh manusia untuk menggunakan zat makanan tersebut.
Sedangkan masuknya zat makanan kedalam tubuh manusia ditentukan oleh
perilaku berupa sikap seseorang memilih makanan, daya seseorang
dalammemperoleh makanan dan persediaan makanan yang ada.Kemampuan
tubuh untuk menggunakan zat makanan ditentukan oleh kesehatan tubuh
orang atau manusia yangbersangkutan.
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi
makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka
makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga
dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi
dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga
tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga
yang bersangkutan.
2. Status sosial ekonomi
Salah satu faktor yang mempengaruhi rantai tak terputus gizi buruk
adalah status ekonomi yang buruk, secara langsung ataupun tidak keadaan
financial mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh
kelayakan pangandan fasilitas untuk menunjang kesehatannya. Perbedaan
pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan antara orang miskin dengan
orang tidak miskin juga sangat mempengaruhi kesehatan dan gizi anak.
3. Penyakit penyerta dan infeksi
Antara status gizi buruk dan infeksi atau penyakit penyerta terdapat
interaksi bolak-balik yang dapat menyebabakan gizi kurang dan gizi buruk
melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang terpenting ialah
efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun
hanya terjadi infeksi ringan sudah dapat mempengruhi status gizi.
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi
juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi
sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya
(imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi,
kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi buruk.
4. Pengetahuan ibu
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan kesalahan
dalam pemahaman, kebenaran yang tidak lengkap dan tidak terstruktur
dimana manifestasinya berupa kesalahan manusia atau individu dalam
melakukan praktek kehidupannya karena dilandasi pengetahuan yang salah.
Pengetahuan yangsalah, dalam hal ini mengenai kesehatan tentunya juga
akan mempengaruhi perilaku dan kualitas kesehatan orang tersebut.
5. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yangketika dilahirkan
mempunyai berat badan kurang dari 2500gram. Berat lahir yang rendah
disebabkan oleh kelahiran premature atau retardasi pertumbuhan intrauteri.
Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi
normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda umur
kehamilan, fungsi organ menjadi semakin kurang berfungsi dan
prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering
mendapatkan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena kelahiran
prematur.
6. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian vaksin (bibit penyakit menular yang
telah dilemahkan atau dimatikan) kepada bayi atau anak-anak, vaksin ini
pada awalnya berasal dari penyakit menular yang menyebabkan kecacatan
atau kematian yang telah dimatikan. Dengan pemberian vaksin, tubuh bayi
atau anak akan membentuk anti body, sehingga tubuh bayi atau anak telah
siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit menular tersebut. Dengan kata
lain terhindarnya bayi atau anak dari berbagai penyakit dapat memperbaiki
status gizi anak tersebut.
7. Air Susu Ibu (ASI)
Wanita menyusui mempunyai air susu yang bersifat spesifik, sesuai
dengan kebutuhan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusui bayinya yang
tidak bisa didapatkan darisusu atau sumber lainya. Pemberian ASI ekslusif
merupakan salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekurangan gizi dan kematian pada bayi,pemberian ASI ekslusif
dapat memberikan manfaat bagi ibu maupun bayinya, dengan pemberian
ASI ekslusif dapat memberikan kekebalan bagi bayi dan secara emotional
kedekatan ibu dan anaknya akan semakin terjalin dengan baik. ASI
merupakan hal yang sangat penting dalam pemenuhan nutrisi anak. Tidak
ada sumber nutrisi lain yang lebih baik dari ASI.
8. Lingkungan
Lingkungan ternyata cukup berpengaruh terhadap pola hidangan
keluarga. Misalnya pada musim-musim paceklik tidak jarang suatu rumah
tangga hanya mampu menghidangkan makan satu kali dalam sehari, dengan
menu gizi yang sangat rendah. Demikian pula halnya dengan geografi
ternyata sangat menentukan pola hidangan makanan keluarga. Di daerah
yang sangat terpencil misalnya, pola hidangan makan sangat kekurangan
sayuran dan hanya sering nasi dengan ikan asin dan sambal karena tidak
tersedianya bahan pangan yang bergizi di daerah tersebut. Seringkali
penilaian masyarakat terhadap makanan berbeda antara yang satu dengan
yang lain. Tidak jarang suatu makanan tidak pernah tersedia dalam pola
hidangan makan suatu rumah tangga, karena dianggap mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Daging dan telur misalnya, hanya dimakan
pada hari-hari tertentu oleh sebagian besar penduduk pedesa.
9. Kebudayaan
Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab
terjadinya angka gizi buruk. Gizi buruk dan gizi kurang merupakan
permasalahan yang multikompleks dan memiliki kesinambungan antar
faktor penyebab. Menunjukan bahwa faktor kemiskinan, pendidikan dan
pengetahuan orang tua, makanan pendamping, kebudayaan,infeksi dan
penyakit penyerta seperti HIV aids, kondisi psikologi anak, keamanan
negara, terbatasnya fasilitas kesehatan, BBLR dan nutrisi pada masa
kehamilan berpengaruh dan memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi
buruk.
Menurut Hidayat (2010) gizi kurang dipengaruhi banyak faktor yang saling
terkait. Secara langsung dan tidak langsung gizi buruk dipengaruhi:
1. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Makanan bergizi seimbang adalah makanan yang terdiri dari
beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai,
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan,
perbaikan sel-sel tubuh, pertumbuhan dan perkembangan.
2. Infeksi pada balita
Penyakit infeksi mengganggu metabolisme, mengganggu
keseimbangan hormon dan mengganggu fungsi imunitas.Penyakit
infeksi yang sering terjadi pada anak-anak adalah diare dan ISPA.
3. Ketahanan pangan di keluarga
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal
dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Frekuensi makan
mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu dimana hal
tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi. Tingkat
kecukupan protein contoh yang termasuk dalam kategori defisit tingkat
berat disebabkan pangan sumber protein yang dikonsumsi contoh rendah
walaupun mutu proteinnya baik.
4. Pola pengasuhan anak
Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan sabar dan penuh kasih,
apalagi ibunya berpendidikan, mengerti masalah ASI, manfaat posyandu
dan kebersihan, meskipun miskin akan dapat mengasuh dan memberi
makan anak dengan baik sehingga anaknya tetap sehat.
5. Pelayanan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi
pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan,
akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu,
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan dilaksanakan
secara komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
6. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan
lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
Faktor kemiskinan dan pendidikan orang tua yang rendah serta
kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan, merupakan
penyebab utama tingginya angka gizi buruk.
Kondisi lingkungan rumah berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
masyarakat. Makin buruk kondisi lingkungan rumah maka status
kesehatan penghuninya makin menurun. Perilaku yang sehat tidak cukup
bila tidak didukung oleh lingkungan yang sehat karena selain diperlukan
perilaku hidup yang sehat diperlukan kondisi lingkungan yang baik.
7. Kemiskinan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baikyang primer maupun sekunder.
8. Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik,
maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan
anaknya, pendidikan dan sebagainya.
9. Pengetahuan
Pengetahuan gizi diperlukan ibu atau pengasuh anak balita, karena
kebutuhan dan kecukupan gizi anak tergantung dari konsumsi makanan
yang diberikan. Kurangnya pengetahuan membuat bayi dan balitatidak
mendapat makanan yang bergizi, bayi sendiri membutuhkan makanan
terbaikyaitu ASI selama 6 bulan, sesudah 6 bulan bayi memerlukan
makanan pendamping Asi (MP-ASI)yang tepat.
F. Kelompok Masyarakat Yang Berpeluang Terkena Gizi Buruk
Menurut FKMUI (2007) kelompok masyarakat yang berpelung terkena gizi
buruk adalah sebagai berikut:
1. Kelompok masyarakat miskin
2. Kelompok usia lanjut yang dirawat di Rumah Sakit
3. Kelompok peminum alkohol dan ketergantungan obat
4. Kelompok masyarakat yang tidak menpunyai tempat tinggal
G. Masalah Kekurangan Gizi
Menurut FKMUI (2007), masalah kekurangan gizi antara lain:
1. Penyakit kurang gizi primer
Contoh: pada kekurangan zat gizi esensial, spesifik, seperti kekurangan
vitamin C, maka penderita mengalami gejala scurvy, beri-beri karena
kekurangan vitamin B1.
2. Penyakit kurang gizi sekunder
Contoh : penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan absorpsi zat gizi
atau gangguan metabolisme zat gizi.
H. Dampak Kekurangan Gizi
Menurut Lastanto (2015), dampak kekurangan gizi sangatlah kompleks. Pada
anak,hal ini dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental,sosial,
kognitif,pertumbuhan dan keluarga.
1. Perkembangan mental dan Kognitif
Anak dapat mengalami gangguan pada perkembangan mental sejak
dalam kandungan ataupun setelah kelahiran akibat kekurangan nutrisi yang
dibutuhkan otak untuk dapat bekerja dengan baik. Kekurangan gizi yang
parah dapat menghambat perkembangan anak pada fase oral hingga
faselaten. Untuk gangguan kognitif anak dapat mengalami penurunan IQ.
2. Perkembangan sosial
Kekurangan gizi dapat membatasi aktivitas anak untuk dapat bermain
dengan teman sebaya, sehingga secara langsung ataupun tidak akan
mempengaruhi interaksi sosial anak tersebut.
3. Gangguan pertumbuhan
Yaitu berupa ketidak matangan fungsi organ dimana manifestasinya
dapat berupa kekebalan tubuh yang rendah yang menyebabkan kerentanan
terhadap penyakit penyakitseperti infeksi saluran pernafasan, diare, demam
dan lain-lain,dengan bentuk terparah menyebabkan marasmus,
kwashiokor,marasmik-kwashiokor dan kematian.
4. Keluarga
Pada keluarga, bentuk terparah akibat kekurangan gizi dapat mengambat
produktivitas keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga, bentuk
perhatian akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi
dan hal itu dapat mengganggu keseimbangan pemenuhan kebutuhan
keluarga.
Gizi buruk menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi,
menyebabkan banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak
mungkin melakukan kerja keras. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu.Bila ibu mengalami
kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu
maupun janin. Gizi buruk pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi (Fatimah, 2016).
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung
meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Ibu hamil yang juga menderita Kurang Energi Protein akan
berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, dan juga
meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang
zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang
dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak. Secara umum gizi buruk pada
bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan
mental lemah.(Fatimah, 2016).
Secara umum dampak gizi kurang antara lain, pertumbuhan anak
menjadi terganggu, produksi tenaga (energi) kurang sehingga mempengaruhi
aktivitas, pertahanan tubuh menurun dan terganggunya fungsi otak sehingga,
dapat menciptakan generasi dan SDM yang kurang berkualitas.
I. Cara Mencegah Gizi Buruk
Menurut Veratamala (2016), cara mencegah kekurangan gizi pada anak
intinya adalah anda sebagai orangtua harus berusaha memenuhi kebutuhan gizi
anak. Ingat, anak sedang dalam masa pertumbuhan, jadi kebutuhan gizinya
cukup tinggi. Berikan selalu anak makanan dengan gizi seimbang yang terdiri
dari empat kelompok makanan utama, yaitu:
1. Buah-buahan dan sayuran, setidaknya berikan anak 5 porsi per hari
2. Makanan sumber karbohidrat, yaitu nasi, kentang, roti, pasta, dan sereal
3. Makanan sumber protein, yaitu daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan
dan produknya.
4. Susu dan produk susu, seperti keju dan yogurt
Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan anak Anda serta memantau
pertumbuhan dan perkembangannya. Bawa anak ke Posyandu, Puskesmas, atau
klinik setiap bulan untuk melakukan penimbangan. Berikan imunisasi lengkap
pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak sehingga anak terhindar
dari penyakit infeksi. Berikan juga kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan
Agustus sampai anak berusia 5 tahun.
Menurut Fatimah (2016), beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk
antara lain, sebagai berikut :
1. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan memperhatikan
pola makan yang teratur dengan gizi seimbang.
2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
3. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur.
4. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
posyandu untuk mengetahui apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar pada KMS. Sehingga, jika tidak sesuai atau ditemukan adanya gejala
gizi buruk maka hal tersebut dapat segera diatasi.
5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama orang tua tentang gizi
melalui penyuluhan kepada masyarakat luas terutama di daerah pedesaan
dan di daerah terpencil. Sebab, menurut Samuel,dibutuhkan peningkatan
pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian makanan bergizi
yang seimbang sejak bayi dan komposisi makanan seperti apa yang
dibutuhkan oleh anak mereka. Memberikan makanan yang tepat dan
seimbang kepada anak yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral
dan vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein diberikan 12 % dari total kalori. Sisanya
adalah karbohidrat. “Kuantitas makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan
dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki kebutuhan
gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan aktivitas.”
6. Diperlukan peranan baik dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun
pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas posyandu dan
pelayanan kesehatan lainnya, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan
vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas
pemberian makanan tambahan, sertameningkatkan kesejahteraan rakyat agar
akses pangan tidak terganggu.
7. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan.

J. Konsep Asuhan Keperawatan Gizi Buruk


1. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus
yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan
nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif
lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.
d. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan
metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran,
tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas
dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah:
1) Penurunan ukuran antropometri
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebral
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
6) Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
8) Inspeksi
a) Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau
kaki
b) Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
c) Mata cekung dan pucat
d) Pada marasmus terlihat pergerakan usus
9) Auskultasi
a) Dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta
S4
b) Bagaimana dengan tekanan darahnya
c) Dengarkan juga bunyi peristaltik usus
d) Bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi
10) Perkusi
a) Perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
b) Bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
11) Palpasi
a) Hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada
permukaannya. Berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan
pada marasmus usus terasa dengan jelas.
b) limpa : apakah terjadi pembesaran limpa
c) tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai
e. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis
akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat
besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan
absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang
menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
f. Pemeriksaan Labolatorium
1) Biokimia :
a) Hb anemia
b) kadar albumin yang rendah
c) kadar globulin kadang – kadang rendah dan tinggi
d) kadar asam amino biasanya kurang dari satu
2) Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis
dan infiltrasi
3) Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti
jantung, tulang

K. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
yang tidak adekuat
Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Kriteria Hasil :
a. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang
dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan
pengolahan makanan sehat seimbang.
b. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan
pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetic.
Intervensi

a. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi


pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien.
Rasional :
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi
dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.
b. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan
keluarga untuk melakukannya sendiri.
Rasional :
Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
c. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
Rasional :
Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
d. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit
setiap pagi.
Rasional :
Menilai perkembangan masalah klien.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori.
Rasional :
Menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.
Rasional :
NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak walaupun keadaannya
tidak memungkinkan untuk makan lewat oral.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan  asupan
kalori dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai
standar usia.
Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Intervensi
a. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-
tugas perkembangan sesuai usia anak.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
Rasional :
Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem
pencernaan.
c. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
Rasional :
Menilai perkembangan masalah klien.
d. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Rasional :
Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak
dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
e. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan (Puskesmas / Posyandu).
Rasional :
Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang
ada.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi, dehidrasi
Tujuan: Integritas kulit kembali normal
Kriteria hasil
a. Gatal hilang / berkurang
b. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh
Intervensi
a. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering
mungkin.
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya infeksi decubitus
b. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau
kotor dan kulit anak tetap kering
Rasional :
Agar kulit anak tetap terjaga kebersihannya dan mencegah terjadinya
infeksi pada kulit
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
Rasional :
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan
kebutuhan nutrisi
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah
Kriteria hasil
a. Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan
b. Dapat mengulangi isi penyuluhan
c. Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di
rumah
Intervensi
a. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar
Rasional :
Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif
b. Jelaskan tentang nama penyakit anak, penyebab penyakit, akibat yang
ditimbulkan, dan pengobatan yang dilakukan.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang penyakit
anak.
c. Jelaskan tentang pengertian nutrisi dan pentingnya pola makan yang
betul untuk anak sesuai umurnya, dan bahan makanan yang banyak
mengandung vitamin terutama banyak mengandung protein.
Rasional :
Membantu memulihkan kondisi anak
d. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
Rasional :
Mengetahui sampai dimana pemahaman keluarga setelah diberi
penyuluhan
e. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah
pulang dari rumah sakit.
Rasional :
Dapat membantu mempertahankan status gizi anak dengan pengetahuan
yang ada.

L. Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah


direncanakan sebelumnya.

M. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan


dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut
tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang,
kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi
keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan
langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. Adapun hasil evaluasi
yang diharapkan pada askep gizi buruk  adalah :

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik dan berat badan
klien berada dalam batas normal
2. Klien dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar
usia.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
3. Tidak ada gangguan integritas kulit
4. Keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si anak secara
etiologi dan terapi – terapinya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
ANAMNESIS

Sumber Anamnesis : Ibu pasien

a. Identitas Klien :
Hasil pengkajian yang dilakukan pada An. R adalah seorang pasien dengan
diagnose Dermatitis + Infeksi Sekunder An.R Berusia 6 tahun dengan jenis kelamin
perempuan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama keluarga di
Desa Sebrang Kota Jambi.

b. Keluhan Utama :
Saat dilakukan pengkajian pada ibu An.R, pasien dibawa keluarga ke IGD Rumah
Sakit Raden Mattaher Jambi dengan keluhan lemas, demam 5 hari disertai mual
muntah dan disekujur badan penuh luka memerah.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu :


Ibu An.R mengatakan klien lahir dengan premature (34-35 minggu) lahir spontan
dengan kelainan Harley Queen Baby Syindrom. pasien sebelumnya pernah dirawat
di RS Raden Mattaher dengan keluhan yang sama (mual disertai muntah).

d. Riwayat Penyakit Sekarang :


An.R dengan diagnose Dermatitis + Infeksi Sekunder dengan keluhan lemas,
demam 5 hari disertai mual muntah dan disekujur badan penuh luka kering dan
terbuka memerah. Pada luka dirasakan nyeri dengan skala 6.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pada pengkajian Riwayat kesehatan keluarga tidak ditemukan yang mempunyai
riwayat penyakit yang sama dengan An.R dan tidak ada riwayat penyakit turunan.
B. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah


1 DS: Gangguan bicara/bahasa Gangguan
 Ibu anak tumbuh
mengatakan kembang
anaknya lemas Cerebral palsy
 Ibu anak
mengatakan
anaknya tidak Sindrom down
kuat berdiri
DO:
 Badan tampak Defesiensi stimulus
kurus
 Tungkai kaki
kecil Gangguan tumbuh kembang
 Pasien terbaring
lemah
 BB: 8 Kg TB:
96 cm
 Didapatkan
IMT/U <-3 SD
= gizi buruk

2 DS: Penyakit saluran pencernaan Defisit nutrisi


 Ibu anak
mengatakan
anaknya Erosi lambung
mual dan
setelah
makan selalu Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
muntah
 Anak
mengatakan Mual
perutnya
terasa tidak
enak Muntah
DO:
 Pasien
tampak Deficit nutrisi
lemas
 BB anak 8
kg
 Perutnya
kembung

3. DS: Infeksi Gangguan


 Pasien integritas kulit
mengatakan
gatal-gatal di Lesi
seluruh
badannya
 Pasien Perubahan status nutrisi
merasakan
panas pada
luka-luka Gangguan integritas kulit
yang ada di
tubuhnya
DO:
 Pasien
tampak
menggaruk-
garuk seluruh
badannya
 Seluruh
badan penuh
dengan luka
 Warna
lukanya
merah dan
ada yang
terdapat pus
4 DS: Infeksi akibat bakteri,virus,jamur Nyeri Kronis
 An.R
mengatakan
nyeri pada Inflamasi
bagian luka
 An.R
mengatakan Edema (berisi pus)
luka sakit
bila terkena
air Gangguan imunitas
DO:
 Klien tetrlihat
kesakitan dan Nyeri kronis
meringis
 Skala nyei 6
 P: sakit
karena luka
diseluruh
tubuh
 Q: nyeri
terasa panas
 R:
Penyebaran
seluruh tubuh
 S: Skala nyeri
6
 T: nyeri terus
timbul
5. DS: Kelemahan Defisit
 Klien perawatan diri
mengatakan
gatal pada
area rambut
DO:
 Klien tampak
mengaruk
bagian
kepalanya
 Rambut klien
tampak kotor
 Rambut klien
terlihat kering
 Kulit rambut
tedapat
ketombe
6. DS: Ketidaktahuan menemukan sumber informasi Defisit kurang
 Ibu pengetahuan
mengatakan
tidak tau
tentang
penyakit yang
diderita
anaknya
DO:
 Ibu terlihat
bingung saat
ditanya
tentang
penyakit
anaknya
 Ibu tampak
tidak
mengetahui
informasi
tentang
penyakitnya
 Ibu tidak
kooperatif
 Ibu tidak
mengetahui
tentang
imunisasi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrien (D.0019).

2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi stimulus

(D. 0106)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi

(D.0129)

4. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas (D.0078)

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ( D. 0109)

6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan

sumber informasi (D. 0111)


D. Intervensi Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI

No Standar Diagnosis Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Indonesia SDKI
Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Keperawatan Indonesia
(SLKI)
1 (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intevensi  Identifikasi status nutrisi
berhubungan selam 3 x 24 jam, diharapkan  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dengan status nutrisi membaik  Identifikasi makanan yang disukai
ketidakmampuan dengan KH:  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
mengabsorpi  Indeks massa tubuh  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
nutrien membaik  Monitor asupan makanan
 Frekuensi makan  Monitor berat badan
membaik  Monitor hasil lab
 Nafsu makan  Beri makanan tinggi kalori dan protein
membaik
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Berat badan membaik
 Kolaborasi dengan ahli giziajarkan keluarga
 Porsi makanan yang
dihabiskan meningkat memantau kondisi kekurangan nutrisi
 Pengetahuan tentang
pilihan makanan yang
sehat meningkat
 Pengetahuan tentang
standar nutrisi yang
tepat meningkat
2 (D.0019) Status perkembangan Edukasi Nutrisi ( I.12395)
Gangguan (L.10101)  Periksa status gizi, program diet, kebutuhan dan
tumbuh kembang Setelah dilakukan intevensi kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
berhubungan selam 3 x 24 jam, diharapkan  Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat
dengan defisiensi status perkembangan untuk menerima informasi
stimulus meningkat dengan KH:  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Perilaku sesuai usia  Jelaskan pada pasien dan keluarga kebutuhan
 Kemampuan jumlah kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan
melakukan perawatan  Ajarkan melaksanakan diet
diri Ajarkan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi

2 (D.0129) Integritas kulit dan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)


Gangguan jaringan (L.14125)  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
integritas kulit
Setelah dilakukan intevensi  Ubah posisi setiap 2 jam sekali
berhubungan selam 3 x 24 jam, diharapkan  Bersihkan luka dengan air hangat
dengan integritas kulit meningkat  Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak
perubahan statusmembaik dengan KH: pada luka kering
nutrisi  kerusakan lapisan  Anjurkan menggunakan pelembab
kulit menurun  Anjurkan minum air yang cukup
 nyeri menurun  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 perdarahan menurun  Anjurkan makan buah dan sayur
 kemerahan menurun  Anjurkan menghindari terpapar suhuu ekstrim
 sensasi membaik
 suhu kulit membaik
nekrosis menurun
3 (D.0078) Nyeri Kronis (L.08066) Manajemen Nyeri ( I.08238)
Nyeri Kronis Setelah dilakukan intevensi  Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
berhubungan selam 3 x 24 jam, diharapkan frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
dengan Gangguan nyeri hilang dengan KH:  Identifikasi skala nyeri
imunitas  Frekuensi nadi  Identifikasi respon neri non verbal
normal  Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Pola nafas membaik memperingan nyeri
 Keluhan nyeri  Monitor efek samping penggunaan analgetik
menurun  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
 Tidak tampak rasa nyeri
meringis  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Tidak tampak gelisah
 Pola tidur membaik

5 Deficit perawatan Perawatan diri (L.11103) Perawatan Rambut (I.11357)


diri berhubungan Setelah dilakukan intevensi  Identifikasi kondisi pasien (mis.kontraindikasi cuci
dengan selam 3 x 24 jam, diharapkan rambut, kebersihan kulit kepala dan rambut,
perawatan diri meningkat kekuatan rambut)
dengan KH:  Monitor kerontokan rambut
 Kemampuan mandi  Siapkan peralatan sesuai fasilitas yang ada
meningkat  Jaga privasi pasien
 Mempertahankan  Atur posisi dengan kepala diganjal bantal agar air
kebersihan diri tidak membasahi tubuh
 Kebersihan mulut  Cuci rambut dengan melakukan pemijatan
meningkat  Lakukan pemberantasan kuku
 Verbalisasi keinginan  Keringkan rambut dengan handuk
melakukan perawatan  Jelaskan prosedur dan tujuan perawatan rambut
diri meningkat  Ajarkan menucuci rambut sesuai kemampuan

6 Defisit Tingkat Pengetahuan Bimbingan system kesehatan (I.12360)


Pengetahuan (L.12111)  Identifikasi masalah kesehatan individu, keluarga
berhubungan Setelah dilakukan intevensi dan masyarakat
dengan selam 3 x 24 jam, diharapkan  Indetifikasi inisiatif individu, keluarga dan
ketidaktahuan pengetahuan ibu meningkat masyarkat
menemukan meningkat dengan KH:  Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan
sumber informasi  Perilaku sesuai  Libatkan kolega/teman untuk membimbing
anjuran meningkat pemenuhan kebutuhan kesehatan
 Kemampuan  Siapkan pasien untuk mampu berkolaborasi dan
menjelaskan bekerjasama dalam pemenuhan kebutuhan
pengetahuan suatu kesehatan
topic meningkat  Bombing untuk bertanggung jawab
 Perilaku sesuai mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan
dengan pengetahuan memecahkan masalah kesehatan secara mandiri
meningkat
 Verbalisasi minat
dalam belajar
meningkat
E. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
1 Defisit 13/10/2022  Menilai status gizi ( menghitung
nutrisi 09.00 antropometri)
IMT/U = <-3 SD = gizi buruk
10.00  Mengukur dan menimbang berat badan
setiap pagi
BB = 8,1kg TB: 96 cm
 Memantau asupan makanan perhari
10.30
Intake : 300cc
10.35 Output : 500cc
 Melakukan oral hygiene sebelum makan
10.40  Melanjutkan delegasi dari ahli gizi tentang
diet susu 5x100 cc/ hr via oral
10.45  Memantau frekuensi mual muntah
Muntah : 5 kali
Mual (+)

2 Gangguan 13/10/2022  Memberikan penyuluhan Pendidikan


tumbuh 08.00 kesehatan tentang gizi seimbang
kembang  Mengevaluasi pengetahuan setelah
08.15 diberikan Pendidikan kesehatan
 Memberikan stimulus mengenai kognitif,
09.00 motoric, sosial, psikomotor
(belajar menulis, berkomunikasi dan
belajar berhitung.

3 Gangguan 13/10/2022  Melakukan tindakan aseptik sebelum


integritas 09.00 penggunaan analgetik
kulit Cuci tangan 5 langkah
09.30  Melakukan perawatan luka dengan cairan
10.00 Nacl
 Mengangkat sel kulit mati
10.10  Memberikan pelembab (Vaseline) pada
10.30 daerah yang kering
12.00
 Mengoleskan salep analgetik (daryantul)
pada daerah yang basah
 Mengamati tanda-tanda infeksi
Luka basah, pus (+)
Beresiko infeksi (+)
4 Nyeri kronis 13/10/2022  Memantau skala nyeri
09.00 P : sakit karena luka di seluruh tubuh
10.00 Q : nyeri terasa panas, kemerahan
R : penyebaran seluruh tubuh
11.00 S: skala nyeri 6
T : nyeri terus timbul
11.20  Melihat respons nyeri non verbal
meringis dan merintih
11.30
 Mengamati faktor yang memperberat dan
12.00
meringankan nyeri
12.30
Anjurkan tidur teratur
13.00
 Memberikan teknik non farmakologi
teknik distraksi Menggambar, Menonton
You Tube
 Mengamati efek samping penggunaan
analgetic
Tidak ada efek samping analgetik

5 Deficit 13/10/2022  Melihat kebersihan kulit kepala dan


perawatan 09.00 rambut
diri 10.00  Melakukan cuci rambut menggunakan air
10.30 hangat
Rambut bersih, ketombe berkurang, lesi
berkurang
6 Deficit 13/10/2022  Edukasi mengenai bimbingan untuk
pengetahuan 09.00 bertanggung jawab untuk
mengembangkan masalah kesehatan
10.00 secara mandiri
11.00  Edukasi manfaat pelayanan kesehatan
terdekat

No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


1 Defisit 14/10/2022  Menilai status gizi ( menghitung
nutrisi 09.00 antropometri)
IMT/U = <-3 SD = gizi buruk
10.00  Mengukur dan menimbang berat badan
setiap pagi
BB = 8kg TB: 96 cm
 Memantau asupan makanan perhari
10.30
Intake : 300cc
10.35 Output : 500cc
 Melakukan oral hygiene sebelum makan
10.40  Melanjutkan delegasi dari ahli gizi tentang
diet susu 5x100 cc/ hr via oral
10.45  Memantau frekuensi mual muntah
Muntah : 4 kali
Mual (+)

2 Gangguan 14/10/2022  Memberikan penyuluhan tentang


tumbuh 08.00 pentingnya makanan bergizi
kembang  Mengevaluasi pengetahuan setelah
08.15 diberikan Pendidikan kesehatan
 Memberikan stimulus mengenai kognitif,
09.00 motoric, sosial, psikomotor
(belajar berkomunikasi dan belajar
berhitung.

3 Gangguan 14/10/2022  Melakukan tindakan aseptik sebelum


integritas 09.00 penggunaan analgetik
kulit Cuci tangan 5 langkah
09.30  Melakukan perawatan luka dengan cairan
10.00 Nacl
 Mengangkat sel kulit mati
10.10  Memberikan pelembab (Vaseline) pada
10.30 daerah yang kering
12.00
 Mengoleskan salep analgetik (daryantul)
pada daerah yang basah
 Mengamati tanda-tanda infeksi
Luka basah, pus (+)
Beresiko infeksi (+)
4 Nyeri kronis 14/10/2022  Memantau skala nyeri
09.00 P : sakit karena luka di seluruh tubuh
10.00 Q : nyeri terasa panas, kemerahan
R : penyebaran seluruh tubuh
11.00 S: skala nyeri 6
T : nyeri terus timbul
11.20  Melihat respons nyeri non verbal
meringis dan merintih
11.30
 Mengamati faktor yang memperberat dan
12.00
meringankan nyeri
12.30
Anjurkan tidur teratur
13.00  Memberikan teknik non farmakologi
teknik distraksi Menggambar, Menonton
You Tube
 Mengamati efek samping penggunaan
analgetic
Tidak ada efek samping analgetik

5 Deficit 14/10/2022  Melihat kebersihan kulit kepala dan


perawatan 09.00 rambut
diri 10.00  Melakukan cuci rambut menggunakan air
10.30 hangat
Rambut bersih, ketombe berkurang, lesi
berkurang
6 Deficit 14/10/2022  Edukasi mengenai bimbingan untuk
pengetahuan 09.00 bertanggung jawab untuk
mengembangkan masalah kesehatan
10.00 secara mandiri
11.00  Edukasi manfaat pelayanan kesehatan
terdekat

No Diagnosa TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


1 Defisit 15/10/2022  Menilai status gizi ( menghitung
nutrisi 09.00 antropometri)
IMT/U = <-3 SD = gizi buruk
10.00  Mengukur dan menimbang berat badan
setiap pagi
BB = 8,2kg TB: 96 cm
 Memantau asupan makanan perhari
10.30
Intake : 300cc
10.35 Output : 500cc
 Melakukan oral hygiene sebelum makan
10.40  Melanjutkan delegasi dari ahli gizi tentang
diet susu 5x100 cc/ hr via oral
10.45  Memantau frekuensi mual muntah
Muntah : 2 kali
2 Gangguan 15/10/2022  Memberikan penyuluhan Pendidikan
tumbuh 08.00 kesehatan tentang gizi seimbang
kembang  Mengevaluasi pengetahuan setelah
08.15 diberikan Pendidikan kesehatan
 Memberikan stimulus mengenai kognitif,
09.00 motoric, sosial, psikomotor
(belajar menulis, berkomunikasi dan
belajar berhitung.

3 Gangguan 15/10/2022  Melakukan tindakan aseptik sebelum


integritas 09.00 penggunaan analgetik
kulit Cuci tangan 5 langkah
09.30  Melakukan perawatan luka dengan cairan
10.00 Nacl
 Mengangkat sel kulit mati
10.10  Memberikan pelembab (Vaseline) pada
10.30 daerah yang kering
12.00
 Mengoleskan salep analgetik (daryantul)
pada daerah yang basah
 Mengamati tanda-tanda infeksi
Luka basah, pus (+)
Beresiko infeksi (+)
4 Nyeri kronis 15/10/2022  Memantau skala nyeri
09.00 P : sakit karena luka di seluruh tubuh
10.00 Q : nyeri terasa panas, kemerahan
R : penyebaran seluruh tubuh
11.00 S: skala nyeri 3
T : nyeri terus timbul
11.20  Melihat respons nyeri non verbal
meringis dan merintih
11.30 Anjurkan tidur teratur
12.00
 Memberikan teknik non farmakologi
12.30
teknik distraksi Menggambar, Menonton
13.00
You Tube
 Mengamati efek samping penggunaan
analgetic
Tidak ada efek samping analgetik
F. EVALUASI KEPERAWATAN

Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf


Keperawatan
Defisit Nutrisi 13/10/2022 S: keluarga pasien mengatakan mual dan
berhubungan dengan 10.00 muntah setelah makan
ketidakmampuan O: pasien tampak lemas
mengabsorpsi nutrien BB pasien 8kg
Nafsu makan menurun
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
 Menilai status gizi ( menghitung
antropometri)
 Mengukur dan menimbang berat
badan
 Memantau asupan makanan perhari
 Melakukan oral hygiene sebelum
makan
 Mengajarkan posisi duduk ketika
makan
 Melanjutkan delegasi dari ahli gizi
tentang makanan tinggi serat tinggi
protein
Memantau frekuensi mual muntah
Gangguan tumbuh 13/10/2022 S: keluarga pasien mengatakan anaknya lemas
kembang 10.00 O:
berhubungan dengan Pasien tampak kurus
defisiensi stimulus Perut membesar
Tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
 Menyediakan materi Pendidikan
kesehatan
 Melaksanakan Pendidikan kesehatan
mengenai gizi seimbang
 Mengatur jadwal mengenai
Pendidikan kesehatan
 Mengevaluasi setelah diberikan
Pendidikan kesehatan

Gangguan integritas 13/10/2022 S: pasien mengatakan lukanya terasa gatal


kulit berhubungan 10.00 dan panas
dengan perubahan O: luka penuh seluruh badan
status nutrisi Ada pus pada luka
Anak tampak menggaruk-garuk badannya
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
 Melakukan tindakan aseptik sebelum
penggunaan analgetik
 Mengoleskan salep analgetik pada
daerah yang basah
 Memberikan pelembab (Vaseline)
pada daerah yang kering
 Melakukan perawatan luka dengan
cairan Nacl
 Mengamati tanda-tanda infeksi
 Melanjutkan tindakan kolaborasi
dengan ahli gizi tinggi kalori dan
protein
Nyeri kronis 13/10/2022 S: pasien mengatakan nyeri pada bagian luka
berhubungan dengan 14.00 O: klien tampak kesakitan dan meringis
gangguan imunitas Skala nyeri 6
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Memantau skala nyeri
 Melihat respons nyeri non verbal
(meringis dan merintih)
 Mengamati faktor yang memperberat
dan meringankan nyeri
 Memberikan teknik non farmakologi
dan teknik distraksi
 Mengamati efek samping penggunaan
analgetik

Defisit perawatan diri 13/10/2022 S: pasien mengatakan gatal pada area rambut
berhubungan dengan 14.00 O: Klien tampak mengaruk bagian kepalanya
kelemahan Rambut klien tampak kotor
Rambut klien terlihat kering
Kulit rambut tedapat ketombe
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Memantau kerontokan rambut
Melihat kebersihan kulit kepala dan
rambut
 Melakukan cuci rambut menggunakan
air hangat
Deficit kurang 13/10/2022 S: Ibu mengatakan tidak tau tentang penyakit yang
pengetahuan 14.00 diderita anaknya
berhubungan dengan O: Ibu terlihat bingung saat ditanya tentang
ketidaktahuan penyakit anaknya
menemukan sumber Ibu tampak tidak mengetahui informasi tentang
informasi penyakitnya
Ibu tidak kooperatif
Ibu tidak mengetahui tentang imunisasi
A: masalah Belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
 Menggali maslah kesehatan
individu,keluarga dan masyarakat
 Menggali inisiatif individu,keluarga
dan masyarakat
 Edukasi mengenai bimbingan untuk
betanggung jawab untuk
mengembangkan masalah kesehatan
secara mandiri
 Edukasi manfaat pelayanan kesehatan
terdekat

Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf


Keperawatan
Defisit Nutrisi 14/10/2022 S: keluarga pasien mengatakan mual muntah
berhubungan dengan 10.00 sudah sedikit berkurang
ketidakmampuan O: pasien tampak lemas
mengabsorpsi nutrien BB pasien 8,1 kg
Nafsu makan menurun
Muntah 1 kali
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
 Mengidentifikasi status nutrisi
 Mengidentifikasi makanan yang
disukai
 Mengidentifikasi kalori dan nutrient
Memonitor asupan makanan
Gangguan tumbuh 14/10/2022 S: keluarga pasien mengatakan anaknya lemas
kembang 10.00 O:
berhubungan dengan Pasien tampak kurus
defisiensi stimulus Perut membesar
Tampak lemas
Sudah ingin berbicara
Anak tampak rileks
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
 Menyediakan materi Pendidikan
kesehatan
 Melaksanakan Pendidikan kesehatan
mengenai gizi seimbang
 Mengatur jadwal mengenai
Pendidikan kesehatan
Mengevaluasi setelah diberikan Pendidikan
kesehatan
Gangguan integritas 14/10/2022 S: pasien mengatakan lukanya terasa gatal
kulit berhubungan 10.00 dan panas
dengan perubahan O: luka penuh seluruh badan
status nutrisi Sebagian luka sudah ada yang kering
Anak tampak menggaruk-garuk badannya
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Melakukan tindakan aseptik sebelum
penggunaan analgetik
 Mengoleskan salep analgetik pada
daerah yang basah
 Memberikan pelembab (Vaseline)
pada daerah yang kering
 Melakukan perawatan luka dengan
cairan Nacl
 Melanjutkan tindakan kolaborasi
dengan ahli gizi tinggi kalori dan
protein
Nyeri kronis 14/10/2022 S: Pasien mengatakan nyeri masih terasa pada
berhubungan dengan 14.00 bagian luka
gangguan imunitas O: skala nyei 5
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
 Memantau skala nyeri
 Melihat respon nyeri non verbal
 Memberikan teknik non farmakologi
dan teknik distraksi
Deficit perawatan diri 14/10/2022 S: pasien mengatakan gatal pada area rambut
berhubungan dengan 14.00 berkurang
kelemahan O: pasien tidak mengaruk area rambut
A: masalah teatasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Memantau kerontokan rambut
 Melakukan cuci rambut menggunakan
air hangat
Deficit kurang 14/10/2022 S: : Ibu mengatakan tidak tau tentang penyakit yang
pengetahuan 14.00 diderita anaknya
berhubungan dengan O: Ibu terlihat bingung saat ditanya tentang penyakit
ketidaktahuan anaknya
menemukan sumber A: Masalah belum teratasi
informasi P: Intervensi dilanjutkan
Masalah TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Defisit Nutrisi 15/10/2022 S: keluarga pasien mengatakan anaknya sudah
berhubungan dengan 10.00 tidak muntah lagi
ketidakmampuan O: BB pasien 8,2 kg
mengabsorpsi nutrien Nafsu makan sudah mulai kuat
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
 Mengidentifikasi status nutrisi
 Mengidentifikasi makanan yang
disukai
 Mengidentifikasi kalori dan nutrient
Memonitor asupan makanan
Gangguan tumbuh 15/10/2022 S: keluarga pasien mengatakan anaknya sudah
kembang 10.00 mulai beraktivitas seperti biasa
berhubungan dengan O:
defisiensi stimulus Pasien tampak kurus
Perut membesar
BB pasien 8,2 Kg
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
 Menyediakan materi Pendidikan
kesehatan
 Melaksanakan Pendidikan kesehatan
mengenai gizi seimbang
 Mengatur jadwal mengenai
Pendidikan kesehatan
 Mengevaluasi setelah diberikan
Pendidikan kesehatan
Gangguan integritas 15/10/2022 S: pasien mengatakan lukanya terasa gatal
kulit berhubungan 10.00 dan lukanya sebagian sudah kering
dengan perubahan O: luka penuh seluruh badan
status nutrisi Sebagian luka sudah kering
Anak tampak menggaruk-garuk badannya
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Melakukan tindakan aseptik sebelum
penggunaan analgetik
 Mengoleskan salep analgetik pada
daerah yang basah
 Memberikan pelembab (Vaseline)
pada daerah yang kering
 Melakukan perawatan luka dengan
cairan Nacl
 Melanjutkan tindakan kolaborasi
dengan ahli gizi tinggi kalori dan
protein
Nyeri kronis 15/10/2022 S: pasien mengatakan masih terasa nyeri pada
berhubungan dengan 14.00 bagian luka
gangguan imunitas O: Skala nyeri 3
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Defisit perawatan diri 15/10/2022 S: pasien mengatakan gatal pada area rambut
berhubungan dengan 14.00 berkurang
kelemahan O: Pasien tidak menggaruk bagian kepala
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Defisit kurang 15/10/2022 S: Ibu mengatakan mengetahui tentang
pengetahuan 14.00 penyakit anaknya
berhubungan dengan O: Ibu mampu mengulang kembali tentang
ketidaktahuan penyakit yang diderita ananknya saat ditanyai
menemukan sumber oleh perawat
informasi A: Masalah Teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Hasil pengkajian yang dilakukan pada An.R adalah seorang pasien dengan diagnose
gizi buruk. An.R berusia 6 tahun, jenis kelamin perempuan anak ke 3 dari 3
bersaudara, pasien tinggal di desa sebrang kota jambi.
b. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian pada pasien An.R keluhan utama yang disampaikan orang
tuanya yaitu mual, muntah, demam, batuk , pilek dan dibadan penuh luka sejak ±1
bulan ini.
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian klien terdapat penyakit atau kelainan
sejak lahir yaitu Harlequeen Baby Syndrome. An. R sebelumnya juga pernah dirawat
di rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Pada pengkajian Riwayat Kesehatan keluarga tidak terdapat Riwayat penyakit
keluarga yang sama dengan An.R , dan juga tidak ada Riwayat penyakit turunan.
e. Riwayat kelahiran
An.R merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, lahir spontan dengan kelahiran kurang
bulan dan memiliki kelainan yaitu harlequeen baby syndrome.
f. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada An.R didapatkan data tanda vital suhu : 36,4°C, nadi :
101/menit, Rr: 21x/ menit. Berat Badan: 8 kg, tinggi badan: 98 cm. hasil anamnesa
diketahui bahwa pasien mengalami gizi buruk, ibu mengeluh anaknya terlihat lemas,
berat badan turun , bibir kering dan CRT >3.
Menurut santoso (2009) anak yang mengalami gizi buruk memiliki tanda dan gejala
seperti turgor kulit kembali lambat, mukosa bibir kering, bising usus meningkat, CRT
>3 detik, konjungtiva anemis, adanya tarikan dinding dada, perut cekung dan anak
terlihat pucat.
Hasil penelitian Kusuma (2015) Saat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan turgor
kulit jelek, mukosa bibir kering, berat badan anak 13 kg tinggi badan110 kg, CRT > 3
detik, konjugtiva anemis, perut cekung dananak pucat.
Asumsi hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada kasus An.R sesuai dengan teori
dan yang ada dimana klien dengan gizi buruk mengalami turgor kulit kembali lambat,
mukosa bibir yang kering, konjugtiva anemis, penurunan berat badan, bising usus
meningkat, perut cekung dan anak pucat. Anak dengan mual muntah terus menerus,
mengakibatkan kekurangan cairan elektrolit dan mengalami tanda gejala seperti
diatas yang mengakibatkan gizi buruk.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan berdasarkan SDKI yaitu :
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, perawat hanya menegakkan tiga diagnosa
utama saja. Diagnosa yang diangkat untuk An.R yaitu
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
2) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi stimulasi
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
4) Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas
5) Deficit perawatan diri berhubungan dengan
6) Deficit pengetahuan berhubungan dengan

Berdasarkan beberapa buku sumber penelitian menemukan ada 6 diagnosa


keperawatan (Santoso, 2009) untuk klien yang mengalami gizi buruk 1) Defisit nutrisi, 2)
Kekurangan Volume Cairan, 3) Gangguan Tumbuh Kembang, 4) Resiko kerusakan
Integritas Kulit, 5) resiko infeksi ,6) Defisieni pengetahuan

Hasil penelitian Riadi (2015), mengatakan bahwa masalah keperawatan yang


diprioritaskan adalah deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan lapis kedua yang tidak
memadai, dan gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat.
Diagnosa Defisit Nutrisi menyebabkan penurunan berat badan yang diakibatkan
karena adanya gangguan dalam penyerapan makanan. Gangguan penyerapan ini akan
menyebabkan timbulnya keluhan dan gejala yang beragam, mulai dari diare , muntah
yang terus menerus hingga malnutrisi (Pane, 2020). Gangguan penyerapan ini biasanya
disebut sebagai malabsorpsi makanan. Malabsorpsi atau sindrom malabsorpsi adalah
kumpulan gejala yang disebabkan oleh gangguan penyerapan salah satu atau beberapa zat
nutrisi di usus halus (Pane, 2020).

Berdasarkan kasus ditemukan diagnosa utama yang diangkat untuk An.R yaitu,
deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan ditandai
dengan ibunya mengatakan anak tidak memiliki nafsu makan, ibu mengatakan makanan
yang dihabiskan hanya ½ porsi, ibu mengatakan anaknya mual , muntah setelah makan,
Anak tampak lesu, Berat badan anak saat pengkajian 8 kg, tinggi badan anak 798cm,
status gizi anak BB/PB <-3SD (gizi buruk).

Kelompok menetapkan diagnosa utama Defisit nutrisi, teori menurut Notoatmojo


dalam penelitian Arny (2012) gizi yang baik dapat mempengarahui pertumbuhan dan
perkembangan pada anak banyak membutuhkan energi protein.

Menurut Webster-Gandy (2012), dampak kurang gizi bervariasi mulai dari


subklinis, yakni tidak ada gangguan klinis sama sekali, sampai kematian, mudah
terserang infeksi dan bergantung pada jenis, lama, dan derajat keparahan ketidakcukupan
gizi, usia, serta status gizi dan kesehatan pasien. Anak yang mengalami gizi buruk jika
tidak ditangani dengan tepat dan benar akan beresiko terkena infeksi dan menyebabkan
anak mudah terkena penyakit yang menular, bahkan kematian.

Diagnosa Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan defisiensi


stmulasi dutandai dengan ibu mengatakan an.r belum lancar berbicara, perkembanga anak
tidak sesuai dengan usia anak, perkembangan bahasa dan motoric belum berkembang
dengan baik. Badan tampak kurus, pasien terbaring lemah.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang serius bagi


negara maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan dapat dilihat dari berat
badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan perkembangan dapat dilihat dari
kemampuan motorik, sosial dan emosional, kemampuan berbahasa serta kemampuan
kognitif. Pada dasarnya, setiap anak akan melewati proses tumbuh kembang sesuai
dengan tahapan usianya, akan tetapi banyak faktor yang memengaruhinya(Prastiwi,
2019).

Berdasarkan kasus ditemukan bahwa berat badan an.R 8 kg dengan tinggi badan
98 cm. untuk perkembangan emosional anak(kemandirian), anak belum mampu mandi
sendiri, ataupun mengenakan sepatu sendiri, dalam perkembangan sosial ibu mengatakan
anaknya juga lumayan sulit untuk berinteraksi sesama temannya.

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, dan jumlah
atau diensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kg) satuan Panjang (cm,m), umur
tulang, dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (development) adalah pertumbuhna kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel
jaringan, organ dan system organ(Chamidah, 2012)

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan


proporsi , hilangnya ciri-ciri lama , serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan
adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umurdan masing-
masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda(Chamidah, 2012).

Diagnosa Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan perubahan status


nutrisi dengan data yang ditemukan yaitu
3. Intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan
Diagnose Deficit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai dengan
status gizi anak IMT/U <-3SD= gizi buruk

Intervensi dan implementasi yang akan diakukan untuk defisit nutrisi :1) monitor berat
badan pasien setiap hari merupakan pemantauan utama dalam kasus malnutrisi sebagai
indicator dari keseimbangan asupan intake dan pengeluaran. Pada stuudi kasus ini,
penulis melakukan pengukuran berat badan setiap hari dalam setiap kunjungan. Pada
kunjungan hari pertama tanggal 8 oktober 2022 Menilai status gizi ( menghitung
antropometri) IMT/U = <-3 SD = gizi buruk Mengukur dan menimbang berat badan
setiap pagi BB = 8kg TB: 96 cm Memantau asupan makanan perhari Intake : 300cc
Output : 500cc Melakukan oral hygiene sebelum makan Melanjutkan delegasi dari ahli
gizi tentang diet susu 5x100 cc/ hr via oral Memantau frekuensi mual muntah Muntah : 5
kali Mual (+), Menurut Purwaningrum & Wardani 11 (2013), anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang
penyakit. Anak yang sakit maka berat badannya akan menjadi turun sehingga akan
berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut. Didukung dengan teori Welasasih &
Wirjatmadi (2012), bahwa jenis makanan sangat menentukan status gizi seorang anak.
Dikatakan makanan tersebut berkualitas baik jika menu harian memberikan komposisi
menu yang bergizi, berimbang dan bervariasi sesuai dengan kebutuhannya. Adanya menu
yang memadai, baik secara kualitas dan kuantitas akan sangat menunjang tumbuh
kembangnya
Diagnose gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi stimulus
Intervensi dan implementasi yang kami lakukan terhadap diagnose ini adalah
Memberikan penyuluhan Pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang kemudian
Mengevaluasi pengetahuan setelah diberikan Pendidikan kesehatan lalu Memberikan
stimulus mengenai kognitif, motoric, sosial, psikomotor (belajar menulis, berkomunikasi
dan belajar berhitung serta menyusun puzzle). Menurut jurnal dijelaskan bahwa Metode
bermain puzzle dapat melatih koordinasi otot-otot kecil pada tangan untuk memegang
dan meletakkan potongan gambar sehingga dapat mempengaruhi motorik halus anak.
Menurut Susilaningrum (2013), Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan pergerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan otot. Andriana, (2011) menyatakan bahwa manfaat
puzzle Melatih keterampilan motorik halus, keterampilan motorik halus (fine motor skill)
berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan otot- otot kecilnya khususnya tangan
dan jari-jari tangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode bermain puzzle
yang diberikan pada anak pra sekolah yang mengalami perkembangan suspect,
memberikan pengaruh meningkatkan perkembangan motorik halus anak pra sekolah.
(Maghfuroh, 2018)
Diagnose gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
Intervensi dan impelementasi yang diberikan mengenai diagnose ini adalah Melakukan
tindakan aseptik sebelum penggunaan analgetik Cuci tangan 5 langkah Melakukan
perawatan luka dengan cairan Nacl Mengangkat sel kulit mati Memberikan pelembab
(Vaseline) pada daerah yang kering Mengoleskan salep analgetik (daryantul) pada daerah
yang basah Mengamati tanda-tanda infeksi
Luka basah, pus (+) Beresiko infeksi (+) menurut jurnal dijelaskan bahwa Kondisi kulit
kering merupakan salah satu masalah kulit yang dapat dialami oleh semua orang. Kondisi
kulit kering bagi sebagian orang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan dapat
menyebabkan terjadinya penyakit, seperti dermatitis atopik yang merupakan salah satu
penyakit akibat adanya peradangan pada kulit. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya kulit kering, diantaranya iklim, genetik, dan lingkungan. Salah satu, solusi
untuk mengatasi kondisi kulit kering adalah penggunaan produk pelembab. Pelembab
merupakan salah satu produk komersial yang banyak tersedia di pasaran. Formulasi
pelembab dapat bersifat sebagai humektan, oklusif, dan emolien. Masing-masing
memiliki mekanisme kerja dan bahan yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut perlu
adanya suatu kajian mengenai perkembangan pelembab, mekanisme dari setiap sifat
pelembab, dan bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai pelembab. (Butarbutar &
Chaerunisaa, 2020)
Diagnose nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas
Intervensi dan implementasi yang diberikan mengenai diagnose ini adalah Memantau
skala nyeri P : sakit karena luka di seluruh tubuh Q : nyeri terasa panas, kemerahan R :
penyebaran seluruh tubuh S: skala nyeri 6 T : nyeri terus timbul Melihat respons nyeri
non verbal meringis dan merintih Mengamati faktor yang memperberat dan meringankan
nyeri Anjurkan tidur teratur Memberikan teknik non farmakologi teknik distraksi
Menggambar, diajak bercerita dan Menonton You Tube Mengamati efek samping
penggunaan analgetic Tidak ada efek samping analgetik menurut jurnal, dijelaskan
bahwa Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan untuk merawat
luka agar tidak terjadi infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Tindakan
perawatan luka terutama pada anak-anak akan menimbulkan respon nyeri. Metode
hipnosis yaitu Hypnoparenting menjadi alternatif untuk menurunkan nyeri yang
dirasakan oleh anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan
efektifitas teknik Hypnoparenting dibandingkan dengan teknik bercerita terhadap
perubahan skala nyeri pada anak usia sekolah yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bandung. Teknik pengumpulan data yaitu observasi skala nyeri
menggunakan Numeric Pain Rating Scale, kuesioner, buku cerita. Hasil penelitian
diperoleh bahwa pada kelompok Hypnoparenting dan teknik bercerita kedua nya
mempunyai pengaruh terhadap perubahan skala nyeri pada anak yang dilakukan perwatan
luka. Kesimpulan tidak terdapat perbedaan baik secara statistik maupun secara praktis
antara teknik Hypnoparenting dengan teknik bercerita pada anak yang dilakukan
perawatan luka. Saran dalam penelitian ini yaitu agar tindakan Hypnoparenting dan
teknik bercerita sebagai salah satu prosedur dalam mengurangi nyeri pada anak yang
dilakukan perawatan luka. (Yuliassyahadah, 2021)
Diagnose deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Intervensi dan impelemntasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnose ini adalah Melihat
kebersihan kulit kepala dan rambut Melakukan cuci rambut menggunakan air hangat
terdapat Rambut bersih, ketombe berkurang, lesi berkurang menurut jurnal Kebutuhan
personal hygiene pada pasien yang harus terpenuhi selama di rumah sakit adalah mandi
dan berpakaian, menggosok gigi, mencuci rambut, membersihkan kuku, toileting, dan
membersihkan perineum. Salah satu dampak fisik yang terjadi apabila tidak dilakukan
personal hygiene adalah dermatitis yang parah. Upaya pertama dan yang paling utama
agar seseorang dalam keadaan sehat adalah dengan menjaga kebersihan diri sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian Andriani (2016) disarankan agar perawat dapat
meningkatkan pelaksanaan personal hygiene dengan memberikan edukasi dan informasi
kepada keluarga pasien. Upaya yang dilakukan terhadap klien dengan deficit perawatan
diri sesuai dengan tugas perawat dalam aktivitas perawatan diri personal hygiene, yaitu
dengan fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting, kebersihan secara umum (Aggriana
T.W 2010). Berdasarkan hasil penelitian Amino (2019) tentang pengaruh aktivitas
mandiri, dapat disimpulkan bahwa aktivitas mandiri : personal hygiene dapat
mempengaruhi peningkatan kesehatan seseorang.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi
Intervensi dan impelemtasi yang sesuai adalah Edukasi mengenai bimbingan untuk
bertanggung jawab untuk mengembangkan masalah kesehatan secara mandiri Edukasi
manfaat pelayanan kesehatan terdekat menurut jurnal Masalah gizi buruk sering terjadi
pada kelompok balita. Salah satu faktor yang memengaruhi status gizi balita adalah
perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, dimana masih dijumpai ibu balita
yang belum pernah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sehingga berdampak
buruk bagi balitanya. Tema yang didapatkan pada penelitian ini ada empat yaitu
pengetahuan ibu tentang gizi buruk, sikap ibu dalam mencari pelayanan kesehatan, peran
serta keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa kurangnya pengetahuan ibu
tentang masalah kesehatan disebabkan karena pendidikan ibu yang rendah. Selama ini ibu
tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan alasan jarak rumah sangat jauh, ongkos
terlalu mahal, petugas kesehatan tidak ada ditugaskan disana dan kesibukan ibu bekerja
diladang. Sikap ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan selama ini pada saat anak
sakit. Disarankan kepada pihak puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang
kesehatan dan menempatkan seorang petugas kesehatan di daerah tersebut sehingga
masyarakat yang disana agar lebih aktif datang berkunjung ke pelayanan kesehatan.
(Purba, 2019). Menurut Supariasa (2012; h.18), status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam
bentuk variabel tertentu. Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
seorang ibu karena ibu memiliki keterikatan yang lebih dengan anaknya. Ia lebih sering
bersama dengan anaknya dibandingkan dengan anggota keluarga sehingga ibu tahu persis
kebutuhan gizi balita. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik akan menghasilkan anak
berstatus gizi baik juga karena pemahaman dan pengetahuan ibu telahd iaplikasikan
dalam perilaku pemberian makanan bergizi bagi balita. Tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi balita sangat mempengaruhi keadaan gizi balita tersebut karena ibu adalah seorang
yang paling besar keterikatannya terhadap anak. Kebersamaan ibu dengan anaknya lebih
besar dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain sehingga lebih mengerti segala
kebutuhan yang dibutuhkan anak. Pengetahuan yang dimiliki ibu menjadi kunci utama
kebutuhan gizi balita terpenuhi. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang
baik dapat menumbuhkan perilaku baru yang baik pula. Pengetahuan ibu tentang
kebutuhan gizi yang dipahami dengan baik akan diiringi dengan perilaku pemberian
makanan bergizi bagi balita. Pengetahuan bisa didapat dari informasi berbagai media
seperti TV, radio atau surat kabar seperti halnya dalam penelitian ini. ibu mendapatkan
informasi tentang kebutuhan gizi balita dari penyuluhan yang diberikan puskesmas setiap
pelaksanaan program posyandu .Informasi ini meningkatkan pengetahuan yang diiringi
dengan perilaku baru dalam pemberian makanan bergizi bagi balita sehingga status gizi
pun menjadi baik. Pendapat ini didukung oleh teori menurut Simanulang (2010) bahwa
informasi juga akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki penddikan rendah tetapi jika ia mendapatkan info yang baik dari
berbagai media seperti TV, radio atau surat kabar makalah itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Hal ini menunjukan bahwa meskipun pengetahuan bukan
merupakan faktor langsung mempengaruhi gizi anak, namun pengetahuan gizi ini
memiliki peran yang penting. Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup
khususnya tentang kesehatan anak, maka seorang ibu akan dapat mengetahui berbagai
macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari
pemecahannya (Notoadmodjo, 2003).
4. Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai