Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

PENGARUH KERUPUK EBI TERHADAP STATUS GIZI BADUTA

STUNTING DI DESA BANYUANYARA KECAMATAN

SANROBONE KABUPATEN TAKALAR 2022

Disusun Oleh:

Oleh :
Muhammad Syarifullah Hidayat Akidah
003010182022

Pembimbing :
Dr. Andi Nurlinda, S.KM, M. Kes

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi dalam dunia kependudukan masih dianggap sebagai

permasalahan utama. United Nations International Children's Emergency

Fund (UNICEF) memperkirakan 45,4 juta anak di bawah lima tahun secara

global mengalami kekurangan gizi akut (wasting) pada tahun 2020.

Di Indonesia, masalah gizi kurang pada baduta juga belum teratasi.

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2020-2024, telah ditetapkan target penurunan Prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada balita sebesar

14% dan prevalensi wasting (kurus/gizi kurang dan sangat kurus/gizi buruk)

sebesar 7% pada tahun 2024 (Kemenkes, 2020).

Sulawesi Selatan prevalensi status gizi balita gizi buruk dan gizi

kurang berdasarkan indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) merujuk

pada data Riskesdas 2018 yaitu gizi buruk sebanyak 6% dan gizi kurang

sebanyak 18,4% (Kemenkes, 2018).

Prevalensi berdasarkan Kabupaten/Kota kasus gizi kurang pada

tahun 2021 yaitu terdapat pada Kabupaten Takalar tertinggi ke ketiga di

Sulawesi Selatan sebanyak 34,7% dan menyusul Kabupaten Bone

sebanyak 34.1% (Kemenkes RI, 202

2
Dalam mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan salah satunya

adalah dengan pemenuhan gizi yang baik. Pada masa balita merupakan

kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena

dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi (Erty

Suksesty, 2020). Pengukuran status gizi didasarkan atas standar World

Health Organization (2005) dan telah ditetapkan pada Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.

Didalam peraturan tersebut menyebutkan bahwa status gizi balita dapat

diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Panjang

Badan (BB/PB ) (Kemenkes RI, 2021c). Baduta yang mengalami gizi

kurang diukur dengan Berat Badan menurut Umur (BB/U) dapat dikatakan

normal apabila standar deviasi antara minus 2 SD + 1 SD, dan dikatakan

stunting apabila standar deviasi kurang dari minus 2 SD + 3 SD (Kemenkes

RI, 2020).

Menurut UNICEF, keadaan gizi kurang juga merupakan efek yang

disebabkan oleh adanya penyakit penyerta serta asupan makanan inadekuat

(Zakia, 2019). Dalam Latinulu (2000) Penyakit infeksi pada balita

menyebabkan menurunnya status gizi pada balita, yaitu jumlah pangan yang

dikonsumsi dan keadaan kesehatan. Kekurangan pangan khususnya energi

dan protein dalam jangka waktu tersebut akan menyebabkan berat badan

anak yang menurun, yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun

sehingga muda terkena penyakit infeksi (Jayani, 2015). Salah satu penyakit

yang sering dialami balita adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

3
Penyakit ISPA merupakan contoh penyakit dengan durasi dan

frekuensi sakit yang berbeda-beda pada setiap anak. Menurut WHO (2016)

ISPA adalah salah satu penyakit menular dan penyebab kematian yang

terjadi pada anak di Negara Berkembang. Infeksi saluran pernapasan ini

menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak di bawah lima

tahun, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi pada setiap

tahunnya. Insiden ISPA di negara seperti Amerika, Afrika dan negara di

benua Asia pada tahun 2016 diperkirakan terjadi kematian di atas 40 per

1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia baduta

(Sabri,2019).

Menurut Departmen Kesehatan RI upaya pencegahan gizi kurang dan

gizi buruk sejak dahulu sudah ditingkatkan dengan berbagai cara salah

satunya yaitu pemberian makanan tambahan, khususnya pada balita gizi

kurang dan stunting serta upaya upaya lain dalam meningkatkan kembali

status gizi pada masyarakat. (Iskandar, 2017). Pemberian makanan

tambahan (PMT) untuk baduta merupakan suplementasi gizi dalam bentuk

makanan tambahan dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan

vitamin dan mineral dengan sasaran kelompok balita untuk pemulihan atau

pemenuhan status gizi (Kemenkes RI, 2017)

4
Dalam hal ini pemberian makanan tambahan untuk balita yaitu

kerupuk sigkong ebi, terbuat dari bahan dasar singkong, tanaman umbi-

umbian ini memiliki berbagai manfaat khususnya untuk balita selain kaya

akan karbohidrat singkong juga mengandung protein yang dapat

membantu tumbuh kembang balita (Rahayu, 2019). Singkong merupakan

tanaman penghasil umbi-umbian yang umum di seluruh dunia, terutama di

negara-negara berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Sejak

zaman dahulu, umbi singkong dikenal sebagai salah satu dari empat sumber

kalori terbesar di dunia. Pakan ternak dan daunnya juga dikonsumsi

sebagai sayuran yang tinggi protein, mineral, dan vitamin

(Palimbong, 2019). Mahmud (2009) menyatakan bahwa komponen kimia

dan gizi daging singkong dalam 100 g adalah protein 1 g; kalori 154 g;

karbohidrat 36,8 g; lemak 0,1 g (Adi, 2012).

Daun Singkong, Rukamana (1997) menyatakan Daun singkong

merupakan sumber karbohidrat yang berharga, dan sering digunakan

sebagai pengganti nasi di Indonesia. Manfaat kesehatan dari sayuran hijau

seperti daun singkong sangat besar. Tanaman ini memiliki kandungan nutrisi

yang cukup tinggi, antara lain flavonoid dan saponin yang memiliki sifat

anti inflamasi dan antibakteri. Kedua zat tersebut dapat menghambat

siklus inflamasi yaitu siklooksigenase dan lipoksigenase. Kandungan

vitamin C sebesar 275 mg terdapat pada setiap 100 gram daun singkong

(Rachman,2016)

5
Labu kuning biasanya ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman

sekunder saat mendekati musim kemarau. Labu kuning merupakan makanan

bergizi yang memiliki potensi. Buahnya mengandung berbagai nutrisi,

termasuk polisakarida, protein, asam amino esensial, karotenoid, dan

mineral (Furqan, 2018)

Ebi atau udang kering, dalam Direktorat Gizi (1981) udang

kering memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sebesar

62,4 % sehingga penambahan ebi dalam pembuatan bahan pangan akan

meningkatkan nilai proteinnya (Rosidah, 2016). Dan fortifikasi kerupuk

singkong dan ebi tentunya memiliki lebih banyak manfaat lagi bagi

baduta terutama pada baduta yang memiliki permasalahan gizi.

Food and Agriculture Organization of the World (FAO) menyatakan

bahwa salah satu bentuk perbaikan sistem pangan dan gizi suatu negara

adalah dengan mengembangkan pangan lokal berbasis tepung terigu sebagai

sumber utama kebutuhan energi dan protein. Berbagai upaya dilakukan

untuk mengatasi masalah pangan dan gizi melalui pemanfaatan

berkelanjutan berbagai produk komoditas lokal negara sebagai sumber

suplemen gizi dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi (Feyssa,

2011).

Berdasarkan pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Takalar (2022) menunjukkan bahwa Puskesmas Sandrobone Kecematan

Sandrobone memiliki data kasus

6
permasalahan gizi tertinggi sebanyak 68 balita dengan jumlah balita yang

telah diukur sebanyak 217 balita.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa dengan pemberian PMT

kepada balita gizi kurang didapatkan perubahan status gizi pada balita

(Erty Suksesty, 2020). Berdasarkan uraian fakta tersebut maka peneliti

tertarik melakukan penelitian pemberian PMT untuk mengatahui pengaruh

kerupuk singkong ebi terhadap status gizi baduta di Desa Banyuanyara

Kecamatan Sandrobone Kabupaten Takalar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah


pokok adalah: “Bagaimana pengaruh berat badan sebelum dan sesudah
perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Kerupuk Singkong Ebi

Terhadap Status Gizi Baduta Stunting Di Wilayah Kerja

7
Pueskesmas Sandrobone Kecematan Sandrobone Kabupaten Takalar

Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh berat badan sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

eksperimen atau percobaan (experiment research) yang bertujuan untuk

mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari

adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus penelitian eksperimen adalah

adanya eksperimen atau percobaan. Eksperimen tersebut berupa perlakuan

atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari perlakuan ini

diharapkan akan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel

terikat.

Desain (rancangan) penelitian yang digunakan adalah rancangan

penelitian eksperimen semu (Quasi Ekxperimental). Bentuk rancangan

penelitian ini yang digunakan “Two Group Pretest – Postest” yang

mana pada desain ini terdapat pretes sebelum diberi perlakuan. Dengan

demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum intervensi. subyek penelitian

kedua kelompok diberi PMT/kelompok percobaan diberi kerupuk

singkong ebi selama 30 hari (Abdullah, 2021) dan kelompok intervensi

diberikan PMT dari Dapur Sehat program kerja dari posyandu.

8
Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Group Pretest Independent Post test

Intervensi 1 O1 X O2

Intervensi 2 O2 Y O2

Keterangan :

X :Intervensi 1 (Pemberian Kerupuk Singkong Ebi 25 g Setiap Hari) Y

:Intervensi 2 (Pemberian Makanan Tambahan DahShat)

O1 : Nilai Pretest (Status Gizi Sebelum Intervensi) O2

: Nilai Posttest (Status Gizi Sesudah Intervensi)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuanyara Kecamatan

Sanrobone Kabupaten Takalar

3. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berada di Desa

Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar. Populasi balita

usia 6-24 bulan pada wilayah Desa Banyuanyara Kecematan Sanrobone

Kabupaten Takalar adalah sebanyak 271 balita dengan 68 orang kasus

balita yang mengalami permasalahan gizi dan 27 balita yang termasuk

dalam kriteria penelitian.

4. Sampel dan Besaran Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang mengalami keadaan

gizi yang tidak normal dan berada di wilayah Desa Banyuanyara

Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar. Tehnik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah Quasi

9
Experimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling,

dimana jumlah sampel sama dengan populasi karena jumlah populasi yang

kurang dari 100, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel. Tujuan dari

penelitian ini untuk mnegetahui pengaruh kerupuk singkong ebi terhadap

status gizi balita stunting di Desa Banyuanyara Kecematan Sandrobone

Kabupaten Takalar.

5. Cara Mengambil Sampel

Cara pengambilan sampel yaitu berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan oleh peneliti, sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi :

a. Balita berumur 6-24 bulan

b. Berada di tempat saat penelitian c.

Bersedia dijadikan responden

d. Klien mengalami masalah gizi kurang e.

Klien mengalami masalah stunting

f. Tidak memlilki alergi makanan dan minuman

2. Kriteria eksklusi :

a. Penderita tidak mengalami kurang gizi

b. Penderita berumur dibawah 6 bulan dan sudah berusia diatas

24 bulan

c. Tidak bersedia menjadi responden d.

Klien tidak mengalami masalah gizi e.

Tidak hadir saat intervensi awal

f. Alergi makanan dan minuman

10
6. Pengumpulan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka

atau laporan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian

langsung terhadap obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui

kuesioner penelitian dari responden pada balita.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber

antara lain melalui dokumentasi atau laporan tertulis lainnya yang

diperoleh dari puskesmas berupa profil puskesmas, studi pustaka,

internet, data instansi terkait yang terkait dengan penelitian ini yang

dijadikan sebagai data pelengkap terhadap data primer yang berkaitan

dengan penelitian.

7. Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengolahan Data a.

Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperolehkan atau

dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih

11
dahulu. Kalau tenyata masih ada data atau informasi yang tidak

lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka

kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

b. Coding Sheet (membuat lembaran kode atau kartu kode) Lembaran

atau kartu kode adalah instrument berupa

kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu

kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

c. Data entry (memasukan data)

Data entry yakni mengisi kolom atau kotak lembar atau

kartu kode sesuai dengan mmmjawaban masing- masing

pertanyaan. Dalam pengentrian data ini dilakukan tabulasi yakni

membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

menggambarkan karakteristik masing-masing variabel penelitian.

Bentuk analisis univariat tergantung pada jenis datanya. Secara

umum analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

berupa distribusi umur, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan.

12
b. Analisis bivariat

Apabila telah dilakukan analisa univariat akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan

menggunakan uji statistik dengan uji normalitas terlebih

dahulu untuk menentukan uji selanjutnya.

E. Hasil

Hasil penelitian diperoleh dengan data primer yaitu dengan melalui

pengukuran Panjang Badan (PB) baduta dengan dengan menggunakan

lenghtboard dan Berat Badan menggunakan timbangan dacin, serta

menggunakan koesioner untuk mengamati perkembagan kognitif baduta,

sedangkan data sekunder terdiri dari

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen research dengan

rancangan penelitian eksperimen semu (Quasi eksperimental) bentuk

rancangan dengan menggunakan two group Pretest-Postest yang dilakukan

di Desa Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus.

Data disajikan dalam bentuk distribusi frekeunsi yang

meliputi karakteristik Responden (Analisis Univariat), hasil ananlisis data

untuk menentukan besar dan eratnya hubungan antara variable

dependen dan independent (Analisis Bivariat). Dengan menggunakan uji T

test.

13
1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Orang Tua

Karakteristik orang tua terdiri dari pendidikan dan

pekerjaan orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok eksperimen jumlah tingkat

pendidikan orang tua baduta paling tinggi adalah SMA yaitu 57,1% (8 orang)

dan tingkat pendidikan orang tua paling rendah adalah SD, D3, dan S1

yaitu 14,3% (2 orang). Sedangkan pada kelompok kontrol tingakt pendidikan

orang tua paling tertinggi adalah SMA yaitu 53,8% (7 orang) dan tingkat

pendidikan terendah adalah SD dan SMP yaitu 23,1% (3 orang).

14
Pekerjaan orag tua pada kedua kelompok yang paling tinggi adalah pada

kelompok eksperimen adalah IRT yaitu 85,8% (12 orang), sedangkan

pekerjaan paling rendah pada kelompok eksperimen adalah perawat dan

pedagang yaitu 7,1 (1 orang). Sedangkan pada kelompok kontrol pekerjaan orang

tua tertinggi terdapat IRT sebesar 84,6% (12 orang) dan pekerjaan orang tua

yang paling rendah adalah pedagang sebesar 15,4% (1 orang).

b. Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel terdiri dari jenis kelamin baduta, anak ke-,

dan umur

15
Pada tabel diatas, jenis kelamin pada kelompok eksperimen

didominasi oleh laki laki sebesar 71,4% (10 orang) dan pada jenis

kelamin perempuan sebesar 28,6 (4 orang). Sedangkan jenis kelamin laki

laki pada kelompok kontrol sebesar 46,2% (6 orang) lebih rendah

daripada jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53,8% (7 orang).

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada kelompok

eksperimen anak perama tertinggi sebanyak 7 baduta dengan presentase

50,0% dan terendah terdapat pada anak ke empat dan kelima yaitu

sebanyak 1 orang dengan presnetase 7,1%. Sedangkan pada

kleompok kontrol tertinggi terdapat pada anak pertama sebanyak 7

baduta dengan presentase 53,8% dan terendah terdapat pada anak ke

empat yaitu 7,7% (1 orang).

16
Berdasarkan tabel 5.5 kelompok eksperimen pada kelompok umur

10-14 bulan terdapat 4 baduta dengan presentase 28,6%, kelompok umur

15-19 dan 20-24 bulan terdapat presentase yang sama yaitu 35,7%

sebanyak 5 baduta. Sedangkan pada kelompok kontrol kelompok umur

0-9 bulan terdapat 1 baduta dengan presentase 7,7%, kelompok umur 10-

14 dan 15-19 bulan terdapat persamaan yaitu 3 baduta dengan

presentase 23,1% dan kelompok umur 20-24 bulan sebanyak 6 orang

dengan presentase 46,2%

c. Uji Normalitas
.

Berdasarakan tabel output Test of Normality pada berat badan

diketahui nilai sig, untuk pre-test dan post-test >0.05 maka diterima
17
yaitu masing-masing 0,452 dan 0,517 artinya pre-test dan post-test berat

badan berdistribusi normal. Pada panjang badan baduta masing-masing

pre test dan post test sebesar 0,348 dan 0,335 maka >0.05 maka

menunjukkan panjang badan berdistribusi normal.

Uji normalitas pada kelompok kontrol pada variabel berat badan

menunjukkan bahwa rata-rata nilai pre-test memiliki nilai p adalah 0.967

dan nilai post-test menunjukkan nilai p adalah 0.782, apabila nilai p

>0.05, menunjukkan data tersebut normal yakni mengalami peningkatan

stabil.

Pada uji normalitas panjang badan menunjukkan bahwa rata-rata

nilai pre-test dan post-test masing-masing memilki nilai p 0,008 dan 0,010,

apabila nilai p >0.05 maka menunjukkan data tersebut terdistribusi normal.

2. Analisis Bivariat

Setelah dilakukan analisis univariat, selanjutnya dilakukan analisis

bivariat untuk melihat hubungan antara varaibel independen yaitu

pemberian kerupuk singkong ebi dan dependen yaitu berat badan,

panjang badan, dan frekuensi sakit untuk menilai hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan computer program SPSS.

18
Analisa dilakukan terhadap tiap tiap variabel independen dan

variabel dependen dengan menggunakan uji statistic. Apabila nilai p>

dari alpa 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya komsumsi

kerupuk singkong ebi tidak berpengaruh terhadap berat badan, panjang

badan, dan frekuensi sakit. Tetapi jika nilai p<0,05 maka Ha diterima

dan Ho ditolak, artinya kerupuk singkong ebi berpengaruh terhadap berat

badan dan panjang badan.

Pengaruh Kerupuk Singkong Ebi Terhadap Berat Badan

nilai p terhadap uji perbedaan berat badan pada kelompok eksperimen

pada baduta di Desa Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten

Takalar Tahun 2022 memiliki hasil yaitu 0,000, yang berarti <0,05

memilki makna berpengaruh. Nilai p pada uji perbedaan pre dan post

test pada kelompok kontrol baduta di Desa Banyuanyara Kecamatan

Sanrobone Kabupaten Takalar Tahun 2022 memilki hasil yaitu

0,131 yang berarti nilai p nilai berada >0,05 memiliki makna

berpengaruh tapi tidak signifikan.

19
BAB II

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuanyara dengan rentan usia 6-24

bulan. Baduta dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yang diberikan kerupuk singkong ebi dan makanan

tambahan dari Dapur Sehat, kelompok intervensi dan kelompok kontrol

terdiri dari baduta dengan status gizi kurang. Jumlah sampel sebanyak 27 orang

baduta dengan rincian 14 orang kelompok intervensi dan 13 orang kelompok

kontrol. Kelompok intervensi diberikan kerupuk singkong ebi sebanyak 25

gram/hari, sementara kelompok kontrol diberikan makanan tambahan per

minggu.

1. Karakteristik Ibu

Berdasarkan tabel kelompok eksperimen jumlah tingkat pendidikan

orang tua baduta paling tinggi adalah SMA yaitu 57,1% (8 orang) dan

tingkat pendidikan orang tua paling rendah adalah SD, D3, dan S1 yaitu 14,3%

(2 orang). Sedangkan pada kelompok kontrol tingkat pendidikan orang tua paling

tertinggi adalah SMA yaitu 53,8% (7 orang) dan tingkat pendidikan terendah

adalah SD dan SMP yaitu 23,1% (3 orang).

Menurut WHO ( 2011) anak balita yang mempunyai status gizi tidak

baik diasumsikan karena orang tua balita kurang memperhatikan asupan gizi

anak serta kesehatan anak dan dapat juga disebabkan adanya penyakit atau

infeksi yang semakin menambah buruk kondisi kesehatan anak sehingga

pertumbuhan anak tidak baik. Dari hasil penelitian (Shulhaeni, 2016)

menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan pendidikan ibu dengan status gizi

balita.

20
Pekerjaan orag tua pada kedua kelompok yang paling tinggi adalah pada

kelompok eksperimen adalah IRT yaitu 85,8% (12 orang), sedangkan pekerjaan

paling rendah pada kelompok eksperimen adalah perawat dan pedagang yaitu 7,1

(1 orang). Sedangkan pada kelompok kontrol pekerjaan orang tua

tertinggi terdapat IRT sebesar 84,6% (12 orang) dan pekerjaan orang tua yang

paling rendah adalah pedagang sebesar 15,4% (1 orang).

Anak usia 6-24 bulan merupakan kelompok yang banyak menderita gizi

buruk. Banyak faktor yang menyebabkan anak kurang gizi, mulai dari asupan

gizi, pengasuhan kurang memadai, kurang tersedia pangan tingkat rumah tangga

dan higiene sanitasi yang kurang baik, pengasuhan yang kurang memadai dapat

dilihat dari tingkat pengetahuan, status pekerjaan (Amalia, 2021).

2. Karakteristik Baduta

Jenis kelamin pada kelompok eksperimen didominasi oleh laki laki

sebesar 71,4% (10 orang) dan pada jenis kelamin perempuan sebesar 28,6 (4

orang). Sedangkan jenis kelamin laki laki pada kelompok kontrol sebesar

46,2% (6 orang) lebih rendah daripada jenis kelamin perempuan yaitu sebesar

53,8% (7 orang).

Jika dilihat dari data tersebut laki laki lebih banyak mengalami

stunting dibandingkan dengan perempuan. Menurut Almatsier (2004) perempuan

lebih banyak jaringan lemak dan jaringan otot lebih sedikit daripada laki-laki.

Secara metabolik, otot lebih aktif jika dibandingkan dengan lemak, sehingga

secara proporsional otot akan memerlukan energi lebih tinggi daripada lemak,

dengan demikian, laki-laki dan perempuan dengan tinggi badan, berat badan

dan umur yang sama memiliki komposisi tubuh yang berbeda, sehingga

kebutuhan energi dan gizinya juga akan berbeda. Jenis kelamin menentukan

21
besarnya kebutuhan gizi bagi seseorang sehingga terdapat keterkaitan antara

status gizi dan jenis kelamin. Perbedaan besarnya kebutuhan gizi tersebut

dipengaruhi karena adanya perbedaan komposisi tubuh antara laki-laki dan

perempuan. Sehingga jumlah asupan yang harus dikonsumsi pun lebih banyak

(Angelina et al., 2019)

Kelompok eksperimen anak pertama tertinggi sebanyak 7 baduta dengan

presentase 50,0% dan terendah terdapat pada anak ke empat dan kelima yaitu

sebanyak 1 orang dengan presnetase 7,1%. Sedangkan pada kleompok kontrol

tertinggi terdapat pada anak pertama sebanyak 7 baduta dengan presentase 53,8%

dan terendah terdapat pada anak ke empat yaitu 7,7% (1 orang)

Pengaruh Kerupuk Singkong Ebi terhadap Berat Badan

Nilai p terhadap uji perbedaan berat badan pada kelompok eksperimen

pada baduta di Desa Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar

Tahun 2022 memiliki hasil yaitu 0,000, yang berarti <0,05 memiliki makna

pengaruh.

Pada kelompok eksperimen makanan tambahan baduta adalah suplemen

gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk kerupuk singkong ebi yang kaya

akan karbohidrat, protein, dan vitamin yang diberikan kepada anak baduta usia 6-

24 bulan dengan kategori stunting untuk mencukupi kebutuhan gizi. Hasil

penelitian menunjukkan adanya pengaruh terhadap berat badan balita yang

diberikan kerupuk singkong ebi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Verawati et al.,

2021) yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pemberian

makanan tambahan dengan peningkatan berat badan baduta. Kandungan gizi

yang terdapat pada kerupuk singkong ebi seperti karbohidat, lemak, protein yang

dapat menambah berat badan pada baduta, hal ini sesuai dengan penelitian

22
(Farihani et al., 2022) bahwa pemberian makanan tambahan dengan yang kaya

akan protein, karbohidrat, dan lemak dapat menambah berat badan secara

signifikan. Pengaruh yang bermakna dilihat pada perubahan berat badan balita

yang gizi kurang setelah dilakukan modifikasi makanan dan memperhatikan

asupan makanan anak sehari-sehari (K et al., 2020).

Nilai p pada uji perbedaan pre dan post test pada kelompok kontrol

baduta di Desa Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Tahun

2022 memilki hasil yaitu >0,131 yang berarti nilai p nilai berada >0,05 memiliki

makna berpengaruh tetapi tidak seginifikan. Pada kelompok kontrol pemberian

makanan tambahan program juga memberikan pengaruh pada baduta stuting di

Desa Banyuanyara, namun tidak signifikan ini bisa terjadi karena beberapa faktor

seperti, makanan tambahan yang awalnya di programkan per minggu berubah

jadwal menjadi per dua minggu, yang sudah berjalan dua minggu. Dan makanan

tambahan yang diberikan untuk usia baduta tidak sesuai, seperti memberikan nasi

sedangkan pada kelompok kontrol terdapat baduta yang berusia 7 bulan, menurut

peneliti makanan tambahan tersebut kebanyakan di komsumsi oleh orang tua

sampel

23
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai komsumsi

kerupuk singkong ebi terhadap status gizi baduta stunting di Desa Banyuanyara

Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Tahun 2022 diperoleh kesimpulan

bahwa terdapat pengaruh komsumsi kerupuk singkong ebi terhadap berat badan

baduta pada kelompok eksperimen (p = 0,000)

Saran

Lewat penelitian ini peneliti ingin menyampaikan beberapa saran:

1. Kepada instansi terkait perlu melakukan program pemberian kerupuk singkong

ebi untuk mengatasi dan memperabaiki masalah gizi pada baduta stunting di

Desa Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

2. Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel yang berbeda dengan

waktu yang lebih lama agar terlihat jelas peningkatan berat badan di Desa

Banyuanyara Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar dengan melakukan

beberapa formulasi dan modisikasi pada tahap intervensi baik dari segi

komposisi, bentuk, tekstur, dan aroma yang dapat membuat sampel lebih tertarik

untuk mengomsumsi kerupuk singkong ebi.

24
25

Anda mungkin juga menyukai