Disusun Oleh:
Oleh :
Muhammad Syarifullah Hidayat Akidah
003010182022
Pembimbing :
Dr. Andi Nurlinda, S.KM, M. Kes
PROGRAM PASCASARJANA
MAKASSAR
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fund (UNICEF) memperkirakan 45,4 juta anak di bawah lima tahun secara
14% dan prevalensi wasting (kurus/gizi kurang dan sangat kurus/gizi buruk)
Sulawesi Selatan prevalensi status gizi balita gizi buruk dan gizi
pada data Riskesdas 2018 yaitu gizi buruk sebanyak 6% dan gizi kurang
2
Dalam mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan salah satunya
adalah dengan pemenuhan gizi yang baik. Pada masa balita merupakan
kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena
diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Panjang
kurang diukur dengan Berat Badan menurut Umur (BB/U) dapat dikatakan
RI, 2020).
menyebabkan menurunnya status gizi pada balita, yaitu jumlah pangan yang
dan protein dalam jangka waktu tersebut akan menyebabkan berat badan
sehingga muda terkena penyakit infeksi (Jayani, 2015). Salah satu penyakit
yang sering dialami balita adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
3
Penyakit ISPA merupakan contoh penyakit dengan durasi dan
frekuensi sakit yang berbeda-beda pada setiap anak. Menurut WHO (2016)
ISPA adalah salah satu penyakit menular dan penyebab kematian yang
tahun, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi pada setiap
benua Asia pada tahun 2016 diperkirakan terjadi kematian di atas 40 per
1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia baduta
(Sabri,2019).
gizi buruk sejak dahulu sudah ditingkatkan dengan berbagai cara salah
kurang dan stunting serta upaya upaya lain dalam meningkatkan kembali
vitamin dan mineral dengan sasaran kelompok balita untuk pemulihan atau
4
Dalam hal ini pemberian makanan tambahan untuk balita yaitu
kerupuk sigkong ebi, terbuat dari bahan dasar singkong, tanaman umbi-
umbian ini memiliki berbagai manfaat khususnya untuk balita selain kaya
zaman dahulu, umbi singkong dikenal sebagai salah satu dari empat sumber
dan gizi daging singkong dalam 100 g adalah protein 1 g; kalori 154 g;
seperti daun singkong sangat besar. Tanaman ini memiliki kandungan nutrisi
yang cukup tinggi, antara lain flavonoid dan saponin yang memiliki sifat
vitamin C sebesar 275 mg terdapat pada setiap 100 gram daun singkong
(Rachman,2016)
5
Labu kuning biasanya ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman
singkong dan ebi tentunya memiliki lebih banyak manfaat lagi bagi
bahwa salah satu bentuk perbaikan sistem pangan dan gizi suatu negara
2011).
6
permasalahan gizi tertinggi sebanyak 68 balita dengan jumlah balita yang
kepada balita gizi kurang didapatkan perubahan status gizi pada balita
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
7
Pueskesmas Sandrobone Kecematan Sandrobone Kabupaten Takalar
Tahun 2022
2. Tujuan Khusus
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari
terikat.
mana pada desain ini terdapat pretes sebelum diberi perlakuan. Dengan
8
Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Intervensi 1 O1 X O2
Intervensi 2 O2 Y O2
Keterangan :
2. Lokasi Penelitian
3. Populasi
9
Experimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling,
dimana jumlah sampel sama dengan populasi karena jumlah populasi yang
kurang dari 100, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel. Tujuan dari
Kabupaten Takalar.
1. Kriteria Inklusi :
2. Kriteria eksklusi :
24 bulan
10
6. Pengumpulan Sumber Data
kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka
atau laporan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari:
1. Data primer
2. Data sekunder
internet, data instansi terkait yang terkait dengan penelitian ini yang
dengan penelitian.
sebagai berikut:
1. Pengolahan Data a.
Editing
11
dahulu. Kalau tenyata masih ada data atau informasi yang tidak
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
12
b. Analisis bivariat
E. Hasil
test.
13
1. Analisis Univariat
kontrol.
pendidikan orang tua baduta paling tinggi adalah SMA yaitu 57,1% (8 orang)
dan tingkat pendidikan orang tua paling rendah adalah SD, D3, dan S1
orang tua paling tertinggi adalah SMA yaitu 53,8% (7 orang) dan tingkat
14
Pekerjaan orag tua pada kedua kelompok yang paling tinggi adalah pada
pedagang yaitu 7,1 (1 orang). Sedangkan pada kelompok kontrol pekerjaan orang
tua tertinggi terdapat IRT sebesar 84,6% (12 orang) dan pekerjaan orang tua
b. Karakteristik Sampel
dan umur
15
Pada tabel diatas, jenis kelamin pada kelompok eksperimen
didominasi oleh laki laki sebesar 71,4% (10 orang) dan pada jenis
50,0% dan terendah terdapat pada anak ke empat dan kelima yaitu
16
Berdasarkan tabel 5.5 kelompok eksperimen pada kelompok umur
15-19 dan 20-24 bulan terdapat presentase yang sama yaitu 35,7%
0-9 bulan terdapat 1 baduta dengan presentase 7,7%, kelompok umur 10-
c. Uji Normalitas
.
diketahui nilai sig, untuk pre-test dan post-test >0.05 maka diterima
17
yaitu masing-masing 0,452 dan 0,517 artinya pre-test dan post-test berat
pre test dan post test sebesar 0,348 dan 0,335 maka >0.05 maka
stabil.
nilai pre-test dan post-test masing-masing memilki nilai p 0,008 dan 0,010,
2. Analisis Bivariat
18
Analisa dilakukan terhadap tiap tiap variabel independen dan
badan, dan frekuensi sakit. Tetapi jika nilai p<0,05 maka Ha diterima
Takalar Tahun 2022 memiliki hasil yaitu 0,000, yang berarti <0,05
memilki makna berpengaruh. Nilai p pada uji perbedaan pre dan post
19
BAB II
PEMBAHASAN
bulan. Baduta dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
terdiri dari baduta dengan status gizi kurang. Jumlah sampel sebanyak 27 orang
minggu.
1. Karakteristik Ibu
orang tua baduta paling tinggi adalah SMA yaitu 57,1% (8 orang) dan
tingkat pendidikan orang tua paling rendah adalah SD, D3, dan S1 yaitu 14,3%
(2 orang). Sedangkan pada kelompok kontrol tingkat pendidikan orang tua paling
tertinggi adalah SMA yaitu 53,8% (7 orang) dan tingkat pendidikan terendah
Menurut WHO ( 2011) anak balita yang mempunyai status gizi tidak
baik diasumsikan karena orang tua balita kurang memperhatikan asupan gizi
anak serta kesehatan anak dan dapat juga disebabkan adanya penyakit atau
menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan pendidikan ibu dengan status gizi
balita.
20
Pekerjaan orag tua pada kedua kelompok yang paling tinggi adalah pada
kelompok eksperimen adalah IRT yaitu 85,8% (12 orang), sedangkan pekerjaan
paling rendah pada kelompok eksperimen adalah perawat dan pedagang yaitu 7,1
tertinggi terdapat IRT sebesar 84,6% (12 orang) dan pekerjaan orang tua yang
Anak usia 6-24 bulan merupakan kelompok yang banyak menderita gizi
buruk. Banyak faktor yang menyebabkan anak kurang gizi, mulai dari asupan
gizi, pengasuhan kurang memadai, kurang tersedia pangan tingkat rumah tangga
dan higiene sanitasi yang kurang baik, pengasuhan yang kurang memadai dapat
2. Karakteristik Baduta
sebesar 71,4% (10 orang) dan pada jenis kelamin perempuan sebesar 28,6 (4
orang). Sedangkan jenis kelamin laki laki pada kelompok kontrol sebesar
46,2% (6 orang) lebih rendah daripada jenis kelamin perempuan yaitu sebesar
53,8% (7 orang).
Jika dilihat dari data tersebut laki laki lebih banyak mengalami
lebih banyak jaringan lemak dan jaringan otot lebih sedikit daripada laki-laki.
Secara metabolik, otot lebih aktif jika dibandingkan dengan lemak, sehingga
secara proporsional otot akan memerlukan energi lebih tinggi daripada lemak,
dengan demikian, laki-laki dan perempuan dengan tinggi badan, berat badan
dan umur yang sama memiliki komposisi tubuh yang berbeda, sehingga
kebutuhan energi dan gizinya juga akan berbeda. Jenis kelamin menentukan
21
besarnya kebutuhan gizi bagi seseorang sehingga terdapat keterkaitan antara
status gizi dan jenis kelamin. Perbedaan besarnya kebutuhan gizi tersebut
perempuan. Sehingga jumlah asupan yang harus dikonsumsi pun lebih banyak
presentase 50,0% dan terendah terdapat pada anak ke empat dan kelima yaitu
tertinggi terdapat pada anak pertama sebanyak 7 baduta dengan presentase 53,8%
Tahun 2022 memiliki hasil yaitu 0,000, yang berarti <0,05 memiliki makna
pengaruh.
gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk kerupuk singkong ebi yang kaya
akan karbohidrat, protein, dan vitamin yang diberikan kepada anak baduta usia 6-
diberikan kerupuk singkong ebi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Verawati et al.,
yang terdapat pada kerupuk singkong ebi seperti karbohidat, lemak, protein yang
dapat menambah berat badan pada baduta, hal ini sesuai dengan penelitian
22
(Farihani et al., 2022) bahwa pemberian makanan tambahan dengan yang kaya
akan protein, karbohidrat, dan lemak dapat menambah berat badan secara
signifikan. Pengaruh yang bermakna dilihat pada perubahan berat badan balita
Nilai p pada uji perbedaan pre dan post test pada kelompok kontrol
2022 memilki hasil yaitu >0,131 yang berarti nilai p nilai berada >0,05 memiliki
Desa Banyuanyara, namun tidak signifikan ini bisa terjadi karena beberapa faktor
jadwal menjadi per dua minggu, yang sudah berjalan dua minggu. Dan makanan
tambahan yang diberikan untuk usia baduta tidak sesuai, seperti memberikan nasi
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat baduta yang berusia 7 bulan, menurut
sampel
23
Kesimpulan
kerupuk singkong ebi terhadap status gizi baduta stunting di Desa Banyuanyara
bahwa terdapat pengaruh komsumsi kerupuk singkong ebi terhadap berat badan
Saran
ebi untuk mengatasi dan memperabaiki masalah gizi pada baduta stunting di
waktu yang lebih lama agar terlihat jelas peningkatan berat badan di Desa
beberapa formulasi dan modisikasi pada tahap intervensi baik dari segi
komposisi, bentuk, tekstur, dan aroma yang dapat membuat sampel lebih tertarik
24
25