W4
DOI: https://doi.org/10.36729
ABSTRAK
Latar Belakang: Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrien selama 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Hal ini menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang irreversible, sehingga
menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja. Berat badan lahir,
status pemberian ASI eksklusif dan status imunisasi merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaru
hiprevalensi stunting. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir, status pemberian ASI eksklusif
dan status imunisasi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Penyandingan Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2022. Metode: Penelitian
ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Penyandingan Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kabupaten Ogan
Komering Ulu Tahun pada bulan Januari 2022. Populasinya yaitu seluruh ibu yang memiliki balita usia 24 -60
bulan. Penelitian ini menggunakan metode observasi yang bersifat studi analitik dengan pendekatan case-control.
Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive samplingdengan jumlah 158 responden. Instrumen
penelitian ini menggunakan kuesioner dan microtoise/pita meteran. Hasil: Analisis bivariat menggunakan uji
chi-square pada variabel berat badan lahir didapatkan p-value=1,000, status ASI Eksklusif p-value=0,728 dan
status imunisasi didapatkan p-value=0,327. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir, status pemberian ASI
eksklusif dan status imunisasi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan di Puskesmas Penyandingan
Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2022. Saran: Semua pihak terkait agar
berkolaborasi menerapkan kebijakan untuk mengurangi risiko stunting agar masyarakat mendapatkan pendidikan
yang berkualitas, dan dapat memberikan asupan nutrien yang seimbang dan meningkatkan derajat kesehatan
anak.
Kata Kunci: Stunting, Berat Badan Lahir, ASI Eksklusif, Imunisasi, Balita
ABSTRACT
Background: Stunting in children is the impact of nutrient deficiency during the first 1000 days of life. This
causes irreversible physical development disorders of children, resulting in a decrease in cognitive and motor
abilities as well as a decrease in work performance. Birth weight, exclusive breastfeeding status and
immunization status are several factors that can affect the prevalence of stunting. Objective: To determine the
relationships of birth weight, exclusive breastfeeding status and immunization status towards the incidence of
stunting in toddlers aged 24-60 months in the working area of Penyanding Public Health Center, District of
Sosoh Buay Rayap, Ogan Komering Ulu Regency in 2022. Method: This research was conducted in the work
area of the Pairing Health Center, Sosoh Buay Termite District, Ogan Komering Ulu Tahun Regency in January
2022. The population is all mothers who have toddlers aged 24-60 months. This was analytical observational
study with a case control approach. This study used consecutive sampling technique, with a total sample of 158
respondents. The research instruments were a questionnaire and a microtoise/meter tape. Results: The results of
bivariate analysis by using the chi-square test showed that the p-value of birth weight variable was 1,000, the p-
value of exclusive breastfeeding status was 0,728 and the p-value of immunization status was 0,327. There was
no significant relationship of birth weight, exclusive breastfeeding status and immunization status towards the
incidence of stunting in toddlers aged 24-60 months at Penyanding Public Health Center, District of Sosoh Buay
Rayap, Ogan Komering Ulu Regency in 2022. Suggestion: All relevant parties must collaborate to implement
policies to reduce the risk of stunting so that the community gets quality education, and can provide balanced
nutrition intake and improve children's health.
Menurut penelitian Nova dan dengan kejadian stunting pada batita usia
Afriyanti (2018) di Puskesmas Lubuk 24-36 bulan di Desa Watugajah,
Buaya Kota Padang, pada kelompok balita Kabupaten Gunung Kidul.
umur 24-59 bulan terdapat sebesar 60% Penelitian yang dilakukan di
diantaranya memiliki berat badan lahir Wilayah Tambang Poboya Kota Palu juga
rendah. Kejadian stunting pada balita usia menunjukkan hasil bahwa status imunisasi
24-59 bulan dengan berat badan lahir yang tidak lengkap yaitu 52,4% pada
memiliki hubungan yang signifikan kelompok kasus dan 22,2% pada kelompok
(p=0,002). Begitupun dengan penelitian kontrol ada hubungan dengan kejadian
Setiawan (2018) di wilayah kerja stunting dimana nilai OR=3,850 (CI 95%
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang 1,358-10,916), yang artinya bahwa anak
Timur Kota Padang menunjukkan bahwa yang tidak mendapatkan imunisasi dasar
Berat Badan Lahir (BBL) anak memiliki lengkap beresiko 3,850 kali lebih besar
hubungan yang bermakna dengan kejadian untuk menderita stunting dibandingkan
stunting pada balita usia 24-59 bulan dengan balita yang mendapatkan imunisasi
(p=0,016). dasar lengkap (Agustia et al, 2018).
Menurut Pusat Data dan Informasi Berdasarkan penelitian Juwita dkk
(Pusdatin) tahun 2018 gagalnya pemberian (2019) di Kabupaten Pidie menunjukkan
ASI eksklusif menjadi salah satu faktor bahwa anak dengan riwayat imunisasi
terjadinya stunting. Secara nasional, dasar lengkap cenderung tidak mengalami
cakupan pemberian ASI eksklusif pada stunting yaitu sejumlah 31 balita (35,2%),
tahun 2017 adalah 61,33%, cakupan di sedangkan anak dengan riwayat imunisasi
Provinsi Sumatera Selatan masih dibawah dasar tidak lengkap, cenderung mengalami
rata-rata yaitu 60,36%. Menurut penelitian stunting yaitu sejumlah 34 balita (38,6%).
Handayani dkk (2019), balita yang Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh
diberikan ASI eksklusif cenderung tidak nilai p<0,05 (p-value=0,000) yang
mengalami stunting dengan kata lain membuktikan bahwa terdapat hubungan
semakin baik pemberian ASI secara yang signifikan antara kelengkapan
eksklusif pada anak usia 0-24 bulan maka imunisasi dasar dengan kejadian stunting
semakin baik pula pertumbuhan pada anak pada balita di Kabupaten Pidie.
berdasarkan tinggi badan pada usia 24-36 Penelitian yang dilakukan oleh
bulan. Uji chi square menunjukkan nilai Swathma (2016) menunjukkan hasil bahwa
p=0,000 (p<0,05) dan nilai r=0,609 artinya balita dengan imunisasi dasar tidak
ada hubungan pemberian ASI eksklusif lengkap mempunyai resiko mengalami
maka Kabupaten OKU melakukan analisis badan lahir, status pemberian ASI eksklusif
situasi untuk mengetahui angka prevalensi dan status imunisasi, sedangkan variabel
stunting di Kabupaten OKU. dependen adalah kejadian stunting.
Berdasarkan analisis situasi Populasi dalam penelitian ini adalah
tersebut didapatlah bahwa ada 3 puskesmas seluruh ibu yang memiliki balita usia 24-60
diKabupaten OKU yang memiliki jumlah bulan di wilayah kerja Puskesmas
prevalensi stunting lebih tinggi dari Penyandingan Kecamatan Sososh Buay
puskesmas yang lain pada tahun 2020. Rayap Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Adapun puskesmas-puskesmas tersebut berjumlah 736 orang dengan sampel
adalah Puskesmas Penyandingan sebanyak berjumlah 158 orang yang terbagi menjadi
56 orang (23,39%), Puskesmas 2 kelompok yaitu kelompok kasus (ibu
Pengandonan sebanyak 44 orang (22,48%), yang memiliki balita usia 24-60 bulan
dan Puskesmas Mendingin sebanyak 28 dengan stunting sebanyak 79 orang) dan
orang (20,12%). Per 31 Oktober 2021 kelompok kontrol (ibu yang memiliki
jumlah balita stunting di wilayah balita usia 24-60 bulandengan tinggi
Puskesmas Penyandingan berjumlah 129 normal sebanyak 79 orang).
orang (11%). Berdasarkan data-data di atas Penelitian ini dilakukan pada bulan
maka peneliti tertarik untuk meneliti Januari 2022 di UPTD Puskesmas
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyandingan Kecamatan Sosoh Buay
Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Rayap Kabupaten OKU. Data dianalisis
Puskesmas Penyandingan Kecamatan dengan analisis univariat untuk
Sosoh Buay Rayap Kabupaten OKU Tahun menjelaskan karakteristik masingmasing
2022. variabel yang diteliti dengan menggunakan
distribusi frekuensi dalam ukuran
METODE PENELITIAN persentase, dan analisis bivariat untuk
Penelitian ini dilakukan dengan menilai hubungan antara variabel dependen
menggunakan metode observasi yang dengan variabel independen menggunakan
bersifat studi analitik dengan pendekatan uji statistik chi-square pada α = 0,05.
case-control. Penelitian kasus-kontrol Hubungan dikatakan bermakna apabila
adalah suatu penelitian analitik yang nilai p ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan yang
menyangkut bagaimana faktor risiko bermakna apabila nilai p > 0,05 (Hastono,
dipelajari dengan menggunakan 2001).
pendekatan retrospektif. Variabel
independen dalam penelitian adalah berat
Tabel 1.
Hasil Analisis Univariat
Kejadian Stunting
Variabel Independen Ya Tidak
n % n %
Berat Badan Lahir
BBLR 7 8,9 6 7,6
Normal 72 91,1 73 92,4
ASI Eksklusif
Tidak 57 72,2 54 68,4
Ya 22 27,8 25 31,6
Imunisasi
Tidak Lengkap 7 8,9 3 3,8
Lengkap 72 91,1 76 96,2
Jumlah 79 100 79 100
Tabel 2.
Hubungan Berat Badan Lahir Balita dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
Berat Badan Lahir Ya Tidak
p - value OR CI
n % n %
BBLR 7 8,9 6 7,6
Normal 72 91,1 73 92,4 1,000 1,183 0,379– 3,691
Jumlah 79 100 79 100
sedangkan balita yang tidak mengalami uji statistik didapatkan p-value=1,000 yang
stunting dengan BBLR adalah sebanyak 6 berarti bahwa tidak ada hubungan antara
orang (7,6%) dan yang dengan berat badan berat badan lahir dengan kejadian stunting.
normal sebanyak 73 orang (92,4%). Hasil
Tabel 3.
Hubungan Status Pemberian ASI Eksklusif Balita dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
ASI Eksklusif Ya Tidak
p - value OR CI
n % n %
Tidak 57 72,2 54 68,4
Ya 22 27,8 25 31,6 0,728 1,199 0,606– 2,375
Jumlah 79 100 79 100
Tabel 4.
Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Stunting
Kejadian Stunting
Imunusasi Ya Tidak
p - value OR CI
n % n %
Tidak Lengkap 7 8,9 3 3,8
Lengkap 72 91,1 76 96,2 0,327 2,463 0,613– 9,892
Jumlah 79 100 79 100
lengkap sebanyak 76orang (96,2%). Hasil baik dan tidak stunting, sebaliknya bayi
uji statistik didapat p-value=0. yang lahir normal juga dapat mengalami
stunting jika dalam masa pertumbuhannya
PEMBAHASAN kekurangan asupan gizi khususnya energi
Hubungan Berat Badan Lahir dengan dan protein yang sangat berperan penting
Kejadian Stunting dalam pertumbuhan anak.
Berat badan lahir juga terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
jangka panjang balita,pada penelitian yang dengan Kejadian Stunting
ASI Eksklusif juga ambil andil
dilakukan oleh Nova dan Afriyanti (2018)
cukup banyak dalam memenuhi kebutuhan
di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang
gizi. Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
telah dapat terpenuhi dengan pemberian
yang bermakna antara berat lahir dengan
ASI saja. Menyusu secara eksklusif juga
kejadian stunting pada balita usia 24-59
penting karena pada usia ini, makanan
bulan. Namun hal ini tidak sesuai dengan
selain ASI belum mampu dicerna oleh
hasil penelitian yang dilakukan di
enzim-enzim yang ada di dalam usus selain
Puskesmas Penyandingan Kabupaten OKU
itu pengeluaran sisa pembakaran makanan
yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada
belum bisa dilakukan dengan baik karena
hubungan antara berat badan lahir dengan
ginjal belum sempurna.
kejadian stunting pada balita usia 24-60
Menurut Pusdatin (2018) gagalnya
bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian
pemberian ASI eksklusif menjadi salah
yang dilakukan Meilyasari dan Isnawati
satu faktor terjadinya stunting. Namun
(2014) yang menyatakan bahwa balita
hasil penelitian yang dilakukan di
yang lahir dengan BBLR bukan merupakan
Puskesmas Penyandingan Kabupaten OKU
faktor risiko untuk menderita stunting
menunjukan balita yang stunting dan tidak
dengan nilai p=0,609.
ASI eksklusif sebesar 72,2%, dan balita
Tidak adanya hubungan antara
yang tidak stunting tidak mendapat ASI
BBL dengan stunting pada balita dalam
eksklusif yaitu sebesar 68,4%, sedangkan
penelitian ini bisa dikarenakan adanya pola
pada balita yang stunting yang mendapat
asuh yang salah dari orangtua balita
ASI eksklusif sebesar 27,8% dan balita
termasuk pola makan balita, dimana balita
yang tidak stunting yang mendapat ASI
yang lahir dengan BBLR jika diberikan
eksklusif sebesar 31,6%. Hasil uji statistik
asupan gizi yang baik dapat menjadi
didapat p-value=0,728 yang berarti bahwa
normal dan pertumbuhannya dapat menjadi
DAFTAR PUSTAKA
Agustia. (2018). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah
Tambang Poboya Lota Palu. Jurnal Gizi dan Kesehatan, 2 (2): 59-62
Alfarisi, R., Nurmalasari, Y., & Nabilla, S. (2019). Status Gizi Ibu Hamil dapat
Menyebabkan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(3)
Apriyanti, F., & Syahasti, M. F. (2021). Faktor Sosio Demografi dan Tinggi Badan Ibu
dengan Kejadian Stunting di Desa Ranah Singkuang di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampar. Jurnal Doppler, 5 (1)
Bentian, I., Mayul, N., & Rattu, A. J. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Stunting pada Anak di
Wilayah Kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi
Sulawesi Utara. Jikmu, 5(1)
Handayani, Sri., dkk. (2019). Hubungan Status ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada
Batita Usia 24-36 Bulan di Desa Watugajah Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Medika
Respati, 14(4)
Hanum, N. H. (2019). Hubungan Tinggi Badan Ibu dan Riwayat Pemberian MP-ASI dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan. IAGIKMI & Universitas Airlangga,
78-84
Juwita, S., Andayani, H., Bakhtiar, Sofia, & Anidar. (2019). Hubungan Jumlah Pendapatan
Keluarga dan Kelengkapan Imunisasi Dasar dengan Kejadian Stunting pada Balita di
Kabupaten Pidie. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 2(4)
Kemenkes RI. (2015). Infodatin - Situasi dan Analisis Gizi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi,
pp. 1–7
Kemenkes RI. (2018). Infodatin-Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi Kesehatan
Kemenkes RI. (2015). Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Jakarta:
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Nova, M., & Afrianti, O. (2018). Hubungan Berat Badan, ASI Eksklusif, MP-ASI dan Asupan
Energi dengan Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Lubuk Buaya.
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jurnal), 5(1)
Rahmatillah, D. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan terhadap Status Gizi.
Amerta Nutrition, pp. 106–112
Sativa, R., & Amelia, F. (2020). Hubungan Pekerjaan Ibu, Jenis Kelamin, dan Pemberian Asi
Eklusif TerhadapKejadian Stunting Pada Balita 6-59 Bulan di Bangka Selatan. Jurnal
Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang, 8(1)
Swathma, D., H, L., & R, T. (2016). Analisis Faktor Risiko BBLR, Panjang Badan Bayi Saat
Lahir dan Riwayat Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-
36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Kota Kendari. Disertasi Universitas Halu
Oleo.