Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASWAJA

SUMBER DASAR AJARAN ASWAJA


Disusun Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja

Prodi Pendidikan Agama Islam Semester

Dosen Pengampu : Pak Nur Rois M.Pd

Disususn oleh : Kelompok 2

1. Mishbahatun Nafi’ah (19106011149)


2. Ahmad Dzikrillah (19106011155)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNUVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada
kita semua sehingga kita bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Ragam dan
Laras Bahasa Indonesia”. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang kita tunggu syafaatnya dihari
kiamat nanti. Amin.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Aswaja prodi
pendidikan agama islam semester 1 yang diampu oleh Pak Nur Rois,
M.Pd.Terima kasih kami ucapkan kepada orang tua kami yang senantiasa
mendoakan keberhasilan kami dimanapun kami berada. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penlisan makalah ini masih banyak


kekeliruan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.Selanjutnya, penulis berdoa
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 01 November 2019

Penulis

ii
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................2
A. Sumber Ajaran Aswaja................................................................2
B. Upaya Pengembangan Pemahaman Ahlussunnah Waljmaah.....6
BAB III PENUTUP....................................................................................8
A. Kesimpulan..................................................................................8
B. Saran ...........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..9

iii
iv
ii
1
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur’an dan hadis.
Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
umat Islam. Walaupun terdapat perbedaan dari segi penafsiran dan
aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat bahwa keduanya harus
dijadikan rujukan. Dari keduanya ajaran Islam diambil dan dijadikan
pedoman utama. Oleh karena itu, kajian-kajian terhadapnya tidak
pernah ke ruh bahkan terus berjalan dan berkembang seiring dengan
kebutuhan umat Islam.

II. Rumusan Masalah


1. Apa saja sumber ajaran aswaja?
2. Bagaimana upaya pengembangan pemahaman Ahlussunnah
Waljamaah?
III. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sumber ajaran aswaja
2. Untuk mengetahui upaya pengembangan pemahaman Ahlussunnah
Waljamaah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUMBER AJARAN ASWAJA


Ajaran-ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mencakupbidang Aqidah,
Syariah, Akhlak, tasawuf.

1. Bidang Aqidah
Aqidah erat kaitannya dengan iman yang secara bahasa berarti
percaya, akan tetapi bagi Ahlussunnah Waljamaah bahwa iman itu harus
diucapkan dengan lisan, diakui dalam hati dan diamalkan dalam
perbuatan.
Secara garis besar dalam bidang aqidah, Ahlussunnah Waljamaah
memiliki beberapa ajaran pokok yaitu :
a. Allah mempunyai takdir atas manusia tetapi manusia memiliki bagian
untuk usaha (iktiar) atau kasb.
b. Ahlussunah Waljamaah tidak mudah mengkafirkan manusia. Bagi
Ahlussunnah Waljamaah manusia yang berdosa besar tetap mukmin
dan bukan kafir. Dia kelak tetap akan masuk surge setelah menerima
balasan atau hukuman di neraka sesuai dengan perbuatanya.
c. Dengan meniru pola kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya,
insyallah kita akan selamat dan sejahtera dunia akhirat, sebab Nabi
Muhammad Saw dan para sahabat adalah suri tauladan yang baik, kita
wajib meniru perbuatan mereka. Bagaimana cara mereka beribadah,
bermasyarakat, bekerja dan sebagainya.
d. Ahlussunnah Waljamaah berkeyakinan bahwa Al quraan itu firman
Allah dan bukan makhluk.
e. Ahlussunah Waljamaah meyakini Allah memiliki 20 sifat wajib, 20
sifat mustahil dan 1 sifat jaiz.

2
f. Ahlussunnah Waljamaah berpendapat bahwa orang yang beriman
kelak masuk surga dan dapat melihat Allah, jika Allah mengijinkan.
g. Ahlussunnah Waljamaah berpendapat bahwan keadilan Allah adalah
Allah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
h. Ahlussunnah Waljamaah mentakwilkan tangan Allah, mata Allah dan
wajah Allah sebagai kekuasaan Allah, penglihatan Allah dan zat Allah.

2. Bidang Syari’ah
Syari’ah berarti jalan, sedangkan secara istilah berarti hukum yang
ditetapkan Allah untuk hamba-Nya dengan perantara para Rasul-Nya.
Dalam bidang syari’ah, paham Ahlussunnah Waljamaah mengakui
kebenaran empat madzhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Bgi
orang yang belum memiliki kemampuan untuk ber-ijtihad, maka ia harus
taklid (mengikuti) kepada salah satu dari keempat madzhab tersebut dan
tidak boleh mengikuti madzhab dengan cara mengacak dari ajaran-ajaran
keempat madzhab.
Pengertian Taklid adalah mengikuti pendapat tentang berbagai
ketetapan hukum kepada imam-imam madzhab meskipun tidak
mengetahui dalil, dasar maupun alasan, sebab dasar dan alasan penetapan
hukumnya sudah dipercayakan kepada para ulama’/ imam madzhab
syariah oleh para ulama diidentikan atau disamakan dengan hukum fiqih.
Dalam ajaran Ahlussunnah Waljamaah cara menetapkan hukum agama
(fiqih) dilakukkan melalui ijtihad yaitu : usaha sungguh-sungguh
mencurahkan segala kemampuan, menggali dalil-dalil Al quraan atau
hadits juga dapat dilakukan dengan cara Qiyas yaitu menetapkan hukum
peristiwa/kejadian baru dengan menyamakan dengan kejadian/peristiwa
lama yang serupa yang telah ada ketetapan hukumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam menetapkan hukum agama
islam, Ahlussunnah Waljamaah didasarkan pada empat hal, yaitu :

3
1. Al quraan
2. As-sunnah
3. Ijmak
4. Qiyas
3. Bidang Akhlaq Tasawuf
Kaum Ahlussunnah Waljamaah dalam bidang akhlak atau tasawuf
mengikuti dua pemikiran tasawuf yaitu Abu Qasim al-Junaidi dan Imam
Ghazali. Dalam kitabnya, “Kimiya’u as Sa’adah” Imam al-Ghazali
berkata: “Bahwa tujuan memperbaiki akhlak adalah untuk membersihkan
hati, kotoran hawa nafsu dan amarah. Sehingga hati menjadi suci bagaikan
cermin yang dapat menerima nur cahaya.
Hidup kerohanian (sufi) dalam islam dimulai dari kehidupan Nabi
Muhammad saw. Dan sahabat-sahabatnya yang utama serta kehidupan
para nabi yang terdahulu Nabi Muhammad saw pernah bersabda: “Syariat
itu perkataanku, tarekat itu perbuatanku dan hakika itu adalah kelakuan”.
Dalam ilmu tasawuf dijelaskan bahwa arti tarekat adalah jalan atau
petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai ajaran yang dicontohkan Nabi
Muhammad saw. Dan dikerjakan para sahabat tabiin dan tabi’ittabiin, para
ulama hingga sampai kepada kita.
Jadi orang yang bertasawuf adalah orang menyucikan diri lahir dan
batin dengan menempuh jalan (tarekat) atas dasar tiga tingkatan, yang
menurut imam Abu al-Qasim al-junaidi dikenal dengan: takhalli, tahalli,
dan tajjalli.
1. Takhalli
Yaitu mengosongkan diri dan sifat-sifat yang tercela baik lahir
maupun batin, seperti hasut, tamak, takabur, bakhil, khianat, dusta,
cinta harta dunia, riya’, pemarah (ghadab) dan lainnya.
2. Tahalli

4
Yaitu mengisi dan membiasakan diri dengan sifat-sifat terpuji,
seperti takwa, ikhlas tawakal, sabar, syukur, khusyuk, taubat,
amanah, rida, mahabah (perasaan cinta Allah, semata) dan lainnya.
3. Tajjalli
Yaitu mengamalkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah swt seperti sholat sunnah, zikir, puasa sunnah,
khalwat (menyendiri untuk ibadah kepada Allah) dan lainnya.
Pada umumnya kaum sufi mewajibkan untuk mengamalkan zikir
kepada Allah swt. Akibatnya hati mereka selalu tenteram. Allah memberi
jaminan ketenteraman hati kepada orang-orang yang selalu ingat kepada-
Nya. Kebiasaan hidup para sufi tersebut sebenarnya mengikuti perilaku
hidup Nabi Muhammad saw. Dengan cara nilai-nilai ibadah dan ikut oleh
para sahabatnya.
Adapun perilaku Nabi Muhammad saw yang menjadi aspek-aspek
tasawuf, antara lain:
1) Hidup Zuhud (tidak cinta keduniawan secara berlebih-lebihan)
2) Hidup Qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada)
3) Hidup taat (melakukan perintah Allah swt, dan rosul-Nya serta
meninggalkan segala larangannya
4) Hidup Istikamah (kansekuen dan tetap beribadah)
5) Hidup Mahabah (sangat cinta kepada Allah serta dan rosul-Nya lebih
dan pada mencintai dirinya sendiri)
6) Hidup ikhlas (bersedia menjadi penebus, apa saja untuk Allah demi
mencari rida-Nya)
7) Hidup Ubudiah (mengabdikan diri hanya kepada Allah swt)

Jadi, tujuan ajaran tasawuf adalah membangun akhlak dan budi


pekerti yang baik berdasarkan kasih saying dan cinta kepada Allah. Oleh

5
karena itu, ajaran tasawuf sangat mengutamakan adab dan nilai dalam
berhubungan sesame manusia terutama dengan Allah swt.1

B. Upaya Pengembangan Pemahaman Ahlussunnah Waljamaah

Sudah menjadi fakta sejarah bahwa agama Islam telah


mengantarkan lahirnya sebuah peradaban manusia yang dapat diketahui dari
kekayaan aneka ragam seni, budaya, dan pemikiran dari muslim. Wacana
intelektual itu terus berjalam untuk memberikan respons atau reaksi terhadap
perubahan zaman dengan segala pasang surutnya. Wacana intelektual Islam
itu kadang-kadang muncul secara kreatif ketika menghadapi tantangan yang
cukup rumit, namun kadang juga mengalami masa yang agak kering. Para
sejarawan telah berusaha mencari latar belakang dan sebab pasang surutnya
kreativitas intelektual itu dengan memfokuskan pada satu sisi sebagai
penyebab utama. Akan tetapi, hasil analisis mereka menyatakan tidak ada
satu-satunya sebab yang harus disalahkan sebagai bertanggung jawab atas
kemacetan itu. Kiranya berbagai faktor saling berkaitan.

Pemikiran Islam yang kita nikmati sekarang ini tidak muncul secara
tiba-tiba, tetapi muncul dari proses pengumpulan inter dinamic islam dengan
factor eksternal. Oleh karena itu, memahami salah satu fenomena dan ciri-ciri
pemikiran Islam perlu menempatkannya secara proporsional dalam konteks
sejarah agar tidak terjebak kedalam pemahaman yang a-historis. Salah satu
contoh yang paling menonjol sikap a-historis itu ialah pemahaman
Ahlussunnah Waljamaah itu ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dan
masa sahabat, dan selalu mengandung pengertian yang sama di segala tempat
dan zaman. Dalam masyarakat, islam Ahlussunah Waljamaah telah diakui
sebagai ideologi dari berbagai gerakan dan organisasi. Di Indonesia, yang
paling terkenal sebagai gerakan yang secara konstitusional ingin membela dan
1
Nur Cholid, Pendidikan Ke-NU-an (Semarang : CV Presisi Cpta Media, 2017) hal. 8-14.

6
mempertahankan Aswaja adalah Nahdlatul Ulama, yang disertai batasan
memegang teguh salah satu empat madzhab.

Sepanjang sejarah NU, hal ini belum pernah dilakukan. Bahkan, mayoritas
kalangan tokoh Nahdliyin tidak berusaha secara serius untuk mengkaji sumber
pertama, yakni kitab-kitab yang ditulis langsung oleh para tokoh yang disebut
dalam rumusan Aswaja itu. Yang berkembang dikalangan Nahdliyin adalah
sumber kedua, ketiga, bahkan sumber keempat dan kelima yang umum
dijadikan landasan teologis-normatif bagi sikap hidup dan pola pikir mereka.2

BAB III

2
Imam Baehaqi, Kontrovensi Aswaja Aula Perdebatan dan Reinterprestasi (Yoyakarta :
LkisYogyakarta, 2010)hal.139-140.

7
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah diuraikan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa ajaran-
ajaran Ahlussunah Waljamaah adalah mencangkup pada empat hal yaitu
Al quraan, As-sunnah, Ijmak, Qiyas.
2. Jadi pengembangan pemahaman Ahlusunah Waljamaah Sudah menjadi
fakta sejarah bahwa agama Islam telah mengantakan lahirnya sebuah
peradaban manusia yang dapat diketahui dari kekayaan aneka ragam seni,
budaya, dan pemikiran dari muslim.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan.Mengingat kemampuan
yang kita miliki,kami mengharap kritik dan saran dari pembaca
sekalian.Selanjutnya kami berharap semoga ilmu dalam makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

8
Cholid Nur, 2015, Pendidikan ke-NU-an,Semarang:presisi cipta media.

Baehaqi Imam, 2010, Kontroversi Aswaja Aula Perdebatan dan Reinterpretasi,


Yogyakarta : LkisYogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai