Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IBADAH DAN SYARI’AH

Dosen Pengampu : Musadad Harahap, M. PDI

Penyusun :

Abdul Fadhil (183510343)

Dariel F. Putra (183510249)

Ryan Oki Alfattah (153510387)

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikankita hidayah
dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat wal’afiat.
Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada Muhammad SAW, dimana nabi yang
membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah
menjadi suri tauladan bagi ummat-Nya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai ”Sholat“ karena sebagai
seorang umat Islam maka kita perlu mengetahui seluk beluk Sholat.
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan-Nya. Saran dan kritik yang membangun tetap kaminantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan manusia sendiri.

Pekanbaru, 26 September 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Shalat ......................................................................................................... 3
B. Dasar Hukum Shalat.................................................................................................... 3
C. Keutamaan Shalat ........................................................................................................ 4
D. Rukun – rukun Shalat ................................................................................................. 6
E. Tata Cara Sholat .......................................................................................................... 9
F. Macam – macam Shalat ............................................................................................ 12
G. Hal yang membatalkan Shalat .................................................................................. 14
H. Hikmah / Filosofi Gerakan Shalat ............................................................................ 14
I. Masalah Khilafiyah dalam Shalat ................................................................................ 17
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan................................................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang
dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati,
tafahhum (Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah,
raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai
Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah danta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, danhati menjadi bersih dan suci. Shalat
merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik
maupun social kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid menjadi terus terbuka
sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata.Terlihat pula dalam
shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan yang paripurna dan
keteraturan yang indah.
Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat
memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu sebagai”mizan” atau
standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan seseorang dan diukur
kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui agama seseorang sejauh mana
istiqamahnya maka mereka bertanya tentang shalatnya dan sejauh mana ia memelihara
shalatnya, bagaimana ia melakukan dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
“ Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, makasaksikanlah untuknya
dengan iman. ” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami’ush shogir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu Umar,
Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a. telah meriwayatkan hadist ini : ” Sholat adalah
sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun dengan maksud
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud dan Anas r.a.

1
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual dan
gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat mengaplikasikannya
dalam keseharianya. Sholat sebagaisalah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang
benar-benar melaksanakannya.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang akandibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah definisi Shalat?
2. Bagaimanakah dasar hukum Shalat?
3. Sebutkan Keutamaan Shalat?
4. Sebutkan Rukun - rukun Shalat?
5. Jelaskan Tata cara Shalat?
6. Sebutkan Macam – macam Shalat?
7. Hal yang membatalkan Shalat?
8. Hikmah / Filosofi Gerakan Shalat?
9. Masalah khilafiyah dalam Shalat?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengatahui dan memahami
tentang Shalat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus pembuatan makalah ini yaitu untuk mengikuti prosedur pengajaran
dalam mata pelajaran Agama Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat

Sholat secara bahasa memiliki makna do’a, sedangkan secara terminology/istilah,


sholat adalah sebuah ibadah yang hukumnya wajib, terdiri dari ucapan dan gerakan yang
awalnya di awali dengan takbiraktul ihram kemudian diakhiri dengan mengucapkan salam.
Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, sholat mempunyai arti berupa gambaran jiwa sholat
yaitu berharap kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya yang juga
dengan sepenuh hati dan jiwa raga dengan segala kekhusyu’an di hadapan Allah serta ikhlas
yang didasari dengan hati yang selalu berzikir, berdoa dan memujinya.
Dalam melaksanakan sholat, harus selalu berusaha untuk menjaga kekhusyu’annya.
Khusyu secara bahasa berasal dari kata khasya’a yakhsya’u yang memiliki arti memusatkan
penglihatan pada bumi, memejamkan mata dan meringankan suara pada saat sholat. Khusyu’
juga memiliki arti lebih dekat dengan kudhu’, yaitu tunduk dan takhasysyu, yaitu membuat
diri menjadi khusyu’.

B. Dasar Hukum Shalat


Dalil-dalil yang mewajibkan umat muslim untuk melaksanakan shalat banyak sekali,
baik berupa ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi saw. Diantaranya yaitu: Surat
Al-Haj ayat 77, Al-Baqarah ayat 43, Al-Ankabut ayat45, An-Nisa ayat 103, Al-Baqarah 238,
Al-mu’minun ayat 1-2.

 Surat Al – Hajj Ayat 77 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

3
 Surat Al – Baqarah Ayat 43 :

Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'.

Sabda Rasulullah:

ُ َ ‫الزكَاةَ َوت‬
َ‫ص ْو ُم َر َمضَان‬ َّ ‫صالَةَ َو ت ُ ْؤتِ َي‬ ُ ‫ش َه ُد ا َ ْن الَاِلَهَ اِالَّ هللاُ َواَنَّ ُم َح ْمدًا َر‬
َّ ‫سو ُل هللاِ َوت ُ ِق ْي َم ال‬ ْ َ ‫سالَ ُم ا َ ْن ت‬ ْ ‫ا ِال‬
)‫سبِ ْيالً (رواه مسلم عت عمر ابت الحطاب‬ َ ‫ست َ َط ْعتَ اِلَ ْي ِه‬ْ ‫ت ا ِِن ا‬ ِ ‫َوت ُ ِح ُّج ا ْلبَ ْي‬

Artinya : ”Islam ialah bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad utusan
Allah, mengerjakan shalat lima waktu, memberikan zakat, melakukan puasa pada bulan
Ramadhan, dan menjalankan ibadat haji jika mampu.” (H. R. Muslim dari Umar bin
Khaththab).

C. Keutamaan Shalat
1. Shalat adalah penyejuk hati dan penghibur jiwa
Shalat merupakan penyejuk hati, penghibur dan penenang jiwa. Oleh karena itu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan
dijadikanlah penyejuk hatiku dalam ibadah shalat.” (HR. An-Nasa’i no. 3391
dan Ahmad 3: 128, shahih)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

 “Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan shalat.”


(HR. Abu Dawud no. 4985, shahih)

Shalat adalah dzikir, dan dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, hati pun menjadi
tenang. Shalat adalah interaksi antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Seorang hamba
berdiri di hadapan Rabb-nya dengan ketundukan, perendahan diri, bertasbih dengan
memuji-Nya, membaca firman Rabb-nya, mengagungkan Allah baik dengan perkataan dan

4
perbuatan, memuji Allah Ta’ala dengan pujian yang memang layak ditujukan untuk diri-
Nya, dia meminta kepada Allah Ta’ala berupa kebutuhan dunia dan akhirat.

2. Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar


Jika seorang hamba mendirikan shalat sesuai dengan ketentuan dan petunjuk syariat,
maka shalat tersebut akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala,
 “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
(QS. Al-‘Ankabuut [29]: 45).

3. Shalat sebagai penolong manusia terkait urusan agama dan dunia


Allah Ta’ala berfirman,

 “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 45)

Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

 “Dulu jika ada perkara yang menyusahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam, beliau mendirikan shalat.” (HR. Abu Dawud no. 1420, hadits
hasan)

4. Shalat adalah penggugur atas dosa – dosa kecil dan membersihkan kesalahan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :

 “Bagaimana pendapatmu jika di depan pintu rumahmu ada sungai, lalu


Engkau mandi sehari lima kali? Apakah tersisa kotoran di badannya?”

Para sahabat menjawab,

 “Tidak akan tersisa kotoran sedikit pun di badannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

5
 “Itu adalah permisalan untuk shalat lima waktu. Dengan shalat lima waktu,
Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa (kecil).” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, adalah


penggugur dosa di antara keduanya, selama dosa-dosa besar ditinggalkan.”

(HR. Muslim no. 233)

D. Rukun – rukun Shalat

1. Berdiri bagi yang mampu

Rukun pertama dari rukun-rukun shalat adalah berdiri jika mampu. Dan
penulis kitab ini Rahimahullah memulai dengan rukun ini karena rukun ini
mendahului semua rukun-rukun yang lain. Barangsiapa yang mampu untuk berdiri
dan dia shalat wajib dengan duduk, maka tidak sah shalatnya.

2. Takbiratul Ihram

Rukun yang kedua dari rukun-rukun shalat adalah Takbiratul Ihram. Dan
dinamakan dengan Takbiratul Ihram karena dia adalah pembuka shalat, gerakan
pertama dan pintu masuk ke dalam ibadah shalat. Maka seseorang tidak mungkin
untuk memulai shalatnya kecuali dengan Takbiratul Ihram.

3. Membaca Surat Al – fatihah

Rukun yang ketiga adalah membaca surat Al-Fatihah. Dan surat Al-Fatihah
adalah surat yang paling agung dalam Al-Qur’an. Dan membaca Al-Fatihah
adalah rukun disetiap shalat.

4. Ruku’

Rukun shalat yang keempat adalah ruku’. Allah Ta’ala berfirman:

6
 “Wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah, sujudlah dan sembahlah Rabb
kalian.” (QS. Al-Hajj[22]: 77)

Juga firman Allah:

 “Dan ruku’lah bersama dengan orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah[2]:


43)

Maka ruku’ ini adalah rukun dari rukun-rukun shalat, tidak sah shalat kecuali
dengan melakukannya. Dalam hadits orang yang buruk shalatnya, Nabi Sallallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:

 “Kemudian ruku’ lah sampai engkau tuma’ninah dalam ruku’mu.” (HR.


Bukhari dan Muslim)

5. I’tidal

Dan diantara perkara yang sangat disayangkan, sebagian orang-orang yang


shalat apabila ia bangkit dari ruku’ segera tunduk untuk sujud sebelum ia
sempurna berdiri. Dan barangsiapa yang melakukan hal tersebut, maka tidak sah
shalatnya karena ia telah meninggalkan satu rukun dari rukun-rukun shalat. Dan
dengan perbuatan tersebut, dia telah terjatuh kepada pencurian yang paling buruk.

6. Sujud

Semua anggota-anggota badan ini harus mengambil posisinya dengan benar


ketika sujud. Dan jika tidak, maka tidak sah sujud seseorang. Seperti sebagian
orang yang shalat apabila ia sujud sejak awal ia sujud sampai akhir dia menggaruk
satu kakinya dengan kaki yang lain sampai selesai ia sujud. Maka orang yang
melakukan hal ini berarti dia belum sujud di atas 7 anggota badannya.

7. Bangkit dari Sujud

Rukun shalat yang ke-7 adalah bangkit dari sujud. Sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam kepada orang yang buruk shalatnya:

Sallam berkata kepadanya:

7
 “Kemudian bangkitlah sampai engkau sempurna berdiri.”

Ini menunjukkan bahwasanya perkara ini harus dilakukan karena dalam


konteks Nabi menjelaskan tentang rukun-rukun shalat.

8. Duduk antara dua Sujud

Rukun shalat yang ke-8 adalah duduk diantara dua sujud. Dan ini adalah
rukun dari rukun-rukun shalat. Maka apabila seorang bangkit dari sujud yang
pertama, dia harus duduk dan minimal dia duduk sampai tuma’ninah, sampai
tenang, sampai betul-betul duduk dengan sempurna. Maka apabila dia telah
tuma’ninah dalam duduknya, baru kemudian dia sujud untuk yang kedua. Dan
barangsiapa yang langsung sujud untuk yang kedua sebelum benar-benar
sempurna duduk, berarti dia telah meninggalkan satu rukun dari rukun-rukun
shalat.

9. Tuma’ninah

Karena berulang-ulang dalam hadits orang yang buruk shalatnya, Nabi


Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang tuma’ninah dalam ruku’,
bangkit dari ruku’, dalam sujud, juga bangkit dari sujud. Bahkan Nabi Sallallahu
‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

 “Dan lakukan hal ini dalam semua shalatmu.”

Yaitu tuma’ninah ini diharuskan dalam setiap shalat atau diseluruh gerakan-
gerakan shalat.

10. Tertib

Rukun shalat yang ke-10 adalah tertib diantara rukun-rukun tersebut.


Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits orang yang buruk shalatnya, setiap
rukun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

 “Kemudian lakukan ini, kemudian lakukan ini.”

8
Dan kata atau kalimat “kemudian”, ini artinya tertib atau berurutan. Maka
rukun-rukun ini harus dilakukan secara berurutan. Tidak boleh didahulukan satu
gerakan dari gerakan yang lain.

11. Dan 12. Tasyahud dan Duduk untuk Tasyahud Akhir

Dan duduk untuk tasyahud akhir juga membaca tasyahud adalah dua rukun
dari rukun-rukun shalat. Adapun tasyahud pertama dan duduk untuk tasyahud
pertama maka itu termasuk wajib-wajib shalat. Jika seseorang meninggalkan
tasyahud awal dan duduk untuk tasyahud awal karena lupa dan ia berdiri ke rakaat
ketiga, maka ia cukup untuk menggantinya dengan dua sujud sahwi diakhir
shalatnya.

13. Bershalawat
14. Dua kali Salam

E. Tata Cara Sholat

1. Niat

Tata cara pertama adalah melafalkan niat. Dalam membaca niat sholat bisa
dibaca dengan suara lirih atau dibaca dalam hati. Dianjurkan untuk tidak
mengucapkan niat dengan suara keras.

2. Iftitah

Doa iftitah dilakukan setelah mengangkat kedua tangan sejajar dengan


telinga (untuk laki-laki) atau sejajar dengan dada (untuk perempuan) sambil
membacakan "allahu akbar".

3. Al – fatihah

Setelah doa ifititah telah selesai dibacakan, bacaan selanjutnya yaitu


membaca surat al-fatihah. Setelah membaca al-fatihah, bacaan selanjutnya adalah
ayat pendek. Pilihlah bacaan ayat pendek yang dapat kamu hafal.

9
4. Rukuk

Gerakan rukuk yaitu mengangkat kedua tangan dan membaca "allahu akbar".
Kemudian badan dibungkukkan dan kedua tangan memegang lutut. Usahakan
antara punggung dan kepala sama rata.

"Subhaana robbiyal 'adziimi wabihamdih" sebanyak 3 kali


Artinya: "Maha suci tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya."

5. Iktidal

Setelah rukuk, bangkit dan tegak dan mengangkat kedua tangan setinggi
telinga (laki-laki) atau dada (perempuan) sambil membaca:

“ Sami'allaahu liman hamidah “

Artinya: "Allah maha mendengar terhadap orang yang memujinya."

Setelah berdiri tegak, lalu membaca :

“ Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa


syi'ta min syain ba'du. “

Artinya: "Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi,
dan sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu."

6. Sujud

Selesai melakukan iktidal, lakukan sujud dengan meletakkan dahi di lantai


yang telah diberikan alas bersih. Ketika turun ke bawah dari posisi iktidal, lakukan
sambil membaca "Allahu akbar" dan sujud dengan membacanya 3 kali.

“ Sub haana robbiyal a'la wabihamdih. “

Artinya: "Maha suci tuhan yang maha tinggi serta memujilah aku
kepadanya."

10
7. Duduk diantar dua Suhud

Setelah sujud dilakukan, langkah selanjutnya yaitu duduk sambil membaca:

“ Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii


wa'aafinii wa'fu 'annii. “

Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah


segala kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku
petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."

Setelah selesai membaca lakukan gerakan sujud dengan bacaan yang sama
sebelumnya. Selesai sujud, berdiri lagi dan melanjutkan rakaat selanjurnya.
Jumlah rakaat tergantung dengan jenis sholat yang dilakukan.

8. Tasyahud Awal

Tasyahud awal dilakukan pada rakaat kedua. Setelah sujud yang kedua,
posisi tasyahud awal yaitu dengan sikap kaki tegak dan kaki kiri diduduki

9. Tasyahud Akhir

Tasyahud akhir dilakukan pada rakaat terakhir. Bacaan dan posisi


gerakannya sama dengan tasyahud awal dengan ditambah selawat nabi.

10. Salam

Setelah membaca selawat nabi, lanjutkan dengan membaca salam sambil


menoleh ke kanan dan ke kiri.

11
F. Macam – macam Shalat

1. Shalat Fardu

Shalat yang yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal
adalah lima kali dalam sehari semalam. Mula-mula turunnya perintah wajib shalat
itu adalah pada malam Isra, setahun sebelum tahun hijriyah.

Adapun waktu bagi masing-masing shalat yang 5 waktu tersebut adalah


sebagai beikut:

 Shalat Dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari


pertengaahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah
sama dengan panjangnya selain dari bayang-bayang ketika matahari
menonggak (tepat diatas ubun-ubun).

 Shalat Ashar. Waktunya dimulai dari habisnya waktu dzuhur; bayang-bayang


sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari bayang-bayang ketika matahari
sedang menonggak, sampai terbenam matahari.

 Shalat Maghrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq


(mega) merah.

 Shalat Isya. Waktinya mulai dari terbenamnya syafaq merah (sehabis waktu
maghrib) sampai terbit fajar kedua.

 Shalat Shubuh. Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.

2. Shalat Jama’ah

Apabila dua orang shalat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka
mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat berjama’ah. Orang yang diikuti
(di hadapan) dinamakan imam, sedangkan yang mengikuti dibelakang dinamakan
ma’mum.

3. Shalat ‘Idain

Shalat ‘idain (Shalat dua hari Raya) termasuk sunah muakadah yang
disyari’atkan berdasarkan al qur’an, as-sunnah, dan ijma’. Dalil al-Qur’an dapat
dijumpai dalam Q.S Al Kautsar ayat 2 yang artinya:” maka dirikanlah shalat,
karena tuhanmu; dan berkorbanlah.”

12
4. Shalat Istisqa

Shalat istisqa dilakukan dalam rangka memohon turunnya hujan. Ulama


sepakat, bila kebutuhan akan air menjadi sulit karena lama tidak turun hujan,
disunahkan melakukan istisqa, pergi keluar kota, berdo’a, memohon agar Allah
menurunkan hujan. Mayoritas mereka memasukan shalat sebagai istisqa dari
upacara istisqa itu, namun Abu Hanifah tidak memandang demikian.

5. Shalat Tahiyat masjid

Orang yang masuk masjid disunatkan melakukan salat dua raka’at, sebelum
duduk, sebagai penghormatan (tahiyat) masjid, sesuai hadits Nabi:” jika seseorang
diantara kamu datang ke masjid, maka hendaklah ia melakukan shalat dua
raka’at.’’ Tatapi, jika ia masuk ketika shalat jama’ah akan dimulai, ia tidak di
tuntut lagi melakukannya. Lagipula, penghormatan terhadap masjid itu telah
tercapai dengan melekukan shalat wajib tersebut.

6. Shalat Dhuha

Shalat Dhuha ialah shalat sunnat dua rakaat atau lebih. Sebanyak-banyaknya
dua belas rakaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu waktu matahari
naik setinggi tombak yaitu kira-kira pukul 8 atau pukul 9 sampai tergelincir
matahari.

Dari Abu Hurairah, Ia berkata,”Kekasihku (Rasulullah saw.) telah berpesan


kepadaku tiga macam pesan: (1) Puasa tiga hari setiap bulan, (2) Shalat Dhuha
dua rakaat, dan (3) Shalat Witir sebelum tidur.”

13
G. Hal yang membatalkan Shalat

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, jika seseorang meninggalkan rukun
shalat, maka shalatnya menjadi tidak sah. Apabila seseorang melakukan shalat kemudian
menolehkan kepala atau pandangannya secara sengaja, maka shalatnya menjadi batal.

Berikut ini beberapa hal yang dapat membatalkan shalat :

1) Berbicara dengan sengaja

2) Tertawa terbahak-bahak dalam shalat

3) Makan atau minum secara sengaja

4) Melakukana terlalu banyak gerakan

5) Tidak menghadap ke arah kiblat dengan sengaja

6) Batalnya wudhu

7) Mengingat shalat yang belum dikerjakan, seperti seseorang yang melakukan


shalat Ashar lalu ingat bahwa ia belum melakukan shalat Dzuhur. Dalam hal
ini, ia harus berhenti melakukan shalat Ashar dan mengerjakan shalat Dzuhur.
Setelah itu baru melakukan shalat Ashar.

8) Tidak tuma’ninah pada saat ruku, berdiri, sujud maupun duduk. Hal ini
didasarkan pada sabda Rasulullah kepada seorang Arab Badui yang tidak
tuma’ninah dalam shalatnya, di mana beliau memerintahkan untuk
mengulangi shalatnya.

H. Hikmah / Filosofi Gerakan Shalat

1) Niat

Pertama dan utama setiap orang sholat adalah Niat yang dimaksudkan untuk
menetapkan tujuan kehidupan. Makna niat dalam sholat berarti menetapkan tujuan
hidup untuk Allah SWT. Maka kekuatan niat inilah yang mampu menggerakkan
perangkat atau potensi lahir dan batin untuk menuju kepada Allah SWT. Tanda

14
niat yang benar dalam sholat akan selalu tercermin dalam sikap hidup kita yaitu
suatu kepribadian yang selalu mementingkan kehendak Allah SWT dari pada
kehendak diri sendiri. Dengan kata lain, manusai yang sukses dalam kehidupan
jika memiliki motivasi yang tinggi untuk mewujudkan cita cita atau tujuan yang
jelas.

2) Berdiri & Takbir

Setiap sholat akan memiliki simbol berdiri sambil mengucapkan Takbir


(Allahu Akbar). Hal ini menganduk makna bahwa Berdiri adalah menandakan
perilaku Dhahirnya dan mengucapkan takbir menandakan perilaku batinnya.
Dalam kehidupan kita memiliki urusan yang penting yaitu membesarkan Allah
SWT bukan membesarkan diri sendiri. Tanda orang yang berdirinya benar dalam
sholat akan memiliki pendirian yang sangat kuat kepada Allah SWT, sebaliknya
orang yang berdirinya tidak benar dalam sholat akan mudah terpengaruh oleh
bujuk rayu yang duniawiyah.

3) Bersedekap & Membaca Al - Fatihah

Setelah takbir, disunahkan mengangkat tangan dan bersedakep. Tangan kiri


dibawah dan tangan kanan diatas sambil menekan di atas jantung. Pada posisi
bersedakep membaca al Fatihah dan disunahkan sebelumnya al fatihah membaca
doa iftitah. Dalam posisi itu, dapat diketahui bahwa gerakan dhahirnya adalah
bersedakap dan gerakan batinnya membaca Al Fatihah.

4) Ruku’

Gerakan selanjutnya dalam sholat adalah Ruku' dan membaca Subhana


Rabbiyal adziim. Ruku' adalah membungkuk dan kedua tangan memegang kedua
lutut kaki kanan dan kiri serta punggung rata dengan kepala diikuti
membaca subhana rabbiyal adziim. Perilaku dhahirnya adalah membungkuk dan
perilaku batinnya adalah membaca subhana rabbiyal adziim. Gerakan ruku' adalah
proses yang harus dipikirkan, dianalisa dengan cermat dan teliti.

5) Sujud

15
Setiap sholat pasti melaksanakan gerakan sujud dan membaca doa subhana
rabbiyal 'alaa. Perilaku Lahir atau dhahirnya adalah sujud dan perilaku batinya
adalah membaca subhana rabbiyal 'alaa. Pada saat sujud ada tujuh anggota badan
yang tersentuh dengan bumi yaitu : dua ujung kaki, dua lutut, dua telapak tangan
dan wajah.

6) Duduk antara dua Sujud

Gerakan lahir/dhahirnya adalah duduk diantara di sujud, dan gerakan


batinnya adalah membaca Rabbighfirli... Gerakan duduk diantara dia sujud
bermakna mengevaluasi semua yang telah dilakukan. Ibaratnya, sujud ibarat
proses pekerjakan yang dilakukan, duduk diantara dua sujud adalah hasil yang
diperoleh. Duduk diantara dua sujud adalah kemampuan mengevaluasi diri dari
tindakan yang telah dilakukan (sujud).

7) Sujud

Gerakan sholat sujud dan doa subhana rabbiyal 'alaa yang kedua ini berbeda
dengan sujud yang pertama. Jika sujud pada gerakan pertama bermakna
mengfungsikan atau proses mengagungkan Allah SWT, sedangkan sujud yang
kedua berfungsi menyempurnakan semua kekurangan yang telah dilakukan.
makna dari sujud yang kedua di dalam sholat adalah tidak ada rasa ketakutan atau
khawatir dalam kehidupan. Karena apa yang dilakukan manusia pasti sudah diatur
dan dijaga oleh Allah SWT. Artinya setiap melakukan aktivitas yang baik adalah
harus mantap, tidak ragu ragu atau penuh motivasi.

8) Duduk Takhat

Gerakan duduk tahyat adalah inti atau gerakan terakhir dari sholat. Yang
bermakna penutup atau hasil yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
menjalankan ibadah sholat. urusan duduk tahyat adalah urusan antara manusia
dengan Allah SWT, between us and god. Pada saat duduk tahyat kita
mengucapkan kalimah syahadah sebagai perwujudkan janji dengan Allah SWT.
Tanda duduk tahyat yang benar dalam sholat adalah kita selalu menghargai

16
dirinya kita dan orang lain. Tanda tahyat yang benar dalam sholat kita harus mau
dan mampu memberi kemanfaatan atau kemenangan untuk orang lain.

9) Salam

Salam artinya keselamatan, dan juga tanda selesainya atau sholat sudah purna.
Salam ke kanan dan ke kiri yang benar di dalam sholat menunjukan bahwa setiap
yang selesai sholat harus bisa memberikan keamanan, kesejahteraan, keselamatan
kepada semua orang yang ada di sekitarnya tidak peduli agama, suku, ras dan
golongan.

I. Masalah Khilafiyah dalam Shalat

Masalah khilafiyah adalah masalah yang hukumnya tidak disepakati para ulama.
Terkadang ketidaksepakatan itu hanya pada tataran yang sempit, bahkan seringkali hanya
perbedaan penggunaan istilah. Tapi tidak jarang pula tataran perbedaannya luas, yaitu antara
halal dan haram.
Munculnya perbedaan pendapat tentang hukum suatu masalah sebenarnya hak para
ulama saja. Sebab mereka itulah yang punya alat dan otoritas untuk menyimpulkan sebuah
hukum agama. Kita sebagai orang awam, tentu tidak punya perangkat dan alatnya, juga tidak
punya spesifikasi yang minimal untuk melakukan pengambilan kesimpulan hukum.
Seringkali orang yang tidak mengerti ilmu kecuali hanya sekedar bertaklid kepada
seorang tokoh, tiba-tiba dengan beraninya mencaci-maki para ulama sambil menuduh mereka
ahli bid’ah. Padahal dia sendiri tidak paham apa yang sedang dikatakannya.
Tidak jarang orang-orang awam itu hanya punya ilmu sebatas apa yang gurunya
sampaikan, akan tetapi seolah-olah dia berlagak seperti ulama betulan, sambil menyalahkan
semua hal yang sekiranya tidak sama dengan pendapat gurunya. Orang seperti ini tidak lain
adalah muqallid yang jahil serta tidak punya tata adab sebagai ulama.
Bahkan perlu diketahui, tidak semua orang yang pernah belajar agama, memiliki
kapasitas di bidang menarik kesimpulan hukum. Orang yang sekedar mempelajari ilmu tafsir
misalnya, tentu punya ilmu yang luas dalam masalah makna ayat-ayat Al-Quran, namun
bukan berarti dia punya kemampuan dalam menarik kesimpulan hukum. Demikian juga
orang yang mendalami ilmu kritik hadits, tentu piawai untuk menilai keshahihan suatu hadits,
akan tetapi kepiawaiannya itu bukan pada bidang metode pengambilan kesimpulan hukum.

17
Apalagi orang yang belajar sastra arab dan bidang tata bahasa (ilmu nahwu), tentu bukan
bidangnya bila harus menarik kesimpulan hukum dari Al-Quran dan As-Sunnah.
a. Yang Termasuk Masalah Khilafiyah

Biasanya perkara yang masuk kategori khilafiyah adalah masalah furu’ atau
cabang-cabang agama. Adapun masalah pokok, seperti aqidah yang paling dasar,
tauhid yang esensial serta konsep ketuhanan yang fundamental, tidak pernah
terjadi perbedaan pendapat.

Demikian juga dengan kerangka dasar ibadah, umumnya para ulama sepakat.
Ketidak-sepakatan baru muncul manakala mereka mulai memasuki wilayah teknis
dan operational yang tidak prinsipil.

Di antara sebab mengapa suatu perkara bisa menjadi masalah yang tidak
disepakati hukumnya antara lain:

1) Adanya ayat yang berbeda satu dengan lainnya secara zhahirnya. Sehingga
membutuhkan jalan keluar yang bisa cocok untuk keduanya. Di titik inilah para
ulama terkadang berbeda dalam mengambil jalan keluar.
2) Adanya perbedaan penilaian derajat suatu hadits di kalangan ahli hadits. Di
mana seorang ahli hadits menilai suatu hadits shahih, namun ahli hadits lainnya
menilainy tidak shahih. Sehingga ketika ditarik kesimpulan hukumnya, sangat
bergantung dari perbedaan ahli hadits dalam menilainya.
3) Adanya ayat atau hadits yang menghapus berlakunya ayat atau hadits yang
pernah turun sebelumnya. Dalam hal ini sebagaian ulama berbeda pendapat
untuk menentukan mana yang dihapus dan mana yang tidak dihapus.
4) Adanya perbedaan ulama dalam menetapkan mana ayat yang
berlaku mujmal dan mana yang berlaku muqayyad. Juga dalam menetapkan
mana yang bersifat umum (‘aam) dan mana yang bersifat khusus (khaash).
5) Adanya perbedaan ulama dalam menggunakan metodologi teknik pengambilan
kesimpulan hukum, setelah sumber yang disepakati. Misalnya, ada yang
menerima syar’u man qablana dan ada yang tidak. Ada yang
menerima istihsan dan ada juga yang tidak mau memakainya. Dan masih
banyak lagi metode lainnya seperti saddan lidzdzri’ah, qaulu
shahabi, istishab, qiyas dan lainnya.

18
b. Sikap kita dalam masalah khilafiyah

Sikap terhadap masalah khilafiyah adalah:

1) Yakin bahwa masalah khilafiyah itu wajar dan tidak bisa dihindari terjadinya.
Khilafiyah sudah ada sejak awal mula risalah Islam pertama kali diturunkan di
muka bumi.
2) Yakin bahwa beda pendapat itu bukan dosa, justru sebaliknya kita jadi semakin
punya khazanah yang kaya tentang ragam alur hukum.
3) Yakin bahwa khilafiyah itu bukan persoalan yang harus ditangani dengan
sewot dan emosi, melainkan sebuah kewajaran yang manusiawi.
4) Selama masih ada Quran dan sunnah, sudah pasti muncul perbedaan pendapat.
Karena sejak zaman nabi dan shahabat di mana Quran sedang turun dan hadits
masih diucapkan oleh nabi, sudah ada perbedaan pendapat di kalangan mereka.
Kalau perbedaan pendapat mau dihilangkan, maka hapus dulu Quran dan
sunnah dari muka bumi.
5) Kita diharamkan merasa diri paling benar dengan pendapat kita. Padahal
kapasitas kita tidak pernah sampai kepada derajat ulama ahli istimbath hukum.
6) Kita diharamkan untuk mencaci maki ulama, apalagi sampai menuduh mereka
ahli bid’ah, hanya lantaran para ulama itu tidak sama pandangannya dengan
apa yang kita pikirkan.
7) Kita tidak bisa memaksakan manusia untuk berpendapat sesuai dengan
pendapat kita sendiri dengan menafikan, mengecilkan atau malah menghina
pendapat orang lain. Tindakan seperti ini hanya dilakukan oleh mereka yang
jahil dan tak berilmu.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yangdimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat –
syarat yang telah ditentukan.Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada
Allah, secarayang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa
rasakebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dankeperluan kita
kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaanatau dengan kedua – duanya.
Orang beriman melaksanakan shalat sesuaidengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah
SWT, serta sesuai dengan yangdicontohkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga
mempunyai banyakmanfaat bagi kehidupan manusia, untuk kesehatan manusia itu
sendiri,ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal yang pertama
dihisab adalah sholat.
B. Saran
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkankebaikan dalam
segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dankemaksiatan, sebagai pembeda
antara orang yang beriman dan orang yangkafir, sholat sebagai syariat dari Allah dalam
kehidupan, semoga dapatdifahami, diamalkan dan diaplikasikan dengan benar dalam
kehidupan kita.Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas
darikami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan. Maka
teruslah berusaha untuk menjauhi segala yang menjadi larangannya dan melaksanakansegala
perintahnya, meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.eramuslim.com/umum/masalah-khilafiyah-bagaimana-harus-
bersikap.htm#.XYwd-PkzbIU
https://islami.co/filosofi-gerakan-sholat-menurut-kitab-klasik/
https://www.islampos.com/hal-hal-yang-dapat-membatalkan-shalat-69553/
https://syulhadi.wordpress.com/dakwah-cyber/bab-shalat/macam-macam-shalat/
https://wisatanabawi.com/bacaan-sholat/
https://www.radiorodja.com/47050-rukun-rukun-shalat-beserta-penjelasannya/
https://muslim.or.id/43999-keutamaan-keutamaan-ibadah-shalat.html
http://jawigo.blogspot.com/2010/04/dasar-hukum-dan-pelaksaan-shalat.html
https://pasberita.com/pengertian-sholat/
https://www.kompasiana.com/yuliayulia/5cd66b9595760e59595147b3/tugas-pendidikan-
agama-islam-universitas-buana-perjuangan-karawang?page=all
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/05/pengertian-sholat-syarat-dan-rukun-sholat-
lengkap.html

21

Anda mungkin juga menyukai