Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah hasil penelitian ini tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan dari
pembuatan makalah ini tidaklah lain untuk melengkapi tugas yang
diberikan oleh Dosen pembimbing kami.

Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus


kepada Dosen pengampu kami Drs. H.Muhammad Achyar, M.Si atas
petunjuk dan bantuannya dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Besar


harapan kami untuk bisa memperoleh masukan, saran, dan kritik yang
sifatnya membangun dari siapapun yang membaca makalah ini demi
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Sekian dan terima kasih.

Surabaya, November 2015

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................2
C. Tujuan.................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat................................................................3
B. Hakikat Shalat....................................................................3
C. Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat.....................................7
D. Hal-hal yang Berkaitan dengan Shalat.............................10
E. Hikmah Shalat..................................................................15

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................16
B. Saran.................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban


kita sebagai mahluk yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang
tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap apa yang
dilakukaan.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang


sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun
dalam perjalanan.

Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam


didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga
barang siapa mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (Islam),
dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama
(Islam).

Dalam istilah lain, sholat adalah satu macam atau bentuk ibadah
yang di wujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu di
sertai ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula.
Istilah sholat ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa di atas, karena di dalamnya mengandung do’a-do’a, baik yang
berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.

Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna,


apalagi maha sempurna, melainkan seseorang itu serba terbatas,
sehingga dalam menempuh perjalanan hidupnya yang sangat komplek
itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan problema. Oleh karena itu
kita perlu mengetahui apa itu shalat, dan syarat rukunya dan berikut
akan dipaparkan mengenai segala macam tentang shalat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Shalat ?
2. Apa Hakikat Shalat ?
3. Apa Saja Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat ?
4. Apa Saja Hal-Hal yang Berkaitan Dalam Shalat ?
5. Apa Saja Hikmah Shalat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Hakikat, dan Tujuan Shalat.
2. Menjelaskan apa saja Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat.
3. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dalam shalat.
4. Mengetahui hikmah dan manfaat sholat bagi kehidupan manusia.

D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam :

1. Memhami tentang pengertian serta hakikat shalat.


2. Lebih sempurna dalam mengerjakan shalat.
3. Lebih utama untuk meningkatkan keimanan sehingga menjadi
insan yang bertaqwa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat

Shalat secara etimologi berarti do’a dan secara terminolgi / istilah,


para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki, secara lahiriah
shalat diartikan beberapa ucapan dan gerakan yang dimulai dengan
takbir dan di akhiri dengan salam.1 Secara hakiki shalat ialah
“berhadapan jiwa kepada allah, secara yang mendatangkan takut
kepadanya serta menumbuhkan jiwa rasa kebesaranya dan
kesempurnaan kekuasaanya”.2

B. Hakikat Sholat

Salat (bahasa Arab: ‫الة‬DD‫ ;ص‬transliterasi: Shalat) merujuk kepada


ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik
sholat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad
sebagai figur pengejawantah perintah Allah.

Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu adalah merupakan lima


rangkaian perjalanan kehadirat allah yang telah diwajibkan oleh allah
kepada hambanya didalam waktu yang berlainan setiap hari. Dimana
seorang mukmin selama shalat itu melepaskan dirinya dari persoalan
duniawinya dan menumpahkan pengabdian untuk tuhanyan dengan
mengingat kebesaran allah , memohonkan pertolongan dan petunjuk .
dan didalam shalat itu pula dia menyerahkan diri sepenuhnya kedalam
lingkungan allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan
sesunguhnya perjalanan yang demikian itu dapatlah melepaskan duka
luarnya dan dapat pula meringankan kesengsaraaan serta mewujudkan
keinginan-keinginan yang baik3
1
Sidi Gazalba, Asas Agama Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1975), 67
2
Hasbi Asy Syidiqi, Pedoman Shalat, (Jakarta:Bulan Bintang, 1976), 56
3
Mahmud Sailut, Islam Sebagai Aqidah Dan Syari’ah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968),
7

3
Dalam Alquran disebutkan adanya perintah Allah untuk
melaksanakan shalat bagi umat-umat sebelum Nabi Muhammad.
Sholat dalam Islam pun telah dilakukan sejak awal diutusnya Nabi
Muhammad, dan baru diwajibkan Shalat lima waktu setelah terjadinya
peristiwa Isra dan mikraj. Dalam Isra' mi'raj tersebut disebutkan
bahwa Nabi Muhammad sholat terlebih dahulu di Al-Aqsha sebelum
naik ke langit dan berjumpa para nabi. Nabi Muhammad juga bertemu
Nabi Musa dan dia menceritakan bahwa umat-nya (bani Israil) tidak
mampu melakukan shalat lima puluh waktu dalam sehari.

Di dalam Alquran juga disiratkan akan shalat yang dilakukan nabi-


nabi sebelum Islam, misalnya Ishaq dan Ya'kub: "dan Kami telah
memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshaq dan Ya'qub, sebagai suatu
anugerah (daripada Kami), dan masing-masingnya Kami jadikan
orang-orang yang soleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah
mereka selalu menyembah." (Al-Anbiya' 21:72-73).

Juga disebutkan pula di dalam Alquran perintah salat kepada umat


lainnya sebelum Nabi Muhammad, pada Nabi Ismail, pada Nabi Isa,
pada Bani Israil, dan seluruh Ahlul Kitab.

Pada awal mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Aqsha di


Yerusalem sebelum akhirnya diperintah Allah untuk berpindah kiblat
ke bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Ismail yaitu Masjid Al-
Haram Kakbah.4

Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran


maupun As-Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan
yang sangat mendasar bagi seorang hamba dan sama sekali bukan
sebagai beban yang memberatkannya, bahkan shalat hakikatnya
sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan hati seorang hamba.
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat.

4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan
sholat dengan perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan
bahwa ia adalah sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang
yang beriman, karena dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-
Nya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ِ‫ َما تَقُو ُل َذل‬، ‫ يَ ْغتَ ِس ُل فِي ِه ُك َّل يَوْ ٍم خَ ْمسًا‬، ‫ب أَ َح ِد ُك ْم‬


‫ك يُ ْبقِى ِم ْن َد َرنِ ِه ؟‬ ِ ‫أَ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ أَ َّن نَهَرًا بِبَا‬

‫ يَ ْمحُو هَّللا ُ بِهَا ْال َخطَايَا‬، ‫س‬


ِ ‫ت ْال َخ ْم‬
ِ ‫صلَ َوا‬ َ ِ‫ فَ َذل‬:‫ قَا َل‬. ‫الَ يُ ْبقِى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْيئًا‬: ‫قَالُوا‬
َّ ‫ك مثل ال‬

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah


seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari
lima kali, menurut Anda, apakah itu akan menyisakan kotorannya ?
Para sahabat menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun kotorannya.’
Beliau bersabda, ‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu,
dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)’” (HR.
Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667).

Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa
mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.

Allah Ta’ala berfirman,

‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬


َّ ‫إِ َّن ال‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji


dan mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).

Sholat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong


pelakunya untuk senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di
tengah-tengah kesibukannya dengan dunia dan di tengah-tengah
kelalaian serta kegersangan hatinya, Allah Ta’ala berfirman,

َّ ‫َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬

“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha:14).

5
Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik
lautan mutiara hakikat ibadah sholat, maka sholat dipandangannya
menjadi suatu aktifitas yang sangat menyenangkan dan ini terjadi pada
diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

َّ ‫جعلت قُرَّة َعيْني فِي ال‬


‫صاَل ة‬

“Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat


mengerjakan shalat”. (HR. An-Nasaa`i dan Ahmad dan selain
keduanya. Hadits Shahih).

Marilah kita menyelami lautan mutiara hakikat ibadah shalat dan


perumpamaan yang mengagumkan yang menggambarkan
keindahannya. Sehingga kita terdorong untuk lebih mencintainya dan
melakukannya dengan sebaik-baiknya.5

C. Syarat, Rukun, dan Sunnah Sholat

Berikut adalah tentang Syarat, Rukun, dan Sunnah Shalat :

1. Syarat-syarat sholat
a. Syarat yang mewajibkan sholat ada tiga hal, yaitu:
1) Islam,

5
Zainal Muttaqin, Fiqih, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 2005), 18

6
2) Dewasa (Baligh),
3) Berakal.6
b. Syarat-syarat shalat sebelum melakuknnya ada lima, yaitu:
1) Mensucikan anggota tubuh dari hadas dan najis,
2) Menutup aurat dengan pakaian yang suci,
3) Bertempat di tempat yang suci,
4) Mengetahui masuknya waktu shalat,
5) Menghadap kiblat.

Dan di perbolehkan tidak menghadap arah kiblat (ketika


sholat) di dalam dua keadaan, yaitu:

(a) Dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan (dalam


keadaan perang) dan,
(b) Sholat sunat yang dilakukan di dalam kendaraan di
waktu bepergian.7

6
Abu Syuja’ Ahmad Bin Husain, Matnul Ghayah Wat Taqrib, (Surabya:al-Miftah,
2000), 22
7
Ibid, 23

7
2. Rukun-rukun Sholat

Rukun-rukun shalat itu ada delapan belas, yaitu:

1) Niat,
2) Berdiri jika mampu,
3) Membaca Takbiratul Ihram,
4) Membaca surat Al-Fatihah, dan Bismillaahirrahmaanirrahiim
termasuk ayat dari surat Al-Fatihah,
5) Rukuk,
6) Tumakninah di dalam rukuk,
7) Berdiri tegak setelah rukuk,
8) Tumakninah di dalam berdiri setelah rukuk (i’tidal),
9) Sujud,
10) Tumakninah di dalam sujud,
11) Duduk diantara dua sujud,
12) Tumakninah di dalam duduk (antara dua sujud),
13) Duduk yang akhir,
14) Membaca Tahiyat di dalam duduk yang akhir,
15) Membaca Sholawat kepada Nabi SAW. Di dalam membaca
tahiyat akhir,
16) Salam yang pertama,
17) Niat keluar dari sholat,
18) Tertib rukun menurut urutan yang telah disebutkan.8

3. Sunah-sunah sholat
a. Sunnah-sunah sholat sebelum melakukannya ada dua hal, yaitu:
1) Adzan, dan
2) Iqamat.
b. Adapun sunnah-sunnah dalam sholat ada dua, yaitu:
1) Membaca tahiyat awal,

8
Abu Syuja’ Ahmad Bin Husain, matnul ghayah wat taqrib,… 23-24

8
2) Membaca doa qunut dalam rakaat kedua waktu sholat
shubuh dan dalam sholat Witir pada tiap malam di paroh
kedua bulan Ramadan.
c. Sunnah-sunnah pada waktu sholat yang apabila ditinggalkan
tanpa perlu mengganti dengan sujud sahwi (Haiat sholat) itu
ada 15, yaitu:
1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ketika
akan rukuk dan ketika akan berdiri dalam rukuk,
2) Meletakkan tangan kanan diatas punggung kiri
(bersedekap),
3) Membaca doa tawajjuh,
4) Membaca isti’adzah (a’udzubillahiminasy-
syaithaanirrajiim),
5) Membaca dengan keras (jahr) pada tempatnya (membaca
surat Al-Fatihah dan surat yang lain dengan keras pada
rokaat pertama dan kedua dalam sholat maghrib, isya’, dan
shubuh) dan membaca dengan perlahan-lahan (israr) pada
tempatnya (dalam sholat dhuhur dan ashar),
6) Membaca Amin (setelah membaca Al-Fatihah),
7) Membaca surat Al-Fatihah (di dalam dua rakaat yang awal
bagi imam atau orang yang sholat sendirian),
8) Membaca takbir ketika bangun dari sujud, ketika memulai
melakukan rukuk dan akan sujud,
9) Membaca smi’allahuliman hamidah (ketika bangun dari
rukuk), dan membaca doa rabbanaa lakal hamdu,
10) Membaca tasbih (subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdi)
di dalam rukuk,
11) Membaca tasbih (subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdi) di
waktu sujud,
12) Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha ketika duduk
dengan membentangkan tangan kiri dan mengepalkan
tangan kanan kecuali jari telunjuk luruskanlah ia (jari
telunjuk itu) di saat membaca syahadat tauhid,

9
13) Duduk iftirasy pada setiap duduk,
14) Duduk tawarruk pada waktu duduk tahiyat akhir,
15) Membaca salam yang kedua.9

D. Hal-Hal yang Berkaitan dalam sholat


Apa sajakah hal-hal yang berkaitan dalam sholat, berikut
penjelasannya.
1. Sholat dalam kondisi khusus

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan sholat


diberi keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat
berada dalam perjalanan (safar).

Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka
ia dibolehkan melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia
tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat dengan
berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan
tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.

Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia


diperkenankan menggabungkan (jama’) atau meringkas (qashar)
salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua sholat pada satu
waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya’. Mengqasar
salat berarti meringkas sholat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya)
menjadi 2 rakaat.10

2. Sholat berjamaah
Hadits tentang keutamaan sholat berjamaah :

:ُ‫قا َ َل اإل َما ُم البُخا َ ِري َر ِح َمهُ هللا‬


: ِ‫ أَ َّن َرسُو َل هللا‬،‫ ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر‬،‫ ع َْن نَافِ ٍع‬،‫ك‬ ٌ ِ‫ أَ ْخبَ َرنَا َمال‬:‫ قَا َل‬، َ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هللاِ بْنُ يُوسُف‬
ً‫صالَةَ ْالفَ ِّذ بِ َسب ٍْع َو ِع ْش ِرينَ َد َر َجة‬ ُ ‫صالَةُ ْال َج َما َع ِة تَ ْف‬
َ ‫ض ُل‬ َ َ‫ ل‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَال‬
َ .

9
Abu Syuja’ Ahmad Bin Husain, matnul ghayah wt taqrib,… 25.
10
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat.
‘Imam al-Bukhari ra berkata: Telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibn Yusuf yang berkata:  Telah mengabarkan kepada kami
Malik, dari Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat
sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.

Sholat berjamaah itu sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah


muakkad). Wajib atas makmum berniat untuk menjadi makmum,
sedangkan imam tidak harus berniat menjadi imam. Orang yang
merdeka boleh bermakmum kepada budak, dan orang yang sudah
baligh (sampai umur) boleh bermakmum kepada yang hamper baligh
(murahiq). Dan pria tidak sah bermakmum kepada wanita, demikian
pula (tidak sah) orang yang baik bacaan fatihahnya bermakmum
kepada orang yang tidak sempurna bacaan fatihahahnya. Di tempat
mana saja di dalam masjid seorang makmum melakukan sholat
mengikuti sholat imam, sedang ia dapat mengetahui sholat imam
tersebut, maka shlah ia bermakmum selam tidak berada di depan
imamnya. Apabila imam melakukan shalat di dalam masjid dan
makmum di luar masjid yang dekat dengan imam itu dan tidak ada
tabir pemisah, maka dia diperbolehkan bermakmum.11

Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama


(berjamaah). Dalam pelaksanaannya setiap Muslim diharuskan
mengikuti apa yang telah Nabi Muhammad ajarkan, yaitu dengan
meluruskan dan merapatkan barisan, antara bahu, lutut dan tumit
saling bertemu.

Pada shalat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten


akan ditunjuk sebagai imam shalat, dan yang lain akan berlaku
sebagai makmum.

Shalat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri


antara lain Sholat fardu, Shalat tarawih. Dan Shalat yang mesti

11
Abu Syuja’ Bin Husain, Matnul Ghayah Wat Taqrib,…30.
dilakukan berjamaah antara lain Shalat Jumat, Shalat Hari Raya (Ied),
Shalat Istisqa' Yaitu shalat yang tidak wajib berjamaah tetapi
sebaiknya berjamaah.12

3. Perbedaan antara pria dan wanita di dalam sholat

Antara wanita dan pria (di dalam shalat) berbeda dalam lima hal;

Pria:

1) Merenggangkan kedua sikunya dari kedua lambungnya (ketika


rukuk dan sujud),
2) Merenggangkan perutnya dari kedua pahanya di waktu rukuk dan
sujud,
3) Mengeraskan bacaan (fatihah dan surat lain) di tempat jahr,
4) Jika terjadi sesuatu kesalahan (imam) di dalam shalat, maka ia
membaca tasbih ,
5) Aurat pria adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut.

Wanita:

1) Merapatkan sebagian tubuhnya pada sebagian yang lain


(merapatkan kedua sikunya pada kedua lambungnya dan perutnya
pada kedua pahanya di waktu rukuk dan sujud),
2) Merendahkan suarnya di dekat pria yang bukan mahramnya,
3) Jika terjadi suatu kesalahan (imam) pada waktu sholat, maka ia
bertepuk tangan (dengan menepukkan telapak tangan dengan
punggung tangan, atau punggung tangan dengan punggung
tangan),
4) Aurat wanita yang merdeka adalah seluruh tubuhnya, kecuali
muka dan kedua telapak tangannya (di dalam shalat), sedang
budak perempuan, auratnya seperti aurat pria di dalam shalat.13

12
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat.
13
Abu Syuja’ Ahmad Bin Husain, Matnul Ghayah Wat Taqrib…, 26.
4. Hal-hal yang membatalkan shalat
Hal-hal yang membatalkan shalat ada sebelas, yaitu:
1) Berbicara dengan sengaja,
2) Melakukan gerakan yang banyak (yang lebih dari tiga gerakan
besar dan bukan merupakan amalan shalat),
3) Berhadats,
4) Kejatuhan najis,
5) Terbuka auratnya,
6) Mengubah niat,
7) Membelakangi kiblat,
8) Makan,
9) Minum,
10)Tertawa terbahak-bahak,
11)Murtad.14

5. Hal-hal yang makruh dalam sholat


1) Melirik atau menoleh (Al-Iltafat) tanpa keperluan tertentu dalam
shalat.
2) Mengangkat pandangan, baik ke arah langit atau kemanapun,
merupakan salah satu dari pada perbuatan makruh dalam shalat.
3) Shalat dengan tangan di pinggang. Yaitu seseorang shalat dengan
bertolak pinggang.
4) Shalat sambil menahan buang air kecil atau besar, atau menahan
kentut. Hal ini bisa mengganggu ketenangan hati dalam shalat.
5) Shalat di depan hidangan makanan. Hal ini juga termasuk
perbuatan makruh dalam shalat, Jika memungkinkan baginya
untuk mendahulukan makan kemudian melaksanakan shalat, itu
akan lebih baik, namun jika tidak memungkinkan karena
sempitnya waktu, maka hal itu termasuk udzur baginya.15

14
Abu Syuja’ Ahmad Bin Husain, Matnul Ghayah Wat Taqrib…, 27.
15
https://hasansaggaf.wordpress.com/2012/02/29/hal-yang-makruh-dalam-shalat.

13
6. Hal-hal yang mungkin tertinggal karena lupa dalam sholat

Hal-hal yang mungkin tertinggal karena lupa dalam shalat ada tiga
macam, yaitu:

1) Fardlu, ia tidak tidak cukup diganti dengan sujud sahwi. Bahkan


jika seseorang telah ingat (yang terlupakan) sedangkan waktunya
masih dekat, maka ia harus menunaikan (yang terlupakan),
kemudian mengerjakan bagian shalat yang selebihnya, kemudian
melakukan sujud sahwi (di akhir shalat sebelum salam).
2) Sunnah, ia tidak boleh diulangi setelah terlanjur melakukan fardu
(yang sesudahnya). Akan tetapi hendaknya diganti dengan sujud
sahwi.
3) Haiat, ia tidak boleh diulangi setelah tertinggalkannya juga tidak
perlu sujud sahwi sebagai gantinya. Apabila seseorang bimbang
tentang jumlah rakaat yang telah dilakukannya, ia harus
menetapkan sujud sahwi. Sujud sahwi itu sunna dan tempatnya
sebelum malam.16
7. Waktu yang tidak boleh ditempati untuk melakukan sholat

Ada lima Waktu yang tidak boleh ditempati untuk


melakukan sholat, kecuali sholat yang mempunyai sebab, yaitu:

1) Setelah sholat shubuh hingga matahari terbit,


2) Ketika terbit matahari hingga sempurna dan naik sepanjang kadar
tombak (kurang lebih 15 dari permukaan bumi),
3) Ketika matahari tepat di tengah-tengah (persis di atas kepala)
hingga condong sedikit ke barat,
4) Setelah sholat ashar hingga terbenamnya matahari,
5) Mulai terbenamnya matahari hingga sempurna terbenamnya.17

16
Abu Syuja’ Ahmad Bin Husain, Matnul Ghayah Wat Taqrib…, 28.
17
Ibid, 29

14
E. Hikmah Sholat
Sesungguhnya, kalau kita pikir, shalat itu penuh dengan makna
atau hikmah yang sangat penting, yaitu pertama, kalau sholat lima
waktu kita jalankan dengan benar-benar, maka akan tercipta tegaknya
disiplin dalam kehidupan kita masing-masing karena sholat itu
merupakan kewajiban yang telah ditentukan waktu-waktunya. Jadi,
orang yang menjalankan sholat, mau tidak mau akan menimbulkan
dampak positif, yaitu tegaknya disiplin waktu sehingga kesadaran
terhadap disilin waktu akan merambah kepada kehidupan.18
Kedua, sesungguhnya didalam sholat juga mendididk para
pelakunya utuk memiliki kejujuran yang luar biasa. Sholat merupakan
hubungan vertical yang diwarnai dan dijiwai dengan kejujuran.
sehingga, didalam sholat kejujuran penting sekali, baik ada orang
maupun tidak. Contoh kita kalau melaksankan sholat isya’ yang
jumlahnya 4 rakaat, meskipun kita sholat sendiri kita tidak bisa
mengurangi atau menambahi rakaat dalam sholat isya’ tersebut.19
Ketiga, sholat juga melakukan purifikasi ruhani di samping secara
fisik kita bersih Karena berwudhu lima kali sehari. Purifikasi ruhani,
insya allah, kan menjaga diri kita supaya tidak terjebur kepada dosa-
dosa besar. Kalau kita lima kali sehari bermunajat kepada allah, ilahi
rabbi, maka setiap saat akan ingat kepada allah. 20

18
M. Amin Rais, Tauhid Sosial, (Bandung:Mizan, 1998), 61
19
Ibid, 62
20
Ibid, 62

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Shalat menurut bahasa berarti berdoa. Sedangkan pengertian shalat


menurut syara’ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam. Ucapan disini adalah bacaan-bacaan Al-Qur’an, takbir, tasbih,
dan do’a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-
gerakan dalam shalat misalnya berdiri, rukuk, sujud, dan gerakan-
gerakan lain dalam shalat.

Secara khusus dipakai untuk sholat lima waktu yang tuhan


perintahkan untuk dikerjakan pada lima waktu yang berbeda beda dan
mengandung syarat-syarat pendahuluan tertentu, seperti : 1. Penyucian
secara lahiriah dari najis atau kotoran dan secara batiniah dari hawa
nafsu; 2. Pakaian lahiriah supaya bersih dan pakaian batiniah supaya
tidak dicemari oleh sesuatu yang diharamkan; 3. Tempat bersuci diri
supaya secara lahiriah bebas dari kotoran dan secara batiniah bebas
dari kerusakan akhlak dan dosa; 4. Menghadap kiblat, kiblat lahiriah
berupa ka’bah dan kiblat batiniah berupa Arasy Ilahi, yang berarti
rahasia musyahadat; 5. Berdiri secara lahiriah dalam keadaan kukuh
(qudrat) dan secara batiniah dalam taman kedekatan dengan tuhan
(qurbat); 6. Niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah; 7
Mengucapkan “Allahu Akbar” dalam maqam penghormatan dan
pelenyapan (fana’), dan berdiri pada tempat persatuan, dan membaca
al-Qura’an secara hormat, dan menundukkan kepala (rukuk) dengan
kerendahan hati, dan merendahkan diri (sujud) dengan rasa kehinaan,
dan bersyahadat dengan khusuk, dan menyelami pelenyapan sifat-sifat
diri. Ketika Rasulullah saw. Shalat, terdengar di dalam diri beliau
terdengar suara air yang sangat mendidih didalam ketel. Dan ketika
Ali sedang shalat, bulu kuduknya berdiri, beliau gemeteran, dan
berkata “Inilah saatnya memenuhi amanah yang langit dan bumi tidak
sanggup menanggungnya”.21

Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran


maupun As-Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan
yang sangat mendasar bagi seorang hamba dan sama sekali bukan
sebagai beban yang memberatkannya, bahkan shalat hakikatnya
sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan hati seorang hamba.

Shalat yang dilakukan dengan baik bisa mencegah pelakunya dari


perbuatan keji dan mungkar. Sesuai dengan firman Allah SWT. Yang
artinya “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).

B. Saran

Dengan kita memahami dan mengetahui hakikat, syarat, rukun,


sunnah, hal-hal yang berkaitan dengan shalat sampai dengan manfaat
yang begitu banyak dari sholat maka di harapkan kita bisa melakukan
sholat dengan sebaik-baiknya dan tentunya menambah iman dan
ketaqwan kita kepada sang pencipta alam semesta yakni Allah SWT.

21
Ali Ibn Utsman al-Hujwiri, Kasyuf Mahjub, (Bandung: Mizan, 1994), 269

17
DAFTAR PUSTAKA

Asy Syidiqi, Hasbi. 1976. Pedoman Sholat, Jakarta: Bulan Bintang.

Ghazalba, Sidi. 1975. Asas Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Husain, Syekh Abu Syuja’ Ahmad bin. 2000. Matnul Ghayah Wat Taqrib.
Surabaya: Al-Miftah

https://id.wikipedia.org/wiki/Salat[diakses 19 November 2105].

Ibn Utsman al-Hujwiri, Ali. 1994. Kasyuf Mahjub. Bandung: Mizan

Muttaqin, Zainal. 2005. Fiqih, Semarang: Putra Karya Toha.

Rais, Muhammad Amin, 1998. Tauhid Sosial, Bandung: Mizan.

Syailut, Muhammad. 1968. Islam Sebagai Aqidah dan Syari’ah, Jakarta:


Bulan Bintang.

18

Anda mungkin juga menyukai