Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH MAKNA DAN FUNGSI SHOLAT


Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam

Dosen Mata Kuliah :


Mustopa, S.Ag., M.SI

Dususun oleh :
Kelompok 4
1. Farhatul kholida
2. Saila ilmi Mutia Rofiq
3. Putri silviani

PROGRAM AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
PUTRA INDONESIA MALANG – KOTA MALANG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. .Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Dengan rahmat dan inayah dari Allah SWT, bahwa penulis telah menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “ Makna dan Fungsi Shalat”.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit halangan atau rintangan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan semua kalangan sehingga kendala – kendala yang penyusun hadapi
bisa teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Mustopa, S.Ag., M.SI Selaku
Dosen pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini dan petunjuk kepada penulis
sehinga termotivasi dalam menyusun makalah ini. Teman – teman yang telah memberikan
dorongan Dan Motivasi kepada Penulis dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan. Khususnya bagi penulis semoga tujuan dalam pembuatan makalah ini bisa
tercapai.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Definisi Shalat..........................................................................................................................2
B. Fungsi Shalat...........................................................................................................................4
C. Definisi Shalat Berjamaah.......................................................................................................4
D. Keutamaan Shalat Berjamaah................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Shalat adalah salah satu dari rukun Islam ke dua yang diperintahkan oleh Allah melalui
perantara Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Shalat dalam praktik kehidupan sehari-hari terdapat beberapa hukum, shalat dapat menjadi
wajib hukumnya apabila itu shalat fardlu, menjadi sunnah apabila itu shalat sunnah dan lain
sebagainya. Dalam pelaksanaannya pun terdapat beberapa cara yang harus dilaksanakan,
karena hal itu merupakan syarat syah dan diterimanya shalat. Shalat dapat dilaksanakan
sendiri (munfarid) dan berjamaah. Shalat yang dilaksanakan sendiri dan berjamaah berbeda
dalam pelaksanaan, hukum, dan tata caranya. Shalat berjamaah lebih utama dari shalat
sendirian dengan kelebihan dua puluh tujuh derajat.
Selain itu dalam perihal pelaksanaan shalat berjamaah, di dalamnya terdapat beberapa
rangkaian ibadah seperti adzan. Dalam hal ini adzan berfungsi untuk mengumpulkan para
jamaah muslim untuk melaksanakan shalat bersama-sama (berjamaah). Ketika seseorang
telah berkumpul untuk shalat berjamaah maka hal itu lebih baik daripada melaksanakan
shalat sendiri, karena dalam shalat berjamaah selain mendapatkan lebih pahalanya juga
terdapat manfaat dan hikmah seperti shalat dapat mencegah pelakunya dari melakukan
perbuatan keji dan mungkar. Allah SWT berfirman : ”bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al-kitab(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-‘Ankabut : 45)
Dan makalah ini di susun bertujuan untuk memaparkan apakah yang dimaksud dengan
shalat, fungsi, dan bagaimana pelaksanaan shalat.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apakah yang dimaksud dengan Shalat ?
2. Apakah fungsi dari Shalat?
3. Apakah yang dimaksud dengan Shalat Berjamaah?
4. Apakah keutamaan Shalat Berjamaah ?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalh di atas maka tujuan penulisan makalh ini
adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan Shalat.
2. Menjelaskan apakah fungsi dari Shalat.
3. Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan Shalat Berjamaah.

1
4. Menjelaskan apakah keutamaan dari Shalat Berjamaah.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Shalat
Shalat menurut arti lughat ialah berdo’a firman allah ta’ala : ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم‬
َ ‫“ َو‬berdo’alah kamu
untuk orang-oang yang beriman itu” (At-taubah : 104). Menurut arti syara’, shalat itu berupa
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dengan syarat-syarat tertentu. Dalil diwajibkannya shalat ialah firman allah di dalam
al-qur’an:
‫صالَةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ َّ ‫ َواَقِ ِم ال‬.
َّ ‫صالَةَ ِإنَ ال‬
“Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)

“Shalat itu Cahaya” Maksudnya, sholat mempunyai cahaya atau menyinari. Sholat itu cahaya
dan menyinari wajah pemiliknya (Orang yang melakukan sholat) dalam satu riwayat
dikatakan “Barang siapa yang telah mengerjakan shalat pada malam hari niscaya pada siang
hari wajahnya bercahaya”. Abu Darda’ mengatakan, “Shalatlah kamu semua pada waktu
gelap malam untuk menghilangkan gelapnya kubur”. Shalat itu menyinari hatimu (dengan)
cahaya-cahaya makrifat dan memperlihatkan kebenaran-kebenaran. Dengan demikian, orang
yang melakukan sholat harus mencurahkan pikirannya dari segala kesibukan dunia dan harus
menghadap penuh kepada Allah, sehingga dia diberi anugerah oleh Allah SWT, merasa
disaksikan olehnya, merasa dekat kepada-Nya, dan merasa cinta kepada-Nya
· Waktu pelaksanaan Shalat
Waktu shalat adalah persoalan yang paling penting. Jika masuk waktu shalat maka datanglah
kewajiban melaksanakan shalat. Dan jika waktu shalat telah keluar, shalatnya menjadi luput.
Shalat yang difardukan itu ada lima yaitu : Yang pertama adalah shalat dzuhur. Permulaan
waktunya sejak tergelincirnya matahari dan akhir waktunya hingga bayang-bayang suatu
benda telah sepadan dengan benda itu selain bayang-bayang yang telah ada sejak matahari
tergelincir. Yang kedua adalah shalat ashar. Shalat ashar itu mempunyai empat waktu :
Pertama: waktu fadilah (Waktu afdal), atau utama, yaitu ketika bayang-bayang menyamai
benda.
Kedua: Waktu jawaz bila karahah (harus tidak makruh), yaitu sejak bayang-bayang dua
kalilipat dari bendanya hingga matahari tampak kekuning-kuningan. Ketiga : waktu jawaz
makruh (harus yang makruh), yakni makruh mengakhirkan shalat sampai waktu jawaz
karahah ini. Yaitu sejak matahari tampak kekuning-kuningan hingga sesaat sebelum matahari
terbenam.
Keempat: waktu tahrim (haram), yaitu mengakhirkan shalat hingga tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan shalat. Walaupun kita katakan shalatnya termasuk shalat ada’ (tunai).
Yang ketiga adalah shalat maghrib. Waktu shalat magrib adalah :

2
Qaul qadim mengatakan: waktu maghrib tidak keluar hingga terbenamnya mega merah.
Sebab sabda Nabi SAW:

ِ َ‫س َمااَ ْم يَ ْسقُ ِط ال َشف‬


)‫ق (رواه مسلم‬ ِ ‫ت ال َّش ْم‬ ِ ‫ت ْال َم ْغ ِر‬
ِ َ‫ب اِ َذا غَا ب‬ ُ ‫َو َو ْق‬

“Waktu maghrib ialah ketika matahari terbenam selama mega merah belum lenyap”
(HR.Muslim)
Yang keempat adalah shalat isya’. Waktu shalat isya adalah masuknya waktu isya’ bersama
dengan hilangnya mega merah, ibnu rifa’i mengatakan, keterangan tersebut berdasarkan ijma’
ulama. Waktu ikhtiar untuk shalat isya’, yaitu sebelum lewat sepertiga malam, karena
hadistnya jibril a.s dan lain-lain. Didalam satu qaul dikatakan bahwa waktu ikhtiar untuk
shalat isya’ itu hingga lewat separuh malam. Karena sabda nabi Muhammad SAW:
ِ ْ‫ت ْال ِع َشا ِء اِلَى نِّص‬
‫ف الَّي ِْل‬ ُ ‫َو ْق‬

“waktu shalat isya’ itu hingga separuh malam.”


Yang kelima adalah shalat shubuh. Permulaan waktu subuh ialah munculnya fajar shadiq.
Fajar shadiq ialah fajar yang terangnya menyebar dan melintang di ufuk timur. Fajar ini ialah
fajar yang kedua. Dalilnya ialah hadist jibril a.s adapun fajar pertama tidak merupakan
permulaan masuknya waktu subuh. Fajar itu warnanya abu-abu, bentuknya memanjang
keatas. Fajar ini juga dikatakan sebagai fajar kadzib, karena dia bersinar lalu menghitam lagi.
Waktu ikhtiar untuk shalat subuh yaitu hingga remang-remang pagi, karena haditsnya jibril
a.s dan waktu jawaz, berlangsung hingga munculnya matahari, karena sabda nabi SAW:
ْ ‫ك الصُّ ْب َح َر ْك َعةً قَب َْل اَ ْن ت‬
)‫َطلُ َع ال َّش ْمسُ فَقَ ْد اَ ْد َركَ الصُّ ب َْح (روه مسلم‬ َ ‫َم ْن اَ ْد َر‬
“barang siapa menemukan satu rakaat dari shalat subuhnya sebelum terbit matahari, orang
tersebut berarti telah menemukan shalat subuh.” (HR.Muslim).
· Kualitas Sholat sebagai kunci kualitas keislaman

‫أخبرنا الحسين بن حريث قال أنبأنا الفضل بن موسى عن الحسين بن واقد عن عبد هللا بن بريدة عن أبيه قال قال رس‡‡ول هللا‬
‫ النسائي‬-‫صلى هللا عليه و سلم إن العهد الذي بيننا وبينهم الصالة فمن تركها فقد كفر‬
Husain bin Harits menceritakan kepada kami dan berkata Fadhl bin musa mengabarkan
kepada kami dari Husain bin waqid dari Abdullah bin Buraidah r.a. dari Nabi s.a.w.,
sabdanya: "Ikatan perjanjian antara kita - yaitu kaum Muslimin - dan mereka -yaitu kaum
munafikin - ialah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat, sungguh-sungguh
kafirlah ia." An-Nasa’i
Sebagaimana tersebut pada hadits sebelumnya, Hadist ini juga memiliki artian bahwa
Kualitas sholat seseorang bisa menjadi ukuran kualitas keislamannya, dimana jika ia mampu
menjaga sholatnya, maka selamatlah ia, dan sebaliknya jika ia tinggalkan sholat, maka
celakalah ia bahkan nabi menyebutnya kafir.
Hadits ini juga menjelaskan tentang larangan dan hukuman bagi orang yang menyia-nyiakan
sholat. Hadist ini menunjukkan bahwasannya orang yang meninggalkan sholat adalah kafir.
Dan kafir itu sama saja dengan keluar dari rel-rel agama. Jadi orang isalam tidak sholat lebih
parah dibandingkan dengan orang Yahudi dan Nasroni, Yahudi menyembelih hewan

3
sembelihanya untuk dimakan oleh manusia(sesama Yahudi), begitu juga nasroni, akan tetapi
orang yang meninggalkan shalat kalau menyembelih maka sembelihannya tidak halal untuk
dimakan.

B. Fungsi Shalat
· Shalat sebagai tiang agama
‫ بيهقي‬.‫ فمن اقامها فقد اقام الدين ومن هدمها فقد هدم الدين‬,‫الصالة عماد الدين‬
”Sholat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia
telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah
merobohkan agama (Islam) itu”. Baihaqi
Sebuah bangunan, setelah adanya pondasi yang merupakan asas sebuah bangunan berdiri,
kebutuhan pokok setelah pondasi adalah tiang penyangga, penyokong, soko guru, yang akan
menguatkan bangunan tersebut. Apabila sebuah bangunan memiliki 5 buah pilar penyangga,
maka jika salah satu dari tiang tersebut roboh maka kekuatan atau kekokohan bangunan
tersebut akan berkurang. Demikian seterusnya kekokohan suatu bangunan akan terus
berkurang seiring dengan hilangnya pilar-pilar penyangganya satu persatu.
Demikian pula Islam, yang ibaratnya adalah sebuah bangunan dengan syahadat sebagai
pondasinya, dakwah dan jihad sebagai atap pelindungnya, dan sholat yang merupakan
cerminan syariat Islam sebagai pilar penyangganya. Bila kaum muslimin rajin mendirikan
sholat yang 5 waktu, maka berarti mereka telah mengokohkan pilar-pilar Islam. Sebaliknya,
apabila kaum muslimin malas mendirikan sholat fardhu yang 5 waktu, maka berarti mereka
telah melemahkan Islam itu sendiri dengan ‘merobohkan’ pilar-pilarnya

C. Definisi Shalat Berjamaah


Shalat berjamaah adalah apabila dua orang salat bersama-sama dan salah seorang diantara
mereka mengikuti yang lain. Orang yang diikuti (yang di hadapan) dinamakan imam,
sedangkan yang mengikuti di belakang dinamakan makmum. Firman Allah SWT dalam Q.S
An-Nisa ayat 102 : “Dan apabila kamu berada di tengah-tengahmereka (sahabatmu), lalu
kamu hendak mendirikan salat bersama-samamereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri(salat) bersamamu”.
Dalam melaksanakan salat berjamaah, terdapat beberapa syarat sah makmum dalam
mengikuti imam, diantaranya :
1. makmum hendaklah mengikuti imam. Adapun imam tidak disyaratkan berniat menjadi
imam, hal itu hanyalah sunat, agar ia dapat ganjaran berjamaah.
Sabda Rosulloh:
Artinya : “Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat”. {Riwayat Bukhari}
2. Makmum hendaklah mengikuti imam dalam segala pekerjaannya. Maksudnya,
Makmum hendaklah membaca takbirotul ikhram sesudah imamnya; begitu juga permulaan
segala perbuatan makmum, hendaklah terkemudian dari yang di lakukan oleh imamnya.

4
Sabda Rosulullah SAW :
“Sesungguhnya imam itu di jadikan pemimpin supaya di ikuti perbuatannya. Apabila ia telah
takbir, hendaklah kamu takbir; dan apabila ia rukuk, hendaklah kamu rukuk pula” {Riwayat
Bukhari dan Muslim}.

Sabda Rosululloh SAW:


”Sesungguhnya imam itu gunanya supaya di ikuti perbuatannya maka apabila ia takbir, maka
hendaklah kamu takbir, janganlah kamu takbir sebelum ia takbir, apabila oa rukuk hendaklah
kamu rukuk, janganlah kamu rukuk sebelum ia rukuk. Apbila ia sujud hendaklah kamu
sujud ,janganlah kamu sujud sebelum ia sujud” {Riwayat Ahmad dan Abu Dawud}
Sabda rosulullah SAW:
3. Mengetahui gerak-gerik perbuatan imam umpamanya dari berdiri ke rukuk, dari rukuk
ke I’tidal, dari I’tidal ke sujud, dan seterusnya. Baik dengan melihat imam sendiri, melihat
Saf {barisan} yang di belakang imam, maupun mendengarkan suara imam atau mubalighnya.
4. keduanya (imam dan makmum) berada dalam satu tempat, umpamanya dalam satu
rumah.
5. Tempat berdiri makmum tidak boleh lebih depan daripada imam.yang dimaksud disini
ialah lebih depan ke arah kiblat.
Susunan makmum :
a. Kalau makmum hanya seorang, hendaklah ia berdiri di sebelah kanan imam agak ke
belakang sedikit, dan apabila datang orang lain, hendaklah ia berdiri di sebelah kiri imam.
Sesudah takbir, imam hendaklah maju, atau kedua orang itu (makmum) mundur.
b. Kalau jamaah itu terdiri dari beberapa saf, terdiri atas jamaah laki-laki dan dewasa,
kanak-kanak, dan perempuan, hendaklah diatur saf sebagai berikut : di belakang imam ialah
saf laki-laki dewasa, saf kanak-kanak, kemudian saf perempuan.
c. Saf hendaklah lurus dan rapat, berarti jangan ada renggang antara yang seorang dengan
yang lain.
6. Imam hendaklah jangan mengikuti yang lain.
7. Aturan salat makmum dengan salat imam hendaklah sama.
8. Laki-laki tidak sah mengikuti perempuan.
9. Keadaan imam tidak ummi, sedangkan makmum qari. Artinya imam itu hendaklah
orang yang baik bacaannya.
10. Makmum janganlah berimam kepada orang yang ia ketahui tidak sah (batal) salatnya.
Salat berjamaah dikenal yang namanya makmum masbuk. Dimana masbuk ialah orang yang
mengikuti kemudian, ia tidak sempat membaca Fatihah beserta imam di rakaat pertama.
Hukumnya yaitu :

5
· jika ia takbir sewaktu imam belum rukuk, hendaklah ia membaca Fatihah sedapat
mungkin. Apabila imam rukuk sebelum habis Fatihah-nya, hendaklah ia rukuk pula
mengikuti imam. Atau didapatinya imam sedang rukuk, hendaklah ia rukuk pula. Ringkasnya
hendaklah ia mengikuti keadaan imam sesudah ia takbiratul ihram.
· Apabila masbuq mendapati nimam sebelum rukuk atau sedang rukuk dan ia dapat
rukuk yang sempurna bersama imam, maka ia mendapat satu rakaat, berarti salatnya terhitung
satu rakaat. Kemudian hendaklah kekurangan rakaatnya ditambah jika belum cukup, yaitu
sesudah imam memberi salam. Adapun Fatihahnya ditanggung imam.

Sebelum shalat berjamaah dilaksanakan, terdapat seruan adzan.


· Menjawab Adzan

‫حدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن عطاء بن يزيد‬
‫الليثي عن أبي سعيد الخدري أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال إذا سمعتم‬
‫ بخاري‬- ‫النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن‬

Abdullah bin yusuf menceritakan kepada kami katanya Malik mengabarkan kepada kami dari
Ibnu Syihab dari Atha’ bin yazid Al-laitsy dari Abu Said al-Khudri r.a. bahawasanya
Rasulullah s.a.w. .bersabda: "Jikalau engkau semua mendengar azan, maka
ucapkanlah ,sebagaimana yang diucapkan oleh muazzin." Bukhari
Apabila seorang muslim mendengar adzan, ucapkanlah perkataan seperti perkataan muadzin,
kecuali pada lafal “Hayya ‘alash-shalaah dan Hayya ‘alal falaah”, hendaklah seorang muslim
mengucapkan, “Laa haula wala quwwata illa billah” – “Tiada daya dan kekuatan, kecuali
dengan (kehendak) Allah.”
Ketika muadzin mengucapkan, “Qad qamatish-shalaah”, hendaklah seorang muslim
mengucapkan, “Aqaamahallahu wa adaamahaa maa daamatis-samaawaati wal ardh” –
“Semoga allah menegakkan shalat dan mengekalkannya selama masih ada langit dan bumi.”
Pada lafal, “Ash-shalatu khairum-minannauum”, hendaklah seorang muslim mengucapkan,
“Shadaqta wa bararta” – “Kamu benar dan kamu tidak berdusta.”
Adapun setelah adzan dikumandangkan, hendaklah seorang muslim berdoa, yang artinya:
“Ya Allah, pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang tegak ini, berikanlah wasilah,
keutamaan dan kedudukan mulia kapada Muhammad, sebagaimana hal itu telah Engkau
janjikan kepada beliau.” (HR Ahmad dan Haitsami)

· Keutamaan Adzan

‫حدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخبرنا مالك عن أبي الزناد عن األعرج عن أبي هريرة‬

6
‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال إذا نودي للصالة أدبر الشيطان وله صراط‬
‫حتى ال يسمع التأذين فإذا قضى النداء أقبل حتى إذا قضى بالصالة أدبر حتى‬
‫ اذكر كذا‬,‫ يقول اذكر كذا‬,‫إذا قضى التثويب أقبل حتى يخطر بين المرء ونفسه‬,
‫ بخاري‬-‫ حتى يظ ّل الرجل ال يدري كم صلّى‬,‫لما لم يكن يذكر‬
Abdullah bin Yusuf menceritakan kepada kami katanya Malik mengabarkan kepada kami
dari Abi Zanad dari A’raj dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau azan dibunyikan untuk shalat, maka membelakanglah syaitan - yakni lari ke
belakang - sambil berkentut, sehingga ia tidak mendengar lagi suara azan tersebut.
Selanjutnya jikalau azan sudah selesai, maka ia datang lagi, sehingga apabila dibunyikan
iqamat, maka sekali lagi ia membelakang, kemudian apabila bunyi iqamat telah selesai
datanglah ia kembali sehingga ia mengusikkan - yakni menggoda - antara seseorang itu
dengan hatinya sendiri sambil mengucapkan: "Ingatlah ini dan ingatlah itu," yaitu sesuatu
yang tidak diingatnya sebelum ia bersembahyang itu, sampai-sampai seseorang itu tidak lagi
mengetahui, sudah berapa rakaat ia bersembahyang." Bukhari
Hadist ini menjelaskan tentang keutamaan Adzan yakni hadist yang diriwayatkan oleh Abu
hurairah ra. Ketika Muadzin adzan, syetan lari membelakangi karena tidak sukamendengar
adzan atau suara dzikir. Senandung dengan itu juga ada firman Allah,(Annas:3),perilaku was-
was adalah perbuatan syetan khonnas. Ketika mendengar lafadz Allah dikumandangkan dia
akan menjauhi. Karena syetan benci setiap perkara yang bisa melahirkan ketaatan kepada
Allah SWT.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallambersabda,

َ‫ض َراطٌ َحتَّى الَ يَ ْس َم َع التَّْأ ِذ ْين‬


ُ ُ‫ َأ ْدبَ َر ال َّش ْيطَانُ َوله‬،‫صالَ ِة‬ َ ‫ِإ َذا نُوْ ِد‬.
َّ ‫ي لِل‬
"Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, maka setan lari terbirit-birit dan kentut, sehing-ga
dia tidak mendengar adzan." Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Rasulullah SAW menghendaki 2 faedah yang sangat besar dari hadist ini yakni:
1. Keutamaan adzan
2. Menghindarnya syetan ketika terdengar adzan
Mayoritas Ulama mensunnahkan mengadzani bayi yang baru lahir agar terhindar dari bisikan
syetan, dan suara pertama yang didengar oleh bayi tersebut adalah adzan atau dzikir kepada
Allah SWT.

D. Keutamaan Shalat Berjamaah


‫أخبرنا أبو داود قال هارون هو إبن إسمعيل الخزاز قال حدثنا همام عن قتادة عن الحسن عن ح‡‡ريث بن قبيص‡‡ة ق‡‡ال ق‡‡دمت‬
‫المدينة‡ قال قلت اللهم يسر لي جليسا صالحا فجلست إلى أبي هريرة رضي هللا عن‡‡ه ق‡‡ال فقلت إني دع‡‡وت هللا ع‡‡ز وج‡‡ل أن‬
‫ييسرلي جليسا صالحا فحدثني بحديث سمعته من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لعل هللا أن ينفعني ب‡‡ه ق‡‡ال س‡‡معت رس‡‡ول‬

7
‫هللا صلى هللا عليه وسلم يقول إن أول ما يحاسب به العبد‡ بصالته فإن صلحت فق‡د أفلح و أنجح وإن فس‡دت فق‡د ج‡اب خس‡ر‬
‫قال همام ال أدري هذا من كالم قتادة أو من الرواية فإن انتقص من فريضته شيء قال انظروا هل لعب‡‡دي من تط‡‡وع فيكم‡‡ل‬
‫ النسائي‬-‫به ما نقص من الفريضة ثم يكون سائر عمله على نحو ذالك‬

Abu Daud mengabarkan kepada kami, Harun bin Ismail al-Huzaz berkata: Humam
menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Hasan dari Harits bin Qobishoh berkata aku
------------- ari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya pertama-tama amalan yang seseorang itu dihisab dengannya ialah shalatnya,
maka jikalau baik shalatnya itu, sungguh-sungguh berbahagialah dan beruntunglah ia dan
jikalau rosak, sungguh-sungguh menyesal dan merugilah ia. jikalau seseorang itu ada
kekurangan dari sesuatu amalan wajibnya, maka Tuhan Azzawajalla berfirman: "Periksalah
olehmu semua - hai malaikat, apakah hambaKu itu mempunyai amalan yang sunnah." Maka
dengan amalan yang sunnah itulah ditutupnya kekurangan amalan wajibnya, kemudian cara
memperhitungkan amalan-amalan lainnya itupun seperti cara memperhitungkan amalan
shalat ini." An-Nasa’i
Penjelasan hadist tentang bab keutamaan sholat dan ancaman yang sangat berat bagi yang
meninggalkannya. Oleh sebab itu perkara yang pertama dihisab pada hari kiamat besok
adalah sholat karena sholat hubungannya langsung kepada Allah SWT. Maka apabila
sholatnya seseorang baik maka dia akan berbahagia dan selamat dari segala siksaan.
Berdasarkan berbagai keterangan dalam Kitab Suci dan Hadits Nabi, dapatlah dikatakan
bahwa shalat adalah kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem
keagamaan Islam. Kitab Suci banyak memuat perintah agar kitamenegakkan shalat (iqamat
al-shalah, yakni menjalankannya dengan penuh kesungguhan), dan menggambarkan bahwa
kebahagiaan kaum beriman adalah pertama-tama karena shalatnya yang dilakukan
dengan penuh kekhusyukan.). Sebuah hadits Nabi saw. menegaskan, "Yang pertama kali
akan diperhitungkan tentang seorang hamba pada hari Kiamat ialah shalat: jika baik,
maka baik pulalah seluruh amalnya; dan jika rusak, maka rusak pulalah seluruh amalnya."
Dan sabda beliau lagi, "Pangkal segala perkara ialah al-Islam (sikap pasrah kepada Allah),
tiang penyangganya shalat, dan puncak tertingginya ialah perjuangan di jalan Allah." `
Karena demikian banyaknya penegasan-penegasan tentang pentingnya shalat yang
kita dapatkan dalam sumber-sumber agama, tentu sepatutnya kita memahami makna shalat
itu sebaik mungkin. Selain itu, keutamaan shalat berjamaah adalah :
1. Kebaikan salat berjamaah melebihi salat sendirian sebanyak 27 derajat.
2. Setiap langkahnya diangkat kedudukannya 1 derajat dan dihapuskan baginya satu dosa.
3. Didoakan oleh para malaikat.
4. Terbebas dari pengaruh atau kekuasaan setan.
5. Memancarkan cahaya yang sempurnadi hari kiamat.
6. Mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
7. Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu sama lain.

8
8. Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan
mematuhi tata tertib hubungan antara imam dan makmum.
9. Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan

Selain keutamaan, juga terdapat hikmah-hikmah apabila kita melakukan Shalat Berjamaah.
Diantaranya :
1. Shalat mencegah pelakunya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.
Allah SWT berfirman : ”bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab(Al-
Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Al-‘Ankabut : 45).
2. Shalat membersihkan orang yang mendirikannya dari sifat-sifat tercela.
3. Shalat membuat para malaikat mendoakan orang yang mendirikannya, shalat juga
mendekatkan orang yang mendirikannya kepada Allah.
4. Shalat merupakan cahaya bagi orang beriman di dunia dan akhirat.
5. Di surga ada pintu masuk khusus untuk orang-orang yang menjaga shalatnya.
6. shalat sebagai penghapus dosa dan kesalahan.

9
BAB III

PENUTUP

10

Anda mungkin juga menyukai