Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SHALAT

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah fiqih


Dosen pengampu :

Dr. Ahmad Maesur, M.H.I

Disusun oleh :

Arinaa Nirmala
Salwaa Salsabiila Zazuli
Ria Datul Masfu’ah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-MUSLIHUUN
TLOGO KANIGORO BLITAR
2022/2023
Page | 1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dimana
penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah fiqih.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang ikut membantu dalam proses penyusunan
makalah ini baik berupa waktu, tenaga, dan pikiran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Dr.
Ahmad Maesur, M.H.I selaku dosen mata kuliah fiqih, yang sudah memberi banyak arahan dan bimbingan.

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah sebagai bahan referensi pengetahuan bagi para pembaca dan
teman teman mahasiswa khusunya. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi tatanan ahasa atau pun materi yang termuat didalamnya. Oleh karena itu, kami
dengan sangat terbuka menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki
penyusunan makalah berikutnya.

Blitar, 12 Oktober 2022

Penyusun

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2


BAB I ................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5
A. Pengertian Shalat .................................................................................................. 5
B. Syarat dan Rukun Shalat ....................................................................................... 6
C. Macam-Macam Pembagian Shalat ....................................................................... 7
D. Tujuan dan Hikmah Shalat.................................................................................... 9
BAB III........................................................................................................................... 12
PENUTUP...................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya ibadah yang merupakan kewajiban terbesar yang Allah Ta’ala perintahkan kepada hamba-Nya
adalah shalat. Shalat adalah tiang agama dan rukun yang paling ditekankan setelah membaca dua kalimat
syahadat. Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara manusia dengan
Allah SWT. Shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak
bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Shalat juga termasuk salah satu bentuk kepatuhan dan ketundukan seseorang kepada agamanya. Setiap umat
manusia yang beragama memiliki ritual tertentu melaksanakan ibadah. Ibadah yang dimaksud ialah ibadah
sebagai bentuk ucapan atau terimakasih kepada Tuhan-nya mereka. Maka dari itu, shalat merupakan salah
satu ibadah yang wajib dilaksanakan karena shalat termasuk kategori ibadah khusus atau ibadah mahdah. Di
sisi lain, ibadah shalat ini merupakan salah satu perintah Allah SWT. yang begitu istimewa. Dimana Allah
mengutus malaikat Jibril a.s menjemput Nabi Muhammad SAW. untuk bertemu dengan Allah SWT secara
langsung untuk kemudian menyampaikan perintah shalat kepada Nabi dan pengikutnya. Peristiwa agung
tersebut kita kenal dengan istilah isra’ mi’raj.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sholat? Jelaskan!
2. Apa saja syarat dan rukun yang ada di dalam shalat?
3. Apa saja macam-macam pembagian shalat? Jelaskan!
4. Apa tujuan dan hikmah dari shalat? Jelaskan!

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian shalat
2. Mengetahui syarat dan rukun shalat
3. Mengetahui macam macam pembagian shalat
4. Mengetahui tujuan dan hikmah dari shalat

Page | 4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat
1. Pengertian
Pengertian shalat menurut bahasa ialah berdo’a. sedang pengertian menurut (tinjauan) syara’ ialah
beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan ucapan takbir dan diakhiri dengan ucapan salam,
dengan memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan. Shalat juga bisa diartikan sebagai ibadah
wajib yang dilakukan oleh setiap muslim mukalaf dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu.

Dalam buku Shalat: Hikmah Falsafah dan Urgensinya Karya Abdul Aziz Salim Basyarahil (1996:9)
pengertian salat adalah suatu ibadah yang meliputi peragaan tubuh yang khusus dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam (taslim). Salat merupakan ibadah yang mencakup berbagai ibadah di
dalamnya seperti zikir kepada Allah SWT, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah SWT,
bersujud, berdoa, tasbih dan takbir.

Secara filosofi, shalat memiliki beberapa makna lain, pertama, shalat sebagai kebaikan (khairu
maudhu’in). Sejatinya, shalat dilaksanakan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan ke dalam hati
Muslim.

Kedua, shalat sebagai mikrājul mukmin dan muwājahah (titik temu), artinya ibadah ini merupakan
kesempatan seorang pecinta untuk bertemu dengan Sang Kekasih. Ketiga, saktah, shalat memberi
“jeda” rutin bagi manusia untuk berhenti sejenak dari segala aktivitas duniawi, demi mengingat tujuan
hidup sebagai seorang hamba.

Dari pelaksanaan shalat, sedikitnya kita akan mendapatkan dua manfaat, yakni ketenangan hati
(muthmainnah) berdasarkan QS Ar-Rad: 28 dan kemenangan atas hawa nafsu di dalam diri,
berdasarkan QS al-Mukminun: 1-2. Shalat adalah ekspresi zikir yang apabila dilakukan dapat
memunculkan ketenangan hati. Dalam ibadah shalat ini, ketenangan hati direalisasikan melalui
gerakan thuma’ninah (berhenti sejenak) pada setiap rukun shalat.

Saat thuma’ninah, kita diajak untuk menghayati setiap doa dan ayat al-Qur’an yang dibaca. Supaya
tak hanya lisan yang berucap, tetapi hati pun bisa terbawa khusyuk. Thuma’ninah ini apabila kita
terapkan dalam berbagai aktivitas sehari-hari bisa membuat fikiran fokus dan tenang, sehingga segala
aktivitas akan semakin optimal dan efektif.

Selanjutnya aspek kemenagan, Allah Swt berfirman dalam QS al-Mukminun: 1-2, bahwasanya orang-
orang yang menang adalah mereka yang khusyuk dalam shalatnya. Kemenangan ini merupakan
keberhasilan melawan nafsu dalam diri. Karena ketika kita mampu melaksanakan shalat dengan
khusyuk, sejatinya kita telah menundukkan hawa nafsu, dengan berusaha menghindari segala hal yang
dapat membatalkan shalat.

2. Perintah Shalat
Perintah Sholat dinyatakan pada surat Al-Baqarah ayat 43. Surat Al-Baqarah ayat 43 ini menjelaskan
tentang perintah Allah SWT yang berseru kepada hamba-Nya untuk melaksanakan shalat dan zakat.

Allah SWT berfirman (Surat Al Baqarah :43)

َّ ‫ار َكعُ ْوا َم َع‬


َ‫الرا ِك ِعيْن‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬
ْ ‫الز ٰكوة َ َو‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُموا ال‬

Page | 5
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.”

Seperti yang sudah dibahas pada bagian awal, sholat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh umat muslim. Sholat wajib dilaksanakan lima waktu dalam satu hari.

Surat An-Nisa Ayat 103 :

‫علَى ْال ُمؤْ مِ ِنيْنَ ِك ٰتبًا َّم ْوقُ ْوتًا‬ ْ ‫ص ٰلوةَ كَان‬
َ ‫َت‬ َّ ‫اط َمأْنَ ْنت ُ ْم فَا َ ِق ْي ُموا ال‬
َّ ‫ص ٰلوة َ ۚ ا َِّن ال‬ ْ ‫ع ٰلى ُجنُ ْو ِب ُك ْم ۚ فَ ِاذَا‬ َ ٰ ‫ص ٰلوة َ فَاذْ ُك ُروا‬
َ ‫ّللا ِق َيا ًما َّوقُعُ ْودًا َّو‬ َّ ‫ض ْيت ُ ُم ال‬
َ َ‫فَ ِاذَا ق‬

Artinya: “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu
berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka
laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.”

B. Syarat dan Rukun Sholat


1. Syarat Sholat
a. Syarat Wajib Shalat
1. Beragama Islam
Persyaratan pertama ini adalah untuk membedakan seorang muslim dan non muslim. Setiap
muslim diwajibkan melaksanakan perintah sholat. Sedangkan bagi perempuan non muslim
tidak diwajibkan sholat.
2. Balig
Seorang muslim yang telah mencapai pubertas atau mulai menginjak usia dewasa sudah wajib
sholat. Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang yang tidak dibebankan tanggung jawab
hukum ada tiga golongan yaitu orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga bermimpi
(baligh) dan orang gila hingga sembuh." (HR Ahmad). Dari hadits tersebut dapat disimpulkan
bahwa seorang muslim yang dibebankan kewajiban sholat adalah mereka yang telah mencapai
usia balig. Saat kewajiban sholat tiba waktunya, mereka tengah dalam keadaan terjaga, bukan
dalam keadaan tertidur. Anak-anak yang belum mencapai usia balig diwajibkan melaksanakan
sholat dan tidak dibebani tanggung jawab tersebut. Namun apabila mereka ingin sholat maka
tidak ada larangan bagi mereka bahkan dianjurkan. Orangtua diwajibkan memberikan
pendidikan dan teladan mengenai sholat sebelum anak mencapai usia baligh. Hal ini sebagai
bentuk pembelejaran dan upaya pemberian tanggung jawab. "Ajarilah anak-anakmu sholat
ketika usianya tujuh tahun." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al Hakim). Usia baligh ditandai
dengan adanya mimpi basah bagi anak laki-laki. Sedangkan bagi anak perempuan usia baligh
ditandai dengan dimulainya masa menstruasi atau haid. Usia baligh pada anak perempuan
umumnya adalah pada usia 9-15 tahun.
3. Berakal
Setiap muslim yang telah mencapai usia baligh pastilah sudah berakal. Berakal artinya mampu
membedakan perbuatan yang baik dan buruk, perbuatan yang pantas dan tidak pantas. Karena
itu, orang gila tidak diwajibkan menjalankan ibadah sholat karena orang gila dianggap tidak
berakal.
b. Syarat Sah Shalat
1. Thaharah artinya bersuci.
Bersuci yang dimaksud yakni bersuci dari hadats dan najis.
2. Suci Badan, Pakaian, dan Tempat Sholat.
Adapun dalil tentang suci badan adalah Sabda Rasulullah SAW terhadap perempuan yang
keluar darah: "Basuhlah darah yang ada pada badanmu kemudian laksanakan sholat." (HR
Bukhari dan Muslim).
3. Mengetahui bahwa waktu sholat sudah tiba.
Setiap muslim wajib mengetahui secara pastu mengewani waktu sholat. Sholat yang dikerjakan
sebelum masuk waktunya maka sholatnya wajib diulangi.
4. Menutup Aurat

Page | 6
Aurat adalah bagin tubuh yang wabih ditutup atas perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Tidak
sah sholat seseorang apabila saat sholat auratnya tidak tertutup. Batas aurat laki-laki yakni
antara pusar dan lutut. Sedangkan perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan dua
telapak tangan.
5. Menghadap Kiblat
Kiblat adalah arah Baitullah atau Kakbah yang berada di Mekkah.

2. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah setiap perbuatan dan perkataan yang akan membentuk hakikat shalat. Apabila
salah satu rukun ini tak ada atau ditinggalkan, maka shalat tersebut secara syar’i tidak dianggap alias
tidak sah dan tidak bisa digantikan dengan sujud sahwi.
Dalam hal ini, meninggalkan rukun shalat ada dua aspek.
Pertama, meninggalkan rukun shalat dengan sengaja. Sesuai kesepakatan para ulama, kondisi seperti
ini tentu shalatnya tidak sah dan batal. Kedua, meninggalkan rukun shalat karena lupa atau tidak tahu.
Dalam kondisi seperti ini, ada tiga perkara yang perlu diperhatikan.
1. Apabila mampu untuk mendapati rukun itu lagi, wajib untuk melakukannya kembali. Hal ini sudah
menjadi kesepakatan para ulama.
2. Apabila tidak mampu untuk memperoleh lagi, shalatnya batal (menurut ulama-ulama Hanafiyah),
sedangkan menurut jumhur ulama atau mayoritas para ulama berpendapat bahwa raka’at yang
tertinggal rukun tadi jadi hilang.
3. Bilamana yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, shalatnya harus diulangi dari awal karena ia
tak mengikuti shalat secara benar.
• 13 Rukun Shalat
Berikut yang termasuk dalam rukun shalat sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
secara singkatnya.
1. Berdiri bagi yang Mampu. Berdiri bagi yang mampu (untuk shalat wajib), sedangkan shalat sunnah
boleh dilakukan dalam keadaan duduk, meskipun mampu. Hakikatnya, shalat sunnah disunnahkan
untuk berdiri, tidak wajib. Akan tetapi, alangkah lebih utamanya dilakukan dalam keadaan berdiri
daripada duduk saat itu.
2. Niat yang Dibarengi dengan Takbiratul Ihram
3. Takbiratul Ihram (ucapan ‘Allahu Akbar’ di awal shalat)
4. Membaca Surah Al-Fatihah di Setiap Raka’at Shalat
5. Rukuk dan thuma’ni’nah
6. I’tidal setelah Rukuk dan Thuma’ninah
7. Sujud Dua Kali dalam Satu Rakaat dan Thuma’ninah
8. Duduk di antara Dua Sujud disertai Thuma’ninah
9. Tasyahud Akhir dan Duduk Tasyahud
10. Membaca Tasyahud Akhir
11. Bershalawat kepada Nabi setelah Mengucapkan Tasyahud Akhir
12. Salam
13. Berurutan dalam Rukun-Rukun yang Ada (Tertib)

C. Macam Macam Pembagian Shalat


1. Shalat Fardhu
Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib dilaksanakan. Shalat fardhu
sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :
1. Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam shalat ini adalah shalat
lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.
2. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan gugur dan menjadi
sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain. Yang termasuk dalam kategori
ini adalah shalat jenazah.

Page | 7
Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari. Hukum salat
ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim atau Muslimah yang telah
menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab tertentu. Dari Abu Hurairah RA,
bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke shalat Jum'at
berikutnya menjadi pelebur dosa di antara shalat-shalat itu selama tidak melakukan dosa besar. Puasa
Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan
dosa besar." {Muslim 1/144.

a). Pembagian waktu shalat fardhu :


1. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari terbirnya fajar, yakni cahaya putih yang
melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya Matahari.
2. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah tergelincir (condong) ke
arah barat hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, dan berakhir ketika masuk waktu
Ashar.
3. Asar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning. Waktu Ashar
berakhir dengan terbenamnya Matahari.
4. Magrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega merah belum menghilang yang
diawali dengan terbenamnya Matahari, dan berakhir dengan masuknya waktu Isya.
5. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam yang tengah yang diawali
dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar
keesokan harinya.
Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jumat di masjid
secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Salat Zhuhur. Shalat Jumat tidak wajib
dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir)

b). Waktu Pelaksanaan Shalat


Waktu shalat sangat berkaitan dengan peristiwa peredaran semu Matahari relatif terhadap
bumi. Pada dasarnya, untuk menentukan waktu shalat, diperlukan letak geografis, waktu
(tanggal), dan ketinggian. Urutan waktu shalat (dari pagi sampai malam) yaitu, Subuh, Zuhur,
Asar, Maghrib dan Isya.
a. Zuhur
Waktu istiwa' (zawaal) terjadi ketika Matahari berada di titik tertinggi. Istiwa' juga dikenal dengan
sebutan "tengah hari". Pada saat istiwa', mengerjakan ibadah salat (baik wajib maupun sunah)
adalah haram. Waktu Zuhur tiba sesaat setelah istiwa', yakni ketika Matahari telah condong ke arah
barat.Biasanya pada jadwal salat, waktu Zuhur adalah 5 menit setelah istiwa'.
b. Asar
Menurut mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hambali, waktu Asar diawali jika panjang bayang-bayang
benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu
Asar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri.
c. Magrib
Waktu Magrib diawali ketika terbenamnya Matahari. Terbenam Matahari di sini berarti seluruh
piringan matahari telah masuk di bawah horizon (cakrawala).
d. Isya dan Subuh
Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit, hingga
terbitnya fajar shaddiq. Sedangkan waktu Subuh diawali ketika terbitnya fajar shaddiq, hingga
sesaat sebelum terbitnya Matahari (syuruq).

2. Shalat Sunah
Shalat sunah disebut juga salat an-nawâfil atau at-tatawwu’. Yang dimaksud dengan an-nawâfil ialah
semua perbuatan yang tidak termasuk dalam fardhu. Disebut an-nawâfil karena amalan-amalan
tersebut menjadi tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu. Menurut Mazhab Hanafi, shalat an-
nawâfil terbagi atas 2 macam, yaitu :

Page | 8
1. Shalat masnûnah ialah shalat-shalat sunah yang selalu dikerjakan Rasulullah, jarang ditinggalkan,
sehingga disebut juga dengan shalat mu’akkad (dipentingkan).
2. Shalat mandûdah adalah shalat-shalat sunah yang kadang dikerjakan oleh Rasulullah, kadang-
kadang juga tidak dikerjakan, sehingga disebut dengan shalat ghairu mu’akkad (kurang
dipentingkan).
Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
1. Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hamper mendekati
wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
2. Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah
Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat
khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

a). Pembagian Shalat Sunah


• Salat sunah ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:
a. Shalat Wudhu
b. Shalat Tahiyyatul Masjid
c. Shalat Taubat
d. Shalat Dhuha
e. Shalat Tahajjud
f. Shalat Rawatib
g. Shalat Istikhoroh
h. Shalat Muthlaq
i. Shalat Safar
• Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:
a. Salat Tarowih
b. Shalat Dua Hari Raya
c. Shalat Gerhana
d. Shalat Istisqo’
e. Shalat Witir

D. Tujuan dan Hikmah Shalat


1. Tujuan
Dalam Alquran maupun sunnah, Rasul banyak menjelaskan tentang tujuan dasar salat, di antaranya:
Pertama, untuk mengingat Allah (zikir). Pada hakikatnya, salat mengajarkan kita sebuah komunikasi
yang intens antara makhluk dengan Sang Khalik, serta adanya penghambaan diri sepenuhnya terhadap
Allah, Zat yang mengatur segala yang ada di alam semesta ini, karena salat sebagai amalan utama
untuk mendekatkan diri kepadaNya. Sebelum melakukan salat, ada syarat yang harus terpenuhi yaitu
bersuci segala najis, baik badan, pakaian maupun tempat, ini mengisyaratkan kepada kita bahwa untuk
menghadap Allah diperlukan kesiapan mental menghadapi Sang Maha Suci (Al Quddus).

Kedua, salat berfungsi mencegah dari perbuatan keji dan munkar, menurut Ibnu Abbas kata al-fahsyaa’
berarti maksiat, dan al-munkar berarti sesuatu yang tidak dikenal dalam syariat islam dan sunnah Nabi.
Menurut Syeh Nawawi Al Bantani dalam tafsirnya menjelaskan tentang al-fahsyaa’ berarti larangan
untuk menafikan/meniadakan adanya Tuhan atau disebut atheis, sedangkan kata al-munkar berarti
menetapkan adanya Tuhan selain Allah atau bisa disebut musyrik. Maka ketika orang yang salat
mengucapkan takbir berarti dia mengakui adanya Tuhan, serta membantah orang yang tidak percaya
kepada Tuhan, sedangkan ucapan akbar berati Tuhan yang Maha Agung yang esa bukan terdiri dari
berbagai macam Tuhan.

Ketiga, salat mengajarkan kerukunan sesama manusia. Hal ini terdapat pada bacaan salam sebagai doa
keselamatan kepada sekitar kita, baik yang dikenal maupun tidak. Dari penjelasan ini, Muslim yang
taat mejalankan perintah agama selalu menjaga perkataan serta perilakunya agar tidak menyakiti orang
lain, serta berusaha menjauhkan diri dari sikap yang tidak diridai oleh Sang Maha Pencipta.
Page | 9
Keempat, salat mempersatukan umat Islam seluruh dunia, terbukti orang yang salat pasti menghadap
kiblat, hal ini sebagai titik persamaan semua manusia meski berbeda ras, budaya, suku bangsa.
Sungguh ajaran Islam sangat mulia tidak hanya mengajarkan urusan spiritual saja, namun masalah
kehidupan sehari-hari, mulai masalah kebersihan sampai masalah persatuan di masyarakat.

2. Hikmah
Ada beberapa hikmah shalat yang perlu diketahui setiap Muslim, yaitu:
1. Mencegah dari Perbuatan Mungkar
Shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang mencegah seorang
Muslim dari perbuatan buruk. Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat
45, yang artinya: "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)
dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Jika seseorang melakukan shalatnya dengan khusyuk, itu artinya dia sadar bahwa Allah
subhanahu wata'ala selalu mengawasinya. Jika sudah memiliki kesadaran seperti itu, kecil
kemungkinan orang tersebut akan melakukan perbuatan buruk. Jika ada orang yang
melaksanakan shalat, tapi tetap melakukan maksiat, artinya ia tidak mengamalkannya dengan
khusyuk atau sungguh-sungguh. Jadi, ia belum bisa merasakan kehadiran Allah di dalam
hatinya.
2. Mendidik menjadi Pribadi yang Disiplin
Shalat dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang disiplin. Setiap Muslim dituntut
untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya memaksimalkan setiap kesempatan yang ada,
dan mempertahankan eksistensi diri sebagai seorang khalifah di muka bumi. Shalat adalah
ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Bila sudah tiba waktunya harus segera
dilaksanakan. Sehingga, secara tidak langsung perintah shalat tepat waktu mengajarkan
manusia untuk disiplin dan bertanggung jawab.
3. Melatih menjadi Pribadi yang Tangguh
Shalat dapat melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng ketika
menghadapi masalah. Dalam al-Qur'an surat Al-Ma’arij ayat 19 - 23, Allah berfirman:
"Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu
konsisten mengerjakan shalatnya," Kesimpulannya, orang yang sering berkeluh kesah biasanya
tidak mempunyai sandaran hidup. Ia mudah goyah dan terombang ambing. Sedangkan orang
yang khusyuk saat shalat akan merasa memiliki sandaran hidup, yaitu Allah. Jadi, jika sedang
tertimpa musibah, ia akan memohon ampun, dan meminta yang terbaik, serta selalu berpikir
positif.
4. Meninggikan Derajat
Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang melaksanakan shalat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Hendaknya engkau memperbanyak sujud
kepada Allah. Karena engkau tidak sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan
mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan dari dirimu." (HR. Muslim dari
Tsauban).
5. Membersihkan Kesalahan dan Dosa
Dengan shalat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara satu shalat dengan shalat
berikutnya. Shalat juga dapat membersihkan diri dari kesalahan dan dosa yang dilakukan secara
sengaja atau tidak. Orang yang shalat dengan khusyuk akan selalu berusaha untuk menjaga
lahir dan batinnya selalu bersih. Untuk kebersihan batin mencakup soal kebersihan rumah,
badan, hingga pakaian. Sedangkan kebersihan batin, ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan
maksiat. Tidak akan terlintas dalam pikirannya untuk berbuat jahat dan menodai kesuciannya.
6. Meraih Pertolongan Allah

Page | 10
Ketika shalat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat dengan Allah. Kedekatan
tersebut sangat baik untuk dimaksimalkan dengan berdoa dan memohon pertolongan-Nya. Para
Sahabat Rasullullah SAW tak akan berkeluh kesah atau berputus asa jika sedang menghadapi
kesulitan.

Page | 11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian shalat menurut bahasa ialah berdo’a. sedang pengertian menurut (tinjauan) syara’ ialah beberapa
ucapan dan perbuatan yang diawali dengan ucapan takbir dan diakhiri dengan ucapan salam, dengan
memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan. Shalat juga bisa diartikan sebagai ibadah wajib yang
dilakukan oleh setiap muslim mukalaf dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu.
Syarat shalat sendiri dibagi menjadi dua yakni syarat wajib shalat dan syarat sah shalat yang dimana kedua
hal tersebut harus dipenuhi sebelum melaksanakan shalat. Kemudian rukun shalat sendiri ada tiga belas bagian
dimana semua bagian tersebut harus dilaksanakan secara berurutan dan tidak ada yang boleh ditinggalkan.
Shalat dibagi menjadi dua macam yakni shalat fardhu dan shalat sunah. Pengerjaan shalat sendiri bisa
dilakukan secara berjamaah atau sendirian (munfarid). Tujuan dari shalat ialah untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. serta hikmah dari shalat itu sendiri yang paling utama ialah mencegah manusia dari perbuatan
yang mungkar.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami dari tim penyusun tentu mengalami banyak kendala baik dari waktu,
pikiran, materi, dan lain sebagainya sehingga sangat memungkinkan makalah ini belum tersusun secara baik.
Oleh karena itu, kami dengan sangat terbuka menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi
proses penyusunan makalah berikutnya.

Page | 12
DAFTAR ISI
Abu Hasim Mubarok. Fiqih Idola, terjemah Fathul Qarib. Jawa Barat. 2012
Syaikh Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al-Ghuzzi. Fathul Qarib Tiga Bahasa
Kediri. 2016
Drs. Moh. Rifa’i. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Toha Putra. 2017
Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Nasehat Bagi yang lalai, Penerjemah
Abu Juhaidah, Pustaka Amani , Jakarta, 1999
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i,
Hambali, penerjemah Maskur dkk, Penerbit Lentera, Jakarta, 2005

Page | 13

Anda mungkin juga menyukai