Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SHALAT DAN PUASA

Dosen Pengampu : Dr.Wage, S.Pd.I., MA

Disusun oleh :
Kelompok 2

Dhea Rahman Putri 210701I92


Pressela Rafritsa Rahma 210701235
Nabilah Zata Amalina 210701203

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TA : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang “ Shalat dan Puasa” di
dalam mata kuliah Al- Islam yang akan kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Al-Islam Dr.Wage, S.Pd.I., MA


Yang telah membantu penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Pekanbaru, 18 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Makalah .........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3

A. pengertian sholat &Dasar hukum sholat ....................................................................3


B. waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat ......................................................................5
C. Hal-Hal yang membatalkan Shalat ............................................................................8
D. Pengertian Puasa ........................................................................................................9
E. Dasar Hukum Puasa ................................................................................................ 10
F. Tujuan Puasa ..............................................................................................................10
G. Hikmah Puasa ............................................................................................................13

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................15

A. Kesimpulan ................................................................................................................15
B. Saran ..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang dalam
suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum (Kefahaman
terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’ (harap) dan haya (rasa
malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang sempurna,
yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan bersemangat, akal bisa
terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci. Shalat merupakan tathbiq ‘amali
(aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik maupun sosial kemasyarakatan
yang ideal yang membuka atap masjid menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan
dan kebebasan itu terwujud nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang
beriman, ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah.
Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar
melaksanakannya.
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah
puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun islam
jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang
tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah
puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan
bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melaksanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa
mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya, pada saat mereka
berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa
tetapi tidak mendapatkan pahala. Oleh karena itu dalam makalah ini saya akan membahas tentang
apa itu puasa, tujuan, hikmah puasa dan lain-lain.

B. Rumusan masalah

1
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apakah pengertian sholat &Dasar hukum sholat?
b. Bagaimana Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat?
c. Apa Saja Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat?

d. Jelaskan pengertian puasa ?


e. Apa dasar hukum puasa ?
f. Apa tujuan dari puasa ?
g. Apa saja Hikmah Puasa

C. Tujuan Pembahasan
A. Mengetahui Pengertian Sholat Dan dasar hukumnya
B. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat
C. Megetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih
D. Mengetahui pengertian puasa
E. Mengetahui dasar hukum puasa
F. Mengetahui tujuan Puasa
G. Mengetahui Hikmah Puasa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sholat


Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan dan ucapan
yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Secara dimensi Fiqh shalat adalah
beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang
telah di tentukan oleh Agama.i[i]
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu musholi
bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak menghadap ke
Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi meninggalakan seluruh urusan
dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu
ia putus hubungan dengan (makhluk) di bumi, meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan keteraturannya,
dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan kesucian, dengan penampilan yang
rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti gerakan,
tilawah, bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, dengan ini semuanya maka shalat mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya
berdoa selamat (mengucap salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang
diperuntukkan bagi sesama makhluk-Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu
Akbar dan berakhir dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.
Adapun dasar hukum shalat yaitu:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.”
Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:

3
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih
kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari
dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah
zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik
pelindung dan sebaik- baik penolong”.

Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:


“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

‫ع َم َر َقا َل‬ َ ‫ع َْن‬: ‫ َو اِ َق ِام‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬


ُ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬ َ :‫علَى َخ ْم ٍس‬
ُ ‫شهَا َد ِة ا َ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َو اَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬ ُ ‫َقا َل َر‬
ْ ‫ بُن َِي اْ ِال‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬
َ ‫سالَ ُم‬
:1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬. َ‫ت َو ص َْو ِم َر َمضَان‬ ِ ‫ َو َح ّج اْلبَ ْي‬،‫الزكَا ِة‬ َّ ِ‫ َو اِ ْيتَاء‬،‫صالَ ِة‬
َّ ‫ال‬
333
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima
rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

َّ ‫الر ُج ِل َو بَ ْينَ اْل ُك ْف ِر ت َ ْركُ ال‬


340 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫صالَ ِة‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:َ‫ع َْن جَا ِب ٍر َقال‬
َّ َ‫ بَ ْين‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan
kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 340]

‫ فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬.‫ َف َم ْن ت َ َر َكهَا َفقَ ْد َكفَ َر‬.ُ‫صالَة‬


َّ ‫ ا َ ْل َع ْه ُد الَّذِى بَ ْينَنَا َو بَ ْينَ ُه ُم ال‬:ُ‫هللا ص يَقُ ْول‬ ُ ‫ سَمِ عْتُ َر‬:َ‫ع َْن بُ َر ْي َدةَ رض َقال‬
ِ ‫س ْو َل‬
1: 343
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian antara kami
dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”.
[HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

! ‫صالَ ِة‬ َّ ‫علَ َّي مِ نَ ال‬ َ ُ‫ض هللا‬ َ ‫ ا َ ْخ ِب ْرنِى َما َف َر‬،ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫ يَا َر‬:َ‫ َفقَال‬،‫الرأْ ِس‬ َّ ‫س ْو ِل هللاِ ص ثَائ َِر‬ ُ ‫عبَ ْي ِد هللاِ ا َنَّ اَع َْرا ِبيًّا جَا َء اِلَى َر‬ ُ ‫ط ْلحَةَ ب ِْن‬ َ ‫ع َْن‬
‫ص َي ِام‬ّ ‫ال‬ َ‫ن‬ ‫ي‬
ِ‫َّ م‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫هللا‬
ُ َ َ َ‫ض‬ ‫ر‬ َ
‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ِى‬ ‫ن‬‫ر‬ِْ ‫ب‬‫خ‬ْ َ ‫ا‬ :َ
‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬َ .‫ًا‬ ‫ئ‬‫ي‬ ‫ش‬
َ
ْ َ َّ ‫ع‬ ‫و‬ َ
‫ط‬ َ ‫ت‬ ‫ن‬ ْ َ ‫ا‬ َّ ‫ال‬ ‫ا‬
ِ ، ‫س‬ ُ ْ ‫م‬ َ
‫خ‬ ‫ل‬ ْ ‫ا‬ ُ‫َّ َ ات‬‫و‬ َ ‫ل‬ ‫ص‬‫ال‬ :َ
‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫ق‬ ! ‫ل‬
َ ‫ا‬َ
‫ق‬ .‫ًا‬ ‫ئ‬‫ي‬ ‫ش‬َ
ْ َ َّ ‫ع‬ ‫و‬ َ
‫ط‬ َ ‫ت‬ ‫ن‬ْ َ ‫ا‬ َّ ‫ال‬ ‫ا‬
ِ َ‫َان‬‫ض‬ َ َ ُ ْ :َ‫ َقال‬:
‫م‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ش‬
َ
َ
‫علَ َّي مِ نَ ال َّزكَا ِة ! قا َل‬ َ ُ‫ض هللا‬ َ َ
َ ‫اَ ْخبِ ْرنِى َما ف َر‬: ‫ فقَا َل‬.‫سالَ ِم ُكلّهَا‬ ْ ‫س ْو ُل هللاِ ص بِش ََرائ ِِع اْ ِال‬ َ
ُ ‫فا َ ْخبَ َرهُ َر‬: َ‫ش ْيئ ًا َو ال‬ َ ‫ع‬ ُ ‫ط َّو‬ َّ َ ‫ الَ ا‬، َ‫َو الَّذِى اَك َْر َمك‬
‫ فى نيل‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.َ‫ص َدق‬ َ ْ
‫ِن‬ ‫ا‬ َ ‫ة‬ َّ ‫ن‬ ‫ج‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ل‬
َ َ
‫خ‬ ‫د‬
َ ‫و‬ْ َ ‫ا‬ ‫ق‬
َ ‫د‬َ ‫ص‬
َ ْ
‫ِن‬ ‫ا‬ ‫ح‬
َ َ ‫ل‬‫ف‬ْ َ ‫ا‬ .‫ص‬ ‫هللا‬
ِ ُ ُْ َ ‫ل‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ َ
‫ف‬ .‫ًا‬ ‫ئ‬‫ي‬ ‫ش‬
َ
ْ َّ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ُ َ‫ص مِ َّما َف َرض‬
‫هللا‬ ُ ُ‫ا َ ْنق‬
335 :1 ‫االوطار‬
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW dalam
keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apa yang
Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu
mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan
kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau
melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan
kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang
syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah
4
memuliakan engkau, saya tidak akan menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari
apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia
akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]

‫ع َْن اَنَ ِس ْبنَ َمالِكٍ رض َقا َل‬: ‫ يَا‬:‫ِي‬


َ ‫ ث ُ َّم نُ ْود‬.‫سا‬
ً ‫ ث ُ َّم نُ ِقصَتْ َحتَّى ُج ِعلَتْ َخ ْم‬، َ‫س ْين‬ِ ‫ي بِ ِه َخ ْم‬ َ ‫س ِر‬ْ ُ ‫صلَ َواتُ لَ ْيلَةَ ا‬ َّ ‫علَى النَّبِ ّي ص ال‬ َ ْ‫فُ ِرضَت‬
1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و النسائى و الترمذى و صححه‬. َ‫س ْين‬ ِ ‫َي َو اِنَّ لَكَ بِه ِذ ِه اْل َخ ْم ِس َخ ْم‬َّ ‫ ُم َح َّم ُد اِنَّهُ الَ يُبَ َّد ُل اْلقَ ْو ُل لَد‬: 334
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’, lima
puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya
Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima
kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]

َ‫صالَةُ َر ْكعَتَي ِْن َر ْكعَتَي ِْن ِب َمكَّة‬ َّ ‫ت ال‬ِ ‫ض‬َ ‫ َق ْد فُ ِر‬: ْ‫ش ْع ِب ّي ا َنَّ عَائِشَةَ َقالَت‬
َّ ‫ع َِن ال‬. ،‫س ْو ُل هللاِ ص اْل َم ِد ْينَةَ َزا َد َم َع ُك ّل َر ْكعَتَي ِْن َر ْكعَتَي ِْن‬
ُ ‫َفلَ َّما َق ِد َم َر‬
َ
‫ احمد‬.‫صالة اال ْولى‬ ُ ْ َ َ َّ ‫صلى ال‬ َّ َ
َ ‫ساف َر‬ َ َ ُ َ ْ
َ ‫ َو كَانَ اِذا‬:َ‫ قال‬.‫صالة الفجْ ِر ِلط ْو ِل ق َِرا َءتِ ِه َما‬ ُ َ َّ ْ
َ ‫ب ف ِانها ِوت ُر النه َِار َو‬ َّ َ ْ ْ
َ ‫اِال ال َمغ ِر‬َّ
Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat itu dua
rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di Madinah (Allah)
menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali shalat Maghrib,
karena sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena
panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian
(safar), beliau shalat sebagaimana pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

‫صالَ َة‬َّ ‫اص ع َِن النَّ ِب ّي ص اَنَّهُ ذَك ََر ال‬ِ َ‫ع ْم ِرو ب ِْن اْلع‬ َ ‫ع َْن‬
َ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬
َ َ ً َ َ ً َ َ ُ َ ْ َ َ
‫ يَ ْو ًما فقا َل‬: .‫عل ْيهَا ل ْم تكُن لهُ ن ْو ًرا َو ال بُ ْرهانا َو ال نجَاة‬ َ َ ‫ َو َم ْن لَ ْم يُحَا ِف ْظ‬.ِ‫علَ ْيهَا كَانَتْ لَهُ نُ ْو ًرا َو بُ ْر َهانًا َو نَجَاةً يَ ْو َم اْل ِقيَا َمة‬ َ ‫َم ْن حَا َف‬
َ ‫ظ‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد‬. ٍ‫َو َكانَ يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة َم َع َقا ُر ْونَ َو ف ِْرع َْونَ َو َها َمانَ َو اُبَ ّي ب ِْن َخلَف‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari menerangkan
tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka shalat itu baginya
sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan barangsiapa tidak memeliharanya,
maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai
penyelamat. Dan adalah dia pada hari qiyamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay
bin Khalaf”. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343].ii[ii]

B. Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat


1. Pembagian Waktu Shalat.
Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;
• Waktu Fadlilah
Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya awal waktu.
Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan diri dengan sebab-sebab sholat,
mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian segera mengerjakan sholat.
Sebab-sebab sholat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu jama'ah dan
sebagainya.
• Waktu ikhtiyar

5
Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat tidak dikerjakan pada waktu fadlilah.
• Waktu jawaz
Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan kemakruhan dan
terkadang tidak makruh.
• Waktu hurmah
• Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan sebagian dari sholat
diluar waktu.
• Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat bepergian atau sakit.
• Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti haidl dan lainnya- dan waktu
hanya tersisa sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.
Waktu sholat Fardhu
• Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu tengah hari. Ada yang mengatakan
dinamakan Dhuhur karena sholat Dhuhur adalah sholat yang pertama kali muncul dalam islam.
• Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai panjangnya selain
bayangan istiwa' dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar ketika matahari terbenam.
• Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar dengan terbenamnya /
hilangnya mega merah di ufuk.
• Sholat I’sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna merah. Dan waktunya keluar
dengan terbitnya fajar shodiq.
• Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar dengan terbitnya sebagian
dari sinar matahari.iii[iii]
2. Syarat-syarat shalat
a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis

6
c. Menutup aurat
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menghadap kiblat
f. Mengerti kefadhuan shalat
g. Tidak mengiktidalkan salah satu fardhu dari beberapa fardhu salat sebagai suatu yang
sunat.iv[iv]
3. Rukun shalat
a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat
b. Berdiri, bagi orang yang kuasa
c. Takbiratul ihram
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Ruku’ dan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
i. Duduk untuk tasyahhud pertama
j. Membaca tasyahhud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi
l. Mengucap salam yang pertama
m. Tertib
4. Sunnah-Sunnah Shalat
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah sunnah-sunnah
shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib shalat. Sunnah
shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a
iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan
rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.
Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat tangan saat
takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri
dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut
saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.

7
C. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat
1. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak mempunyai
arti. Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya shalat karena
berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap membatalkan
shalat.Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan: Shalat tidak batal
di karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap terpelihara. Ketika
seseorang berdehem di dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah dan Maliki hal tersebut
tidak membatalkan shalat meskipun tanpa makksud. Tetapi ualama mazhab yang lainya
menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada maksud seperti membaguskan
makhrajul huruf maka di perbolehkan.
2. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya membatalkan
shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak shalat. Para ulama
mazhab menyepakatinya.
3. Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab berbeda
pendapat menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa
membatalakan shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau menghilankan
syarat atau rukun dalam shalat seperti berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtakan:
makan dan minum di dalam shalat membatalkan shalat walaupun makanan tersebut hanya
sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk air. Menurut Mazhab syafi'i mengatakan:
semua makanan dan minuman yang masuk kedalam rongga perut itu membatalkan shalat
jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan tau keharamanya akan tetapi kalau
tidak tahu atau lupa maka hal tersebut tidak membatalkan shalat. Sedangkan menurut
Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya banyak maka
membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak akan tetapi kalau sedikit dan tidak di
sengaja tidak membatalkan shalat.
4. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama mazhab sepakat
bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali Mazhab Hanafi mereka mengatakan:
shalat batal jika jika perkara tersebut datang sebelum selesai membaca tasahud akhir tetapi
kalau perkara tersebut datang sebelum salam (selesai membaca tasahud akhir) maka hal
tersebut tidak membatalkan shalat.
5. Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan batal.
Masing-masing ulama memilki pandangannya masing-masing menganai batalnya shalat salah
8
satu contoh yakni pendapat Mazhab Mazhab Syafi'i dan Mazhab Maliki adalah sebagai
berikut.
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
1. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
2. sengaja berbicara
3. menangis
4. merintih
5. banyak bergerak
6. ragu-ragu dalam niat
7. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
8. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
9. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
10. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya
11. terkena najis
12. mengulang-ulang takbiratul ihram
13. meninggalkan rukun dengan di sengaja
14. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang lainnya.
15. menambah rukun dengan di sengaja
16. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
17. berpaling dari kiblat dengan dadanya
18. mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.

D. Pengertian Puasa
Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu ‫صام يصوم صيام‬shaama-yashuumu, yang
bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu menahan diri dari segala apa yang
membatalkan puasa.
Adapun puasa dalam pengertian terminology (istilah) agama adalah menahan diri dari
makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.

9
E. Dasar Hukum Puasa
Dasar hukum di syariatkannya ibadah puasa adalah, berdasarkan Al-Qur'an, hadits dan ijma'
ulama'. Dasar hukum dari Al-Qur'an sebagaimana yang arti:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah : 183)
Sedangkan dalam hadis sebagaimana yang artiny:
Dari Ibnu Umar Radhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: “ Islam di tegakan diatas lima perkara, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan Shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke
Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari-Muslim).

F. Tujuan Puasa
Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 183 menyebut tujuan puasa yaitu takwa.
Taqwa yang dalam Bahasa Indonesia berarti menjaga atau memelihara diri. Sedangkan menurut
termonologi taqwa berarti menjaga atau memelihara diri agar terbebas dari azab, dari siksa, laknat
dan murka dari kutukan Allah SWT.
Sedangkan menurut para ahli Tafsir terkemuka, Muhammad al-Sabuni mengatakan, ibadah
puasa memiliki tujuan yang sangat besar. Pertama, puasa menjadi sarana pendidikan bagi manusia
agar tetap bertakwa kepada Allah SWT. Kedua, puasa merupakan media pendidikan bagi jiwa untuk
tetap bersabar dan tahan dari segala penderitaan dalam menempuh dan melaksanakan perintah Allah
SWT. Ketiga, puasa menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa kasih saying dan persaudaraan
terhadap orang lain, sehingga tumbuh rasa empati untuk menolong sesame yang membutuhkan.
Keempat menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT.
Selain memiliki tujuan spiritual, juga mengandung manfaat dan hikmah bagi kehidupan.
Misalnya, puasa itu menyehatkan baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan). Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis,
sosial, dan spiritual.
G. MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM
Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi menjadi
empat macam, yaitu :
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2. Puasa sunnah (mandub)
3. Puasa makruh
10
4. Puasa haram

a. Puasa Wajib (Fardhu)

1. Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan.


Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang dilakukan secara
tepat waktu artinya pada bulan Ramadhan secara ada’ dan demikian pula yang dikerjakan secara
qadha’. Termasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat dan puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini
telah disepakati menurut para imam-imam madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah berbeda
pendapat dalam hal puasa yang dinazarkan. Mereka ini mengatakan bahwa puasa nazar itu puasa
wajib bukan puasa fardhu.
2. Puasa ramadhan dan dalil dasarnya
Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu berpuasa. Puasa
ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu setengah tahun setelah hijrah.
Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban puasa ramadhan ialah Al-qur’an, hadits dan
ijma’. Dalil dari Al-qur’an iala firma Allah swt :
١٨٥ ‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران(البقرة‬
Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang didlamanya
diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-baqarah 185)
b. Puasa Sunnah (mandub)
Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila kita tinggalkan
atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.Berikut contoh-contoh puasa sunnat: Puasa hari Tasu’a –
‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya.
Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih utama adalah
tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut :Puasa hari Arafah.
Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu disebut hari ‘arafah.
Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji : Puasa hari
senin dan kamis.
Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di dalam melakukan puasa
dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian tak ada keraguan lagi : Puasa 6 hari di
bulan Syawal.
Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak dengan tanpa syarat-syarat
: Puasa sehari dan berbuka sehari.
Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.
Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah satu macam puasa sunnah yang lebih utama
: Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.
Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan tiga kalangan imam-
imam madzhab.Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-turut yakni:
Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan Rajab, maka berpuasa pada
bulan-bulan tersebut memang disunnahkan .Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu
membatalkannya.

11
Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika dibatalkan adalah
disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.
c. Puasa Makruh
Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar yang
keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu tidak bertepatan
dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan menurut tiga kelompok imam madzhab. Namun
ulama madzhab syafi’I mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa pada kedua hari itu secara mutlaq.

d. puasa haram
Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita
berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu
mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam
beberapa keadaan, diantaranya ialah :
• Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban (idul adha)
• Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal ini(fiqih empat
madzhab hal 385)
• Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau dengan tanpa
kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-terangan. Kecuali jika sang
suami memang tidak memerlukan istrinya, misalnya suami sedang pergi, atau sedang ihram, atau
sedang beri’tikaf.

H. Hukum Membatalkan Puasa Tanpa Alasan

Allah mewajibkan kaum muslimin untuk berpuasa, melalui firman-Nya,

َ‫علَى الَّذِينَ مِ ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ‫ِب‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)

Mengingat pentingnya puasa, syariat menetapkan ibadah puasa sebagai bagian dari rukun
Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ص ْو ِم‬
َ ‫ َو‬،ِّ‫ج‬ َّ ِ‫ َو ِإيتَاء‬،‫صالَ ِة‬
ِ ‫ َوال َح‬،‫الزكَا ِة‬ َّ ‫ َو ِإقَ ِام ال‬،‫َللا‬ ُ ‫َللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ َّ ‫ش َهادَ ِة أ َ ْن الَ ِإلَ َه ِإ َّال‬
َ :‫علَى خ َْم ٍس‬
َ ‫اإل ْسالَ ُم‬
ِ ‫ِي‬
َ ‫بُن‬
َ‫ضان‬
َ ‫َر َم‬
“Islam dibangun di atas 5 pondasi: Syahadat Laa ilaaha illallaah, wa anna muhammadan
Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa ramadhan. (Muttafaq
‘alaih).”
Karena itulah, syariat memberikan ancaman sangat keras bagi orang yang membatalkan
puasa ramadhan atau sengaja tidak puasa ramadhan tanpa alasan yang benar.
12
Dan hadis Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :

‫ت‬ َ ِ‫س َواءِ ْال َجبَ ِل فَإِذَا أَنَا ب‬


ٍ ‫ص ْو‬ َ ‫صعَدْ َحت َّى ِإذَا ُك ْنتُ فِي‬ ْ ‫ ا‬:‫ي فَأَتَيَا بِي َجبَ ًال َوع ًْرا فَقَ َاال لِي‬ َ ِ‫بَ ْينَا أَنَا نَائِ ٌم ِإذْ أَت َانِي َر ُج َال ِن فَأ َ َخذَا ب‬
َّ َ‫ض ْبع‬
‫شقَّقَ ٍة أَ ْشدَاقُ ُه ْم تَسِي ُل‬
َ ‫طلَقَ ِبي فَإِذَا ِبقَ ْو ٍم ُم َعلَّقِينَ ِب َع َراقِي ِب ِه ْم ُم‬ ِ َّ‫ َهذَا ع َُوا ُء أ َ ْه ِل الن‬:َ‫ص َواتُ ؟ قَال‬
َ ‫ ث ُ َّم ا ْن‬,‫ار‬ ْ َ ‫ َما َه ِذ ِه ْاْل‬: ُ‫شدِي ٍد فَقُ ْلت‬ َ
‫ش ْيءٍ ا ْنتِفَا ًخا‬ َ
َ ‫طلَقَ بِي فَإِذَا بِقَ ْو ٍم أ‬
َ ِّ‫ش ِد‬ ُ
َ ‫ ث َّم ا ْن‬,‫ص ْومِ ِه ْم‬ ْ
َ ‫ َهؤ َُالءِ ال ِذينَ يُ ْفطِ ُرونَ قَ ْب َل تَحِ ل ِة‬:َ‫ َم ْن َهؤ َُالءِ ؟ فَقِيل‬: ُ‫ فَقُلت‬,‫أ َ ْشدَاقُ ُه ْم دَ ًما‬
َّ َّ
َّ ‫الزانُونَ َو‬
‫الز َوانِي‬ َّ :َ‫ َم ْن َهؤ َُالءِ ؟ قِيل‬: ُ‫ فَقُ ْلت‬,‫ظ ًرا‬ َ ‫َوأ َ ْنت َ ِن ِه ِري ًحا َوأَس َْو ِئ ِه َم ْن‬
“Ketika aku tidur, (aku bermimpi) melihat ada dua orang yang mendatangiku, kemudian keduanya
memegang lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Mereka mengatakan, ‘Naiklah!’ Ketika
aku sampai di atas gunung, tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat keras. Aku pun bertanya,
‘Suara apakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah teriakan penghuni neraka.’ Kemudian mereka
membawaku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, aku melihat ada orang yang digantung dengan mata
kakinya (terjungkir), pipinya sobek, dan mengalirkan darah. Aku pun bertanya, ‘Siapakah mereka
itu?’ Kedua orang ini menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum waktunya
(meninggalkan puasa).’ Mereka membawaku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba ada beberapa
orang yang badannya bengkak, baunya sangat busuk, dan wajahnya sangat jelek. Aku bertanya,
‘Siapa mereka?’ Kedua orang itu menjawab, ‘Mereka para pezina lelaki dan wanita’.”
(HR. Ibnu Hibban, no. 7491; Al-Hakim, no. 2837; Ibnu Khuzaimah, no. 1986; dinilai sahih oleh
banyak ulama, di antaranya Al-bani dan Al-A’dzami).

I. Hikmah Puasa
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun
social, terhadap ruhani maupun jasmani.
Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan
dan kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh
orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani kita,
karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT
menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan
demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.
Perintah berpuasa dari Allah terdapat dalam Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 183.

َ‫علَى الَّ ِذيْنَ مِ ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫“ َيَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ‫ِب‬
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-
umat sebelum kamu, agar kamu bertakwa."

Di antara hikmah dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai
berikut;
1. Untuk pendidikan/latihan rohani
13
✓ Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri
✓ Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti
✓ Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebik-baiknya
✓ Mendidik kesabaran dan ketabahan
2. Untuk perbaikan pergaulan
Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak menderita
kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka menolong kepada orang-
orang yang menderita.
3. Untuk kesehatan.
4. Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah.
5. Menguatkan kesabaran.
6. Untuk mendapat keampunan dosa.
7. Menumbuhkan rasa cinta sesama dan sosial yang tinggi.
8. Menjadi perisai dari api neraka. Sabda rasullah :
Puasa adalah perisai dari api neraka seperti perisai dalam peperangan ”(HR. Ahmad dll dari
Usman bin Abul’Ash); Kelima, cara terbaik untuk mengendalikan gejolak hawa nafsu
seksualitas, sesuai sabda Rasulullah: “Wahai para pemuda, siapa di antara kamu yang telah
memiliki ba’ah (nafkah nikah) maka hendaklah segera menikah, karena nikah dapat menjaga
mata dan memelihara nama baik. Dan siapa-siapa yang belum mampu maka hendaklah ia
berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah perisai baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim
dari Ibnu Mas’ud)
9. Memperoleh kebahagian berganda sesuai . sabda rasullah :
“Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan yang menyenangkan, yaitu ketika berbuka
puasa, ia bahagia dengan buka puasanya, dan ketika berjumpa dengan Tuhan, ia bahagia
karena (pahala) puasanya.” (HSR. Bukahri dan Muslim dari Abu Hurairah)
10. Mensucikan jiwa dengan menaati perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Rasulullah
saw bersabda:
“Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya sungguh bau mulut orang yang berpuasa
lebih wangi disisi Allah daripada wanginya misk (kasturi), ia meninggalkan makan, minum dan
nafsu hanya karena Aku, Setiap amalan anak cucu Adam adalah untuknya sendiri, kecuali
puasa, sesungguhnya ia adalah untukKu dan Aku akan memberikan ganjaran (pahala)nya.”
(HSR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang
telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan
shalat sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan
manusia, untuk kesehatan manusia itu sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di
akhirat karena amal yang pertama dihisab adalah sholat.
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk melaksanakan
puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa
dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya.
Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa
yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)

B. Saran

Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis
mcnyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna

15
DAFTAR PUSTAKA

http://blogkilas.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-puasa.html

http://sina-na.blogspot.com/2014/04/makalah-shalat.html

http://digilib.iainkendari.ac.id/1334/2/BAB%20I.pdf

http://terkomplit2015.blogspot.com/2015/07/makalah-fiqh-ibadah-tentang-shalat.html

16

Anda mungkin juga menyukai