Anda di halaman 1dari 14

TASAWUF

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam
Dosen pengampu: Angger Putri Mahardini, Lc, M. Pd.I

Kelompok 5
Disusun Oleh :

1. Arneza Lia Pratiwi NPM : 2251030022

2. Nurul Ayu Rahmawati NPM : 2251030381

3. Nursyifa Eka Putri NPM : 2251030227

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat sertaHidayah-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “TASAWUF”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhinilai tugas
Mata Kuliah Ekonomi Islam. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Angger
Putri Mahardini, Lc, M. Pd.I yang telah membimbing serta mengajarkan dan
mendukung kami, sehinggakami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TASAWUF” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnyapenulis ucapkan
kepada rekan-rekan kelompok 5 yang telah membantu sehingga terselesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapatkesalahan dan kekhilafan, maka dengan hal itu kami sangat
mengharapkan kritikdan saran dari semua pihak sehingga ke depan dapat menjadi
koreksi untukkemajuan dan lebih baik demi penyempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 20 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ............................................................................................................4
A. Latar Belakang ....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................4
C. Tujuan ..................................................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................5
A. Pengertian Tasawuf.............................................................................................5
B. Istilah Istilah Ilmu Tasawuf................................................................................7
C. Pengertian Qanaah ..............................................................................................9
D. Syarat syarat Qanaah........................................................................................10
E. Akar, Subjek, Manfaat, Dasar, dan Rukun rukun Tasawuf ..........................10
BAB III ...........................................................................................................................13
PENUTUP ......................................................................................................................13
A. Kesimpulan ........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih
menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah ilmu
yang mulia karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah
kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak. Lahirnya
tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu
tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai
tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya,
mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua
larangan-larangan Allah.

Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam
di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf
mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa
tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan
keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan semakin
meraknya kajian Islam dan juga melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih
berpengaruh dimasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf
2. Apa saja istilah-istilah dalam ilmu Tasawuf
3. Jelaskan pengertian Qanaah beserta syarat syarat untuk Qanaah
4. Apa saja akar, subjek, manfaat, dasar, dan rukun rukun tasawuf menurut gulen

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Tasawuf
2. Untuk mengetahui saja istilah-istilah dalam ilmu Tasawuf
3. Untuk mengetahui apa pengertian Qanaah beserta syarat syarat untuk Qanaah
4. Untuk mengetahui Apa saja akar, subjek, manfaat, dasar, dan rukun rukun
tasawuf menurut gulen

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu
tashawwafa, Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa
tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa
penganuttasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi
pakaian sutra dan memaki kain dari buku domba yang berbulu kasar atau yang
disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memaki kain wol kasar
adalah symbol kesederhanaan.1 Kata shuf tesebut tersebut juga diartikan dengan
selembar bulu yang maksudnya para Sufi dihadapan Allah merasa dirinya hanya
bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti
apa-apa.2

Kata tasauwf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata
shaff ini diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan
ketika shalat, sebagaimana shalat yang berada pada barisan terdepan maka akan
mendapa kemuliaan dan pahala. Maka dari itu, orang yang ketika shalat berada di
barisan terdepan akan mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.

Tasawuf juga berasal dari kata shafa yangberarti jernih, bersih, atau suci,
makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau
suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT
melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk
menjauhi segala sifat yang kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian pada
hatinya.3

Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak


beberapa pendapat berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun
penulis akan mengambil beberapa pendapat dari pendapat pendapat para ahli
tasawuf yang ada, yaitu sebagai berikut:

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), 4
2
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 9.
3
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,3.

5
1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya denngan khalawt, riya-dloh, taubah dan
ikhlas.

2) Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari


yang mengganggu perasaan manusia, memadamkan kelemahan, menjauhi
keinginan hawa nafsu, mendekati hal hal yang di ridhai Allah, bergantung pada
ilmu-ilmu hakikat, memberikan nasihat kepada semua orang, memegang
dengan erat janji dengan Allah dalam hal hakikat serta mengikuti contoh
Rasulullah dalam hal syari'at.

3) Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang membawa


seseorang agar bisa dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui
penyucian rohani dan mempermanisnya dengan amal-amal shaleh dan jalan
tasawuf yang pertama dengan ilmu, yang kedua amal dan yang terakhirnya
adalah karunia Ilahi.

4) H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa tasawuf adalah latihan dengan


kesungguhan (riya-dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati , mempertinggi
iman dan memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri
manusia kepada Allah sehingga segala perhatiannya hanya tertuju kepada
Allah.4

Banyaknya pendapat tentang definisi tasawuf yang telah dirumuskan oleh para
ahli menyebabkan sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap. Maka untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut sufi atau sedang bertasawuf dapat di lihat dari
beberapa ciri-ciri umum yang dikatakan oleh salah seorang peneliti tasawuf yaitu Abu Al-
Wafa' Alganimi At-Taftazani dalam bukunya yang berjudul Madkhal Ila atTasawwuf al-
Islam yang menyebutkan lima ciri-ciri umum tasawuf, yaitu sebagaimana yang dikutip
oleh Permadi dalam buku pengantar ilmu tasawuf:

a. Memiliki nilai-nilai moral


b. Pemenuhan fana (sirna) dalam realisasi mutlak
c. Pengetahuan intuitif langsung

4
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, …, 11.

6
d. Timbulnya rasa bahagia sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena
sudah tercapainya maqamat atau yang iasa disebut maqam-aqam atau tingkatan,
dan
e. Penggunaan simbolpengungkapan yang biasanya mengandung pengertian
harfiah dan tersirat.5

B. Istilah Istilah Ilmu Tasawuf


Dari beberapa teori tentang pengertian tasawuf tersebut, adapun yang
menjelaskan tasawuf itu dibagi dalam tiga bagian, diantaranya tasawuf akhlaki,
tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Namun terlebih dahulu harus dipahami, bahwa
pembagian tasawuf ini hanya dalam bentuk kajian akademik, karena dari ketiga
bentuk tasawuf ini tidak dapat dipisahkan antara ketiganya sebab praktik dari
ketiga tasawuf saling berkaitan.6

Dalam Tasawuf akhlaki ada beberapa ajaran didalamnya diantaranya,


zuhud, sabar tawakal,ridha, dan termasuk qanaah.
a. Zuhud
Zuhud menurut bahasa adalah berawal dari kata bahasa arab yaitu zahada
yang artinya benci dan meninggalkan sesuatu. dan menurut istilah bahwa zuhud
adalah mengarahkan seluruh keinginan manusia hanya kepada Allah SWT serta
memiliki keinginan hanya kepada Nya dan hanya sibuk dengan Nya dibandingkan
dengan kesibukan duniawi. Sebagaimana Al-Junayd berpendapat, zuhud adalah
mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari keterikatan dengan
harta. Maksudnya bahwa seorang yang mengamalkan tasawuf tidak memiliki
sesuatu yang sangat berharga melainkan hanya Tuhan yang dirasakan dekat
dengan dirinya.7

Dalam taswuf zuhud juga dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu dilihat
dari maksud dan penjelasan yang telah disebutkan diatas. Tiga tingkatan dalam
tasawuf antara lain;

5
Pemadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, cet 2, 2004), 34.
6
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …, 23-24.
7
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …, 172.

7
1. Tingkatan yang pertama merupakan tingkatan yang terendah yaitu, menjauhkan
dunia agar terhindar dari hukuman di akhirat.
2. Tingkatan yang kedua adalah menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di
akhirat.
3. Tingkatan ketiga adalah, mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena
meninggalkannya, akan tetapi karena kecintaannya kepada Allah semata. Dan
seorang sufi yang berada pada tingkat tertinggi ini akan memandang segala
sesuatu yang dimilikinya tidak memiliki arti apa-apa melainkan Allah SWT.8

b. Sabar
Sabar dalam teremenologi tasawuf berarti keadaan yang kokoh, stabil dan
konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah
seberat apapun rintangan dan tantangan hidup yang dihadapi. Dalam ilmu tasawuf sabar
adalah kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang sufi. Menurut Dzun Nuun, sabar
adalah menjauhi pelanggaran dan tetap bersikap rela, sementara merasakan sakitnya
penderitaan, dan sabar juga menampakan kekayaan meskipun dalam kemiskinan dalam
kehidupan.9

c. Ridha
Ridha kepada Tuhan dapat dikatakan sebagai pohon dari segala pelajaran
yang diterima dalam kehidupan. Menurut ahli pendidikan, ridha bermula dari
perasaan yang sangat halus. Ridha dalam menerima segala ketentuan Allah,
seperti menerima kekayaan, kemiskinan, umur yang panjang maupun pendek,
bada yang sehat maupun yang sakit, semua dapat dirasakan tanpa adanya keluhan,
karena dia telah ridha.10

Menurut Dzun An-Nun, tanda-tanda orang telah ridha adalah:


1. Mempercayakan hasil usaha sebelum terjadi ketentuan.
2. Lenyapnya resah gelisah sesudah terjadinya ketentuan.
3. Cinta yang bergelora dikala turunnya malapetaka.11

8
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,…, 172-173
9
Imam Al Qusyairiy An-Nisabury, Induk Tasawuf, ( Surabaya: Risalah Gusti, 1996), 210.
10
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …, 174
11
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …,175.

8
d. Tawakkal
Tawakkal yaitu menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada Allah SWT serta
berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk mendapatkan manfaat, dalam ilmu
tasawuf dapat diartikan sebagai sikap bersandar dan memperacayakan diri kepada Allah
SWT. Adapun tawakkal menurut Al-Ghazali, tawakkal terbagi dalam tiga tingkatan
yaitu:
1. Tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah, ibarat terdakwa menyerahkan semua
perkara kepada pengacara yang dipercayainya.
2. Tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah, ibarat bayi yang menyerahkan diri
kepada ibunya.
3. Dan yang tertinggi adalah ibarat jenazah yang menyerahkan diri kepada petugas yang
memandikan dan menguburkannya.12

C. Pengertian Qanaah
Menurut bahasa qanaah adalah menerima apa adanya atau tidak serakah.
Qanaah diriwayatkan oleh Jabir bin Abdallah bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda: “qanaah (menerima pemberian Allah) adalah harta yang tidak sirna”
(HR. Thabrani).13

Qanaah adalah sikap merasa puas dengan segala yang ada. Dikatakan juga
bahwa qanaah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang
biasa ada. Muhammad Ali at Tirmidzi menegaskan: “qanaah adalah suatu
kepuasan jiwa atas rejeki yang dilimpahkan kepadanya”. Dikatakan qanaah adalah
menemukan kecukupan didalamnya yang ada di tangan.14

Rasulullah bersabda. Telah berkata, “bukanlah kekayaan itu lantaran


banyak harta, kekayaan ialah kekayaan jiwa.” Yang artinya diri yang kenyang
dengan apa yang ada, tidak terlalu cemburu, buskan orang yang meminta lebih
terus-terusan. Karena kalau masih meminta tambah, tandanya masih miskin.

12
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,…, 176.
13
Abd Al-karim Ibn Hawazin Al-Qusyairy, Risalah Sufi Al Qusayayri terj. Ahsin Muhammad, (
Bandung: pustaka, 1994), 106
14
Muhammad Husain Fadhullah,Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad dan H. Abdul
Adhim, (Bandung: Anggota IKAPI, 1995), 57.

9
D. Syarat syarat Qanaah
Adapun syarat-syarat agar kita bisa qanaah diantaranya:
1. Menerima dengan rela apa yang ada, tetapi bukan berarti tidak berikhtiar karena
itu bukan yang dinamakan qanaah melainkan kemalasan dalam diri.
Qanaah itu bukanlah qanaah ikhtiar melainkan qanaah hati.
2. Memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha, disamping kita
berusaha maka memohonlah kepada Allah agar usaha yang kita lakukan
mendapatkan ridhaNya
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah, apabila kita tidak
mendapatkan apa yang diusahakan maka berdoalah agar diberikan yang
terbaik dariNya.
4. Bertawakal kepada Allah, menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada
Allah SWT serta berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk
mendapatkan manfaat.
5. Tidak tertarik kepada dunia, tetapi bukan berarti manusia dilarang untuk
berikhtiar di dunia.15

E. Akar, Subjek, Manfaat, Dasar, dan Rukun rukun Tasawuf


Selain itu, Gulen juga menguraikan akar, subjek, manfaat, dasar, dan
rukun-rukun tasawuf sebagai berikut:
❖ Akar tasawuf adalah: Berpegang pada dasar-dasar agama sekuat kuatnya,
menjaga perintah serta larangan agama dengan cermat, dan menghindari
dorongan nafsu sekuat tenaga dengan membiasakan kondis lapar dan
waspada.
❖ Subjek tasawuf adalah: Mengangkat manusia ke derajat kehidupan
spiritual-rohaniah, menyucikan hati, dan mengarahkan seluruh lathifah
ketempat kembalinya yang sejati.
❖ Manfaat tasawuf adalah: Mendorong manusia untuk menumbuh
kembangkan unsur kemalaikatan (angelic qualities) yang ada dalam
dirinya, serta mempertajam sensitivitas keimanan yang komprehensif dan

15
Hamka, Tasawuf modern, …, 267

10
orisinal sekali lagi secara nyata dan dengan segenap perasaan, lalu hidup
dengannya.
❖ Dasar tasawuf adalah: Memperdalam kesadaran ubudiyah yang dangkal
dan mengasahnya dengan usaha sungguh-sungguh dalam ibadah dan
ketaatan, serta menjadikannya sebagai elemen penting bagi karakter
manusia, kedewasaan spiritual yang dianggap sebagai fitrah kedua bagi
manusia, dan perhatian terhadap dua wajah dunia yang menghadap ke
arah akhirat dan nama-nama baik (al-asma' al-husna) yang dimiliki Ilahi,
sembari menutup rapat terhadap wajah dunia yang fana yang menghadap
ke arah jati diri dan hawa nafsunya.16

Dasar dari tasawuf itu juga mencakup upaya menjaga adab-adab syariat
secara lahiriah dan berdiri di atas adab-adab tersebut secara batiniah. Seorang
salik yang terampil menggunakan kedua sayap ini akan dapat melihat hukum-
hukum (ketetapan) dari batin pada apa yang tampak secara lahir, dan ia juga dapat
merasakan dan hidup secara lahir dengan hukum- hukum (ketetapan) yang ada di
dalam batin. Berkat adanya musyahadah dan sensitivitas semacam ini, maka ia
akan selalu dapat menempuh perjalanannya dengan adab menuju tujuannya, tanpa
pernah jauh dari jalan kebenaran karena ia selalu berada didekat jalan tersebut.
Adapun rukun-rukun tasawuf dapat disusun peringkatnya sebagai berikut:

1) Pencapaian tauhid hakiki melalui jalan teoretik dan praktik


2) Membaca serta mengobservasi perintah-perintah dari Hadrah Kekuasaan
dan Kehendak lahi, di samping mendengar dan memahami Yang
Terhormat firman Ilahi.
3) Memenuhi diri dengan mahabbah kepada Al-Hagy Allah Swt melihat
demi Dia kepada semua entitas dengan menganggapnya sebagai
"persemaian ukhuwah"; serta melaksanakan interaksi yang baik dengan
semua manusia, dan bahkan dengan segala sesuatu
4) 4 Beramal dengan semangat al-itsar (mengutamakan orang lain) di setiap
saat, dengan selalu mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan
diri sendiri sesuai kemampuan

16
Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita, op.cit., hlm. 3-4

11
5) Mengutamakan kehendak Ilahi di atas kehendak pribadi serta berusaha
menggunakan seluruh usia untuk mendaki ke puncak "al-fana fi-Allah"
(fana dalam Allah) dan "al-bagai bi-Allah" (kekal dengan Allah).
6) Terbuka terhadap al-'isq (cinta), al-wajd (kerinduan spiritual), al-jadzb dan
al-injidzab (ekstase).
7) Mampu menembus apa yang ada di dalam hati melalui ekspresi wajah, dan
mampu membaca berbagai rahasia Ilahiah yang terdapat pada tampilan
kejadian-kejadian.
8) Melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dapat mengingatkan kepada
akhirat dengan niat perjalanan untuk mendapatkan semangat hijrah.
9) Merasa cukup dengan berbagai perasaan dan kenikmatan yang berada di
dalam lingkup syariat, serta bertekad untuk tidak melangkah sedikit pun ke
arah kawasan di luar syariat.
10) Terus bermujahadah dan berjuang untuk melawan sikap panjang angan-
angan (thul al-amal) yang akan menimbulkan dugaan-dugaan tak
berkesudahan.
11) Tidak pernah melupakan-meski hanya sesaat-bahwa tidak ada keselamatan
yang dapat diraih selain hanya melalui jalan keyakinan, keikhlasan, dan
ridha Ilahi, walaupun amal yang dilakukan adalah demi berkhidmat pada
agama dan untuk menghantarkan manusia menuju Al-Hagg Allah Swt.17

17
Ibid, hlm. 4-5

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih


menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah ilmu
yang mulia karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah
kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak. Lahirnya
tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu
tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai
tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya,
mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua
larangan-larangan Allah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), 4

Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 9

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,3.

Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, 11.

Pemadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, cet 2, 2004), 34.

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, 23-24.

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, 172-173

Imam Al Qusyairiy An-Nisabury, Induk Tasawuf, (Surabaya: Risalah Gusti,


1996), 210.

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, 174

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,175-176.

Abd Al-karim Ibn Hawazin Al-Qusyairy, Risalah Sufi Al Qusayayri terj. Ahsin
Muhammad, (Bandung: pustaka, 1994), 106

Muhammad Husain Fadhullah, Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad
dan H. Abdul Adhim, (Bandung: Anggota IKAPI, 1995), 57.

Hamka, Tasawuf modern, …, 267

Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita, op.cit., hlm. 3-5

14

Anda mungkin juga menyukai