Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam
Dosen pengampu: Angger Putri Mahardini, Lc, M. Pd.I
Kelompok 5
Disusun Oleh :
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhinilai tugas
Mata Kuliah Ekonomi Islam. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Angger
Putri Mahardini, Lc, M. Pd.I yang telah membimbing serta mengajarkan dan
mendukung kami, sehinggakami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TASAWUF” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnyapenulis ucapkan
kepada rekan-rekan kelompok 5 yang telah membantu sehingga terselesaikan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ............................................................................................................4
A. Latar Belakang ....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................4
C. Tujuan ..................................................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................5
A. Pengertian Tasawuf.............................................................................................5
B. Istilah Istilah Ilmu Tasawuf................................................................................7
C. Pengertian Qanaah ..............................................................................................9
D. Syarat syarat Qanaah........................................................................................10
E. Akar, Subjek, Manfaat, Dasar, dan Rukun rukun Tasawuf ..........................10
BAB III ...........................................................................................................................13
PENUTUP ......................................................................................................................13
A. Kesimpulan ........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih
menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah ilmu
yang mulia karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah
kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak. Lahirnya
tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu
tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai
tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya,
mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua
larangan-larangan Allah.
Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam
di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf
mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa
tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan
keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan semakin
meraknya kajian Islam dan juga melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih
berpengaruh dimasyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf
2. Apa saja istilah-istilah dalam ilmu Tasawuf
3. Jelaskan pengertian Qanaah beserta syarat syarat untuk Qanaah
4. Apa saja akar, subjek, manfaat, dasar, dan rukun rukun tasawuf menurut gulen
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Tasawuf
2. Untuk mengetahui saja istilah-istilah dalam ilmu Tasawuf
3. Untuk mengetahui apa pengertian Qanaah beserta syarat syarat untuk Qanaah
4. Untuk mengetahui Apa saja akar, subjek, manfaat, dasar, dan rukun rukun
tasawuf menurut gulen
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu
tashawwafa, Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa
tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa
penganuttasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi
pakaian sutra dan memaki kain dari buku domba yang berbulu kasar atau yang
disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memaki kain wol kasar
adalah symbol kesederhanaan.1 Kata shuf tesebut tersebut juga diartikan dengan
selembar bulu yang maksudnya para Sufi dihadapan Allah merasa dirinya hanya
bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti
apa-apa.2
Kata tasauwf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata
shaff ini diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan
ketika shalat, sebagaimana shalat yang berada pada barisan terdepan maka akan
mendapa kemuliaan dan pahala. Maka dari itu, orang yang ketika shalat berada di
barisan terdepan akan mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.
Tasawuf juga berasal dari kata shafa yangberarti jernih, bersih, atau suci,
makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau
suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT
melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk
menjauhi segala sifat yang kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian pada
hatinya.3
1
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), 4
2
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 9.
3
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,3.
5
1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya denngan khalawt, riya-dloh, taubah dan
ikhlas.
Banyaknya pendapat tentang definisi tasawuf yang telah dirumuskan oleh para
ahli menyebabkan sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap. Maka untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut sufi atau sedang bertasawuf dapat di lihat dari
beberapa ciri-ciri umum yang dikatakan oleh salah seorang peneliti tasawuf yaitu Abu Al-
Wafa' Alganimi At-Taftazani dalam bukunya yang berjudul Madkhal Ila atTasawwuf al-
Islam yang menyebutkan lima ciri-ciri umum tasawuf, yaitu sebagaimana yang dikutip
oleh Permadi dalam buku pengantar ilmu tasawuf:
4
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, …, 11.
6
d. Timbulnya rasa bahagia sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena
sudah tercapainya maqamat atau yang iasa disebut maqam-aqam atau tingkatan,
dan
e. Penggunaan simbolpengungkapan yang biasanya mengandung pengertian
harfiah dan tersirat.5
Dalam taswuf zuhud juga dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu dilihat
dari maksud dan penjelasan yang telah disebutkan diatas. Tiga tingkatan dalam
tasawuf antara lain;
5
Pemadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, cet 2, 2004), 34.
6
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …, 23-24.
7
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …, 172.
7
1. Tingkatan yang pertama merupakan tingkatan yang terendah yaitu, menjauhkan
dunia agar terhindar dari hukuman di akhirat.
2. Tingkatan yang kedua adalah menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di
akhirat.
3. Tingkatan ketiga adalah, mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena
meninggalkannya, akan tetapi karena kecintaannya kepada Allah semata. Dan
seorang sufi yang berada pada tingkat tertinggi ini akan memandang segala
sesuatu yang dimilikinya tidak memiliki arti apa-apa melainkan Allah SWT.8
b. Sabar
Sabar dalam teremenologi tasawuf berarti keadaan yang kokoh, stabil dan
konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah
seberat apapun rintangan dan tantangan hidup yang dihadapi. Dalam ilmu tasawuf sabar
adalah kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang sufi. Menurut Dzun Nuun, sabar
adalah menjauhi pelanggaran dan tetap bersikap rela, sementara merasakan sakitnya
penderitaan, dan sabar juga menampakan kekayaan meskipun dalam kemiskinan dalam
kehidupan.9
c. Ridha
Ridha kepada Tuhan dapat dikatakan sebagai pohon dari segala pelajaran
yang diterima dalam kehidupan. Menurut ahli pendidikan, ridha bermula dari
perasaan yang sangat halus. Ridha dalam menerima segala ketentuan Allah,
seperti menerima kekayaan, kemiskinan, umur yang panjang maupun pendek,
bada yang sehat maupun yang sakit, semua dapat dirasakan tanpa adanya keluhan,
karena dia telah ridha.10
8
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,…, 172-173
9
Imam Al Qusyairiy An-Nisabury, Induk Tasawuf, ( Surabaya: Risalah Gusti, 1996), 210.
10
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …, 174
11
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, …,175.
8
d. Tawakkal
Tawakkal yaitu menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada Allah SWT serta
berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk mendapatkan manfaat, dalam ilmu
tasawuf dapat diartikan sebagai sikap bersandar dan memperacayakan diri kepada Allah
SWT. Adapun tawakkal menurut Al-Ghazali, tawakkal terbagi dalam tiga tingkatan
yaitu:
1. Tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah, ibarat terdakwa menyerahkan semua
perkara kepada pengacara yang dipercayainya.
2. Tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah, ibarat bayi yang menyerahkan diri
kepada ibunya.
3. Dan yang tertinggi adalah ibarat jenazah yang menyerahkan diri kepada petugas yang
memandikan dan menguburkannya.12
C. Pengertian Qanaah
Menurut bahasa qanaah adalah menerima apa adanya atau tidak serakah.
Qanaah diriwayatkan oleh Jabir bin Abdallah bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda: “qanaah (menerima pemberian Allah) adalah harta yang tidak sirna”
(HR. Thabrani).13
Qanaah adalah sikap merasa puas dengan segala yang ada. Dikatakan juga
bahwa qanaah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang
biasa ada. Muhammad Ali at Tirmidzi menegaskan: “qanaah adalah suatu
kepuasan jiwa atas rejeki yang dilimpahkan kepadanya”. Dikatakan qanaah adalah
menemukan kecukupan didalamnya yang ada di tangan.14
12
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,…, 176.
13
Abd Al-karim Ibn Hawazin Al-Qusyairy, Risalah Sufi Al Qusayayri terj. Ahsin Muhammad, (
Bandung: pustaka, 1994), 106
14
Muhammad Husain Fadhullah,Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad dan H. Abdul
Adhim, (Bandung: Anggota IKAPI, 1995), 57.
9
D. Syarat syarat Qanaah
Adapun syarat-syarat agar kita bisa qanaah diantaranya:
1. Menerima dengan rela apa yang ada, tetapi bukan berarti tidak berikhtiar karena
itu bukan yang dinamakan qanaah melainkan kemalasan dalam diri.
Qanaah itu bukanlah qanaah ikhtiar melainkan qanaah hati.
2. Memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha, disamping kita
berusaha maka memohonlah kepada Allah agar usaha yang kita lakukan
mendapatkan ridhaNya
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah, apabila kita tidak
mendapatkan apa yang diusahakan maka berdoalah agar diberikan yang
terbaik dariNya.
4. Bertawakal kepada Allah, menyerahkan segala perkara dan ikhtiar kepada
Allah SWT serta berserah diri sepenuhnya kepadaNya hanya untuk
mendapatkan manfaat.
5. Tidak tertarik kepada dunia, tetapi bukan berarti manusia dilarang untuk
berikhtiar di dunia.15
15
Hamka, Tasawuf modern, …, 267
10
orisinal sekali lagi secara nyata dan dengan segenap perasaan, lalu hidup
dengannya.
❖ Dasar tasawuf adalah: Memperdalam kesadaran ubudiyah yang dangkal
dan mengasahnya dengan usaha sungguh-sungguh dalam ibadah dan
ketaatan, serta menjadikannya sebagai elemen penting bagi karakter
manusia, kedewasaan spiritual yang dianggap sebagai fitrah kedua bagi
manusia, dan perhatian terhadap dua wajah dunia yang menghadap ke
arah akhirat dan nama-nama baik (al-asma' al-husna) yang dimiliki Ilahi,
sembari menutup rapat terhadap wajah dunia yang fana yang menghadap
ke arah jati diri dan hawa nafsunya.16
Dasar dari tasawuf itu juga mencakup upaya menjaga adab-adab syariat
secara lahiriah dan berdiri di atas adab-adab tersebut secara batiniah. Seorang
salik yang terampil menggunakan kedua sayap ini akan dapat melihat hukum-
hukum (ketetapan) dari batin pada apa yang tampak secara lahir, dan ia juga dapat
merasakan dan hidup secara lahir dengan hukum- hukum (ketetapan) yang ada di
dalam batin. Berkat adanya musyahadah dan sensitivitas semacam ini, maka ia
akan selalu dapat menempuh perjalanannya dengan adab menuju tujuannya, tanpa
pernah jauh dari jalan kebenaran karena ia selalu berada didekat jalan tersebut.
Adapun rukun-rukun tasawuf dapat disusun peringkatnya sebagai berikut:
16
Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita, op.cit., hlm. 3-4
11
5) Mengutamakan kehendak Ilahi di atas kehendak pribadi serta berusaha
menggunakan seluruh usia untuk mendaki ke puncak "al-fana fi-Allah"
(fana dalam Allah) dan "al-bagai bi-Allah" (kekal dengan Allah).
6) Terbuka terhadap al-'isq (cinta), al-wajd (kerinduan spiritual), al-jadzb dan
al-injidzab (ekstase).
7) Mampu menembus apa yang ada di dalam hati melalui ekspresi wajah, dan
mampu membaca berbagai rahasia Ilahiah yang terdapat pada tampilan
kejadian-kejadian.
8) Melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dapat mengingatkan kepada
akhirat dengan niat perjalanan untuk mendapatkan semangat hijrah.
9) Merasa cukup dengan berbagai perasaan dan kenikmatan yang berada di
dalam lingkup syariat, serta bertekad untuk tidak melangkah sedikit pun ke
arah kawasan di luar syariat.
10) Terus bermujahadah dan berjuang untuk melawan sikap panjang angan-
angan (thul al-amal) yang akan menimbulkan dugaan-dugaan tak
berkesudahan.
11) Tidak pernah melupakan-meski hanya sesaat-bahwa tidak ada keselamatan
yang dapat diraih selain hanya melalui jalan keyakinan, keikhlasan, dan
ridha Ilahi, walaupun amal yang dilakukan adalah demi berkhidmat pada
agama dan untuk menghantarkan manusia menuju Al-Hagg Allah Swt.17
17
Ibid, hlm. 4-5
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 9
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, 11.
Pemadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, cet 2, 2004), 34.
Abd Al-karim Ibn Hawazin Al-Qusyairy, Risalah Sufi Al Qusayayri terj. Ahsin
Muhammad, (Bandung: pustaka, 1994), 106
Muhammad Husain Fadhullah, Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad
dan H. Abdul Adhim, (Bandung: Anggota IKAPI, 1995), 57.
14