Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Pengertian Tasawuf dan Ruang Lingkup Kajiannya


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : Muhammad Romli, S.Pd.I,M.S.I

Penyusun :
1. Yuniar Fatmawati NIM:4221101
2. Destia Eka Puspita NIM:4221104
3. Alifia Salsabila NIM:4221112

Kelas : C

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengertian Tasawuf dan Kajiannya”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf Semester 1
jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Pekalongan .Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritikdan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah pada waktu dan
kesempatan berikutnya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak
Muhammad Romli, S.Pd.I,M.S.I selaku dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf. Kami berharap
semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada kita semua khususnya kepada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Pekalongan,19 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN TEORI ..................................................................................... 3
A. Pengertian Tasawuf ................................................................................................. 3
B. Sumber Ajaran Tasawuf ......................................................................................... 5
C. Hukum Mempelajari Ilmu Tasawuf ........................................................................ 7
D. Tujuan Pendidikan Tasawuf.................................................................................... 8
E. Fungsi Pendidikan Tasawuf .................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan yang penuh dengan teknologi berkembang saat ini, manusia
semakin mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui oleh para pendahulunya melalui
teknologi yang diciptakannya. Jika kita pikirkan sejenak, terlintas di benak kita kekuasaan
serta keagungan Tuhan yang Maha Esa dan begitu kecil dan terbatasnya pengetahuan kita
tentang ciptaan-Nya.
Atas dasar tersebut, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya harus mencintai dan
mengabdikan diri kepada Allah swt. Dengan kedua hal tersebut kita dapat selalu berada
didekatNya. Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara bagaimana
orang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhannya. Selain itu, tasawuf dapat
menjadikan agama lebih dihayati serta dijadikan sebagai suatu kebutuhan bahkan suatu
kenikmatan. Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi kearah pertama sering
disebut sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasi kearah kedua disebut
sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini banyak dikembangkan para sufi yang berlatar
belakang sebagai filosof di samping sebagai sufi.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Ilmu Tasawuf ?
2. Darimana sumber ajaran Tasawuf ?
3. Bagaimanakah hukum mempelajari Ilmu Tasawuf?
4. Apa tujuan pendidikan Tasawuf ?
5. Apa fungsi pendidikan Tasawuf?

1
C. TujuanPenulisan
Berdasarkan latar belakangdan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Memahami Ilmu Tasawuf.
2. Mengetahui darimana sumbe rajaran Tasawuf
3. Memahami hukum Ilmu Tasawuf
4. Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan Tasawuf

2
BAB II

PEMBAHASAN TEORI
A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu tashawwafa, Yatashawwafu,
selain dari kata tersebut, dilihat dari segi bahasa yang paling banyak disebutkan para ahli
adalah:

1. Tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa
penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian
sutra dan memaki kain dari buku domba yang berbulu kasar atau yang disebut dengan
kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memakai kain wol kasar adalah symbol
kesederhanaan.Kata shuf tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya
para Sufi dihadapan Allah SWT merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang
terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa.
2. Tasawuf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata shaff ini diartikan
kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika shalat, sebagaimana
shalat yang berada pada barisan terdepan maka akan mendapa kemuliaan dan pahala.
Maka dari itu, orang yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan mendapatkan
kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.
3. Tasawuf juga berasal dari kata shafa yang berarti jernih, bersih, atau suci, makna tersebut
sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya adalah
bahwa mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian
yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat yang kotor
sehingga mencapai kebersihan dan kesucian pada hatinya.
4. Tasawuf berasal dari kata Shuffah yaitu serambi masjid nabawi yang ditempati sebagian
sahabat Rasulullah. Maknanya tersebut dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang
hidup zuhud dan konsentrasi beribadah hanya kepada Allah SWT serta menimba ilmu
bersama Rasulullah yang menghuni masjid Nabawi. Sekelompok sahabat tersebut adalah
mereka yang ikut berpindah bersama Rasulullah dari Mekah ke Madinah dengan
keadaan mereka kehilangan harta dan dalam keadaan miskin. 1

Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak beberapa pendapat


berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun penulis akan mengambil
beberapa pendapat dari pendapat-pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai
berikut:

1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalwat, riya-dloh, taubah dan ikhlas.

1
Sofwana Eep Nurdin. 2020. Pengantar Ilmu Tasawuf (Cetakan ke 1). Bandung : Aslan Grafika Salution

3
2) Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari yang
mengganggu perasaan manusia , memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa
nafsu, mendekati hal hal yang di ridhai Allah SWT, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat,
memberikan nasihat kepada semua orang, memegang dengan erat janji dengan Allah
dalam hal hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari'at.
3) Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang agar
bisa dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan
mempermanisnya dengan amal-amal shaleh dan jalan tasawuf yang pertama dengan
ilmu, yang kedua amal dan yang terakhirnya adalah karunia Ilahi.
4) H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan
(riya-dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati, mempertinggi iman dan
memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri manusia kepada
Allah SWT sehingga segala perhatiannya hanya tertuju kepada Allah SWT.

4
B. Sumber Ajaran Tasawuf

Di kalangan para orientalis Barat biasanya dijumpai pendapat yang mengatakan


bahwasumber yang membentuk tasawuf itu ada dua, yaitu unsur Islam dan unsur luar
Islam. Kedua unsur ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Unsur Islam
Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah,
dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah
itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang
cukup besar dari sumber ajaran islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan
Nabi dan para sahabatnya, yaitu :
a. Al-Qur’an
Sumber ajaran agama islam, Al-Qur’an menghadirkan ayat-ayat yang
berhubungan dengan tasawuf, mulai dari ayat yang berhubungan dengan ajaran
yang sangat mendasar dalam tasawuf. Di bawah ini akan diuraikan beberapa ayat
yang berhubungan dengan ajaran tasawuf.

Firman Allah SWT dalam Surah Al-Fatihah ayat 6

ِ ‫ْال ُم ْستَ ِق ْي َم‬


َ ‫الص َرا‬
‫ط ِا ْه ِدنَا‬

Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Sebagian ahli tafsir dalam memberikan penafsirandidalam Tafsir Mahasinu


Attakwil disebutkan sebagai Tarekat/jalan pengabdian diri kepada Allah SWT.
Sedang di dalam Kitab Insanul Kamil dikatakan bahwa Shiratal Mustaqim, adalah
ibarat/suatu pengertian dari pada suatu tarekat untuk mencapai kasyaf (terbuka
rahasia yang ghaib).

b. Al-Sunnah serta Praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya

Banyak hadits fi’liyah yang menggambarkan kesederhanaan Nabi Muhammad


SAW. yang bisa ditafsirkan sebagai kehidupan tasawufnya.Dalam kehidupan Nabi
Muhammad SAW juga terdapat petunjuk yang menggambarkannya sebagai
seorang sufi. Nabi muhammad telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira’
menjelang datangnya wahyu. Dia menjauhi pola hidup kebendaan dimana waktu
itu orang Arab terbenam di dalamnya, seperti dalam praktek perdagangan yang
menggunakan segala cara yang menghalalkan. Selama di Gua Hira’ yang ia
kerjakan hanyalah tafakkur, beribadah dan hidup sebagai seorang zahid. Beliau
hidup sederhana terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak memakan
makanan atau meminum minuman kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa
beribadah kepada Allah SWT.

5
Dikalangan para sahabat pun ada pula ada orang yang mengikuti praktek
bertasawuf sebagaimana yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW.Abu Bakar
Ash-Shiddiq misalnya berkata;”aku mendapatkan kemuliaan dalam
ketakwaan,kefanaan dalam keagungan dan rendah hati.” Demikian pula khalifah
Umar Ibn Khattab pada suatu ketika pernah berkhutbah di hadapan jama’ah kaum
muslimin dalam keadaan berpakaian yang sangat sederhana. Selanjutnya Khalifah
Usman Ibn ‘Affan banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan membaca
al-Qur’an, baginya al-Qur’an ibarat surat dari kekasih yang selalu dibawa dan
dibaca kemanapun ia pergi.

2. Unsur Luar Islam

Dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis Barat sering dijumpai uraian
yang menjelaskan bahwa tasawuf Islam dipengaruhi oleh adanya unsur Masehi, unsur
Yunani,unsur Hindu/Budha dan unsur Persia.Hal ini secara akademik bisa saja
diterima,namun secara Aqidah perlu kehati-hatian.para Orientalis Barat menyimpulkan
bahwa adanya unsur luar Islam masuk ke dalam tasawuf itu disebabkan karena secara
historis agama-agama tersebut telah ada sebelum Islam. Dengan demikian adanya unsur
luar islam yang mempengaruhi tasawuf islam itu merupakan masalah akademik bukan
masalah Aqidah islamiah.karenanya boleh diterima dengan sikap yang sangat kritis dan
obyektif.kita mengakui bahwa Islam sebagai agama Universal yang dapat bersentuhan
dengan berbagai lingkungan social.dengan sangat selektif Islam bisa beresonansi
dengan berbagai unsur ajaran Sufistik yang terdapat dalam berbagai ajaran
tersebut.dalam hubungan ini maka Islam termasuk ajaran tasawufnya dapat bersentuhan
atau memiliki kemiripan dengan ajaran tasawuf yang berasal dari luar Islam itu.

6
C. Hukum Mempelajari Ilmu Tasawuf

Seorang tabi’in yang hidup sezaman dengan Hasan Al Bisri yakni Abu Hasan Al
Fusyandi mengatakan, “Pada zaman Rasulullah SAW, tasawuf terlihat realitasnya meski
tidak ada namanya. Namun sekarang, ia hanya sekedar nama tanpa realitas.”

Pernyataan tersebut dapat kita jadikan acuan bahwa pada zaman Rasulullah SAW
memang tak ada istilah tasawuf, namun sebagaimana kita ketahui berbagai sifat mulai
tertanam dikalangan para sahabat Rasulullah SAW.

Karena itulah kini sikap-sikap mulia itu dirangkum dalam nama yang
dikenal tasawuf. Jadi, mempelajari tasawuf tidak perlu mempersoalkan nama. Yang
penting adalah realitas atau substansi dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu kita
sebaiknya memiliki jiwa zuhud, qana’ah, taubat, iffah, dan lain sebagainya.

“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para
shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisaa’: 69).

Bagi seseorang yang belum mengenal Tasawuf, mungkin akan merasa asing. Karena
sifat asingnya itulah yang orang-orang enggan untuk mempelajarinya bahkan sampai ada
yang mengejeknya. Hal ini pula lah yang serupa dengan awal kedatangan Islam
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

“Permulaan Islam ini asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-
orang yang dianggap asing (orang-orang Islam).” (HR Muslim)

7
D. Tujuan Pendidikan Tasawuf

Ada beberapa tujuan pendidikan tasawuf yang dijadikan sebagai acuan dalam
mengaplikasikan pendidikan tasawuf dikehidupan masyarakat, dengan tujuan yang
dirumuskan diharapkan menjadi 'api' semangat untuk mempelajari, memahami dan
menerapkan nilai-nilai pendidikan tasawuf. Di antara tujuan pendidikan tasawuf meliputi:

1. Pendidikan tasawuf bertujuan melakukan pembinaan aspek moral. Aspek ini berusaha
mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan, dan pengendalian
hawa nafsu sehingga manusia konsisten kepada keluhuran moral. Tasawuf yang
bertujuan moralitas ini pada umumnya bersifat praktis.
2. Pendidikan tasawuf bertujuan untuk meraih 'ma'rifatullah' melalui penyingkapan
langsung atau metode kasyf al hijab.
3. Pendidikan tasawuf bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan dan
pendekatan diri kepada Allah swt secara mistisfilosofis, pengkajian garis hubungan
antara Tuhan dan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Khususnya hubungan manusia
dengan Rabbnya.
4. Hakikat dari tujuan pendidikan tasawuf adalah berada sedekat mungkin dengan Allah
swt sehingga tercapai persatuan." Ini memberikan isyarat banca pendidikan tasawuf
'menggiring manusia khususnya para penempuh jalan kesufian kepada posisi yang dekat
dengan Allah swt hingga puncak yakni persatuan dengan-Nya. Persatuan di sini, penulis
tafsiri sebagai persatuan qalbiyah yakni menyatukan hati kepada Allah, sehingga yang
ada (ma ). yang disembah (na bud), yang dituju (maqsud) hanya Allah (illallah).
5. Tujuan akhir dari pendidikan tasawuf adalah memberi kebahagiaan kepada manusia, baik
di dunia maupun di akhirat dengan pancaknya menemui dan melihat Tuhannya." Hal
tersebut menegaskan bahwa pendidikan tasawuf tidak 'pincang artinya pendidikan
tasawul memberikan jalan bagi manusia untuk bisa meraih kebahagian keuntungan dan
keberhasilan di dunia dan di akhirat, lahir batin, bukan berat sebelah atau
mengesampingkan dunia lahiriyah. Ketika sudah berhasil meraih kebahagian secara
dahiriyah_batinya maka pendidikan tasawuf akan menghantarkan mereka kepada puncak
tujuan, yakni bertemu dan melihat Allah swt melalui bata hati (bashirah), sebagai suatu
anugerah yang indah bagi hamba yang berhasil melihat Allah swt.
6. Pendidikan tasawuf mempunyai tujuan sebagai niat untuk membersihkan jiwa, menjaga
hawa nafsu, melepaskan diri dari berbagai bentuk ujub kagum pada diri sendiri), takabbur
(sombong). riya' (suka pamrih), lub od dunya cinta kehidupan dunia dan lain sebagainya.
Kemudian, menghiasinya dengan sifat tawadhu' (rendah hati), tawakkal (bersandar
kepada Allah), ridha (berkenannya bati kepada setiap kejadian yang digariskan Allah),
dan sifat-sifat terpuji lainnya.
7. Pendidikan tasawuf bertujuan untuk menggapai hakikat yang tinggi. Karena tasawuf
suatu kehidupan ruhani yang merupakan fitrah manusia sebagai representasi dari ihsan.
Sehingga konsep Islam, iman bersatu padu dalam jiwa manusia. Dapat melepaskan
jiwanya dari noda-noda sifat (akhlak al madzmumah) serta dari perbuatan yang tercela
yang dapat menimbulkan dosa sehingga jauh dari hidayah Allah SWT.

8
8. Tasawuf bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesucian jiwanya sehingga
dirinya merasa damai dan bisa kembali ke tempat asal muasalnya dengan damai pula. 2

2
Basyrul Muhamad Muvid. 2019. Pendidikan Tasawuf : Sebuah Kerangka Proses Pembelajaran Sufistik Ideal Di
Era Milenial (Cetakan ke 1).Gorontalo : Pustaka Idea

9
E. Fungsi Pendidikan Tasawuf

Pendidikan tasawuf juga mempunyai fungsi yang sistematis untuk dijadikan sebagai
motivasi dan inspirasi bagi para penempuh jalan sufi dalam mengarungi kehidupan ruhani.
Diantara fungsi pendidikan tasawuf bagi para salik khususnya dan bagi masyarakat
umumnya meliputi:

1. Untuk memperkukuh akhlak


2. Membina sikap zuhud
3. Membentengi dari penyakit hati
4. Membangun sikap aktif dan positif
5. Memberikan semangat sosial dan intelektual
6. Pengendalian hawa nafsu/syahwat,
7. Mendidik budi menjadi pribadi yang tidak tama', ujub, sombong dan riya'
8. Meningkatkan rasa taat dan patuh kepada Allah
9. Mengatur dan menata kehidupan manusia modern menjadi lebih baik dan mulia3.

3
Basyrul Muhamad Muvid. 2019. Pendidikan Tasawuf : Sebuah Kerangka Proses Pembelajaran Sufistik Ideal Di
Era Milenial (Cetakan ke 1).Gorontalo : Pustaka Idea

10
BAB III

PENUTUP
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut , Tasawuf merupakan suatu suatu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara
membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati, mengisinya dengan sifatsifat terpuji
melalui mujahadah dan riyadhah, sehingga merasakan kedekatan dengan Allah dalam hatinya
dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, bahkan dapat melihat Allah dengan mata
hatinya, sehingga dapat tampil sebagai sosok pribadi yang berbudi luhur dan berakhlak mulia
dalam kehidupan sehari.
Orang yang menjalani tasawuf disebut sufi. Sufi adalah orang mulia, karena ruhruh
mereka terbebaskan dari pencemaran manusiawi, tersucikan dari noda jasmani dan terlepas
dari hawa nafsu, sehingga mereka menemukan ketenangan bersama Tuhan dalam barisan awal
dan derajat yang paling tinggi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Basyrul Muhamad Muvid. 2019. Pendidikan Tasawuf : Sebuah Kerangka Proses
Pembelajaran Sufistik Ideal Di Era Milenial (Cetakan ke 1).Gorontalo : Pustaka Idea

Sofwana Eep Nurdin. 2020. Pengantar Ilmu Tasawuf (Cetakan ke 1). Bandung : Aslan
Grafika Salution

http://fitrianahadi.blogspot.com/2014/12/makalah-sumber-sumber-ajaran-
tasawuf.html?m=1(Diakses pada Minggu, 19 September 2021, jam 10:00 WIB)

http://digilib.uinsgd.ac.id/7429/3/BAB%20II.pdf(Diakses pada Minggu,19 September 2021,


jam 19:00 WIB)

https://azharnasri.blogspot.com/2016/08/makalah-tasawuf.html(Diakses pada Senin, 20


September 2021, jam 00.17 WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai