Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TASAWUF

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Filsafat Islam


Dosen pengampu : Akbar Imamnuddin S.th.i M.Ud

Disusun oleh:
Kelompok
Gagah Saputra 105180324
Paskalia Aina Widuri 105180332
Winka Yusimades 105180327

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI


FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati
indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada
baginda Habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah. 
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Jambi, 23 April 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. Pengertian Tasawuf........................................................................................2
B. Sumber Ajaran Tasawuf....................................................................................3
C. Tujuan Tasawuf.............................................................................................4
BAB III......................................................................................................................6
PENUTUP.................................................................................................................6
D. Kesimpulan....................................................................................................6
E. Saran..............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf dalam Islam mulai timbul sesudah Islam mempunyai
hubungan dengan agama Kristen dan agama Hindu Buddha. Dimana pada
saat itu animisme merupakan kepercayaan pertama yang dianut oleh orang
Indonesia. Islam sendiri datang tanpa kampanye, Islam dating secara damai,
dari berkembangnya Islam inilah kemudian muncul da’i da’i yang
merupakan gambaran pertama dari sebagai pengantar masuknya tasawuf.
Sebenarnya tasawuf ini sudah ada semenjak zaman Rasulullah yang
kemudian diikuti oleh para sahabatnya. Secara etimologi, kata tasawuf
berasal dari bahasa Arab yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwafan.
Namun para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan kata
tasawuf berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, dalam artian ini
menunjukkan kepada para muslim awal yang berdiri pada baris pertama
dalam ibadah, seperti sholat, ataupun perang suci.
Tasawuf atau sufisme adalah satu cabang keilmuan dalam Islam atau
secara keilmuan adalah hasil kebudayaan Islam yang lahir kemudian setelah
Rasulullah wafat. Pada hakikatnya tasawuf dapat diartikan mencari jalan
untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani. Tasawuf atau
sufisme ini merupakan salah satu aspek esoteric Islam sekaligus perwujudan
dari ihsan yang menyadari akan adanya komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya. Tasawuf merupakan jantung bagi pelaksana ajaran – ajaran Islam
dan kunci kesempurnaan amaliah. Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dharir
dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian tasawuf?
2. Bagaimanakah sumber ajaran tasawuf?
3. Apa saja tujuan tasawuf?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian tasawuf.
2. Untuk mengetahui sumber ajaran tasawuf.
3. Untuk mengetahui tujuan tasawuf.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung –
hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution,
misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-
suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke
Madinah), saf (barisan), sufi (suci), Sophos (bahasa Yunani: hikmat), dan suf
(kain wol). Keseluruhan kata ini bisa – bisa saja dihubungkan dengan
tasawuf. Kata ahl al – suffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari
Mekkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela
mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk
Allah. Mereka ini rela meninggalkan kampong halamannya, rumah,
kekayaan dan harta benda lainnya di Mekkah untuk hijrah bersama Nabi ke
Madinah. Tanpa ada unsur iman dan kecintaan pada Allah, tak mungkin
mereka melakukan hal yang demikian. Selanjutnya kata saf juga
menggambarkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah
kepada Allah dan melakukan amal kebajukan. Demikian pula kata sufi (suci)
menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosan
dan maksiat, dan kata suf (kain wol) menggambarkan orang yang hidup
sederhana dan tidak mementingkan dunia. Dan kata sophos (bahasa Yunani)
menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.
Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa
tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu
bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah
akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah ataupun pendapat para
ahli amat tergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing –
masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk
mrndefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusi sebagai makhluk
terbatas, manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat
didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah
SWT.
Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan jika sudut pandang

2
yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber – Tuhan, maka tasawuf
dapat didefinisikan sebaga kesadaran fitrah (Ke – Tuhanan) yang dapat
mengarah jiwa agar tertuju kepada kegiatan – kegiatan yang dapat
menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Jika tiga definisi tasawuf tersebut diatas satu dan lainnya
dihubungkan, maka segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya
melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari
pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat
dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang
berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan
Tuhan. Inilah esensi atau hakikat tasawuf.

B. Sumber Tasawuf
Dikalangan para orientalis Barat biasanya dijumpai pendapat yang
mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu
unsur Islam, unsur Masehi (Agama Nasrani), unsur Yunani, unsur
Hindu/Budha dan unsur Persia. Kelima unsur ini secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Unsur Islam
Secara umum ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah
atau jasadiah yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan uang
bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah itulah
kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat
perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al – Qur’an dan al
– Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para Sahabatnya. Al –
Qur’an antara lain berbicara tentang kemungkinan menusia dengan
Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah).
Selanjutnya didalam kehidupan Nabi Muhammad SAW juga terdapat
petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi. Nabi
Muhammad telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira’ menjelang
datangnya wahyu. Dia menjauhi pola hidup kebendaan dimana waktu itu
orang Arab terbenam didalmnya, seperti dalam praktek perdagangan
yang menggunakan segala cara yang menghalalkan.

2. Unsur Luar Islam


Adapun Unsu-unsur luar Islam yang diduga mempengaruhi tasawuf Islam
itu selanjutnya diantaranya:
a. Unsur Masehi
Noldicker mengatakan bahwa pakaian wol kasar yang digunakan
para sufi adalah lambang kesederhanaan para pendeta. Dan menurut

3
Nicholson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari
agama Nasrhani.

b. Unsur Yunani

Metode filsafat telah masuk pada dunia dimana


berkembangnya pada akhir Daulah Abbasiyah. Sehingga metode
filsafat ini pun timbul mempengaruhi pola pikir orang Islam yang
ingin dekat dengan sang Khaliknya yang kemudian disebut
dengan tasawuf filsafat.

c. Unsur Hindhu/Budha

Salah satu maqomat Sufiah al-Fana tampaknya ada persamaan


dengan ajaran tentang Nirwana dalam Agama Hindhu. Gold Ziher
mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh
Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adhamtokoh sufi. Dan
menurut Qomar Kailani pendapat inilah yang paling ekstrim.
Karena kalau diterima, berarti Agama Hindhu/Budha sudah ada
di Arab sejak jaman Nabi.

d. Unsur Persia

Keterkaitan Arab dan Persia sudah semenjak lamayaitu dalam


bidang politik, pemikiran, kemasyarakatandan sastra. Namun
belum ditemukan dalil yang kuat menyatakan bahwa kehidupan
rohani Persia telah masuk pada kerohanian Arab.

C. Tujuan Tasawuf
Secara umum, tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada sedekat
mungkin dengan Allah. Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik
tasawuf secara umum, terlihat adanya tiga sasaran “antara” dari tasawuf,
yaitu:
1. Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini
meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkeseimbangan,
penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten
dan komitmen hanya kepada keluruhan moral. Tasawuf yang bertujuan
moralitas ini, pada umumnya bersifat praktis.
2. Tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui penyingkapan
langsung atau metode al – kasyf al – hijab. Tasawuf jenis ini sudah
bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang
diformulasikan secara sistematis analitis.

4
3. Tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan
dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis
hubungan antara Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia
dengan Tuhan dan apa arti dekat dengan Tuhan. Dalam hal apa makna
dekat dengan Tuhan itu, terdapat tiga simbolisme, yaitu; dekat dalam arti
melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati, dekat dalam arti
berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia dengan
Tuhan dan makna dekat yang ketiga adalah penyatuan manusia dengan
Tuhan sehingga yang terjadi adalah monolog antara manusia yang telah
menyatu dalam iradat Tuhan.
Dari uraian singkat tentang tujuan Sufisme ini, terlihat adanya keragaman
tujuan itu. Namun dapat dirumuskan bahwa, tujuan akhir dari Sufisme adalah
etika murni atau psikologi murni, dan atau keduanya secara bersamaan,
yaitu:
a. Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan,
karena Dialah penggerak utama dari semua kejadian di alam ini
b. Penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas
diri dari sifat – sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan
duniawi – teresterial –, yang diistilahkan sebagai “fana al-ma’asi
dan baqa al-ta’ah”;
c. Peniadaan kesadaran terhadap “diri sendiri” serta pemusatan diri
pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari
kecuali Dia. Ilahi anta maksudi wa ridhaka mathlubi.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip
ajaran Tasawuf telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus
menjadi Rasul, bahkan kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi
salah satu panutan di dalam melakukan amalan-malannya. Ini merupakan
sangkalan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tasawuf merupakan
produk asing yang dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf ialah
mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan (ajaran)Nya
yaitu maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari al-
Qur’an, Hadits dan perbuatan-perbuatan sahabat. Banyak kita temui ayat-
ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari
ajaran dasar tasawuf, maupun tingkatan tingkatan yang harus ditempuh oleh
seorang sufi yang kita kenal dengan nama maqamat dan ahwal. Tujuan
tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah atau
kalau bisa menunggal dengan Allah.

B. Saran
Sebagai penulis kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu, kami mohon kepada para pembaca agar
dapat memberikan saran-saranya demi terlahirnya karya-karya yang lebih
baik.

6
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Rajawali Pers, 1996)
Siregar, Rivay, Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme, (Jakarta; Rajawali
Pers, 1999)

Anda mungkin juga menyukai