Disusun oleh:
Kelompok 7
Kelas/semester : E/2
1444H/2023M
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT, atas
izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa
pula kami kirimkan Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW. Beserta keluarga-Nya, para sahabat-Nya, dan seluruh umat-Nya yang
senantiasa hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berserta peran dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha kita, Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ..................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................. 19
A. Kesimpulan ............................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya tiga potensi yang dimiliki manusia itu dapat dilihat dari isyarat
yang terkandung dalam ayat yang berbunyi di bawah ini:
Artinya:
Pada ayat tersebut terdapat kata al-afidah yang diartikan hati. Al- Raghib
al-Asfahani, Ahli Kamus Al-Qur'an mengatakan bahwa kata al-af'idah adalah
jamak dari kata fu'ad yang artinya sama dengan al-qalb (hati), namun al-fu'ad
lebih menunjukkan pada bekerjanya hati dalam menimbang-nimbang masalah
secara jernih. Karenanya al-fa'ad lebih cocok disebut hati kecil yang tak
pernah berbohong. Sedangkan al-qalb secara harfiah berarti bulak balik dan ini
menunjukkan pada bekerjanya hati yang tidak tetap, terkadang suka,
1
terkadang benci, terkadang kasihan, terkadang kejam, dan seterusnya.
Karenanya ia bisa dibisikkan setan. Hal ini berbeda dengan kata al-kabidu
yang artinya hati dalam bentuk fisiknya seperti hati kerbau, hati ayam yang
merupakan bahan makanan.
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana bertasawuf?
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Tasawuf
2. Al-Junaid
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang membawa seseorang agar bisa dekat
bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan
mempermanisnya dengan amal-amal shaleh. Jalan tasawuf yang
pertama dengan ilmu yang kedua amal dan yang terakhirnya adalah
karunia illahi.
3
Terlepas dari banyaknya pengertian tasawuf yang telah dinyatakan
oleh para ahli, beberapa pandangan umum tasawuf dapat diartikan
sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyucikan diri.
B. Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-
hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution,
misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-
suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah. ke
Madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa Yunani: hikmat). dan suf
(kain wol).
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama
ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan
tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia
sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang
ber-Tuhan.
4
2. Objek Kajian Tasawuf
Dalam sabda Nabi Saw. “"Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia itu
terdapat segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik, baiklah seluruh
tubuhnya; dan apabila segumpal darab itu buruk, buruk jugalah tubuh
seluruhnya. Segumpal darah tersebut adalah hati" (HR Bukhari dan Muslim).
Hati di dalam bahasa Arab disebut al-qalb. Menurut ahli biologi, qalbu adalah
segumpal darah yang terletak di dalam rongga dada, agak ke sebelah kiri,
warnanya agak kecokelatan dan berbentuk segi tiga. Tetapi yang dimaksudkan
di sini bukanlah hati yang terbentuk dari segumpal darah yang bersifat materi
itu, namun yang dimaksudkan hati di sini adalah yang bersifat immateri. Hati
yang berbentuk materi menjadi objek kajian biologi. Sementara hati yang
immateri menjadi objek kajian tasawuf.
5
Hati adalah gejala dari rub. Ia mempunyai dua kekuatan, yaitu kekuatan
nafsu ammarah dan kekuatan nafsu muthmainnah. Nafsu ammarah mendorong
manusia untuk berbuat jahat, dan nafsu muthmainnah mendorong manusia
untuk berbuat kebaikan (membawa kepada kesempurnaan jiwa).
Artinya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas"
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS Al-Fajr [89]: 27-30)
Seorang tokoh sufi Khurasan, menjelaskan bahwa objek dan sasaran kajian
tasawuf terdiri dari empat tingkatan, yaitu ash-shads, al-qalb, al-fuad, dan al-
labb. Dari aspek tingkatan dan tempatnya, al-lubb berada di dalam al-fuad,
dan al-fuad di dalam al-qalb, dan al-qalb di dalam al-lubb. Masing-masing
objek tersebut memiliki karakter dan fungsi khusus.
6
berkurang yang disebabkan bertambah atau berkurangnya ketaatan
seseorang. Al-qalb ini sebagi sumber ilmu yang bermanfaat. Dari segi
tingkatan, ilmu yang bersumber dari al-qalb ini lebih tinggi
kualitasnya daripada ilmu yang diperoleh dari ash-shadr. Karena ilmu
tersebut diberikan langsung dari Allah Swt.
d) Al-lubb, aspek tasawuf yang ada di dalam fuad. Ini merupakan simbol
dari cahaya tauhid (nur at-tauhid). Cahaya tauhid ini merupakan basis
dari ketiga cahaya sebelumnya, dan inilah yang menerima rahmat
e) Allah Swt.
3. Tujuan Tasawuf
7
Ini memungkinkannya untuk meninggalkan" dunia ini, yang hanya merupakan
tempat singgah sementara. Sang salik mesti menyadari sepenuhnya bahwa
dunia ini hanya tempat ia menumpang, dan bukan tempat menetap atau
tujuannya untuk selamanya. la mesti berjaga-jaga agar tidak terjebak oleh
keindahan lahir dunia yang telah menghancurkan banyak kehidupan manusia.
Dunia lahir ini telah banyak menarik hasrat, nafsu, dan khayalan manusia;
sehingga mereka lupa dan lalai dari tujuannya.
Artinya:
8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan tasawuf adalah
mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-
Nya dengan mata hati bahkan ruhnya dapat bersatu dengan Ruh Tuhan.
Filosofi yang menjadi dasar pendekatan diri itu adalah pertama, Tuhan bersifat
ruhani, maka bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah ruh,
bukan jasadnya. Kedua, Tuhan adalah Mahasuci, maka yang dapat diterima
Tuhan untuk mendekati-Nya adalah ruh yang suci pula. Tasawuf adalah ilmu
yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui
penyucian ruhnya.
4. Fungsi Tasawuf
C. Bertasawuf
9
Hadis, dengan segenap hati tanpa ada sedikitpun rasa dari salah satu
penyakit hati seperti iri, dengki, pamer, riya, dan lain sebagainya.
10
bertasawuf di era modern seperti saat ini memiliki tantangan yang
lebih berat dibandingkan dengan zaman dahulu. Di era modern apa saja
bisa diperoleh dengan mudah, yang mana melakukan dosa juga sangat
mudah, mengingat perkembangan gadget yang diiringi dengan jaringan
yang semakin cepat. Seperti bukan hal baru lagi melihat berita-berita
kebohongan menyebar, gosip merajalela diberbagai media manapun,
tebar-menebar maksiat, hingga berbagai bentuk kemudharatan lainnya.
Jauh sekali rasanya apabila membandingan tantangan bertasawuf di masa
lamau dengan di masa kini. Hidup ala sufi di masa lampau mungkin
terlihat mudah untuk bisa uzlah mengasingkan diri dari khalayak manusia
jika dibandingkan dengan saat ini, ketika sudah berusaha mengasingkan
diri namun isi dari internet seperti hal-hal yang sudah disebutkan
sebelumnya, platform-platform tak senonoh bertebaran, hal-hal maksiat
bertebaran di jalanan. Susah rasanya berpaling dari maksiat, ibarat melihat
ke kanan ada maksiat lalu mengalihkan ke sebaliknya ternyata sama saja.
Maka salah satu cara efektif bertsawuf di tengah-tengah gejolak gemuruh
maksiat tersebut adalah selalu menghadirkan Allah SWT di hati, hal ini
seperti yang di ucapkan oleh Habib kekinian saat ini Habib Jafar Husain
dalam bukunya Tuhan Ada di Hatimu.
Manusia memang tidak bisa luput dari salah dan dosa. Bertasawuf
sangatlah sulit, mengingat bahwa tasawuf sendiri merupakan tingkat
tertinggi dalam pengelompokan pendekatkan hamba kepada Tuhan- nya.
Maka, dalam bertasawuf jangan serta-merta sudah merasa selalu
menghadirkan Tuhannya di dalam hati dan segala tindakan, akan tetapi
melupakan syariat sebagai dasar-dasar dari hukum Islam. Di era modern
saat ini meskipun bertasawuf sangatlah sulit namun bertasawuf pun sangat
diperlukan guna memperkuat hubungan rohani hamba dengan Tuhannya.
Maka, tak ada salahnya bila memanfaatkan pernyataan "manusia memang
tidak bisa luput dari salah dan dosa" apabila melihat betapa maraknya
maksiat di era modern ini. Namun dengan mengimbanginya dengan selalu
berusaha berbuat kebajikan dan melakukan segala perbuatan serta
11
menjauhi larangan apa yang di perintahkan Allah dan Rasul pada Al-
qur’an dan Hadis.
D. Dasar Tasawuf
Dasar-dasar dalam tasawuf ada dua yakni, dasar tasawuf dalam Al-Qur’an
dan dasar tasawuf dalam as-Sunnah.
Dasar-dasar tasawuf sudah ada sejak datangnya Islam di tanah Arab, hal
ini dapat diketahui dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, cara hidup
beliau yang kemudian diteladani dan diteruskan oleh para sahabat. Selama
periode Mekah, kesadaran spiritual Rasulullah SAW adalah berdasarkan
pengalaman- pengalaman mistik yang jelas dan pasti, sebagaimana
dilukiskan dalam al-Qur'an surat an-Najm [53]; 11-13 di mana Allah SWT
berfirman:
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka Apakah kaum
(musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah
dilihatnya? dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain.
12
terhadap sifat-sifat jelek dan pengembangan sifat-sifat baik. Sungguh
berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya."
Al-Anfal [8] ayat 45, Allah SWT berfirman tentang perintah berzikir.
13
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Maksudnya Ialah:
memperbanyak zikir dan doa.
Tentang khauf (takut) dan raja (berharap) dapat dilihat dari firman Allah
SWT surah al-Maidah [5] ayat 83.
14
Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang
pemimpinpun.
15
Dari sedikit contoh di atas dari ayat-ayat yang difirmankan Allah SWT,
sudah cukup alasan untuk mengatakan, bahwa tidak ada keraguan lagi
tentang sumber tasawuf, ia digali dari al-Qur'an yang dikem- bangkan
berdasarkan kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Dalam unsur-unsur tertentu ada kemiripannya dengan karakteristik
mistisisme pada umumnya, namun gambaran itu tidaklah cukup kuat untuk
dijadikan argumentasi bahwa tasawuf bersumber dari luar Islam.
Kemiripan dan kesamaan itu terjadi karena berakar pada universalitas
hakikat manusia itu sendiri.
16
"Siapa yang memusuhi wali (hamba kekasih)-Ku, maka aku akan
menyatakan perang kepadanya. Seorang yang mendekatkan diri (kepada-
Ku) lebih Ku cintai dari pada apa yang Ku wajibkan kepadanya. Ketika
Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarnya atas apa yang sedang
didengarnya, menjdi penglihatannya atas apa yang sedang dilihatnya,
menjadi tangannya atas apa yang sedang digennggamnya, dan menjadi
pejalannya atas perjalanan yang dilakukannya. Apabila dia meminta
kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan apabila memohon ampun kepada-
Ku, maka Aku akan negampuninya. (HR. Bukhari Muslim).
Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata: wahai Nabi
Allah SWT berwasiatlah kepadaku, Nabi bersabda: bertaqwalah kepada
Allah SWT, karena itu adalah himpunan setiap kebaikan, berjihadlah
karena itu kehidupan seorang ruhbani muslim, dan berzikirlah, karena itu
adalah nur (cahaya) bagimu. (HR. Muslim).
ص ِلّ َي َح هَّت تَ ِرُم ِ ِ هِب ص هل ه ِ ُ اَّلل عنو ي ُق ِ ت املُِغ ِ َ ََعن ِزَي ٍدق
َ ُاَّللُ َعلَْيو َو َسله ُم لي َ ُّ ِول ا هن َكا َن الن َ ُ ْ َ ُريَة َرض َي ه
َ ُ ال ََس ْع َ
ورا
ً ول اَفَ لَ ا اَ ُكو ُن َع ْب ًدا َش ُك
ُ ول لَوُ فَ يَ َق
ُ قَ َد َماهُ ا َْو َسا قَا ُه فَ يُ َق
17
Sedangkan nash dari as-Sunnah yang menerangkan tentang landasan
tarekat sebagai berikut, artinya:
Dari Ali ra, beliau berkata: ya RasulAllah SWT manakah jalan terdekat
kepada Allah SWT dan yang termudah atas hamba- hambanya dan yang
terafdhal disisi Allah SWT?, maka Rasulullah bersabda: ya Ali mestilah
atasmu selalu mengingat Allah SWT (zikir) kepada-Nya. Ali berkata: tiap
orang berzikir kepada Allah SWT. Rasul bersabda lagi: ya Ali tidak akan
terjadi kiamat sehingga tiada lagi di atas permukaan bumi ini orang yang
mengucapkan" Allah SWT, Allah SWT". Maka Ali berkata kepada
Rasulullah, bagaimana caranya aku berzikir kepada Allah SWT? Rasul
bersabda: Coba pejamkan matamu dan dengarkanlah dari saya tiga kali,
kemudian Akhlak Tasawuf: Jalan Lurus Mensucikan Diri dengarkan
kepada saya seperti yang kamu dengar. Maka bersabda Rasulullah SAW "
la ilaha illa Allah SWT tiga kali sedang kedua matanya tertutup.
Kemudian Ali pun mengucapkan hal serupa demikian.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat
bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing- masing.
Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk
mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk
terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai
makhluk yang ber-Tuhan.
Objek kajian tasawuf ada 6 yakni, Ar-ruh, an-nafs, al-qalbu, ash-shadr, al-
fuad, dan al-lubb.
19
b) Tasawuf berfungsi aktif dan positif, tasawuf juga telah memberikan
semangatnya kepada seluruh struktur Islam, baik dalam perwujudan
sosial maupun intelektualnya.
Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata: wahai Nabi
Allah SWT berwasiatlah kepadaku, Nabi bersabda: bertaqwalah kepada
Allah SWT, karena itu adalah himpunan setiap kebaikan, berjihadlah
karena itu kehidupan seorang ruhbani muslim, dan berzikirlah, karena itu
adalah nur (cahaya) bagimu. (HR. Muslim).
20
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. “Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia”. PT.
Rajagrafindo Persada (Jakarta: Rajawali Pers,2020).
Dr. Zulkifli, M. Ag, Dr. H. Jamaluddin, M. Us. “Akhlak Tasawuf: Jalan Lurus
Mencsucikan Diri”. (Yogyakarta: Kalimedia, 2018)
Ita Dwi Suryanti, Riris April Liana, Mujahidin, Nurul Isnainin Nafisah,
Muhammad Rosis Muvid, Astri Cahyaning Choirun Nisa, Naili Izza, Nur
Aliya Atika, Rini Astuti. “Berislam dan Tantangannya Di Era
Kontemporer”. (Semarang: CV. Alinea Media Dipantara, 2022).
https://www.orami.co.id/magazine/ilmu-tasawuf
21