Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AGAMA AKAL DAN WAHYU

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah


Metode Studi Islam (MSI)

Di Susun Oleh
Nama : DIAN ADI SUSANTO
Nirm : 200261048
Kelas : 2 (Dua) B
Prodi : Ekonomi Syari’ah
Dosen Pengampu : Siti Masturah, M.Kom.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )


TULANG BAWANG BARAT LAMPUNG
1442H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayahNya, Makalah

yang berjudul ”AGAMA AKAL DAN WAHYU” ini dapat terselesaikan dengan

teoat waktu Makalah ini berisi informasi tentang akal dan wahyu dalam agama

islam .

Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan infrmasi tambahan

para mahasiswa dan Khususnya untuk Metode Studi Islam pada pengumpulan

tugas kali ini.

Sangat kami sadari bahwa Makalah yang sudah kami susun ini mungkin

masih jauh dari sempurna, maka kami sangat mengharapkan saran dan masukan

demi penyempurnaan Makalah ini. Kepada semua pihak yang telah membantu

hingga terselesaikan nya Makalah ini kami sampaikan terima kasih.

Tulang Bawang Barat, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 3
A. Pengertian Akal Dan Wahyu ............................................................ 3
B. Landasan Hukum akal dan wahyu ................................................... 4
C. Fungsi Akal dan Wahyu .................................................................... 9
D. Kekuatan Akal dan Wahyu ............................................................. 10
E. Hubungan antara Akal dan Wahyu ............................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ....................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh dengan

kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada

manusia menyebabkan kemampuan yang dimiliki menjadi sangat terbatas. Islam

adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal,

sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan beban taklif atau

sebuah hukum.. Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu diantara lima

hal primer yang diperintahkan oleh syariah untuk dijaga dan dipelihara, dimana

kemaslahatan dunia dan akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya

kelima unsur tersebut, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Agama mengajarkan dua jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Pertama,

melalui jalan wahyu, yakni melalui komunikasi dari Tuhan kepada/manusia, dan

kedua dengan jalan akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera

sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan. Pengetahuan yang

diperoleh melalui wahyu diyakini sebagai pengetahuan yang absolut, sementara

pengetahuan yang diperoleh melalui akal diyakini sebagai pengetahuan yang

bersifat relatif, yang memerlukan pengujian terus menerus, mungkin benar dan

mungkin salah .1

B. Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian akal dan wahyu?

1 Purwanto, Agus. Nalar Ayat-ayat Semesta: Menjadikan Al-Quran sebagai Basis


Konstruksi Ilmu Pengetahuan. Mizan, 2015.
1
2

b. Apa landasan hukum akal dan wahyu?

c. Apa Fungsi dan Kekuatan akal dan wahyu?

d. Bagaimana hubungan antara akal dan wahyu?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal dan wahyu

dalam kehidupan islam sangat penting akal dan wahyu

yang digunakan maqasid as-syari‟ah atau maslahah yang menekankan

terjaminnya kebutuhan hidup manusia, dua di antaranya adalah

mewujudkan terjaganya al-„aql (intellect), dan keyakinan (ad-din). Dalam

hal ini wahyu merupakan sumber pengetahuan yang didasarkan kepada

keimanan kepada Allah SWT.

2. Manfaat Penulisan

a. Agar kita dapat dapat mengetahui pengertian dari Akal dan wahyu.

b. Agar dapat mengetaahui landasan hukum akal dan wahyu.

c. Agar dapat mengetahui hubungan akal dengan wahyu.


3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Akal Dan Wahyu

Akal berasal dari kata Arab („aqal).Dalam bahasa Indonesia orang biasa

menyalinnya dengan pikir atau pikiran.Jadi kejadian berakal, disalin dengan

berpikir.Menurut bahasa Arab, arti akal mula-mula “mengikat” (menahan) dan

“membedakan”.Dalam rangka ini orang menghubungkan, bahwa akal merupakan

tenaga yang menahan diri makhluk yang memilikinya dari pada perbuatan buruk

atau jahat, membedakannya dari makhluk-makhluk lain, karena tenaga akal itu

dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.Umumnya akal dimaknakan

sebagai alat untuk berpikir, menimbang buruk-baik atau merasakan segala

perubahan keadaan, sehingga dapat mengambil manfaat daripadanya.

Perkataan akal dalam bahasa asalnya mengandung pengertian diantaranya

mengikat dan menahan, ia juga mengandung arti mengerti, memahami dan

berfikir. Para ahli filsafat dan ilmu kalam mengartikan akal sebagai daya

(kekuatan, tenaga).Untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat

seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain, daya untuk

mengabstrakkan benda yang ditangkap oleh panca indera.

Kata wahyu berasal dari kata arab ‫الىحي‬, dan al-wahy adalah kata asli Arab

dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan.

Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu

tersembunyi dan cepat, oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan

tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang
4

mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf‟ul wahyu Allah terhadap Nabi-

Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi

Wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya

sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui

perantara maupun tanpa perantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk

dalam telinga ataupun lainya.2

B. Landasan Hukum akal dan wahyu

Kedudukan Akal Dalam Syari'at Islam.Syari'at Islam memberikan nilai dan

urgensi yang amat penting dan tinggi terhadap akal manusia. Itu dapat dilihat

sebagai berikut:

1. Allah subhanahu wa'ta'ala hanya menyampaikan kalam-Nya (firman-

Nya) kepada orang-orang yang berakal, karena hanya mereka yang

dapat memahami agama dan syari'at-Nya.

Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:

          

Artinya:"Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)


keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka
sebanyak mereka pula sebagai rohmat dari kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS.
Shaad (38): 43).

2. Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk

mendapat taklif (beban kewajiban) dari Alloh subhanahu wa'ta'ala.

Hukum-hukum syari'at tidak berlaku bagi mereka yang tidak

2 Shihab, M. Quraish. " Membumikan" Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
masyarakat. Mizan Pustaka, 2007.
5

mempunyai akal. Dan diantaranya yang tidak menerima taklif itu

adalah orang gila karena kehilangan akalnya.

Rosulullah bersabda:

"َ‫ ال ُجنُ ْى ُن َحتَّى يَ ِفيْق‬: ‫ث َو ِم ْن َها‬


ٍ ‫"رفِ َع القَلَ ُم َع ْن ث َ ََل‬
ُ

"Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga


golongan, diantaranya: orang gila samapai dia kembali sadar
(berakal)". (HR. Abu Daud: 472 dan Nasa'i: 6/156).

3. Allah subhanahu wa'ta'ala mencela orang yang tidak menggunakan

akalnya. Misalnya celaan Allah subhanahu wa'ta'ala terhadap ahli

neraka yang tidak menggunakan akalnya:

Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:

           
Artinya:"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. 067. Al
Mulk [67]: 10)

Dan Allah subhanahu wa'ta'ala mencela orang-orang yang tidak

mengikuti syari'at dan petunjuk Nabi-Nya. Allah subhanahu wa'ta'ala

berfirman:

               

       


Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi
kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (QS. 002. Al Baqarah [2]: 170).
6

4. Penyebutan begitu banyak proses dan aktivitas kepemikiran dalam Al-

Qur'an, seperti tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan lainnya. Seperti

kalimat "La'allakum tafakkarun" (mudah-mudahan kalian berfikir)

atau "Afalaa Ta'qiluun" (apakah kalian tidak berakal), atau "Afalaa

Yatadabbarunal Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi

kandungan Al-Qur'an) dan lainnya.

5. Al-Qur'an banyak menggunakan penalaran rasional. Misalnya ayat-

ayat berikut ini:

             


Artinya:"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau
kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya". (QS. An
Nisaa' [04]: 82)

6. Islam mencela taqlid yang membatasi dan melumpuhkan fungsi

akal.Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:

               

       


Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
Telah diturunkan Alloh," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi
kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS.
Al Baqarah [2]: 170)
7

Islam memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam

memahami dan mengikuti kebenaran. Allah subhanahu wa'ta'ala

berfirman:

          

         

        


Artinya:"Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak
menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita
gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-
hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa
yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang
Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang
yang mempunyai akal". (QS. Az Zumar [39]: 17-18)

Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu

langsunng (al-Qur‟an) ataupun wahyu yang tidak langsung (al-Sunnah),

kedua-duanya memiliki fungsi dan kedudukan yang sama meski tingkat

akurasinya berbeda karena disebabkan oleh proses pembukuan dan

pembakuannya. Kalau al-Qur‟an langsung ditulis semasa wahyu itu

diturunkan dan dibukukan di masa awal islam, hanya beberapa waktu

setelah Rosul Allah wafat (masa Khalifah Abu Bakar), sedangkan al-hadis

atau al-Sunnah baru dibukukan pada abat kedua hijrah (masa Khalifah Umar

bin Abdul Aziz), oleh karena itu fungsi dan kedudukan wahyu dalam

memahami Islam adalah:

1. Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukan kepada al-


8

Qur‟an dan Sunnah.Dengan demikian dapat dipahami bahwa

pemahaman dan penngamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada al-

quran dan al-sunnah adalah omong kosong.

2. Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan difungsikan

biala akal difungsikan untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk

memahami islam (wahyu) harus dibimbinng oleh wahyu itu sendiri

agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi

benar. Akal tidal boleh menyimpang dari prinsip etik yang diajarkan

oleh wahyu.

Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya

terhadap indera penglihatan manusia.. Oleh karena itulah, Alloh SWT

menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat.Di

dalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya, ketika

ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan wahyu maka ia

akan tersesat.

Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat

dibandingkan struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki fungsi

sebagai alat untuk memahami wahyu, dan wahyu untuk dapat dijadikan

petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus melibatkan akal untuk

memahami dan menjabarkan secara praktis.


9

C. Fungsi Akal dan Wahyu

1. Fungsi Akal

a. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.

b. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang

benar.

c. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.

Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal

adalah sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam

berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia yang akan meninjau

baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Akal

adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna

kalau tidak didasarkan pada akal, iman harus berdasar pada

keyakinan, bukan pada pendapat dan akallah yang menjadi sumber

keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Fungsi Wahyu

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksut

memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana

cara berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana

yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman

yang akan di terima manusia di akhirat.

Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang

diberikan allah kepada nabi-nabiNYA untuk melindungi diri dan

pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya.


10

Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah

SWT

D. Kekuatan Akal dan Wahyu

1. Kekuatan Akal

a. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.

b. Mengetahui adanya kehidupan di akhirat.

c. Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada

mengenal Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaran

tergantung pada tidak mengenal Tuhan dan pada perbuatan

jahat.3

d. Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.

e. Mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban pula

menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.

f. Membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan

kewajiban tersebut.

2. Kekuatan wahyu

Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan,

tetapi kita tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu

diyakini memiliki kekuatan karena beberapa faktor antara lain:

a. Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian

Allah.

3 Hutasuhut, Efrianto. AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM:(Perbandingan Pemikiran


Harun Nasution dan Muhammad Abduh). Diss. UINSU, 2017.
11

b. Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur‟an dan As-

Sunnah.

c. Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.

d. Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam

ghaib.

e. Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.5

E. Hubungan antara Akal dan Wahyu

Akal adalah potensi berharga yang diberikan Allah SWT hanya kepada

manusia, anugerah tersebut diberikan Allah SWT untuk membekali manusia yang

mengemban misi penting menjadi khalifah fil ardi, dengan kata lain manusia

sebagai duta kecil Allah SWT.

Akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah manusia

mempunyai kesanggupan untuk memenaklukan kekuatan mahkluk lain di

sekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggilah kesanggupanya

untuk mengalahkan mahluk lain. Bertambah rendah akal manusia, bertambah

rendsh pulalah kesanggupanya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.

Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah Hubungan Antara Akal

dan Wahyu.Ia menjelaskan bahwa hubungan antara akal dan wahyu sering

menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai

kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur‟an. Dalam pemikiran islam, baik dibidang

filsafat, ilmu kalam apalagi ilmu fiqh, akal tidak pernah membatalkan wahyu.

Akal tetap tunduk pada wahyu.Akal dipakai untuk memahami teks wahyu dan
12

tidak untuk menentang wahyu. Yang bertentangan adalah pendapat akal ulama

tertentu dengan pendapat akal ulama lain.

Dengan adanya akal manusia mampu melaksanakan tugas tersebut dengan

baik, dan dapat menemukan kebenaran yang hakiki sebagaimana pendapat

Mu‟tazilah yang mengatakan segala pengetahuan dapat diperoleh dengan akal,

dan kewajiban-kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam

sehingga manusia sebetulnya ada wahyu atau tidak tetap wajib bersyukur kepada

Allah SWT, dan manusia wajib mengetahui baik dan buruk; indah dan jelek;

bahkan manusia wajib mengetahui Tuhan dengan akalnya walaupun wahyu belum

turun.4

Menurut Mu’tazilah, seluruh pengetahuan dapat diperoleh melalui akal,

termasuk mengetahui adanya Tuhan dan kewajiban beribadah kepada Tuhan. Abu

Huzail, menegaskan bahwa meskipun wahyu tidak turun, maka manusia tetap

wajib beribadah kepada Tuhan, sesuai dengan pengetahuannya tentang Tuhan.

Begitu juga dengan kebaikan dan keburukan juga dapat diketahui melalui

akal.Jika dengan akal manusia dapat mengetahui baik dan buruk, maka dengan

akal juga manusia harus tahu bahwa melakukan kebaikan itu adalah wajib, dan

menjauhi keburukan juga wajib.

Menurut Asy’ariyah, pertama semua kewajiban manusia hanya dapat

diketahui melalui wahyu. Jika wahyu tidak turun, maka tidak ada kewajiban

(taklif) bagi manusia.Karena akal tidak mampu membuat kewajiban tersebut,

4 Nuhung, Mukhtar. "MEMAHAMI ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM


(Polemik Sekitar Masalah Hubungan Akal-Wahyu Dan Perbuatan Manusia-keadilan Tuhan)." Ash-
Shahabah 4.1 (2018): 98-108.
13

terutama kewajiban beribadah pada Tuhan, dan kewajiban melakukan yang baik

serta kewajiban menjauhi yang buruk.

Adapun berkaitan dengan mengetahui Tuhan, Asy‟ariyah sepakat dengan

Mu‟tazilah yaitu dapat diketahui melalui akal.Sedangkan mengetahui baik dan

buruk, akal tidak mampu, karena sifat baik dan buruk sangat terkait dengan

syari‟at. Sesuatu disebut baik, jika dapat pujian syari‟at, dan dianggap buruk jika

dikecam oleh syari‟at. Karena pujian dan kecaman bersumber dari wahyu, maka

sesuatu dapat dikatakan baik atau buruk juga melalui wahyu. 5

5 Riyadi, Muhsin. "Eksistensi Pendidikan Agama Islam Di Tengah Kemajuan Ilmu


Pengetahuan." Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 4.2, Sept (2018): 149-167.
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah kelompok kami bahwa Akal adalah daya pikir

untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa

pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah juga bisa benar.Wahyu adalah

firman Allah yang disampaikan kepada nabi-Nya baik untuk dirinya sendiri

maupun untuk disampaikan kepada umat.Pengetahuan adalah hubungan subjek

dan objek, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji secara ilmiah dan

kebenarannya jelas.

Akal dan wahyu digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi umat

manusia.Antara akal dan wahyu terdapat ruang dimana keduanya dapat bertemu

dan bahkan saling berinteraksi dan terdapat ruang dimana keduanya harus

berpisah.Pada saat wahyu merekomendasikan berkembangnya sains dan lestarinya

budaya dengan memberikan ruang kebebasan untuk akal agar berpikir dengan

dinamis, kreatif dan terbuka, disanalah terdapat ruang bertemu antara akal dan

wahyu. Sehingga hubungan antara akal dan wahyu tidak bertentangan akan tetapi

sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, bahkan kedua-duanya

saling menyempurnakan.

B. Saran

Sebagai umat islam kita harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang

berguna bagi umat manusia. Dan agar kita dapat mengaplikasikan ilmu yang di

peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia dan menjadikan Al


15

Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan

sumber ilmu yang paling utama.

Demikian makalah ini kami buat dan sampaikan kepada pembaca

sekalian.Makalah ini dibuat bukan semata – mata dalam rangka memenuhi tugas

pada mata kuliah, pada akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat

serta menambah wawasan bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Hutasuhut, Efrianto. AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM:(Perbandingan


Pemikiran Harun Nasution dan Muhammad Abduh). Diss. UINSU, 2017.

Nuhung, Mukhtar. "MEMAHAMI ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI DALAM


ISLAM (Polemik Sekitar Masalah Hubungan Akal-Wahyu Dan Perbuatan
Manusia-keadilan Tuhan)." Ash-Shahabah 4.1 (2018)

Purwanto, Agus. Nalar Ayat-ayat Semesta: Menjadikan Al-Quran sebagai Basis


Konstruksi Ilmu Pengetahuan. Mizan, 2015

Riyadi, Muhsin. "Eksistensi Pendidikan Agama Islam Di Tengah Kemajuan Ilmu


Pengetahuan." Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 4.2, Sept (2018)

Shihab, M. Quraish. " Membumikan" Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan masyarakat. Mizan Pustaka, 2007.

iv
v

Anda mungkin juga menyukai