Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

DOSEN PEMBIMBING

Abdul Syukur, MA

DISUSUN OLEH

Afif Nabighah

Andhika Jingga Pratama

Khaifa Faizel Davin

Muhammad Rizal Firmansyah Husna

Taliyah Shofiyana

Yaqzan Almagribi

Mekatronika Kelas C

POLITEKNIK ASTRA

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Islam dan Ilmu
Pengetahuan” tepat pada waktunya dan dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk mempelajari tentang kaitan antara islam dan ilmu pengetahuan.

Karena makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Abdul Syukur karena telah memberikan tugas ini, sehingga kami dapat
mempelajari hal baru. Terima kasih juga kepada para anggota kelompok yang turut berkontribusi
dalam pengerjaan makalah ini.

Semoga dengan disusunnya makalah ini, kami dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan bagi kami juga selaku penyusun. Mohon maaf apabila ada kesalahan selama
penulisan dan ada beberapa kata serta kalimat yang kurang berkenan.

Bekasi, 30 Januari 2023

I|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... I

DAFTAR ISI ................................................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

2.1 Kedudukan Akal dan Wahyu ........................................................................ 3


2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu ............................................................... 7
2.3 Kewajiban Menuntut Ilmu .......................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................15

II | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan dan teknologi berdampingan
dengan agama. Baik teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat seiring
dengan berjalannya jaman, sedangkan ilmu Agama Islam tetap mengikuti perkembangan
jaman tetapi tetap tidak merubah inti ajarannya.
Ajaran agama islam itu bersifat konstan, universal, praktis, dan seimbang. Konstan
disini dimaksudkan untuk ajarannya yang utuh, tetap dan tidak akan berubah-ubah.
Universal sendiri menggambarkan ajaran agama islam yang berlaku untuk semua rentang
waktu yang berlaku dari awal hingga akhir jaman, selain itu juga ajaran agama islam
diperuntukkan untuk seluruh umat manusia dan meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia. Sifat lainnya dari ajaran agama islam adalah praktis dan seimbang. Ilmu yang
bersifat praktis menandakan bahwa ajaran tersebut digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan sehari-hari, lalu seimbang sendiri diartikan bahwa ajaran tersebut mampu
membawa keseimbangan dan keserasian.
Dalam ensiklopedi Agama dan filsafat, dijelaskan bahwa Islam adalah agama yang
diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-
peraturan-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Allah menugaskan kepada Nabi untuk
menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak para manusia
untuk memeluk agama Islam.
Hal yang membedakan Islam dengan yang agama lain adalah penekanannya
terhadap ilmu (sains). Al-Qur'an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari
dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan para manusia yang
berpengetahuan dalam derajat yang tinggi. Dalam ayat al-Qur'an yang membahas tentang
perintah menuntut ilmu, kita akan menemukan bahwa perintah itu bersifat umum tidak
terkecuali pada ilmu-ilmu yang disebut ilmu agama. Persoalan yang ditekankan dalam al-
Qur'an adalah apakah ilmu itu bermanfaat atau tidak. Kriteria dari ilmu yang bermanfaat
disini adalah ilmu yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik sebagai
bentuk pengabdian kepada-Nya.

1|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan akal dan wahyu dalam pandangan islam?
2. Bagaimana klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam islam?
3. Bagaimana kewajiban menuntut ilmu dalam pandangan islam?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kedudukan akal dan wahyu dalam pandangan islam.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam islam.
3. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu dalam pandangan islam.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Akal dan Wahyu


a. Pengertian Akal
Dalam Islam, akal atau "aql" didefinisikan sebagai kemampuan intelektual atau
fikiran manusia yang digunakan untuk mengerti, memahami, dan membedakan hal-hal
yang benar dan salah. Akal dalam Islam merupakan salah satu sumber utama dari ilmu
dan pengetahuan, dan dianggap sebagai salah satu alat utama yang digunakan oleh
manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidup dan kehidupan
setelah mati.
Islam menekankan pentingnya menggunakan akal dan memperkuat kemampuan
intelektual manusia sebagai bagian dari upaya untuk memahami dan mengikuti ajaran-
ajaran Islam dengan benar. Akal juga digunakan untuk menilai dan menentukan apa yang
benar dan salah, dan untuk memahami hakikat dari realitas alam dan masyarakat. Namun,
Islam juga menekankan bahwa akal harus dikontrol dan dibimbing oleh prinsip-prinsip
agama, dan tidak boleh digunakan untuk mempertentangkan ajaran-ajaran Islam. Akal
harus digunakan sebagai alat untuk memahami dan mengikuti ajaran-ajaran Islam, bukan
sebagai alat untuk mempertentangkan atau menentang ajaran-ajaran tersebut.
Secara umum, pengertian akal dalam Islam adalah sebagai salah satu sumber
utama dari ilmu dan pengetahuan, dan sebagai alat yang penting dan harus digunakan
oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidup dan kehidupan
setelah mati.Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (
‫)العـقـل‬, yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya
‘aqaluuh (‫ )عـقـلوه‬dalam 1 ayat, ta’qiluun (‫ )تعـقـلون‬24 ayat, na’qil (‫ )نعـقـل‬1 ayat, ya’qiluha (
‫ )يعـقـلها‬1 ayat dan ya’qiluun (‫ )يعـقـلون‬22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan
mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki
fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang
kemampuanya sangat luas.
Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti
kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut
kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut

3|Page
pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah.
Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir.
Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya
dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk
lain.

b. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab ‫الوحي‬, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan
bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan ketika Al-
Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu
wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang
yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul
wahyu Allah terhada Nabi-Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan
kepada Nabi.
Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah
pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan
bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa pelantara.
Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
Wahyu dalam Islam didefinisikan sebagai pesan atau pengungkapan yang
diterima oleh Nabi atau Rasul dari Allah, yang kemudian diteruskan kepada umat
manusia sebagai petunjuk hidup. Wahyu dalam Islam merupakan sumber utama dari
ajaran Islam dan memuat perintah-perintah, petunjuk, dan nasihat dari Allah.
Wahyu dalam Islam diterima oleh Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23
tahun dan diterima melalui perantara malaikat Jibril. Hasil wahyu ini kemudian
diteruskan kepada umat manusia melalui pengajaran dan pengalaman Nabi Muhammad
SAW. Hasil wahyu ini kemudian dikumpulkan dan diterima sebagai Al-Qur'an, yang saat
ini merupakan sumber utama dari ajaran Islam. Wahyu dalam Islam juga dipercaya
sebagai sumber ilmu dan pengetahuan, dan dianggap sebagai jalan yang benar bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidup dan kehidupan
setelah mati. Oleh karena itu, penerimaan dan pengikutan terhadap wahyu Allah
merupakan bagian dari kewajiban setiap Muslim.

4|Page
c. Kedudukan Akal dan Wahyu
Kedudukan antara wahyu dalam Islam sama-sama penting. Karena Islam tak akan
terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh
dalam segala hal dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum Islam, antar wahyu dan akal
ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum Islam berbicara yang identik dengan wahyu,
maka akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai
akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu
itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang
tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah
terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan
berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan
untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan
selalucocok dengan syariat Islam dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu baik berupa
Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Allah SWT, pribadi Nabi Muhammad SAW yang
menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya
wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia,
tanpamengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum
ataukhusus.Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal,
bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang
lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan
manusia. baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an
dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Namun tidak selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring
perkembangan zaman akal yang semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah anugrah
dari Allah terhadap orang yang terpilih, terkadang mempertanyakan keaslian wahyu
tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah hanya pemikiran seseorang yang
beranggapan smua itu wahyu. Seperti pendapat Abu Jabbar bahwa akal tak dapat
mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang
ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui bahwa

5|Page
hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan
buruk yang lain.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa hadis merupakan salah satu warisan yang
diberikan oleh Rasulullah SAW. Sebagai pengulas al-Qur’an, posisi hadis sangatlah
penting. Allah berfirman di dalam Surat al-Nisa ayat 26:

“Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu, dan me-nunjukimu


kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak)
menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengeta-hui lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Nisa
[4] 26).
Dari kelima hidayah yang Allah berikan, satu di antaranya yaitu hidayah akal.
Jadi menurut Abduh, akal merupakan hidayah dari Allah SWT dan ini sejalan dengan
ayat-ayat al-Qur’an.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS Ali ‘Imran) [3] 190).
Di dalam hadits Nabi banyak uraian mengenai akal, khususnya bila dikaitkan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa hadits Nabi yang
mengulas mengenai akal serta berbagai fungsinya.

“Sesungguhnya yang pertama-tama Allah ciptakan adalah akal. Allah berkata


kepadanya, ‘datang menghadaplah!’. Maka iapun datang menghadap. Allah berkata
kepadanya, ‘mundurlah ke belakang!’. Maka iapun mundur ke belakang. Lalu Allah
berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku tidaklah menciptakan makhluk yang lebih mulia
darimu atas-Ku. Dengan sebabmulah Aku menyiksa, dengan sebabmulah Aku memberi,
6|Page
bagimulah pahala dan atasmulah hukuman.” Dalam Hadits, Rasulullah SAW menjunjung
tinggi akal sampai-sampai dikatakan bahwa seseorang dianggap tidak beragama
manakala tidak memiliki akal di dalamnya. Nabi Muhammad SAW bersabda,
sebagaimana diuraikan di dalam Kitab Ihya ‘Ulum al-Din, bahwa “orang alim itu adalah
orang kepercayaan.
Kita harus meyakini bahwa tidak ada pertentangan sama sekali antara hadits
dengan Al-Qur’an. Karena hadits ini hakikatnya adalah wahyu dari Allah, sama Al-Quran
juga wahyu dari Allah.

‫) ِإ ْن هُ َو ِإال َوحْ ٌي يُو َحى‬٣( ‫ق َع ِن ْالهَ َوى‬


ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬

“Dan tidaklah yang diucapkan Muhammad itu karena menurut keinginannya.


Akan tetapi ia adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS An Najm : 3-4)
Allah ta’ala berfirman:

ِ َّ‫َوَأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬


َ‫اس َما نُ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS
An-Nahl : 44).

2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu


Dalam Islam, ilmu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, di
antaranya: Ilmu Agama: meliputi ilmu tentang ajaran-ajaran Islam, seperti Al-Qur'an,
Hadits, Fiqh, dan Tafsir.Ilmu Alam: meliputi ilmu tentang alam semesta, seperti
astronomi, fisika, kimia, dan biologi.Ilmu Sosial dan Politik: meliputi ilmu tentang
masyarakat dan politik, seperti sosiologi, sejarah, dan ekonomi.Ilmu Kehidupan: meliputi
ilmu tentang kehidupan sehari-hari, seperti ilmu memasak, merawat rumah, dan
perawatan kesehatan.Ilmu Fiksi dan Seni: meliputi ilmu tentang fiksi dan seni, seperti
sastra, drama, dan musik.
Semua kategori ilmu tersebut dianggap penting dalam Islam dan dipandang
sebagai bagian dari upaya untuk mencari tahu dan memahami alam semesta dan realitas
hidup. Ilmu pengetahuan dan pencerahan dianggap sebagai bagian dari tugas manusia
dalam menjalankan amanah Allah. Klasifikasi ilmu dalam Islam dapat dirujukan kepada
7|Page
hasil pemikiran Al-Ghazali. Beliau mengklasifikasi ilmu dalam empat sistem yang
berbeda, yaitu pembagian ilmu atas ilmu teoritis dan praktis, ilmu yang dihadirkan dan
dihasilkan, ilmu religius dan intelektual, ilmu fardh ‘ain dan fardh kifayah.
Pembagian ilmu-ilmu menjadi bagian teoritis dan praktis Ilmu teoritis adalah
ilmu yang diketahui sebagaimana adanya, sedangkan ilmu praktis adalah tindakan-
tindakan manusia yang bertujuan mencari aktifitas kondusif manusia untuk
kesejahteraannya.
Pembagian pengetahuan menjadi pengetahuan yang dihadirkan (hudhuri) dan
pengetahuan yang dicapai (hushuli) Pembagian ini didasarkan atas perbedaan paling
mendasar berkenaan dengan cara-cara mengetahui. Pengetahuan yang dihadirkan bersifat
langsung, serta merta, suprarasional, intuitif, dan kontemplatif. Alghazali menyebut
pengetahuan ini dengan beberapa sebutan. Diantaranya adalah ilm ladunni (pengetahuan
dari yang tinggi) dan ilm mukasyafah (pengetahuan tentang penyingkapan misterimisteri
Ilahi). Pengetahuan yang dicapai atau pengetahuan perolehan bersifat tak langsung,
rasional, logis dan diskursif. Pengetahuan yang dihadirkan lebih unggul dari pengetahuan
yang dicapai karena terbebas dari kesalahan dan keraguan. Pengetahuan kategori ini juga
memberikan kepastian tertinggi mengenai kebenarankebenaran spiritual. Pengetahuan
indrawi memang bersifat langsung juga dan serta serta merta, tetapi hanya berlaku pada
dunia fisik.
Pembagian ilmu atas ilmu-ilmu religius (syar’iyah) dan intelektual (‘aqliyah)
Ilmu-ilmu religius (al’ulum al syar’iyah) adalah ilmu-ilmu yang diperoleh nabi-nabi dan
tidak datang melalui akal, sedangkan ilmu-ilmu intelektuan (al ‘ulum al aqliyah) adalah
berbagai ilmu yang diperoleh melalui intelek manusia.
Pembagian ilmu menjadi ilmu-ilmu fardh ‘ain (wajib atas setiap individu) dan
fardh kifayah (wajib atas umat) Ilmu fardh ‘ain merujuk kepada kewajiban agama yang
mengikat setiap muslim, sedangkan ilmu fardh kifayah merujuk kepada perintah ilahi dan
bersifat mengikat bagi komunitas muslim sebagai suatu kesatuan walaupun tidak mesti
mengikat setiap anggota komunitas. Dari empat klasifikasi ilmu yang dikemukakan di
atas, yang paling menonjol adalah pembagian ilmu yang religius dan yang intelektual dan
pembagian ilmu yang fardh ‘ain dan fardh kifayah.
Ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah Ilmu fardhu’ain adalah ilmu yang wajib
diketahui oleh setiap individu muslim, seperti 125 ilmu tentang peribadatan (‘ibadah),
sedangkan ilmu fardhu fifayah adalah ilmu yang wajib diketahui oleh sebagian umat.
Manakala sebagian telah melakukannya, maka yang lain menjadi gugur kewajiban untuk

8|Page
mempelajarinya. Ilmu fardh kifayah antara lain ilmu tafsir, ilmu bahasa, ilmu kedokteran,
ilmu hukum dan sebagainya. Dengan pembagian dan klasifikasi di atas, jelaslah bahwa
Islam tidak memisahkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum sebagaimana
yang dianggap oleh sebagian umat Islam. Islam memandang semua ilmu sebagai bagian
dari ajaran Islam yang harus dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam. Semua ilmu
diarahkan untuk menunaikan tugas manusia di dunia, yaitu sebagai hamba Allah
(‘abdullah) dan pemimpin dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah fi al ardh).
Ilmu tentang cabang-cabang (furu’) atau prinsip-prinsip turunan
a) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada Allah. Ini adalah ilmu tentang ritus-
ritus religius dan pengabdian (ubudiyah)
b) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat. Ilmu ini terdiri dari: (1)
Ilmu tentang transaksi. Ilmu ini membentuk transaksi-transaksi bisnis dan
keuangan. Jenis lain transaksi termasuk diantaranya qishash (2) Ilmu tentang
kewajiban kontraktual. Ilmu ini berhubungan dengan hukum keluarga
Selain itu terdapat ilmu-ilmu intelektual seperti:
1. Matematika
(a) Aritmetika
(b) Geometri
(c) antronomi dan astrologi
(d) music
2. Logika
3. Fisika atau ilmu alam
(a) Kedokteran
(b) Meteorologi
(c) Mineralogi
(d) Kimia
4. Ilmu-ilmu tentang wujud di luar alam atau metafisika
(a) ontology
(b) pengetahuan tentang esensi, sifat, dan aktifitas Ilahi
(c) pengetahuan tentang substansi sederhana, yaitu intelegensi-intelegensi dan
substansi-substansi malakut (angelic)
(d) pengetahuan tentang dunia halus
(e) ilmu tentang kenabian dan fenomena kewalian, ilmu tentang mimpi

9|Page
(f) teurgi (nairanjiyat), ilmu ini menggunakan kekuatan-kekuatan bumi untuk
menghasilkan efek tampak seperti supernatural

Dalam Islam, tidak ada ayat Al-Qur'an atau hadits yang secara eksplisit
mengklasifikasikan ilmu. Namun, beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits menekankan
pentingnya mencari ilmu dan pengetahuan, dan memandang ilmu sebagai amanah dari
Allah yang harus diambil dengan serius oleh setiap Muslim. Berikut adalah beberapa
dalil yang mendasar tentang pentingnya mencari ilmu dalam Islam:
- Firman Allah dalam Al-Qur'an: "Dan bertanyalah kepada orang yang memiliki
pengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya." (Surah al-Anbiya', ayat 7)
- Firman Allah dalam Al-Qur'an: "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan memberikan kepadanya jalan keluar (dari segala masalah) dan member
- Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan baginya, Allah jadikan dia paham (faqih)
dalam urusan agama.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Surat Al-Mujadalah Ayat 11

ُ ‫ـع ٱهَّلل‬ ۟ ُ َ‫وا ف‬


ِ ‫ٱنشـ ُزوا يَرْ فَـ‬
۟ ‫ٱنشـ ُز‬ ُ ‫يل‬ َ ِ‫ح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ وَِإ َذا ق‬ ۟ ۟ َ ِ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا ق‬
ِ ِ‫يل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِى ْٱل َم ٰ َجل‬
ِ ‫س فَٱ ْف َسحُوا يَ ْف َس‬
۟ ُ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم د ََر ٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬ ۟ ُ‫ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu memiliki peran penting dalam menentukan
martabat seseorang di mata Allah. Ilmu juga dapat menjadi pembeda antara orang yang
beriman dan orang yang tidak beriman.

2.3 Kewajiban Menuntut Ilmu


a. Pandangan Umum tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata kelakuan seseorang ataupun kelompok dalam upaya
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2011). Menurut
10 | P a g e
UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
diartikan sebagai usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dengan aktif
untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Anonim, 2012).
Pandangan umum dalam Islam tentang kewajiban menuntut ilmu adalah sangat
positif dan menekankan pentingnya mencari ilmu dan pengetahuan. Menuntut ilmu
dianggap sebagai bagian dari tugas manusia dalam menjalankan amanah Allah, dan
dipercaya dapat membantu mereka untuk memahami ajaran-ajaran Islam dengan lebih
baik, memecahkan masalah hidup, dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Menuntut ilmu juga dianggap sebagai salah satu cara untuk mengabdi kepada
Allah dan memperoleh pahala dalam hidup setelah mati. Oleh karena itu, kewajiban
menuntut ilmu sangat dihormati dan diakui dalam masyarakat Muslim, dan para ulama
dan pemikir Muslim sering memperdebatkan berbagai aspek ilmu dan pengetahuan.
Secara umum, pandangan umum dalam Islam tentang kewajiban menuntut ilmu
adalah sangat mendukung dan memperkuat upaya untuk mencari ilmu dan pengetahuan,
dan memandang ini sebagai bagian dari upaya untuk menjalankan tugas sebagai makhluk
ciptaan Allah.
Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Ini didasarkan
pada beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits yang menekankan pentingnya mencari ilmu dan
pengetahuan. Berikut adalah beberapa dalil yang mendasar tentang kewajiban menuntut
ilmu dalam Islam:
- Firman Allah dalam Al-Qur'an: "Dan bertanyalah kepada orang yang memiliki
pengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya." (Surah al-Anbiya', ayat 7)
- Firman Allah dalam Al-Qur'an: "Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan memberikan kepadanya jalan keluar (dari segala masalah) dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (Surah Al-Talaq, ayat
2-3)
- Hadits Rasulullah SAW: "Cari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (Riwayat Bukhari
dan Muslim)
- Hadits Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang mempelajari satu ilmu, maka Allah akan
mempermudah baginya jalan ke jannah." (Riwayat Tirmidzi)

11 | P a g e
Dengan demikian, menuntut ilmu dalam Islam dianggap sebagai kewajiban yang
harus dilakukan oleh setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ini membantu
mereka untuk memahami ajaran-ajaran Islam dengan lebih baik, memecahkan
masalah hidup, dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Menuntut ilmu merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia,
tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut ilmu juga dianggap
sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam bersikap (Ramly, 2005).
Menurut Driyakara dalam buku membangun pendidikan yang memberdayakan dan
mencerdaskan, beliau mengatakan bahwa proses menuntut ilmu merupakan proses untuk
membimbing manusia muda menjadi lebih dewasa dan lebih manusiawi.
Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui
metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala alam yang dapat
diukur maupun diamati (Sarjuni, 2018). Karl Pearson merumuskan di dalam bukunya
Grammar of Science bahwasannya ilmu pengetahuan merupakan lukisan keterangan yang
lengkap dan konsisten mengenai fakta pengalaman dengan istilah sederhana. Menuntut
ilmu merupakan proses ke arah yang positif.
Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses transformasi ilmu yang bertujuan
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam Islam proses belajar
mengajar lebih dikenal dengan sebutan atTa’lim, yaitu proses ilmu pengetahuan agama
yang menghasilkan pemahaman yang baik terhadap anak didik sehingga dapat
melahirkan sikap yang positif. Yang dimaksud dengan sikap yang positif ialah ikhlas,
percaya diri, patuh, dapat berkorban dan teguh terhadap pendirian (Susanto, 2009).
Pendidikan menurut pandangan Hamka terbagi menjadi dua macam: pertama,
pendidikan jasmani, yakni ilmu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani, kekuatan
jiwa dan akal. Kedua, pendidikan rohani, yakni ilmu untuk kesempurnaan manusia
dengan pengalaman dan ilmu yang didasarkan pada agama.kedua unsur tersebut
cenderung dapat menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena
pendidikan dalam sarana yang tepat untuk menentukan berkembangnya kedua unsur
tersebut (Susanto, 2009).
Pentingnya menuntut ilmu menurut Hamka yang dikutip dari karangan Susanto
yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam bukan hanya sekedar agar manusia dapat
memperoleh kehidupan yang baik, namun dengan ilmu pengetahuan manusia dapat

12 | P a g e
mengenal Tuhannya, memperbaiki akhlaknya dan selalu berusaha untuk mencari ridho
Allah. Dengan pendidikan yang demikian, manusia akan mendapat ketentraman.
Menuntut ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya ajakan saja, akan tetapi telah
menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Islam. Di dalam Alquran dan hadis telah
banyak membahas mengenai menuntut ilmu, yakni tentang pentingnya dalam menguasai
ilmu dan segala hal yang mengarah pada kewajiban menuntut ilmu. Salah satu ciri yang
dapat menbedakan agama Islam dengan agama lain ialah penekanan terhadap ilmu.
Alquran dan Hadis menghibau umat Islam untuk mencari ilmu. Dalam pandangan Islam,
ilmu merupakan keistimewaan yang dapat menjadikan manusia lebih unggul dari pada
makhluk yang lainnya untuk menjalankan kekhalifahan. Dalam Alquran dan Hadis
disebutkan secara berulang-ulang bahwasannya kedudukan umat Islam yang berilmu
memiliki kedudukan yang tinggi (Ulum, 2007).
Imam al-Ghazali berpendapat bahwasannya ilmu merupakan salah satu kewajiban
bagi manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, dewasa maupun
anak-anak menurut cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Menuntut
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim maupun muslimah, tanpa membedakan
gender. Dalilnya terdapat di dalam Alquran maupun Hadis Nabi Saw (Ali, 2010).
Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis
riwayat Ibnu Majah No. 224, dari Anas bin Malik ra, yang dishahihkan oleh al-Albani
dalam Shahih al-Jaami ash-Shaghir No. 3913 sebagai berikut:

‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم‬:‫عن أنس بن مالك قال‬

Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda “menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim” (al-Qazwani, 2000). Menuntut ilmu itu wajib hukumnya
bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan. Ketika Allah telah menurunkan
perintah yang mewajibkan atas suatu hal, maka kita harus menaatinya. Allah Ta’ala
berfirman dalam QS. An-Nur ayat 51:

ٓ
َ ‫وا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ۚ َوُأ ۟و ٰلَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْٱل ُم ْفلِحُون‬ ۟ ُ‫نَّما َكانَ قَوْ َل ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ َذا ُدع ُٓو ۟ا لَى ٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِهۦ لِيَحْ ُكم بَ ْينَهُ ْم َأن يَقُول‬
َ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ َ ‫ِإ‬

Artinya: Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil


kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah

13 | P a g e
ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.

14 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam Islam, ilmu merupakan salah satu perantara untuk memperkuat keimanan.
Iman hanya akan bertambah dan menguat jika disertai dengan ilmu pengetahuan. Ilmu
tanpa agama sifatnya buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Islam tidak pernah
mendikotomi antara ilmu satu dengan ilmu yang lain.
Dalam Islam ilmu agama dan ilmu yang bersifat umum sama-sama berguna dan
berkedudukan sama, ilmu hanya dibedakan dari manfaat nya terhadap manusia. Islam
juga sangat menganjurkan umatnya untuk mempelajari setiap ilmu pengetahuan,
memahami setiap ilmu pengetahuan pada prinsipnya adalah memahami ilmu-ilmu Allah
yang dipedomankan melalui al-Quran dan al-Sunnah.
Selain ilmu, akal dan wahyu juga penting kedudukannya dalam islam. Hal yang
membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah yang lain adalah akal nya. Tanpa
akal manusia tidak dapat mencerna ilmu yang didapatkan. Wahyu juga sebagai patokan
akan ilmu-ilmu yang didapatkan di dunia ini. Baik akal dan wahyu kedudukannya sama-
sama sebagai anugerah yang diberikan Allah kepada manusia.

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Atang, Metodologi Study Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, tt.

Qadir, C.A., Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Terjemahan dari Philosophy and
Science is The Islamic World, oleh Hasan Basri, Jakarta: Yayasan Obor, 1988.

Husaini, Adian dan Dinar Dewi Kania. Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam. Depok:
Gema Insani, 2013.

https://www.neliti.com/id/publications/76085/islam-dan-ilmu-pengetahuan-pengaruh-
temuan-sains-terhadap-perubahan-islam

http://eprints.ums.ac.id/6508/1/H000040021.pdf

https://www.researchgate.net/publication/336727031_Kedudukan_Akal_dalam_al-
Qur'an_dan_al-Hadis

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai