Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN AL-QURAN, AL-SUNNAH, DAN PARA AHLI TENTANG

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dosen pengampu: Dr. Khairan Muhammad Arif M. Ed, MA.

Disusun oleh:

Kelompok 2

Indah Fadillah 11180130000046

Yulyan Iftanurohman 11180130000062

Nur Qoyimah 11180130000067

Kelas 6B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Pandangan Al-
Quran, Al-Sunnah, dan Para Ahli Tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan” dengan sebaik mungkin,
sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga berterima kasih kepada Dr. Khairan Muhammad Arif
M. Ed, MA., selaku dosen mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini tak lepas dari berbagai kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini
dan sebagai pelajaran dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan
adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan pendidikan terutama dalam hal keilmuan
dan keislaman.

Ciputat, 18 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B.
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1 C.
Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3 A.
Pandangan Al-Quran tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan ........................................... 3 B.
Pandangan Al-Sunah tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan ........................................... 6 C.
Pandangan Para Ahli tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan ........................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11 A.
Simpulan ....................................................................................................................... 11 B.
Saran ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu belajar. Islam
mengajarkan umatnya untuk selalu menggunakan akal pikiran yang sudah dikaruniakan Allah
kepada mereka. Islam juga agama yang memposisikan ilmu dalam posisi yang mulia. Sebagai
tanda keutamaan ilmu dalam Islam adalah sifat ilmu yang menjadi salah satu sifat wajib
Allah SWT. Bagaimana kalau di dunia ini tidak ada ilmu? Bayangkan saja, pasti akan kacau
dan gelap gulita. Allah menciptakan manusia dalam kondisi tidak tahu apa-apa. Manusia
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang berfikir. Manusia dianugerahi akal dan pikiran
yang menjadikan dia lebih unggul dari makhluk lain dan dipercaya sebagai khalifah fil ardhi.
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk
manusia, bahkan manusia pertama yang Allah ciptakan, langsung mendapatkan pelajaran
tentang apa-apa yang ada di surga oleh Allah. Ayat tersebut juga menjelaskan kepada kita,
bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan, di mana kita semua mempunyai potensi untuk
mengembangkan apa yang sudah kita miliki bersama, yaitu akal pikiran kita yang merupakan
anugerah Allah yang luar biasa. Ilmu yang ada membuat manusia lebih baik. Dengan ilmu,
manusia dapat mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia mendapatkan
kesenangan. Kombinasi keduanya membuat hidup manusia lebih terarah, masuk akal dan
bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu sangat berperan dalam kehidupan manusia,
maka bekali diri kita dengan ilmu yang bermanfaat sebanyak
banyaknya.
Bukti nyata perhatian islam terhadap ilmu pengetahuan terpampang nyata dalam ayat-
ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Para tokoh atau ahli dalam bidang-bidang keilmuan
juga tak luput untuk mengungkapkan pendapatnya tentang islam dan ilmu pengetahuan.
Pembahasan mengenai pandangan Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan para ahli tentang islam dan
ilmu pengetahuan ini menjadi sangat penting untuk dibahas dan dikaji. Mengingat Al-Qur’an
dan Sunnah merupakan pedoman utama umat islam, sehingga sudah sepatutnya sudut
pandang inilah yang dilihat, diyakini, dan pahami oleh umat islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Al-Quran tentang Islam dan ilmu pengetahuan? 2.
Bagaimana pandangan Al-Sunnah tentang Islam dan ilmu pengetahuan? 3.
Bagaimana pandangan para ahli tentang Islam dan ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pandangan Al-Quran tentang Islam dan ilmu pengetahuan. 2.
Untuk mengetahu pandangan Al-Sunnah tentang Islam dan ilmu pengetahuan.

1
3. Untuk mengetahui pandangan para ahli terhadap Islam dan ilmu pengetahuan.
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Al-Quran tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan


Agama Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai Rasul-Nya mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah selama
(dibulatkan) dua puluh tiga tahun. Sebagai agama wahyu, seperti telah disebut berulang-ulang,
komponen utama agama Islam adalah akidah, syariah, dan akhlak yang bersumber dari Al
Qur’an dan al-Hadis.1

Jika dasar ajaran dalam al-Qur’an dikupas, maka terdapat banyak sekali ayat-ayat tentang
keilmuan. Kata ilmu sendiri dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini
digunakan dalam arti proses pencarian pengetahuan dan objek pengetahuan. Ilmu dari segi bahasa
berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan.
Perhatikan misalnya kata ‘alam (bendera), ‘ulmat (bibir sumbing), ‘a’lam’ (gunung
gunung), ‘alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu,
sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan ‘arafa (mengetahui), a’rif (yang mengetahui), dan
ma’rifah (pengetahuan). Allah SWT tidak dinamakan a’rif, tetapi ‘alim yang berkata kerja ya’lam
(Dia mengetahui), dan biasanya al-Qur’an menggunakannya – untuk Allah – dalam hal
hal yang diketahui-Nya walaupun gaib, tersembunyi ataupun dirahasiakan. 2 Dalam pandangan al-
Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain
guna menjalankan fungsi kekhalifahan.3 Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang
dijelaskan al-Qur’an pada Q.S al-Baqarah (2): 31 dan 32,
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Mereka menjawab,
“Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Menurut H.M. Quraish Shihab, dalam membahas mengenai pandangan Al-Qur’an dengan
Islam dan ilmu pengetahuan itu bukan dengan melihat. Misalnya, adakah teori yang relevan atau
bahasan mengenai angkasa luar atau ilmu komputer tercantum dalam Al-Qur’an tetapi kita harus
mengutamakan adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya,
serta adakah satu ayat Al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmuwan.
Dengan demikian, terlihat hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dilakukan dengan

1 2
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h. 383. Retna Dwi
Estuningtyas, Ilmu Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal QOF, Volume 2 Nomor 2 Juli 2018, h. 207.
3
Retna Dwi Estuningtyas, Ibid.

3
meletakan pada sisi sosial psikologi, bukan pada sisi history of scientific progress atau sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan.4
Dalam pandangan Al-Qur’an upaya untuk mewujudkan Islam dan ilmu pengetahuan adalah
jauh lebih penting dari pada menemukan teori ilmiah, karena tanpa mewujudkan iklim ilmu
pengetahuan para ahli yang menemukan teori itu akan mengalami nasib seperti Galiley Galileo, yang
menjadi korban hasil penemuannya. Maka dari itu, Al-Qur’an dan Al-Sunnah selain memberikan
petunjuk untuk umat manusia demi mendapatkan kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat dan
dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan adalah untuk mendorong manusia menggunakan akal
pikirannya serta menambah ilmu pengetahuan melalui suatu observasi atas alam semesta sebagai alat
untuk percaya kepada setiap penemuan baru untuk dicarikan dalilnya di dalam Al-Qur’an atau Al-
Sunnah untuk dibenarkan ataupun dibantahnya.
Berikut adalah pemahaman-pemahaman simpang siur tentang pandangan Al-Qur’an terhadap
ilmu pengetahuan:5
Pertama, dalam pandangan Al-Qur’an, tercakup semua teori tentang ilmu pengetahuan, baik
teori gravitasi bumi, anatomi, fisika, kimia, biologi, ilmu sosial, psikologi, politik, ekonomi, teori
budaya dan lain sebagainya. Pendapat ini, memang secara sepintas memberikan pesan positif dan
mengagungkan Al-Qur’an, tetapi jika dipahami secara seksama pendapat ini dapat merendahkan Al-
Qur’an, mengapa demikian? Karena sehebat, sedetail, secanggih, sebuah teori tetap saja hasil dari
pikiran atau buatan manusia yang di dalamnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Selain itu, bisa
dikembangkan, diperbarui, bahkan ditolak sebagai akibat dari perubahan data yang digunakan dalam
menyusun teori. Hal ini tentu apabila teori-teori yang terdapat dalam Al-Qur’an, kemudian teori itu
dibatalkan maka akan terjadi pembatalan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan hal ini tentu tidak boleh
terjadi. Oleh karena itu, jangan terlalu nafsu bila ingin mengatakan teori ilmu pengetahuan terdapat
dalam Al-Qur’an.
Kedua, terdapat pandangan bahwa antara perkembangan ilmu pengetahuan dan Al Qur’an
tidak ada hubungannya sama sekali. Ilmu pengetahuan itu berdasarkan hasil panca indra dan akal
pikiran terhadap fenomena alam dan sosial. Sedangkan Al-Qur’an berdasarkan wahyu dari Allah
Swt. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan ilmu agama tidak ada hubungannya. Oleh sebab itu,
umat Islam tidak usah ragu-ragu menerima ilmu pengetahuan darimanapun. Karena tidak ada
hubungannya dengan agama, pendapat yang demikian berakibat terjadinya sikap sekularisme.
Ketiga, terdapat pandangan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat atau petunjuk
yang memerintahkan manusia untuk mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
maka yang diperlukan itu tidak dilihat dari banyaknya teori dalam Al-Qur’an tetapi dari segi spirit
atau dorongannya. Dengan cara demikian, setiap orang akan mengkaji Al
Qur’an dengan sungguh-sungguh akan mengkaji atau menghasilkan temuan-temuan ilmiah, akan
tetapi agar temuan tersebut tidak dimutlakkan atau dianggap sebagai satu-satunya kebenaran
melainkan dianggap ilmuwan yang bersifat temporer dan dapat diperbarui.

4
Abudin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2018), h. 49-50.
5
Ibid., h. 50.

4
Keempat, terdapat pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadis terhadap ilmu pengetahuan lebih
lanjut dari segi nama, sifat, karakteristik, kandungan, keistimewaan, asal-usul, proses turun dan
lainnya dari Al-Qur’an yakni sebagai berikut: 6
Segi nama, Al-Qur’an atau Al-Kitab sudah memberi inspirasi tentang perlunya
pengembangan ilmu pengetahuan. Secara harfiah, Al-Qur’an berasal dari kosa kata qara’a yang
berarti membaca yang secara luas berarti mengamati, mengidentifikasi, memahami, membandingkan,
menganalisa, menyimpulkan, dan memverifikasi. Semua kegiatan ini adalah dalam rangka
menghimpun atau mengumpulkan makna generik kosa kata iqra atau qara’a hal ini sejalan dengan
surat Al-Alaq (96) ayat 1-5, yang pada intinya menyuruh untuk meneliti dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Demikian juga, dengan kata Al-Kitab berasal dari kata kataba yang berarti menulis
yang dalam arti luas berarti menyimpan, mendokumentasikan, menyusun, memasukkan dalam file,
dalam bentuk buku, jurnal, dan lain sebagainya.
Segi asal-usulnya, Al-Qur’an itu berasal dari Allah Swt. yang memiliki sifat maha sempurna
antara lain sifat Al-‘Alim (Maha Guru) yang sangat luas ilmunya. Segi kandungannya, Al-Qur’an
mencakup semua aspek kehidupan manusia mulai dari segi agama, meliputi aqidah, ibadah, akhlak,
dan mu’amalah yang meliputi bidang sosial, ekonomi, politik, teknologi, pendidikan, pesehatan, dan
lain-lain.
Dari proses turunnya, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt, lalu malaikat Jibril dan oleh
nabi Muhammad Saw. kemudian generasi penghimpun dan penghafal. Secara ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, Al-Qur’an merupakan kitab yang paling dapat
dipertanggungjawabkan tingkat keilmiahannya.
Tempat penyimpanannya, Al-Qur’an ditempatkan di Lauful Mahfudz yang berarti wadah
yang terjaga. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan dari plagiasi, atau jiplakan. Inilah yang
seharusnya dimiliki atau sifat dari sesuatu yang bersifat ilmiah.
Segi sifatnya, Al-Qur’an selain bersifat mengoreksi kitab-kitab terdahulu, Al-Qur’an bersifat
terbuka untuk dikritik dan diperdebatkan. Namun pada akhirnya, Al-Qur’an tidak akan kalah atau
ditandingi.
Dalam ayat al-Qur’an juga disebutkan bahwa orang yang memiliki ilmu akan diangkat
beberapa derajat, sebagaimana firman-Nya: “Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan
berilmu dalam berbagai derajat.” Ayat ini berlaku untuk semua orang, apakah ia seorang Muslim atau
tidak, apabila ia memiliki ilmu ia akan memperoleh derajat yang lebih tinggi. Dalam beberapa ayat
al-Qur’an ditekankan pula betapa jauhnya perbedaan antara orang yang berilmu dengan orang yang
tidak berilmu pengetahuan. Karena itulah al-Qur’an menekankan bahwa bahkan di kala umat Islam
sedang menghadapi kondisi perang pun, kewajiban mendalami ilmu pengetahuan tidak boleh
diabaikan. Dalam al-Qur’an secara eksplisit dikatakan bahwa tidak semestinya semua umat Islam
pergi turut berperang; sebagian dari mereka mesti tetap menekuni

6
Ibid., h. 51.

5
kegiatan pendalaman ilmu pengetahuan, sementara sebagian dari saudaranya yang lain melaksanakan
peperangan.7
Manusia menurut al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya
dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai
cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula Al-Qur’an menunjukkan betapa tinggi
kedudukan orang-orang yang berpengetahuan.
Menurut pandangan Al-Qur’an – seperti diisyaratkan wahyu pertama – ilmu terdiri dari dua
macam. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, disebut dengan ‘ilm ladunni. Kedua,
ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, disebut juga dengan ‘ilm kasbi. Ayat-ayat mengenai ‘ilm
kasbi jauh lebih banyak daripada yang berbicara tentang ‘ilm ladunni. Pembagian ini didasarkan atas
pandangan al-Qur’an yang mengungkapkan adanya hal-hal yang “ada” tetapi tidak diketahui melalui
upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh al-
Qur’an.8
Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan non-materi, fenomena dan non fenomena,
bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak. Dari sini jelas pula
bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali Allah menegaskan bahwasanya
pengetahuan yang kita punyai adalah sangat sedikit dibandingkan dengan segala hal yang Allah
sudah tunjukkan.

B. Pandangan Al-Sunah Tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan


Selain dalam Al-Qur’an, Hadits sebagai sumber pedoman umat islam kedua setelah Al Qur’an juga
banyak membahas tentang ilmu pengetahuan. Dalil yang disampaikan oleh Rasulullah SAW sebagai
utusan Allah tentu tidak diragukan lagi kebenarannya, sebab apa yang disampaikannya bersumber
dari Allah SWT. Banyak Hadis Nabi yang mendorong, menekankan, bahkan mewajibkan umat islam
untuk menuntut ilmu. Bahkan disebutkan pula ketentuan untuk menuntut ilmu yang tanpa dibatasi
ruang dan waktu, seperti dalam sabdanya: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” dan
“Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. Arahan dan perintah tersebut telah dipraktikkan langusng
oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M). Terbukti dengan banyaknya
ilmuan-ilmuan Muslim terkemuka di dunia dalam bidang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi.
Seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Imam 4 mazhab dan banyak lagi. Ilmu yang mereka
kembangkan berupa berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Pada masa itu kejayaan,
kemakmuran, kekuasaan dan politik berada di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai
sains, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Rasululullah SAW pernah bersabda: “Umatku akan jaya
dengan ilmu dan harta”.9

7
Hasbi Indra, Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan dan Refleksinya terhadap Aktivitas Pendidikan
Sains di Dunia Muslim, Jurnal MIQOT Vol. XXXIII No. 2 Juli-Desember 2009, h. 248.
8
Retna Dwi Estuningtyas, Loc. Cit.
9
Sayid Qutub, Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al Qur’an Dan Hadits, Jurnal HUMANIORA
Vol.2 No.2 Oktober 2011, h. 1349

6
Menurut Sayid Qutub, Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat
Islam dengan seluas-luasnya. Al-Qur’an dan Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan menuntut ilmu, pencarian ilmu
dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada penegasan Tauhid. Karena itu, seluruh
metafisika (ilmu nonfisik) dan kosmologi (ilmu asal-usul bumi) yang lahir dari kandungan Al-Qur’an
dan Hadits merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. 10

Berikut beberapa hadits yang berisi dorongan dan keutamaan menuntut ilmu yang kemudian menjadi
pemicu semangat berkembangnya ilmu pengetahuan.

Diriwayatkan Abu Darda` ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para
malaikat benar-benar akan meletakkan sayapsayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya
seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk
makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun
memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas
seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh
bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah
mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat
banyak.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis di atas menerangkan bahwa kemulian yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu, di
mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu’ dan penghormatan
kepadanya, demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di
lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Swt, semua
makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan mendo’akan kebaikan
untuknya. Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang
yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia
terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka
sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya. 11

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadang-kadang

10
Ibid., h. 1349.
11
Ahmad Izzan dan Saehudin, Hadis Pendidikan (Konsep Pendidikan Berbasis Hadis), (Bandung:
Humaniora, 2016), h. 74.

7
orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang mendengarnya.” (HR.
Tirmidzi).

Dalam Hadits ini keutamaan bagi penuntut ilmu sangat luar biasa, yakni Rasulullah Saw
mendo’akannya dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari
ilmu, menghapal hadis, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada yang lainnya, dan dia tetap
akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna
riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur. 12

“Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo’akannya.” (HR. Muslim)

Besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-
kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama
ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-
kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri. Dan seperti inilah
pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan
sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap
ilmunya tersebut.13

Kata ilmu yang terdapat dalam Hadis, selain mengandung pengertian ilmu sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Quran, juga mengandung pengertian dalam arti pengetahuan yang dihasilkan akal
pikiran manusia, melalui kegiatan penelitian lapangan seperti observasi, eksperimen, dan sebagainya.
Hal ini dapat dipahami dari salah satu Hadis Nabi Muhammad SAW. yang menyuruh manusia untuk
menuntut ilmu dari buaian sang ibu sampai ke liang lahat. Ilmu-ilmu tersebut dibutuhkan untuk
memahami kandungan Al-Qur’an. Sebagaimana telah diketahui bahwa Al-Qur’an memaparkan
tentang banyak hal. Mulai dari tumbuh-tumbuhan dengan berbagai macam jenis dan manfaatnya,
hewan-hewan dengan berbagai jenis dan ragamnya, manusia dengan beragam kebudayaan dan
peradabannya. Guna membahas semua masalah-masalah ini, dibutuhkan persyartan ilmiah atau
wawasan tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Tanpa memiliki ilmu pengetahuan tidak
mungkin seseorang dapat menjelaskan berbagai isyarat ilmiah yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Namun, perlu diperhatikan bahwa ketika seseorang menggunakan ilmu untuk memahami Al-
Qur’an , maka hendaknya dilakukan bukan dengan cara membenarkan teori-teori ilmu pengetahuan
tersebut dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an, atau sebaliknya ilmu pengetahuan tersebut
digunakan untuk membuktikan kebenaran Al-Qur’an, melainkan agar dilakukan secara dialektik,
yakni

12
Ibid., h. 75.
13
Ibid., h. 75.

8
terkadang terdapat kesesuaian antara yang disampaikan Al-Qur’an dan teori ilmu pengetahuan, dan
terkadang terdapat ketidaksesuaian antara keduanya, atau terkadang saling melengkapi. 14

Pada hakikatya, ilmu pengetahuan adalah untuk mencari kebenaran secara ilmiah, namun dalam Al-
qur’an dan Hadits hakikat ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk mencari kebenaran yang
bersifat ilmiah, melainkan untuk mencari tanda-tanda, kebajikan-kebajikan dan rahmah. Melalui
ayat-ayat Al-qur’an maupun hadits, manusia didorong untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. 15

C. Pandangan Para Ahli tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan


Sejarah perkembangan ilmu di dunia muslim mengalami masa yang panjang. Sejak masa
nabi, ilmu disebarluaskan dirumah seorang sahabat dan perhatian ini terus berlanjut terus menerus
sepanjang waktu. Perkembangan literasi umat muslim ditandai melalui pembebasan tawanan perang
badar yang kemudian memberikan pengajaran baca tulis kepada kaum muslimin. Kemudian
pengajaran tersebut dilanjutkan di masjid-masjid, seterusnya mengambil tempat
tempat seperti kuttab, madrasah, khanaqah, zawiyah, observatorium, perpustakaan, hingga pesantren
di tanah air.
Ilmu yang sangat menarik bagi khalifah adalah ilmu kedokteran. Ali bin Rabba al thabbari
pada tahun 850 mengarang firdaus al-hikmah adalah dokter pertama yang terkenal dalam islam. Abu
bakkar Muhammad bin zakaria al-razi pada tahun 865 yang di eropa dikenal dengan nama rhazest ia
mengepalai rumah sakit di Baghdad dan menyusun ensiklopedi ilmu kedokteran yang berjudul kitab
al-thibb al-manshuri dan al-hawi. 16 hal tersebut menunjukkan islam dan ilmu pengetahuan
mengalami perubahan terus menerus.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya:


1. Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu
golongan masalah yang sama tabiatnya (Moh Hatta).
2. Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum, dan sistematik, dan keempatnya serentak.
(Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag).
3. Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana (Karl Pearson).
4. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan
studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji
(Ashley Montagu).
5. Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu
dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia (Harsojo).

14
Abuddin Nata, Op. Cit.,, h. 59-60.
15
Op.Cit., Sayid Qutub, h. 1340.
16
Hasbi Indra, Loc. Cit.

9
6. Ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, kategori, dan hukum-hukum yang ketetapannya dan kebenarannya diuji
dengan pengalaman praktis (Afanasyef). 17
17
Abdul Mujid, Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Persfektif Islam, jurnal Riayah, Vol 4 No 01 Januari Juni
2019.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa hubungan Al-Qur’an
dengan ilmu pengetahuan dilakukan dengan meletakan pada sisi sosial psikologi, bukan pada sisi
history of scientific progress atau sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pandangan Al-
Qur’an upaya untuk mewujudkan Islam dan ilmu pengetahuan adalah jauh lebih penting dari pada
menemukan teori ilmiah. Ada beberapa pemahaman tentang pandangan Al-Qur’an terhadap ilmu
pengetahuan. Pertama, bahwa seluruh teori keilmuan terdapat dalam Al-Qur’an, pandangan ini
adalah salah. Kedua, terdapat pandangan bahwa antara perkembangan ilmu pengetahuan dan Al-
Qur’an tidak ada hubungannya sama sekali. Ketiga, terdapat pandangan bahwa di dalam Al Qur’an
terdapat isyarat-isyarat atau petunjuk yang memerintahkan manusia untuk mengembangkan berbagai
ilmu pengetahuan. Keempat, terdapat pandangan Al-Qur’an dan Al
Hadis terhadap ilmu pengetahuan lebih lanjut dari segi nama, sifat, asal-usul, kandungan, proses
turunnya, dan tempat penyimpanannya. Menurut pandangan Al-Qur’an – seperti diisyaratkan wahyu
pertama – ilmu terdiri dari dua macam yakni ‘ilm ladunni dan ‘ilm kasbi.

Setelah Al-Qur’an, ada juga Hadis Nabi yang lebih pada mendorong, menekankan, dan
mengarahkan umat islam untuk menuntut ilmu. Sehingga Hadis Nabi menjadi salah satu pemicu
pengembangan ilmu. Ada beberapa Hadits yang menunjukkan kedudukan ilmu bagi umat manusia.
Diantaranya Hadis yang menerangkan bahwa kemulian yang besar yang akan didapatkan oleh
penuntut ilmu, keutamaan bagi penuntut ilmu yang sangat luar biasa, dan pahala yang terus mengalir
hingga mati. Kata ilmu dalam Hadis juga memiliki pengertian dalam arti pengetahuan yang
dihasilkan akal pikiran manusia, melalui kegiatan penelitian lapangan seperti observasi, eksperimen,
dan sebagainya. Dalam Al-qur’an dan Hadits hakikat ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk
mencari kebenaran yang bersifat ilmiah, melainkan untuk mencari tanda-tanda, kebajikan-kebajikan,
dan rahmah.

Sejak masa nabi, ilmu disebarluaskan dirumah seorang sahabat dan perhatian ini terus
berlanjut terus menerus sepanjang waktu. Perkembangan literasi umat muslim ditandai melalui
pembebasan tawanan perang badar yang kemudian memberikan pengajaran baca tulis kepada kaum
muslimin. Kemudian pengajaran tersebut dilanjutkan di masjid-masjid, seterusnya mengambil
tempat-tempat seperti kuttab, madrasah, khanaqah, zawiyah, observatorium, perpustakaan, hingga
pesantren di tanah air.

B. Saran
Penulis menyadari betul banyaknya kekurangan dalam makalah yang telah kami
susun ini. Maka, untuk pemahaman yang lebih mendalam alangkah lebih baiknya
11
pembaca mencari dan mengkaji sumber lain yang serupa agar pemahaman yang didapat
menjadi lebih komprehensif.
12
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 2005. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Estuningtyas, Retna Dwi. Ilmu Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal QOF, Volume 2 Nomor 2
Juli 2018.

Indra, Hasbi. Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan dan Refleksinya terhadap Aktivitas
Pendidikan Sains di Dunia Muslim. Jurnal MIQOT Vol. XXXIII No. 2 Juli-Desember
2009.

Izzan, Ahmad dan Saehudin. 2016. Hadits Pendidikan (Konsep Pendidikan Berbasis Hadis).
Bandung: Humaniora.

Mujid, Abdul. Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Persfektif Islam. Jurnal Riayah, Vol 4 No 01
Januari-Juni 2019.

Nata, Abudin. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prenada Media Group.

Qutub, Sayid. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al Qur’an Dan Hadits. Jurnal
HUMANIORA Vol.2 No.2 Oktober 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai