Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH QIRA’ATUL KUTUB

KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA’ SERTA


KEUTAMAAN PROSES BELAJAR DAN MENGAJAR
DALAM KITAB ADAB AL-ALIM WA AL-MUTA’ALLIM
Karya KH. Hasyim Asy’ari

Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester VIII


Mata Kuliah : Qira’atul Kutub
Dosen Pengampu : Moh. Wahyudin, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Fiki Fahmi Fahamzah

Latifatul Khumaeroh

Wulan Mulyana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA (IBN) TEGAL

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim…..

Segala puji dan syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang maha kuasa yang
telah begitu banyak memberikan nikmat-nikmatnya, nikmat iman maupun nikmat
islam dan begitu juga nikmat yang lainnya, hingga kita tak mampu untuk
menghitung nikmat tersebut. Dan juga solawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita, nabi agung kita nabi Muhammad SAW yang telah
membawa risalah Islam sehingga kita dapat merasakan indahnya Islam ini.

Pada makalah ini kami dari kelompok 2 akan menjabarkan makalah Qira‟atul
Kutub di kesempatan kali ini, dan judul yang akan kami presentasikan adalah
“Keutamaan Ilmu dan Ulama’ Serta Keutamaan Proses Belajar Dan Mengajar
Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta‟allim” karya KH.Hasyim Asy‟ari.

Namun kami mohon maaf bila ada kekurangan dalam kami menjelaskan
makalah ini atau mungkin bahasa kami yang masih agak kaku, mohon
pengertiannya.

Sekian terima kasih.

Slawi, 01 Maret 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang
………………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah
……………………………………………………………..2

C. Tujuan Masalah ……………………………………………………………….2

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Hakikat Guru/Pendidik
………………………………………………………..3

B. Keutamaan Ilmu dan Ulama’ dalam kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta’allim


…………………………………………………………………………………4

C. Keutamaan Proses Belajar dan Mengajar dalam kitab Adab Al-Alim Wa Al-
Muta’allim ……………………………............................................................5

BAB III (KESIMPULAN)

Penutup …………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tindakan secara sadar yang tujuannya untuk


mengembangkan fitrah manusia secara potensi menuju terbentuknya manusia
seutuhnya. Sedangkan hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan
yang memiliki dimensi religius, berbudaya dan berkemampuan ilmiah, dalam
istilah lain disebut insan kamil.1 Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut,
seorang pendidik memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik ke
arah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan diri sebagai orang yang memilki
kompetensi sebagai pendidik ideal. Karena hanya pendidik profesional lah yang
dapat mengantarkan manusia ke arah tujuan pendidikan tersebut.2

Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat penting. Hal ini
disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransferkan ilmu pengetahuan saja,
tetapi juga dalam mengintegrasikan nilai-nilai etis. Dengan demikian dapat kita
pahami bahwa pendidik merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan
terutama yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya
peran pendidik atau guru maka proses belajar mengajar tidak akan
berjalan.Sebenarnya tinggi kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi
ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat
dari belajar dan mengajar. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan
pengetahuantanpa adanya orang yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan
adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Karena islam adalah agama,
maka pandangan tentang guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai
kelangitan.3

1
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),hal. 137
2
Saifullah, Nalar Pendidikan Islam: Ikhtiar Memahami Pendidikan Islam Dalam Berbagai
Perspektif, (Bandung: Ciptapustaka, 2010), hal. 68
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1994).
76.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja Keutamaan Seorang Guru/Pendidik dalam kitab Adab Al-Alim Wa
Al-Muta’allim?

2. Apa saja Keutamaan Proses Belajar dan Mengajar dalam kitab Adab Al-Alim
Wa Al-Muta’allim?

C. Tujuan masalah
Adapun tujuan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa memahami apa saja Keutamaan Seorang Guru/Pendidik
dalam kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta’allim

2. Agar mahasiswa memahami apa saja Keutamaan Proses Belajar dan Mengajar
dalam kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta’allim

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Guru/Pendidik
Berdasarkan etimologi Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata-kata pendidik
berasal dari kata dasar didik, yang artinya memelihara, merawat, dan memberi
latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan
tentang sopan santun, akal budi, akhlak dan sebagainya. Kemudian ditambah
awalnya menjadi pendidik, artinya orang yang mendidik.4 Dalam bahasa Inggris
pendidik disebut dengan educator. Sementara dalam bahasa Arab disebut dengan
mu’allim, murabbi, mu’addib, mursyid, dan ustadz dengan makna yang berbeda-
beda. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidik adalah
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
tutor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Dalam konteks pendidikan dalam Islam, pendidik (guru) adalah setiap orang
dewasa yang karna kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat
pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama,
sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang
dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap orang
karena tanggung jawab atas pendidikan.5
Disamping itu juga Allah SWT dan para rasul-Nya juga termasuk pendidik.
Pada hakikatnya pendidik adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dengan
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Pendidik adalah manusia
terhormat, karena ia memiliki wibawa, karisma, profesionalisme, serta
kemampuan untuk mentransfer ilmu. Dalam pandangan Islam, guru tertinggi
adalah Allah SWT, yang mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak
diketahuinya. Memberikan kepada manusia panca indera, akal, kalbu sebagai alat
yang dijadikan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

4
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apoollo, 1999), hlm. 169
5
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Hijri Pustaka Utama, 2018), hlm. 54

3
B. Keutamaan Ilmu dan Ulama’ dalam kitab Adab Al-Alim Wa Al-
Muta’allim
Ilmu dan ‘Ulama merupakan sesuatu yang pasti berkaitan, dalam istilah bahasa
Orang-orang yang memiliki ilmu disebut Ulama. Sedangkan menurut istilah,
Ulama adalah orang-orang yang paham dan mengetahui Ilmu serta
mengamalkannya. Sehingga, dapat dipahami Ulama merupakan Orang yang
memiliki ilmu serta mampu mengamalkannya. Dan Allah memuliakan Ulama
dengan diberikan derajat yang tinggi. Dalam surat Al-Mujadilah, ayat 11, Allah
swt berfirman :

ٖ ۚ ‫وا ۡٱل ِع ۡل َم َد َر ٰ َج‬


‫ت‬ ْ ُ‫وا ِمن ُكمۡ َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ْ ُ‫… يَ ۡرفَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara engkau dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dalam Kitab adabul alim wal muta’allim, karya KH. Hasyim Asy’ari di
tegaskan:
‫أي ويرفع العلماء منكم درجات بما جمعوا من العلم والعمل‬

Yang dimaksud dalam hal ini adalah, Allah akan mengangkat derajat para ulama
sebab mereka sanggup memadukan antara ilmu dan amal (pengamalannya).
Orang-orang tersebut, yaitu yang memiliki ilmu dan mengamalkannya yang
disebut ‘Ulama yang dimaksud dalam Al-Qur’an ditinggikan derajatnya oleh
Allah SWT dengan beberapa derajat. Disebutkan oleh Ibnu Abbas:

‫ درجات العلماء فوق المؤمنين بسبعمائة درجة ما بين الدرجتين خمسمائة عام‬:‫قال ابن عباس‬

Berkata sahabat Ibn ‘Abbas ra, “Derajat ulama itu jauh diatas orang-orang
mukmin dengan selisih 700 derajat. Sedangkan jarak antara dua derajat kira-kira
perjalanan lima ratus tahun.”

Dalam ayat lain, Ali Imron, ayat 18:

4
ْ ُ‫َش ِه َد ٱهَّلل ُ َأنَّ ۥهُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو َو ۡٱل َم ٰلَِٓئ َكةُ َوُأوْ ل‬
‫ قَٓاِئ ۢ َما بِ ۡٱلقِ ۡس ِۚط ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۡٱل َع ِزي ُز ۡٱل َح ِكي ُم‬..… ‫وا ۡٱل ِع ۡل ِم‬

Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah) yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)…”
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah memulai firman-Nya dengan
menyebut Dzat sendiri, lalu kedua menyebut malaikat dan ketiga menyebut orang-
orang yang memiliki ilmu pengetahuan (Termasuk para Nabi dan Rasul). Dengan
bukti ini, cukup bagi kita untuk memperoleh kemuliaan, keutamaan dan
keagungan (ulama). Selain itu, dalam surat Al-Fatir, ayat 28, Allah SWT
Berfirman:

ْ ۗ ‫ِإنَّ َما يَ ۡخ َشى ٱهَّلل َ ِم ۡن ِعبَا ِد ِه ۡٱل ُعلَ ٰ َٓم‬


‫ُؤا‬

Artinya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,


hanyalah ulama.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa: Derajat Orang berilmu
(Ulama) sangat tinggi di banding orang-orang mukmin, yaitu 700 derajat, dan
jarak diantara dua derajat kira perjalanan 500 tahun. Ulama yang dimaksud
diangkat derajatnya oleh Allah adalah Orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dan mengamalkan seluruh ilmu yang dimilikinya. Sehingga yang
disebut Ulama adalah: Orang memiliki Ilmu; Mengamalkan Ilmunya; Takut
kepada Allah SWT.6

C. Keutamaan Proses Belajar dan Mengajar dalam kitab Adab Al-Alim Wa


Al-Muta’allim
Allah berfirman:
‫يرفع هللا الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات‬

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara engkau dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-
Mujadalah : 11).
6
Kitab “adabul alim wal muta’allim” Karya: KH. Hasyim Asy’ari.

5
Artinya: Allah akan mengangkat derajat para ‘ulama (orang yang ahli dalam
bidang keilmuan), sebab mereka sanggup memadukan antara ilmu pengetahuan
dan pengamalannya.
Ibnu Abbas telah berkata ra.: “Derajat ulama’ itu jauh diatas orang mukmin
dengan selisih tujuh ratus derajat, sedangkan jarak antara dua derajat kira-kira
perjalanan lima ratus tahun”.

Allah berfirman:

‫شهد هللا أنه ال إله إال هو و المالئكة وأولو العلم …االية‬

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memulai firmannya dengan menyebut


Dzatnya sendiri, kedua kalinya menyebut malaikat dan ketiga kalinya menyebut
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Cukuplah bagimu berpegang teguh
pada ketiga hal ini untuk memperoleh untuk memperoleh kemulyaan, keutamaan
dan keagungan.

Allah berfirman:

‫إنما يخشى هللا من عباده العلماء‬

“Sesungguhnya dari hamba-hamba Allah yang takut kepada Allah adalah para
‘ulama.” (Q. S. Al-Fathir : 28)

Dan Allah juga berfirman:

- ‫إن الذبن أمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية‬

- ‫جزاؤهم عند ربهم جنات عدن تجري من تحتهااالنهار خالدين فيها أبدا رضي هللا عنهم ورضوا عنه ذالك‬
‫لمن خشي ربه‬

6
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka
itu adalah sebaik-baiknya makhluk“.
“Balasan mereka disisi Tuhan mereka adalah surga and yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” ( Q.S. Al Bayyinah:7-8
).
Dua ayat diatas menetapkan bahwa para ulama’ adalah orang-orang merasa
takut kepada Allah.Orang yang merasa takut kepada Allah adalah termasuk
sebaik-baik makhluk. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
mereka adalah sebaik-baik makhluk.

Rasulullah bersabda:

‫من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين‬

“Barang siapa yang dikehendaki baik oileh Allah, maka Allah akan memberikan
kefahaman terhadap ilmu fiqh.”

Rasulullah juga bersabda:

‫ وإذا كان ال رتبة فوق‬,‫ وحسبك بهذه الدرجات مجدا وفخرا وبهذه الرتبة شرفا وذكرا‬, ‫ألعلماء ورثة األنبياء‬
‫النبوة فال شرف فوق شرف الوراثة لتلك الرتبة‬

“Ulama’ adalah pewaris para Nabi, cukuplah bagimu dengan derajat ini untuk
memperoleh sebuah keagunaan dan kebanggaan diri. Dan (cukuplah bagimu)
dengan tingkatan ini untuk memperoleh kemuliaan dan panggilan yang agung.
Ketika sudah tidak ada lagi tingkatan di atas tingkat kenabian, maka tidak ada
satupun kemuliaan yang melebihi kemuliaan warisantingkatan tersebut.”
Ujung dari sebuah ilmu adalah pengamalan, karena pengamalan itu adalah
buah dari ilmu itu sendiri, fungsi dari pada umur dan bekal untuk akherat nanti.

7
Barang siapa yang memperoleh ilmu, maka ia akan bahagia. Barang siapa yang
tidak memperolehnya, maka ia termasuk golongan orang–orang yang merugi.
Suatu ketika di samping Rasulullah disebutkan ada dua orang laki-laki, yang
pertama adalah orang yang ahli ibadah dan yang kedua adalah orang yang ahli
ilmu. Kemudian Rasulullah berkata: “Keutamaan orang yang berilmu
dibandingkan dengan orang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku melebihi
kalian semua”.

Rasulullah SAW bersabda :

‫و طالب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر‬,‫طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة‬

“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki dan
perempuan.Orang yang mencari ilmu itu akan dimintakan ampun oleh setiap
sesuatu yang ada dimuka bumi ini sampai ikan-ikan yang berada di lautan”.

Rasulullah SAW bersabda:

‫من غدا لطلب العلم صلت عليه المالئكة وبورك له في معيشته‬

“Barang siapa berangkat pergi di pagi hari dengan tujuan mencari ilmu, maka para
malaikat akan mendo’akannya dan diberkahi kehidupannya“.

Rasulullah SAW bersabda:

‫من غدا إلى المسجد ال يريد إال أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كاجر حج تام‬

“Barang siapa yang berangkat pergi di pagi hari untuk kemasjid, sementara dia
tidak menghendaki sesuatu kecuali untuk mempelajari kebaikan atau untuk
mengajarkan kebaikan, maka berhak memperoleh pahala seperti pahalanya orang
yang melakukan ibadah haji secara sempurna”.

8
Rasulullah SAW bersabda:

‫ألعالم وا لمتعلم كهذه من هذه وجمع بين المسبحة والتي تليها شريكان في االجر وال خير في سائر الناس بعد‬

“Orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan orang yang mempelajarinya


seperti ini dari ini. Nabi mengumpulkan antara dua jari telunjuk, jari yang
berdampingan merupakan dua jari yang saling bersekutu dalam hal kebaikan, dan
tidak ada satupun kebaikan di kalangan seluruh manusia setelah proses belajar dan
mengajar.

Rasulullah S.A.W bersabda :

‫أغدعالما أومتعلما أو مستمعا أو محبا لذلك وال تكن الخامس فتهلك‬

“Jadilah engkau pengajar atau pelajar atau pendengar atau pecinta terhadap ilmu
pengetahuan.Dan janganlah engkaujadi orang kelima, karena hal itulah engkau
akan binasa.

Rasulullah SAW bersabda :

‫تعلمواالعلم وعلموه الناس‬

“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan amalkanlah ilmu itu kepada manusia lainnya”.

Rasulullah SAW bersabda:

‫ حلق الذكر‬,‫إذا رأيتم رياض الجنة فارتعوا فقيل يا رسول هللا وما رياض الجنة‬

“Apabila kalian semua melihat taman-taman surga, maka tempatilah! Kemudian


dikatakan, “Wahai Rasulullah? apa yang dimaksud dengan taman surga itu?”
Beliau menjawab: “Taman surga itu adalah taman yang digunakan untuk diskusi
atau pertukaran ilmu”.

9
Imam Atha’ berkata: “Yang dimaksud taman surga itu adalah majlis-majlis
yang digunakan untuk membahas masalah halal dan haram; bagaimana cara
engkau melakukan jual beli, bagaimana cara engkau melakukan shalat, bagaimana
cara engkau mengeluarkan zakat, bagaimana cara engkau melakukan ibadah haji
yang sempurna, bagaimana cara engkau melakukan pernikahan, bagaimana cara
engkau mencerai isteri dan lain sebagainya”.

Rasulullah SAW bersabda:


‫تعلموا العلم واعلمول به‬
“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan amalkanlah ilmu itu”.

Rasulullah SAW bersabda:


‫تعلموا العلم وكونوا من أهله‬
“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan jadilah kalian sebagai ahlinya “.

Rasulullah SAW bersabda:


‫يوزن يوم القيامة مداد العلماء ودم الشهداء‬
“Pada hari kiamat nanti akan ditimbang tinta-tinta (karya-karya) para ulama’ dan
darah orang yang mati syahid”

Rasulullah SAW bersabda:


‫ ولفقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد‬, ‫ما عبد هللا بشيء أفضل من فقه في الدين‬
“Allah tidak akan disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari pada faham
dalam ilmu fiqih (agama), karena sesungguhnya satu orang yang ahli dalam
bidang ilmu fiqh itu lebih berat bagi setan dari pada seribu orang yang ahli ibadah
(tanpa ilmu fiqh).”

Rasulullah SAW bersabda:


‫يشفع يوم القيامة ثالثة األنبياء ثم العلماء ثم لشهداء‬
“Ada tiga orang yang berhak memberikan syafa’at kepada orang lain nanti pada
hari kiamat, yaitu: para nabi, para ulama dan para syuhada”.

10
Dan diriwayatkan, bahwa para ulama’ nanti pada hari kiamat berdiri diatas
mimbar yang terbuat dari cahaya (nur)”.
Imam Al Qadli Husain mencuplik (sebuah hadits) dalam permulaan catatan
kakinya, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: “Barang siapa yang mencintai
ilmu dan para ulama’, maka semua kesalahanya tidak akan ditulis selama
hidupnya”.
Ia juga mengatakan, telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

‫ فمن صلى خلف نبي فقد غفر له‬,‫من صلى خلف عالم فكأنما صلى خلف نبي‬

“Barang siapa yang melakukan shalat dibelakang orang alim, maka seakan-akan ia
melakukan shalat dibelakang Nabi. Dan barang siapa yang melakukan shalat
dibelakang Nabi, maka dosa-dosanya diampuni oleh Allah”.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Dzar ra, disebutkan bahwa
menghadiri tempat-tempat yang digunakan untuk diskusi ilmiah itu lebih utama
dari pada melakukan shalat seribu rakaat (tanpa ilmu), menyaksikan seribu
jenazah dan menjenguk seribu orang sakit.
Umar Ibn Al Khattab RA. telah berkata: “Bahwa seorang laki-laki tentunya
akan keluar dari rumahnya, sementara dia mempunyai banyak dosa yang
menyamai besarnya gunung Tihamah. Ketika ia mendengar orang alim, maka ia
merasa takut dan ia kemudian bertaubat dari perbuatan dosanya, kemudian ia
kembali kerumahnya dalam keadaan besih dari dosa, oleh karena itu janganlah
kalian berpisah dari tempat–tempat para ulama’, karena sesungguhnya Allah
menciptakan sejengkal tanah pun di muka bumi ini yang lebih mulia
dibandingkan dengan tempat yang digunakan diskusi para alim ulama.
Imam Al Syarmasahy Al Maliki mencuplik sebuah hadits dalam pengantar
kitabnya “Nazdm Al Dlurar”:”Diriwayatkan dari nabi SAW, beliau bersabda:
“Barang siapa yang mengagungkan orang alim, maka sesungguhnya ia telah
mengagungkan Allah SWT, dan barang siapa yang telah meremehkan orang alim,
maka berarti ia telah meremehkan Allah dan RasulNya. Sahabat Ali Karramhullah
wajhah telah berkata: “Cukuplah dengan ilmu kemulyaan dapat diperoleh,
walaupun yang mengakui seseorang yang tidak pernah melaksanaknnya. Dan

11
cukuplah dengan kebodohan kehinaan itu diperoleh, walaupun seseorang berusaha
membebaskan diri dari kebodohan itu”.
Kemudian beliau menyanyikan sebuah lagu:
Cukuplah kemuliaan diperoleh dengan ilmuwalaupun yang mengakui (hanyalah)
orang bodoh#
Dan ia akan gembira jika suatu saat di nisbatkan paada ilmu.
Dan cukuplah kehinaan diperoleh dengan kebodohan, tetapi aku #
Dijaga bila aku dinisbatkan kepadanya. Dan aku akan marah
Ibnu Al Zubair pernah berkata: “Bahwasanya Abu Bakar pernah mengirimkan
surat kepadaku, ketika itu aku sedang berada di Iraq. Isi dari surat tersebut adalah
sebagai berikut: “Wahai anakku bergegang teguhlah pada ilmu pengetahuan,
karena ketika engkau menjadi orang miskin maka ilmu itu akan menjadi harta, dan
ketika engkau menjadi orang kaya, maka ilmu itu akan menjadi perhiasan”.
Wahb bin Munabbah berkata: “Sesuatu yang diperoleh dari ilmu itu bermacam-
macam;
1. Kemuliaan, walaupun orang yang memilikinya itu orang yang rendahan.
2. Keluhuran derajat, walaupun ia diremehkan.
3. Dekat (di hati ummat), walaupun ia berada di daerah jauh.
4. Kekayaan, walaupun ia miskin harta.
5. Kewibawaan, walaupun ia orang yang rendah diri.

Kemudian ia menyanyikan sebuah lagu dalam memaknainya:


Ilmu itu akan mengantarkan suatu kaum pada puncak kemulyaan #
Orang yang mempunyai lmu itu akan terjaga dari kerusakan.
Hai orang yang mempunyai ilmu bersahajalah!, janganlan engkau mengotorinya #
Dengan perbuatan-perbuatan yang merusak,karena tidak ada pengganti terhadap
sebuah ilmu.
Ilmu itu mengangkat sebuah rumahyang tak bertiang #
Bodoh itu merobohkan sebuah rumah keluhuran dan kemulyaan.

12
Abu Muslim Al Khaulani RA. berkata: “Para ulama’ dibumi itu seperti
bintang-gemintang yang bergelantungan di atas langit. Jika bintang-gemintang itu
tampak bagi manusia, maka mereka mendapatkan petunjuk karenanya.Tetapi jika
bintang-gemintang itu tampak suram, maka mereka kebingungan karenanya.

Kemudian ia menyaikan sebuah syair lagu dalam memaknainya:


Tempuhlah ilmu di manapun ilmu itu berada #
Dari ilmu, bukalah setiap orang yang mempunyai pemahaman terhadap ilmu
Ilmu berguna untuk menerangi hati dari kebutaan #
Dan menolong agama, di mana perintah menolong adalah kewajiban.
Pergaulilah para periwayat ilmu, dan temanilah para pilihan mereka #
Maka, persahabatan dengan mereka adalah sebuah hiasan, dan bercampur dengan
mereka adalah sebuah keberuntungan.
Janganlah engkau palingkan kedua pandanganmu dari mereka, sesungguhnya
mereka #
Ibarat bintang-gemintang yang menjadi petunjuk, bila satu bintang hilang, maka
muncul bintang yang lain.
Demi Allah, seandainya ilmu tidak ada, niscaya hidayah tak akan tampak #
Dan tak tampak pula tanda-tanda perkara yang ghaib

Ka’ab Al Akhbar berkata: “Seandainya pahala tempat diskusi tampak pada


manusia, niscaya mereka akan saling membunuh berebut pahala, sehingga para
pemimpin meninggalkan pemerintahannya dan para Bos pasar akan meninggalkan
pasarnya. Sebagian ulama’ salaf berkata: “Sebaik-baik pemberian adalah akal,
sedangkan sejelek-jelek musibah adalah kebodohan. Sebagian ulama’ salaf yang
lain juga berkata: “Ilmu itu sebagai pengaman dari tipu daya setan,juga sebagai
benteng dari tipu daya orang yang dengki dan sebagai petunjuk akal”.

Kemudian ia menyanyikan sebuah syair lagu tentang maknanya:


Alangkah bagusnya akal dan alangkah terpujinya orang yang berakal#
Alangkah jeleknya kebodohan dan alangkah tercelanya orang bodoh.
Tak ada ucapan seseorang yang pantas dalam suatu perdebatan #

13
Kebodohan itulah yang akan merusaknya pada hari nanti ketika ia ditanya.
Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia yang diperoleh seseorang #
Orang yang tidak berilmu , maka ia bukanlah laki-laki.
Wahai saudara kecilku ! Pelajarilah ilmu dan amalkanlah #

Ilmu itu merupakan sebuah perhiasan bagi orang yang benar-benar telah
mengamalkannya. Di riwayatkan dari Muadz Bin Jabal RA. ia berkata:
“Pelajarilah ilmu pengetahuan, karena mempelajarinya adalah suatu kebajikan,
mencarinya adalah suatu ibadah, mendiskusikannya adalah tasbih, membahasnya
adalah jihad, menyerahkannya adalah upaya pendekatan diri kepada Allah SWT
dan mengajarkannya kepada orang yang tidak berilmu adalah shadaqah.
Fuzdail bin ‘Iyadl ra. telah berkata: “Orang yang alim yang mengajarkan
ilmunya kepada orang lain, maka ia akan diundang dikerajaan langit sebagai
orang besar”.
Sufyan bin ‘Uyainah telah berkata: “Kedudukan manusia yang paling tinggi
disisi Allah adalah orang yang berada di antara Allah dan di antara hamba-
hambaNya. Mereka itulah para nabi dan para ulama’”. Ia juga mengakatan: “Di
dunia ini seseorang tidak akan diberi sesuatu yang lebih utama dari pada derajat
kenabian dan tidak ada sesuatupun setelah derajat kenabian yang lebih utama dari
pada ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh”. Kemudian ia ditanya:”Dari siapa
perkataan ini?”.Ia menjawab:”Dari seluruhpara ahli fiqh”.
Imam Al Syafi’i ra. telah berkata: “Seandainya para ahli fiqh yang selalu
mengamalkan ilmunyabukan sebagai kekasih Allah, niscaya Allah tidak akan
mempunyai seorang wali”.
Ibnu al Mubarak ra. berkata:”Seseorang itu masih dianggappandai selama
iamencari ilmu.Apabila ada seseorang menganggap bahwa dirinya pandai, maka
ia benar-benar telah bodoh”.
Imam Waqi’ berkata: “Seorang laki-laki tidak akan dikatakan orang alim,
sehingga ia mau mendengarkan orang yang lebih tua, mau mendengar orang yang
sebanding dengannya, dan mau mendengar orang yang lebih muda darinya.
Sufyan Al Tsauri berkata : “Keajaiban-keajaiban itu merata ada dimana-
mana.Pada akhir zaman seperti sekarang ini lebih merata lagi, bencana yang

14
menimpa manusia banyak.Sedangkan musibah masalah keagamaan sekarang ini
lebih banyak lagi. Bencana-bencana itu merupakan peristiwa yang besar, namun
kematian para ‘ulama merupakan peristiwa yang lebih besar. Sesungguhnya hidup
orang alim itu adalah rahmat bagi umat, sedangkan kematiannya agama Islam
menyebabkan suatu cacat”.
Dalam kitab Shahih Al Bukhari dan Al Muslim ad sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Abdullah Ibn Amr Ibn al ‘Ash RA. ia berkata: “Aku mendengar
dari Rasulullah, beliau besabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu
dengan cara mencabut ilmu tersebut dari manusia, akan tetapi Allah mencabut
ilmu dari muka bumiini dengan cara mencabut nyawa orang-orang yang para
ulama’, sehingga jika seorang alim sudah tak tersisa, masyarakat mengangkat para
pemimpin yang bodoh. Maka ditanyalah pemimpin-pemimpin itu(tentang masalah
keagamaan), kemudian mereka memberikan fatwa tanpa berlandaskan ilmu
pengetahuan, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain”.

FASHAL

Semua hal yang telah disebutkan diatas; yakni keutamaan ilmu dan orang yang
memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang mengamalkan ilmunya, berkepribadian
baik dan bertakwa yang bertujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT, dekat
dihadapanNya dengan mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan.
Bukanlah orang yang ilmunya dimaksudkan untuk tujuan-tujuan duniawi, yakni
jabatan, harta benda atau berlomba-lomba memperbanyak pengikut.
Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk
menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan
untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke
dalam api neraka” (H.R. At-Tirmidzi).
Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mempelajari ilmu yang
seharusnya dicari hanya karena Dzat Allah, tetapi bia tidak mempelajarinya
kecuali untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, maka ia tidak akan
mendapatkanaroma surgawi”.

15
Juga diriwayatkan beliau: “Barang siapa yang mecari ilmu karena selain Allah
atau menghendaki Dzat Allah maka, tempatilah tempat duduknya dari api
neraka.”
Juga diriwayatkan beliau; “Pada hari kiamatnanti akan didatangkan seorang
alim, kemudian ia dilemparkan kedalam api neraka sehingga ususnya terburai
keluar dari perutnya, kemudian ia berputar-putar didalam neraka laksana keledei
yang berputar sambil membawa alat penggiling. Kemudian penduduk ahli neraka
mengerumuninya sambil bertanya: “Apa yang menyebabkanmu seperti ini?.Ia
menjawab: “Aku memerintahkan orang lain agar melakukan kebaikan, tetapi aku
sendiri tidak melakukannya dan aku melarang orang lain agar tidak melakukan
perbuatan yang buruk, sementara aku sendiri melakukannya”.
Di riwayatkan dari Bisyr RA.: “Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud
as.: ”Janganlah engkau jadikan antara aku dan engkau ada seorang yang alim yang
terfitnah, sehingga sifat takkaburnya (sombong) menjauhkan dirimu untuk
mencintai aku. Mereka itu adalah orang yang pekerjaanya menghadang hamba-
hambaku ditengah jalan”.
Sufyan Al Tsauri ra. berkata: “Ilmu itu dipelajari hanyalah untuk
bertaqwa.Kelebihan ilmu atas ilmu yang lain hanya karena ilmu digunakan
bertaqwa kepadaAllah SWT. Jika tujuan ini menjadi cacat dan niat orang yang
mencari ilmu menjadi rusak, dengan pengertian bahwa ilmu itu digunakan untuk
mencapai perolehan hal-hal duniawi; berupa harta atau jabatan, maka pahala
orang yang mencari ilmu itu benar-benar telah terhapus dan ia benar-benar telah
dengan kerugian yang amat sangat.
Al Fudlail bin ‘Iyadl telah berkata:”Para ulama’ yang fasiqdan orang–orang
yang hafal Al-Qur’an telah mendatangi aku dan nanti pada hari kiamat mereka
akan disiksa terlebih dahulu sebelum disiksanya orang yang menyembah berhala”.
Al Hasan al Basri telah berkata: ”Siksaan ilmu pengetahuan adalah hati yang
mati, kemudian ia ditanya: “Apa yang dimaksud dengan hati yang mati?.Ia
menjawab: “Matinya hati adalah mencari harta dunia dengan menggunakan
perbuatan-perbuatan akhirat”.7

7
Kitab “adabul alim wal muta’allim” Karya: KH. Hasyim Asy’ari.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan jika begitu


banyak nya hadits mengenai keutamaan menjadi guru (pendidik). Islam juga
memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada guru. Begitu tingginya
sehingga menempatkan guru setingkat dibawah nabi dan rasul. Hal demikian
terjadi karena segudang ilmu yang telah ia berikan kepada muridnya, hingga
melahirkan genarasi yang cemerlang dan berakhlak. Diantara keutamaan yang
dimilikinya yakni mendapatkan pahala sama seperti orang yang ia ajarkan,
menjadi jendela dan penolong bagi sesama manusia, serta dipermudahkan
jalannya menuju surganya Allah. Begitu banyak keutamaan nya yang ia miliki.
Untuk itu kita sebagai kaum awam sudah seharusnya menghargai, dan
mengucapkan terima kasih padanya atas jasa yang ia lakukan.

Bergaullah dengan orang-orang berilmu, niscaya akan menjadi hiasan,


keuntungan dan yang lebih penting lagi, hidayah. Ilmu mengantarkan pada
kejayaan; kebodohan mengantarkan pada kehancuran. Jadi, peliharalah ilmu dan
jangan mengotorinya dengan kemaksiatan. Belajar ilmu adalah kegiatan yang
sarat manfaat (multi-manfaat), mulai dari ibadah mahdhah (ibadah ritual) hingga
ibadah ghairu mahdhah (ibadah sosial). Belajar ilmu adalah kegiatan yang tiada
akhirnya. Inilah yang disebut dengan Pendidikan Sepanjang Usia (Lifelong
Education) yang dalam hadits disebutkan: "Belajarlah sejak dari buaian hingga
liang lahad". Berbekal ilmu, kehidupan seseorang akan menjadi mulya, luhur,
dekat kepada Allah SWT dan berwibawa. Kehidupan ulama' adalah rahmat bagi
umat islam; Sedangkan wafatnya ulama' adalah 'keretakan' bagi islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

KH. Hasyim asy’ari, Adab al-alim wa al-mutaallim, cetakan: Maktabah at-


turats al-islamy.
Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari, Adab al-Alim wal Muta’allim fi Ma Yajibu
ilaihi al-Muta’allim fi Ahwali Ta’limihi wa Ma Yatawaqafu alaihi al-Mu’allim fi
Maqamati Ta’limihi Tebal : 110 halaman, (Jawa Timur: Maktabah At-Turats Al-
Islamy Tebuireng Jombang, 1415 H)
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2009)
Saifullah, Nalar Pendidikan Islam: Ikhtiar Memahami Pendidikan Islam
Dalam Berbagai Perspektif, (Bandung: Ciptapustaka, 2010)
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Remaja RosdaKarya, 1994)
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apoollo, 1999)
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Hijri Pustaka Utama, 2018)

18

Anda mungkin juga menyukai