Dosen Pembimbing:
Dr. Yan Fajri,M.Ag
Anggota Kelompok
1.Lucyana Juli Fernandes (233110363)
2.Mia Ramadhani (233110365)
3.Muhamad Reski (233110366)
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan
izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Budaya akademik,
etos, etos kerja, sikap terbuka dan adil.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita
Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
AIhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam
makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala
upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar belakang................................................................................................................4
1.2.RUMUSAN MASALAH...............................................................................................5
1.3.TUJUAN........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM............................6
2.1.1 Pengertian Budaya Akademik................................................................................6
2.1.2 Pembahasan Tentang Budaya Akademik................................................................8
2.2 PENGERTIAN ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN KEADILAN DALAM
PANDANGAN AGAMA ISLAM......................................................................................10
2.2.1 Pengertian Etos Kerja............................................................................................11
2.2.2 Pengertian Sikap Terbuka......................................................................................14
2.2.3 Pengertian Bersikap Adil......................................................................................15
2.3. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja, Sikap Terbuka, Keadilan dalam Islam........................20
2.3.1 Fungsi dan Tujuan Etos Kerja...............................................................................20
2.3.2 Fungsi dan tujuan Sikap Terbuka...........................................................................20
2.3.3 Fungsi dan tujuan Adil..........................................................................................20
BAB III.................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................22
3.2 SARAN........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.TUJUAN
a) Memahami makna budaya akademik dalam pandangan islam
b) Memahami maksud dengan etos kerja, sikap terbuka dan keadilan
dalam pandangan agama islam
c) Memahami fungsi dan tujuan etos kerja, sikap terbuka, keadilan dalam
islam
BAB II
PEMBAHASAN
2. Tradisi Akademik
Pemahaman mayoritas responden (163/74,4%) mengenai Tradisi
Akademik adalah, “tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat
akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan
mahasiswa seperti menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis,
rasional dan inovatif di lingkungan akademik”
Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan
murid, antara pandito dan cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar
sejak ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan
seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti
menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi
berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang
tidak terjangkau tanpa terjadinya perubahan dan pembaharuan sikap
mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus diinternalisasikan dan
disosialisasikan dengan menggerus sikap mental paternalistik dan ewuh-
pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik
yang mengidap tradisi lapuk, terutama dalam paradigma patron-client
relationship yang mendarah-daging.
3. Kebebasan Akademik
Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh 144 orang
(65,7%) responden adalah kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi
anggota sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggung
jawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan
pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional.
Kebebasan akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti,
menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan
sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka akademis
(Kistanto, et. al., 2000: 86).
“Kebebasan Akademik” berurat-berakar mengiringi tradisi intelektual
masyarakat akademik – tetapi kehidupan dan kebijakan politik acapkali
mempengaruhi dinamika dan perkembangannya. Dalam rezim
pemerintahan yang otoriter, kiranya kebebasan akademik akan sulit
berkembang. Dalam kepustakaan internasional kebebasan akademik
dipandang sebagai inti dari budaya akademik dan berkaitan dengan
kebebasan berpendapat (lihat CODESRIA 1996, Forum 1994, Daedalus
Winter 1997, Poch 1993, Watch 1998, Worgul 1992).
Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang
berkaitan dengan kebebasan berpendapat telah mengalami penderitaan
yang panjang, selama puluhan tahun diwarnai oleh pelarangan dan
pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto (lihat Watch
1998). Kini kebebasan akademik telah berkembang seiring terjadinya
pergeseran pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin
berkembang begitu bebas pada pemerintahan Abdurrahman Wahid,
bahkan hampir tak terbatas dan “tak bertanggungjawab,” sampai pada
pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan perkembangan
kebebasan berpendapat.
Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-
sikap dalam kehidupan beragama yang pada era dan pandangan
keagamaan tertentu menimbulkan hambatan dalam perkembangan
kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat.
Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa
sangat tergantung dan berkaitan dengan situasi politik dan pemerintahan
yang dikembangkan oleh para penguasa. Pelarangan dan pembatasan
kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat perkembangan
kebebasan akademik pada lazimnya meliputi :
1. Penerbitan buku tertentu.
2. Pengembangan studi tentang ideologi tertentu.
3. Pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan
diskusi yang bertentangan dengan ideologi dan kebijakan
pemerintah atau negara.
2.2 PENGERTIAN ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN
KEADILAN DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
2.2.1 Pengertian Etos Kerja
Pengertian etos kerja dalam Islam adalah seseorang yang
menanamkan pemikiran bahwa bekerja bukan hanya untuk dirinya,
tetapi juga sebagai bentuk dari amal saleh. Alhasil, orang tersebut
akan memperhatikan segala bentuk kehalalan dalam pekerjaannya.
Telah disebutkan terdahulu hakikat manusia terletak pada
eksistensinya. “Eksistensinya” berarti berpikir untuk mencipta yang
menghasilkan produk atau ciptaan. Dengan kata lain hakikat manusia
adalah kerja. Konsekuensi logisnya adalah berhenti bekerja hilang
hakikatnya sebagai manusia. Telah disebutkan pula bahwa Islam lebih
mementingkan amal dari pada gagasan atau terminal terakhir adalah
amal. Amal identik dengan kerja dan sekali lagi hakikat manusia
adalah kerja.
Alquran sendiri memandang amal itu begitu penting. Kata amal dan
berbagai kata yang seakar kata dengannya seperti ya’malun, ta’malun,
‘amila, i’malu dan yang sejenisnya disebut dalam Al-Quran sebanyak
192 kali. Kata amal shalih yang dirangkai dengan kata iman sebanyak
46 kali. Ini berarti hakikat manusia atas dasar pendekatan kebudayaan
maupun agama adalah sama yaitu terletak pada kerja atau amal.
Kesimpulan ini didukung oleh pepatah:
ا لعلم بال عمل كا لنخل بال عسل
(ilmu tanpa amal bagaikan lebah tanpa madu) atau
ا لعلم بال عمل كا لشجر بال ثمر
(ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah).
Dengan demikian manusia yang tidak beramal atau tidak bekerja
hakikat kemanusiaannya tidak utuh, atau bahkan hilang hakikat
kemanusiaannya.
Supaya manusia tidak hilang hakikat kemanusiaannya, Rasulullah
mengajarkan kepada umatnya supaya terjauh dari sifat pemalas.
Demikian doa Rasul:
)للهم ا نى اعو ذ بك من الكسل والعجز والبخل (روا ه التر مذى عن زيد بن ارقم
(ya Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan Engakau dari
kemalasan, kelemahan, dan kebakhilan. H.R at-Turmuzi dari ibn
Arqam (at-Turmuzi, V:226)).
Malas, lemah kepribadian dan bakhil adalah penghalang utama dalam
menumbuhkan etos apapun termasuk etos kerja. Sebaliknya Islam
memotifasi demikian bersemangat supaya setiap pemeluknya rajin
beramal atau bekerja. Allah berfirman:
Artinya :
“ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa
perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak
dianiaya (dirugikan) “.( QS Al An’am : 160 ).
Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa siapa yang beramal baik
pahalanya dilipatgandakan 10 kali lipat. Sebelas kali Allah berfirman
bahwa orang yang beramal baik itu berakhir dengan keberuntungan
(Abd al-Baqi, [t.th.]:668). Satu diantara
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan “. ( QS Al Hajj : 77 ).
Kata kemenangan dalam ayat itu sama dengan keberuntungan, dapat
diperhatikan dalam ayat berikut:
Artinya :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman “.(QS. Al
Mu’minun: 1)
Keberuntungan atau kemenangan dalam ayat tersebut dan ke 11 yang lain
dalam Al-Quran selalu berarti sebagai akibat dari amal baik.
Keberuntungan sebagai amal atau kerja bisa berupa pahala yang
dinikmati besok di hari akhirat kelak, bisa di kehidupan dunia sekarang.
Bahkan sesungguhnya, karena Islam tidak mengenal paham sekularisme,
yaitu pemisahan urusan dunia dan urusan akhirat (agama), justru setiap
urusan apapun dalam Islam selalu mengandung dimensi dunia dan
akhirat. Karena itu di dalam Islam dianjurkan mencari kebahagiaan dunia
dan kehidupan akhirat sekaligus. Allah berfirman:
Artinya :
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah
Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami
dari siksa neraka“. ( QS. Al Baqarah : 201 ).
Kebahagiaan (hasanah) tidak pernah datang begitu saja kepada seseorang
yang berpangku tangan. Hanya kerja keras kebahagiaan juga takkan
didapat. Tetapi kebahagiaan selalu merupakan perpaduan antara kerja
keras dan anugerah Allah. Karena itu Allah juga memerintahkan supaya
di dalam mencari kehidupan itu tidak setengah-setengah, dunia saja atau
akhirat saja, melainkan keduannya.
3.1 KESIMPULAN
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau
kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan
keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah
yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah
pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang
berilmu, di antaranya adalah:
1. 1.Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia
untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau
memiliki ilmu pengetahuan.
3. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
4. 4.Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.
Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak
mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos
kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena
orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga
tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak jujur
maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang
dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi
terhadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil.
Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek
hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa
sikap adil itu harus ditujukan Al-quran memberi petunjuk bahwa sikap
adil di samping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk
juga kepada diri sendiri.
3.2 SARAN
Untuk menuntut dan mengamalkan budaya akademis, sikap etos kerja,
sikap terbuka, dan keadilan harus kita dasar dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Daud, Sunan Abi Daud, Jilid. ke-2, Beirut: Dar al-Fikr, 1996. Abi
Ummu Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, (dalam www.spesialis-