Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PERKEMBANGAN BUDAYA AKADEMIK DI


KALANGAN MAHASISWA”
Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Agama
Dosen Pengampu: Bapak Rahman Saleh, M. HI., M.Si.

Disusun Oleh:

Nofi Rohmawati (20101440122061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas Kehadiran allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kita semua makhluk-Nya, sehingga
dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“PERKEMBANGAN BUDAYA AKADEMIK” Dalam memenuhi tugas yang
dibimbing oleh Bapak Rahman Saleh, M. HI., M.Si.
Tujuan Penulisan makalah ini merupakan memberi pengetahuan lebih
lanjut terkait topik kebutuhan aktivitas. Dalam penyusunan makalah ini,
penulisan pun juga menyadari Kekurangan dalam penulisan ini, sehingga kami
sebagai penulis mengharapkan aadanya kritik dan saran yang membangun.
Penulis mengucapkan Terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Semarang,01 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------------- I
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------- II
BAB I ------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah --------------------------------------------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
BAB II ----------------------------------------------------------------------------------------------- 2
PEMBAHASAN ---------------------------------------------------------------------------------- 2
A. Budaya akademik dalam pandangan agama islam. ------------------------------------------------- 2
B. MEMBANGUN BUDAYA AKADEMIK -------------------------------------------------------------- 3
C. KONSEP DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN BUDAYA AKADEMIK ------------------ 4
D. ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN KEADILAN DALAM PANDANGAN
AGAMA ISLAM ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 4
E. ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA, DAN KEADILAN DALAM ISLAM ------------------ 6
BAB III ---------------------------------------------------------------------------------------------- 8
PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------------------ 8
A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 8
B. Saran --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------- 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang universal, masalah masalah yang ada di
dalam masyarakat diatur dalam ajaran islam. Perkembangan masyarakat
yang semakin komplek menuntut Perguruan tinggi memiliki dan
mengembangkan budaya akademik yang dapat membentuk mahasiswa
agar memiliki jatidiri dan kompetensi dibidangnya.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang,
bergerak maju bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai
tuntutan zaman.
Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan
akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan dan
dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri
melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang
menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan.
Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila
digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki
komitmen dan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap perkembangan
dan kemajuan budaya akademik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya akademik dalam sudut pandang agama islam?
2. Bagaimana membangun budaya akademik?
3. Bagaimana konsep dan ciri-ciri perkembangan budaya akademik?
4. Apa yang dimaksud etos kerja, sikap terbuka dan keadilan menurut
pandaangan islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian budaya akademik.
2. Mengetahui bagaimana membangun budaya akademik
3. Mengetahui bagaimana konsep dan ciri-ciri perkembangan budaya
akademik.
4. Mengetahui dimaksud etos kerja, sikap terbuka dan keadilan menurut
pandaangan islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Budaya akademik dalam pandangan agama islam.


Budaya akademik dalam pandangan Islam merupakan salah satu
tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut
persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana antara lain
tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya
tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu, di
antaranya yaitu :
1. Dalam ayat-ayat yang pertama kali turun Al-'Alaq 96: l-5 tergambar
dengan jelas betapa kitab suci Al-quran memberi perhatian yang
sangat serius kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga
Allah SW'T menurunkan petunjuk pertama kali adalah terkait dengan
salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dalam
redaksi ayat tersebut menggunakan redaksi "iqra" . Makna perintah
tersebut bukanlah hanya sebatas membaca dalam arti membaca teks,
tetapi makna iqra' adalah membaca dengan melibatkan pemikiran dan
pemahaman dan itulah kunci perkembangan ilmu pengetahuan dalam
sepanjang sejarah kemanusiaan.
2. Penggalan ayat 3l dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi "Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya",
juga mengandung arti bahwa salah satu keistimewaan manusia adalah
kemampuannya mengekspresikam apa yang terlintas dalam benaknya
serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya
mengetahui.
3. Etos untuk terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan
bahwa yang disebut belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada
musim tertentu atau dalam formalitas satuan pendidikan tertentu,
melainkan sepanjang hayat masih dikandung badan maka kewajiban
untuk terus menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap muslim.
Salah satu hikmahnya adalah bahwa kehidupan terus mengalami
perubahan dan perkembangan menuju kemajuan, maka kalau seorang
muslim tidak terus menambah pengetahuannya jelas akan tertinggal
oleh perkembangan zaman yang pada gilirannya tidak dapat
memberikan kontribusi bagi kehidupan. Al-quran jelas membedakan
antara orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak
berpengetahuan.
4. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Secara garis
besar manusia dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar;
pertama, orang yang sekedar beriman dan beramal, dan yang kedua
adalah orang yang beriman dan beramal shalih serta memiliki
pengetahuan. Posisi atau derajat kelompok kedua ini lebih tinggi
bukan saja karena nilai ilmu yang dimiliki, tetapi juga amal dan
usahanya untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki tersebut, baik melalui
lisan, tulisan atau bahkan tindakan. Ilmu yang dimaksud tentu saja

2
bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang rnembawa maslahat
bagi kehidupan manusia.
Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin
penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa :
1. Iman seorang muslim tidak akan kokoh jika tidak ditopang
dengan ilmu, demikian juga dengan amal shalih.
2. Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau
tidak dilandasi dengan ilmu.
3. Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah;
orang yang selalu mengingat Allah yang disertai dengan
ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk
memikirkan ciptaan Allah SWT. Serta selalu berusaha
menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap
informasi yang baik dan kemudian memilih yang terbaik
untuk dijadikan pegangan dan diikutinya.
B. MEMBANGUN BUDAYA AKADEMIK
Bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi
akademik itu ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk memburu
referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dan
sebagainya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat
dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat
menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam
proses pendidikan di perguruan tinggi.
Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik,
mustahil seorang akademisi akan memperoleh nilai-nilai normatif
akademik. Boleh jadi ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai
akademik tersebut di depan forum namun tanpa proses belajar dan latihan
norma-norma itu tidak pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-
hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan pelanggaran
dalam wilayah tertentu - baik disadari maupun tidak disadari.
Peranan pengembangan kebudayaan ini bukan hanya tercermin dalam
kesempatan sivitas akademika untuk mempelajari dan mengapresiasi
budaya pertunjukan melainkan juga pengembangan dan apresiasi budaya
perilaku intelektual dan moral masyarakat akademik dalam menyongsong
keadaan masa depan.
Pembinaan dan pengembangan apresiasi disiplin, rasa tanggung
jawab, keinginan menghasilkan suatu karya inovatif dan kreatif yang
terbaik dan sebagainya seringkali dengan efektif diwujudkan melalui
pengembangan contoh keteladanan. Keinginan menghasilkan sesuatu yang
lebih baik, terjadinya suasana dan budaya akademik sesama sivitas
akademika dan sebagainya dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kesadaran internal pada masing-masing sivitas akademika.

3
C. KONSEP DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN BUDAYA
AKADEMIK
Budaya Akademik yaitu Budaya atau sikap hidup yang selalu
mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat
akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran
kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik”
Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung
perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri
Perkembangan Budaya Akademik” yang meliputi berkembangnya:
1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif.
2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral.
3. Kebiasaan membaca.
4. Penambahan ilmu dan wawasan.
5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat.
6. Penulisan artikel, makalah, buku.
7. Diskusi ilmiah.
8. Proses belajar-mengajar.
9. Manajemen perguruan tinggi yang baik.
D. ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN KEADILAN DALAM
PANDANGAN AGAMA ISLAM
1. Etos Kerja
Hakikat manusia adalah kerja. Konsekuensi logisnya adalah
berhenti bekerja hilang hakikatnya sebagai manusia. Telah disebutkan
pula bahwa Islam lebih mementingkan amal dari pada gagasan atau
terminal terakhir adalah amal. Amal identik dengan kerja dan sekali
lagi hakikat manusia adalah kerja.
Alquran sendiri memandang amal itu begitu penting. Kata amal
dan berbagai kata yang seakar kata dengannya seperti ya‟malun,
ta‟malun, „amila, i‟malu dan yang sejenisnya disebut dalam Al-Quran
sebanyak 192 kali. Kata amal shalih yang dirangkai dengan kata iman
sebanyak 46 kali. Ini berarti hakikat manusia atas dasar pendekatan
kebudayaan maupun agama adalah sama yaitu terletak pada kerja atau
amal. Kesimpulan ini didukung oleh pepatah :
 Ilmu tanpa amal bagaikan lebah tanpa madu.
 Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah.
Lemah kepribadian dan bakhil adalah penghalang utama
dalam menumbuhkan etos apapun termasuk etos kerja. Sebaliknya
Islam memotifasi demikian bersemangat supaya setiap pemeluknya
rajin beramal atau bekerja. Allah berfirman dalam QS Al An‟am :
160. Yang artimya Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka
baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang
membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan)

4
2. Sikap Terbuka
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran
akhlak yang penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak
jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN).
Iman, dan pelaksanaan ajaran adalah jika terlanjur berbuat
salah segera mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada
siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika berbuat salah
kepada Allah segera ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Dalam Surat Ali Imron Ayat 135. Allah Berfirman yang berarti
dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka….
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf
kepadanya tidak usah menunggu lebaran tiba. Pengakuan
kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada selain-Nya ini
merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan
terbuka termasuk baik. Nabi bersabda yang berbunyi
Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan
kebajikan itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang
senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu
menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa
berbuat bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong. Muttafaq
‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)
3. Bersikap Adil
Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah
kondisi batiniah seseorang yang berbentuk energi. Energi ini
mendesak keluar untuk mengendalikan amarah dan kemauan-
kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan yang keluar menjadi baik.
Yang mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena kendali
sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak merugikan diri sendiri dan
orng lain.
Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy-syaja‟ah,
dan al-„iffa.al-Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat
membedakan antara yang benar dan salah, baik dan buruk, haq dan
batal secara tepat, tetapi belum tentu ia selalu memilih yang benar,
yang baik, dan yang haq. Asy-syaja’ah berarti berani tanpa rasa
takut. Al-‘ffah berarti suci. Ketiga sifat utma ini jika tidak
seimbang menjadi tidak baik. Orang amat cerdas atau genius tetapi
kecerdasannya dapat dijadikan alat untuk mengelabuhi orang lain
karena tidak ada „iffah di dalam dirinya.
Jika antara al-hikmah, asy-syaja‟ah, dan al-„iffah berpadu
secara seimbang dalam diri seseorang, maka orang itu akan
bersikap adil. Orang berani melakukan sesuatu setelah ditimbang-

5
timbang bahwa sesuatu itu baik menurut akal dan menurut
pertimbangan syariat juga baik.
Inilah gambaran perbuatan adil. Berarti, ia berani berbuat
karena benar. Orang tidak berani berbuat juga karena benar, adalah
bersikap adil, bukan karena takut. Dengan dimikian adil adalah
puncak dari ketiga sifat utama tersebut. Islam memandang sikap
adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata adil dan
berbagai turunannya seperti : ya‟dilun, i‟dilu, „adlun, dan ta‟dili
diulang sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu Allah
memerintah kepada kita supaya berlaku adil dalam semua hal.
Allah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 8 berarti Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus
secara berkesinambungan, yang bererti pembiasaan berlaku adil.
“Mulai sekarang, mulai yang sederhana, dan mulai dari diri
sendiri”,Inilah komitmen untuk mulai pembiasaan berlaku adil.
Jika langkah awal ini dapat dilalui dengan baik, tentu mudah
menjalar kepada orang lain, apalagi kalau yang memulai komitmen
itu adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia
berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika
idola tidak bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil
pula.
E. ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA, DAN KEADILAN DALAM
ISLAM
Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap
positif juga dimiliki. Di antara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos
kerja yang tinggi,sikap terbuka dan berlaku adil. Untuk dapat
meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami
tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi
dan sebagai hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepad Allah SWT.
Beberapa petunjuk Al-Qur‟an agar dapat meningkatkan etos kerja antara
lain:
1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan
bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang
tersebut lupa kepada Allah SWT.
Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur, seseorang
tidak mungkin meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja
yang tinggi kalu tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karenaorang yang
tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat
bekerjasama dengan orang lain. Apalagi kalu tidak jujur maka energinya
akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-
qur‟an dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi tehadap orang yang
terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil.
Makna yang diperkenalkan Al-qur‟an buka hanya dalam aspek hukum

6
melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu
harus ditujukan Al-qur‟an memberi petunjuk bahwa sikap adil dissamping
kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri
sendiri.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau
kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan
keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah
yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah
pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang
berilmu, di antaranya adalah :
1. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia
untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau
memiliki ilmu pengetahuan.
3. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
4. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.
B. Saran
Dari paparan diatas, Kami memberi saran agar dalam memahami
untuk menuntut dan mengamalkan budaya akademis, sikap etos kerja,
sikap terbuka, dan keadilan harus kita dasar dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://fenni-octafiyani.blogspot.co.id/2014/06/ makalah-penerapan-wawasan-
nusantara.html
2009. “Implementasi Wawasan Nusantara”.diakses tanggal 01 Desember 2022
dari www.wikipedia.com
Fajar. Mahasiswa dan Budaya Akademik. 2002. Bandung, Rineka.
http://maknaartikel.blogspot.com/2010/01/budaya-akademik/survei.html
http://blogkita.info/budaya-akademik-2/

Anda mungkin juga menyukai