Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN KURNAS PAI

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA PADA


PESANTREN, SEKOLAH & MADRASAH

DISUSUN OLEH

KELOMPOK IX :

1. JUBAIDA S. NUNUMETE NIM : 21230024

Semester V
Program Strata 1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SAID PERINTAH
MASOHI
2022
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Menulis makalah ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah. Makalah ini
berisikan Mengenai hal-hal yang diharapkan akan menambah wawasan dan cakrawala para
pembaca.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam rangka
penyusunan makalah ini baik berupa pendapat dan waktu sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan baik dan tepat waktu.

Akhir kata kami penulis mengucapkan terimakasih.

Masohi, 04 Januari 2024

i
DAFTAR ISI

hal
Kata Pengantar ............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB IPENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................1
BAB IIPEMBAHASAN ............................................................................2
A. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Pesantran ........... 2
B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Sekolah .............. 5
C. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Madrasah ........... 7
BAB IIIPENUTUP ....................................................................................9
A. KESIMPULAN ..................................................................................9
B. SARAN .............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................10

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pendidikan kurikulum merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses kemajuan
dan keberhasilan dalam sistem pendidikan, sebab kurikulum merupakan suatu sistem program
pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan dan juga sebagai
metode untuk mewujudkan sekolah yang bermutu dan berkualitas.
Kurikulum sebagai sistem sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan menjadi
hal yang sangat urgen dan mutlak ada dalam sebuah program pendidikan. Adapun istilah
kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang awalnya digunakan dalam bidang olahraga, yakni kat
acurrir yang berarti berlari dan kata currere yang artinya jarak tempuh seorang pelari. Jarak
tempuh yang dimaksud adalah suatu jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari
start hingga finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Di dalam seiringnya perkembangan ilmu dan teknologi dunia pendidikan pun mengalami
perkembangan juga termasuk juga bagian didalamnya yaitu kurikulum. Adapun pengertian
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum, agar menghasilkan rencana
kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian.
Berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain menetapkan jadwal pengorganisasian
kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, mengacu pada kreasi
sumber-sumber unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses
belajar mengajar.
Lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki keragaman, dimulai dari yang bersifat
tradisional dan juga sampai yang bernuansa modern. Di Indonesia ini setidaknya memiliki tiga
lembaga yang sudah dikenal oleh masyarakat, diantaranya adalah sekolah,madrasah dan Pesantren,
yang mana setiap lembaga ini memiliki ciri khas tersendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama di Pesantren?


2. Bagaimana Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama di SekolahB
3. Bagaimana Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama di Madrasah

C. Tujuan Penulisan

1. MengetahuiPengembangan Kurikulum pendidikan Agama di Pesantren


2. Mengetahui Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama di Sekolah
3. MengetahuiPengembangan Kurikulum pendidikan Agama di
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Pesantran

Istilah kata pesantren, secara bahasa berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran-an
(pesantrian), yang memiliki arti yaitu sebuah tempat tinggal para santri.Sedangkan menurut KBBI
pesantren adalah asrama tempat santri atau murid-murid untuk belajar mengaji dan sebagainya.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata sastri,yaitu sebuah kata yang berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya melek huruf. Menurut pendapat dari Zamakhsari Dhofier, sebagaimana
dikutip Haidar Putra Daulay, bahwasanya ada lima unsur pesantren, yaitu pondok, santri, masjid,
pengajaran kitab-kitab klasik dan kiai.
Lembaga pendidikan yaitu Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan tertua yang
ada di Indonesia. Keberadaan pondok pesantren mempunyai andil yang cukup besar dalam
menyumbang sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Pondok Pesantren menurut Nurcholish
Madjid juga disebut indegeneous culture Indonesia karena merupakan asli produk Indonesia yang
dalam hal ini bisa mencetak kader-kader ulama. Bahkan sejarah juga mencatat bahwa peran
pesantren dalam mempertahankan Nagara Kesatuan Republik Indonesia dibuktikan dengan
adanya para kyai yang selalu menolak kebijakan penjajah Belanda. Selain itu juga pesantren juga
memiliki ciri khas yang membedakan dengan lembaga lainnya, yaitu pesantren memiliki subkultur
unik dan eksotik. Sebuah subkultur yang kaya akan nilai-nilai budaya, nilai-nilai akhlak dan
khazanah intelektual Islam yang termanifestasikan dalam warisan literatur klasik (kitab kuning)
yang manjadi sebuah tradisi dalam keilmuanya.
Dengan demikian, dapat digarisbawahi bahwa pesantren memang ada sebagai wadah para santri
belajar ilmu agama. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama pesantren adalah menjadi
tempat pembelajaran agama Islam, tempat pengembangan budaya Islam, dan tempat pengkaderan
cendekiawan/ulama muslim. Proses pembelajaran dalam pesantren itu dengan model asrama yaitu
terlaksana dalam sistem 24 jam,sehingga efektivitas pembelajarannya dapat berjalan secara
maksimal. Tidak hanya pembelajaran ilmu agama sebagai teori dan muatan, melainkan juga
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran agama di pesantren rata-rata
menitikberatkan pada pengetahuan keagamaan dan aplikasinya dalam akhlaqul karimah (akhlak
yang mulia). Maka pesantren selain menjadi tempat belajar ilmu agama juga merupakan tempat
pendidikan karakter yang kontinyu.

Dalam beberapa penelitian terhadap pesantren, ditemukan bahwa pesantren mempunyai kewenangan
tersendiri dalam menyusun dan mengembangkan kurikulumnya. Menurut penelitian Lukens-Bull dalam
bukunya Abdullah Aly, secara umum kurikulum pesantren dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu;
PendidikanAgama, pengalaman dan pendidikan moral, sekolah dan pendidikan umum, serta ketrampilan dan
kursus [8, p. 184].
Pertama, kurikulum berbentuk pendidikan Agama Islam. Di dalam dunia pesantren, kegiatan belajar
pendidikan Agama Islam lazim disebut sebagai ngaji atau pengajian. Kegiatan ngaji dipesantren pada
praktiknya dibedakan menjadi dua tingkatan. Pada tingkatan awal ngaji sangatlah sederhana, yaitu para
santri belajar membaca teks-teks Arab, terutama sekali Al-Qur’an. Tingakatan ini dianggap sebagai usaha

2
minimal dari pendidikan agama yang harus dikuasai oleh para santri. Tingkatan berikutnya adalah para santri
memilih kitab-kitab islam klassik dan mempelajarinya dibawah bimbingan kyai. Adapun kitab-kitab yang
dijadikan bahan untuk ngaji meliputi bidang ilmu: fikih, aqidah atau tauhid, nahwu, sharaf, balaghah, hadits,
tasawuf, akhlak, ibadah-ibadah seperti sholat doa, dan wirid.
Kedua, kurikulum berbentuk pengalaman dan pendidikan moral. Kegiatan keagamaan yang paling
terkenal di dunia pesantren adalah kesalehan dan komitmenpara santri terhadap lima rukun Islam. Kegiatan-
kegiatan tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran para santri untuk mengamalkan nilai-nilai
moral yang di
ajarkan pada saat ngaji. Adapun nilai-nilai moral yang ditekankan dipesantren adalah persaudaraan Islam,
keikhlasan, kesederhanaan dan kesaudaraan Islam.
Ketiga, kurikulum berbentuk sekolah dan pendidikan umum. Pesantren memberlakukan kurikulum
sekolah mengacu kepada pendidikan nasional yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional.
Keempat, kurikulum berbentuk ketrampilan dan kursus. Pesantren memberlakukan kurikulum yang
berbentuk ketrampilan dan kursus secara terencanadan terpogram melalui kegiatan ekstrakulikuler. Adapun
kursus yang popular dipesantren adalah bahasa inggris, computer, setir mobil, reparasi sepeda motor, danlain
sebagainya. Kurikulum seperti ini diberlakukan di pesantren karena mempunyaidua alasan, yaitu alasan politis
dan promosi. Dari segi politis, pesantren yang memberikan pendidikan ketrampilan dan kursus kepada para
santrinya berarti merespon seruan pemerintah untuk peningkatan kemampuan sumber daya manusia(SDM).
Hal ini berarti hubungan antara pesantren dengan pemerintah cukup harmonis. Sementara itu dari segi promosi
terjadi peningkatan jumlah santri yang memliki pesantren-pesantren modern dan terpadu, dengan alasan
adanya pendidikan ketrampilan dan kursus di dalamnya.
Kurikulum dalam pendidikan pesantren merupakan bahan-bahan pendidikan agama Islam yang
diajarkan di dalam sebuah pesantren yaitu berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis diberikan atau diajarkan kepada seluruh para santri untuk mencapai tujuan pendidikan
agama Islam.
Kurikulum pendidikan pesantren merupakan alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan lingkup materi pendidikan pesantren adalah al- Qur’an dan hadits, keimanan akhlak, fiqh atau
ibadah dan sejarah. Dengan kata lain,bahwa cakupan materi dalam kurikulum pendidikan di pesantren terdapat
keserasian da keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt.dan juga diri sendiri sesama manusia
dengan makhluk yang lainnya maupun dengan lingkungannya. yang mana hal itu bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan pesantren tersebut, perlu adanya rekonstruksi kurikulum agar lebih riil. Rumusan tujuan
pendidikan pesantren yang sudah ada selama ini dan saat ini masih bersifat general dan kurang match
dengan realitas masyarakat yang terus mengalami transformasi.Rekonstruksi disini dimaksudkan dengan
tujuan untuk meningkatkan daya relevansi rumusan tujuan pendidikan pesantren dengan persoalan riil yang
dihadapi masyarakat dalam hidup kesehariannya.
Adapun dalam pengembangan Kurikulum pesantren terdapat beberapa prisip yang ada
didalamnya.Prinsip pengembangan kurikulum pendidikan pesantren secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Prinsip umum yang meliputi prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinyuitas, prinsip praktis
dan prinsip efektifitas, prinsip efisiensi.
2. Prinsip khusus, yaitu yang menjelaskan bahwa di dalam pengembangan kurikulum di pesantren
mencakup prinsip yang terkait dengan tujuan pendidikan pesantren dan pemilihan isi pendidikan
pesantren, juga yang berkenaan dengan metode, strategi proses pembelajaran dan alat evaluasi dan
penilaian pendidikan pesantren. Secara praktis, Mastuhu memberikan konsep tentang model dan

3
paradigma pendidikan pesantren yang diharapkan menjadi orientasi dan landasan dalam kurikulum
lembaga pendidikan pesantren, yaitu:
a) Dasar pendidikan-pendidikan pesantren harus mendasarkan pada teosentris dengan
menjadikan antroposentris sebagai bagian esensial dari konsep teosentris
b) tujuan pendidikan kerja membangun kehidupan duniawiyah melalui pendidikan sebagai
perwujudan mengabdi kepada-Nya. Adapun Pembangunan kehidupan duniawiyah ini bukan
menjadi tujuan final, tetapi merupakan suatu bagian dari kewajiban atau hal yang harus dipercayai
atau diimani dan terkait kuat dengan kehidupan ukhrawiyah, tujuan final adalah kehidupan
ukhrawi dengan ridha Allah Swt
c) konsep manusia pendidikan Islam memandang manusia memiliki fitrah yang harus dikembangkan
d) nilai pendidikan pesantren berorientasi pada iptek sebagai kebenaran relatif dan imtaq sebagai
kebenaran mutlak.

Pengembangan kurikulum pendidikan pesantren secara terus menerus menyangkut seluruh komponen
merupakan sesuatu mutlak untuk dilakukan agar tidak kehilangan relevansi dengan kebutuhan riil yang
dihadapi komunitas pendidikan Islam yang kecenderungan terus mengalami proses dinamika transformatif.
Pendidikan pesantren dibangun atas dasar pemikiran Islami yang bertolak dari pandangan hidup dan
pandangan tentang manusia serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam.
Dalam perkembanganya pesantren tidak semata-mata tumbuh atas polalama yang bersifat tradisional
dengan hanya menggunakan pola sorogan dan bandongan. Binti Ma’unah menyatakan, dalam
perkembanganya ada tiga sistem pembelajaran yang dikembangkan di pesantren, yaitu:
1. Sistem klasikal Pola penerapan sistem klasikal adalah dengan pembentukan kelas-kelas dan tingkatan,
kluster pembelajaran yang disesuaikan seperti padasekolah dalam pendidikan formal. Dalam banyak
pesantren pola ini sudah banyak di gunakan di sebagai madrasah diniyah atau kegiatan dalam
pesantren sebagai pengelompokan pembelajaran yang didasarkan atas kemampuan dan pemahaman
selama di pesantren tersebut.
2. Sistem kursus (tahassus) Pengajaran sistem kursus ini mengarah kepada terbentuknya santri-santri
yang mandiri dalam menopang ilmu-ilmu agama yang mereka terima dari Kyai melalui pengajaran
sorogan dan bandongan. Sebab pada umumnya para santri diharapkan tidak tergantung kepada
pekerjaan di masa mendatang, melainkan harus mampu menciptakan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan mereka (Ma’unah, 2009: 186).
3. Sistem pelatihan Pola pelatihan ini dikembangkan untuk menumbuh kembangkan kemampuan praktis
seperti pelatihan, pertukangan, perkebunan, perikanan, manajemen koperasi dan kerajinankerajinan
yang mendukung tercinptanya kemndirian integratif (Ma’unah, 2009: 186). Dalam banyak pesantren
sudah banyak digodog (diusahakan dan di didik pengalaman dan pembelajaranya secara intensif) agar
para santrinya mempunyai kemampuan entrepreneur. Hal ini erat kaitanya dengan kemampuan yang
lain yang cenderung melahirkan santri yang intelek dan ulama yang mumpuni.

4
B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Sekolah

Sekolah umum sebagaimana seperti SMP dan SMA atau SMK merupakan suatu lembaga pendidikan
umum yang mana didalamnya diajarkan beberapa mata pelajaran yang universal. Kurikulum di sekolah pada
umumnya berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan, material dan fisikal, waktu pembelajaran
kurikulernya juga sangat terbatas, sehingga semua itu ikut melatarbelakangi sistem pendidikan persekolahan
menjadi terkesan berorientasi pada kognitif.
Dengan menggunakan kurikulum yang telah tersedia oleh pemerintah baik mulai pada perekrutan
siswa hingga pada output siswa, metode pembelajaran yangditawarkan pun sangat beragam. Tidak hanya itu,
strategi pembelajaran seperti Quantum Learning, Contextual Teaching Learning, Active Learning dan
sebagainya juga turut dilaksanakan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan untuk pendidikan
Agama Islam disekolah terutama sekolah umum sangatlah terbatas waktunya. Dilihat secara kuantitatif, porsi
pendidikan agama Islam di sekolah memanghanya tiga jam pelajaran untuk SD dan dua jam pelajaran untuk
SMP atau SMA/K,dengan tuntutan pencapaian standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan dalamPermen
Diknas Nomor 23 Tahun 2006. Secara kualitatif pendidikan agama sebenarnya merupakan core atau inti
kurikulum pendidikan di sekolah. Hal ini didasarkan atasfalsafah Negara “Pancasila”, dimana core Pancasila
adalah sila pertama “KetuhananYang Maha Esa”. Pancasila jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan
filsafat,Ketuhanan Yang Maha Esa masuk ke dalam prinsip sila-sila yang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa inti Pancasila adalah keimanan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang merupakan sasaran utama pendidikan
agama.
Selain itu disekolah umum (sekolah) pembelajaran pendidikan Islam juga tidak begitu mendalam
sebagaimana di madrasah yang mana dipelajari satu persatu dari mulai mata pelajaran aqidah akhak, fiqih
dan lain-nya sedangkan di sekolah umum dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam hanya dijadikan satu
yang bernama mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saja.Pengajarannya memiliki kurikulum tersendiri.
Kurikulum PAI berarti seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran PAI
serta cara yang digunakan dan segenap kegiatan yang dilakukan oleh guru Agama untuk membantu seorang
atau sekelompok siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dan/atau
menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Agama Islam di sekolah pada dasarnya lebih diorientasikan pada tataran moral action,
yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompeten tetapi sampai memiliki kemauan dan
kebiasaan dalammewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
agama di sekolah umum terselenggara sebagai upaya pengintegrasian pendidikan Islam ke dalam sistem
sekolah yang kurikulumnya berorientasi pada pengetahuan umum. Pendidikan Agama Islam di sekolah
umum mencakup lima aspek, yaitu: al-Qur’an Hadis, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah, serta
tarikh/sejarah. Kelima aspek PAI tersebut dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui pembelajaran
yang menggunakan berbagai pendekatan.
Salah satu yang dapat dipakai yaitu pendekatan kontekstual, yang intinya selalu mengaitkan
pembelajaran PAI dengan konteks dan pengalaman- pengalaman hidup peserta didik yang beraneka ragam
atau konteks masalah- masalah serta situasisituasi riil kehidupannya. Melalui interaksi dengan lingkungan
dan menginterpretasi terhadap pengetahuan dan pengalamanhidup tersebut, maka peserta didik dapat
mengkonstruksi makna dan nilai-nilai Islam yangperlu diinternalisasikan dalam dirinya. Salah satu masalah
yang dihadapi pengajaran agama Islam di sekolah adalah adanya kekurangan jam pelajaran agama Islam
yang disediakan di sekolah. Abuddin Nata menawarkan solusi untuk mengatasinya salahsatunya yaitu
dengan cara merubah orientasi dan fokus pengajaran agama yang semula bersifat subject matter oriented,
yakni dari yang semula berpusat pada pemberian pengetahuan agama dalam arti memahami dan menghafal
5
ajaran agama sesuai kurikulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan
pembentuk sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama
Dalam tataran di lapangan, menurut Hasbi Ashi-Shidiqi, aspek kajian PAI meliputi, (1)
tarbiyah jismiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta
menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya, (2) tarbiyah
‘aqliyah,yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang akibatnya mencerdaskan akal dan
menajamkan akal, (3) tarbiyah adabiyah, yaitu segala rupa praktek maupun berupa teori yang
wujudnya meningkatkan budi dan meningkatkan perangai.

6
C. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Madrasah

Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh, yang disampaikan kepada siswa untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum PAI di
madrasah bertujuan untuk mengantarkan peserta didik menjadi manusia unggul dalam beriman dan bertakwa,
berakhlak mulia, berkepribadian, menganalisa ilmu pengetahuan dan teknologi sertamampu mengaktualisasikan diri
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara [6, p. 3]. Komponen-komponen yang terkait dalam
kurikulum dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1. kelompok komponen-komponen dasar, yaitu konsep dasar filosofis dalam mengembangkan kurikulum
PAI yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadaptujuan PAI tersebut,
2. kelompok komponen-komponen pelaksana, yaitu mencakup materi pendidikan, sistem pendidikan, proses
pelaksanaan dan pemanfaatan lingkungan.
3. kelompok-kelompok pelaksana dan pendukung kurikulum, yaitu komponen pendidik, peserta didik dan
konseling
4. kelompok usaha-usaha pengembangan yang ditujukan dengan adannya evaluasi dan inovasi kurikulum,
adanya perencanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang, terjalinnya kerja sama dengan
lembaga-lembaga lain untuk pengembangan kurikulum tersebut.
Mengutip pendapat Audrey dan Howard Nichools, (Oemar Hamalik, 2007: 96) mengemukakan bahwa
pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk
membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana
perubahan-perubahan telah terjadi pada diri peserta didik.
Pengembangan kurikulum PAI yang dilakukan oleh guru dan sekolah pada setiap satuan pendidikan harus
memerhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum sebagaimana tertuang dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Urgensi memerhatikan dan menggunakan prinsip adalah agar kurikulum PAI yang dikembangkan benar-benar
sesuai dengan peserta didik, sekolah, masyarakat sehingga tidak hanya berkisar pada masalah akidah dan
akhlaknya saja, tetapi juga memuatsemua ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan serta
kebutuhan manusia, seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, jiwa dan raga, material dan spiritual.

Menurut Muhaimin terdapat empat pendekatan dalam penyusunan kurikulum pendidikan agama
yaitu: pendekatan subyek akademis, pendekatan humanistis, pendekatan teknologis, dan pendekatan
rekosntruksi social:
1. Pendekatan subyek akademis adalah mendasarkan penyusunan kurikulum pada system disiplin
keilmuan masing-masing. Di madrasah, aspek al-Qur’an dan alHadits, keimanan, akhlak,
ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah umat Islam dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran al-Qur’an-
Hadits, fikih, akidah akhlak, dan sejarah (kebudayaan) Islam. Pendekatan subjek akademis dalam
menyusun kurikulum PAI dilakukan dengan berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu. Misalnya, untuk
aspek keimanan atau mata pelajaran akidah menggunakan sistematisasi ilmu tauhid, ibadah/syari’ah/
muamalah menggunakan sistematisasi ilmu fikih dan seterusnya.
2. Pendekatan humanistis berangkat dari ide tentang memanusiakan manusia. Dalam hal ini, pengajar
dapat memberikan porsi memanusiakan peserta didik dengan mengajak berdiskusi mengenai tema-
tema Pendidikan Agama Islam yang akan dikaji di kelas.
3. Pendekatan teknologis adalah penyusunan kurikulum berdasar pada asumsi analisa kompetensi untuk
menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Pendekatan ini menekankan pada kemampuan praktis pelajar
seperti tata cara berwudlu, tata cara shalat, tata cara memandikan mayyit, dan seterusnya.

7
4. Pendekatan rekonstruksi social adalah penyusunan kurikulum mengacu pada kebutuhan pemecahan
problem yang ada di masyarakat. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam yang diberikan di Madrasah
harus selalu berkembang dan reaktif terhadap problematika yang banyak terjadi di masyarakat
sehingga pelajar atau siswa dapat menggunakan ilmu agama yangdidapatkannya di madrasah dengan
tanggap dan menjadi manfaat untuk masyarakat sekitarnya. Misalnya, apabila masyarakat di sekitar
belum mampu membaca al-Qur’an dengan baik, maka materi ini dapat diberikan pada siswa agar
mengatasi problem tersebut di masyarakat [7, p. 142].

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam penyusunan kurikulumnya, pendidikan agama di
madrasah mengikuti dan bertolak pada pakem-pakem pengembangan kurikulum agama di sekolah dan
madrasah. Pada praktiknya, pendidikan agama di madrasah memiliki porsi jam yang jauh lebih sedikit
dibanding porsinya di pesantren, yaitu 25% dari keseluruhan jam dan materi pembelajaran yang ada,
sehingga waktu yang ada harus dioptimalkan dengan mempertimbangkan asas-asas yang telah disebutkan
dalam 4 pendekatan di atas. Penyampaian muatan keilmuan agama Islam mungkin tidak menyeluruh atau
tidak sangat mendalam, tetapi tetap harus dapat memberi hasil yang maksimal bagi pelajar dan siswa.
Sedangkan menurut SKB Mentri bahwasanya yang dimaksud dengan madrasah adalah lembaga
pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar, yang diberikan
sekurangkurangnya 30% di samping mata pelajaran umum. Sementara itu madrasah mencakup tiga
tingkatan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan SD, Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP
danMadrasah Aliyah setingkat SMA. Dan didalam mengembangkan kurikulum di Madrasah ini terdapat
beberapa langkah-langkah pokok yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum madrasah yang
meliputi empatlangkah, yaitu:
1. perumusan tujuantujuan institusional,
2. penentuan struktur program kurikulum,
3. penyusunan garis-garis besar program pengajaran, masing-masing dari setiap bidang studi, perumusan
tujuan-tujuan instruksional dan identifikasi pokok- pokok bahan yang dijadikan program pengajaran,
4. penyusunan dan penggunaan satuan pelajaran, program penilaian, program bimbingan dan
penyuluhan, program administrasi serta supervise [10, pp. 137-139].
Langkah-langkah tersebut di atas telah mendasari sifat-sifat dalam rangka pengembangan dan
pembaharuan pendidikan yang selaras dan sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Masalah-masalah
pokok yang dihadapi dalam pengembangan dan pembinaan kurikulum madrasah secara nasional agar
madrasah dapat menjalankan SKB dan mencapai cita-cita agama Islam dalam pembentukan insan yang
berkepribadian muslim, yang antara lain perlu diperhatikan adalah tentang ragam bidang studi yang akan
disampaikan di dalam suatu madrasah.
Dalam penyusunan kurikulum madrasah berdasarkan SKB tersebut,digunakan dua macam cara atau
strategi, yaitu strategi umum dan strategi khusus. Pada strategi umum, gagasan pokok ini dijadikan dasar
dalam pengembangan dan pembaharuan kurikulum, yaitu lulusan harus menjadi seorang muslim warga
negara yang baik, sanggup menyesuaikan diri di dalam masyarakat, bertanggungjawab, memiliki
keterampilan, kemampuan, pengetahuan umum agar anak didik mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hal ini merupakan salah satu yang dapat menunjukkan ciri khas antara warga negara yang memperoleh
pendidikan di madrasah. Gagasan pokok tersebut membawa akibat adanya klasifikasi aspek-aspek pada
pendidikan di madrasah, yaitu aspek-aspek pendidikan dasar atau umum yang dimaksudkan untuk membina
sebagai muslim warga negara yang baik, sesuai dengan pedoman dan pengamalan Pancasila, serta agar
memiliki kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan tingkat pendidikanya.
Kedua adalah aspek-aspek pendidikan khususyang dimaksudkan agar siswa sebagai muslim warga negara
yang baik, bertakwa kepada Allah Swt dan mengamalkan ajaran agamanya secara teguh agar tercapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

8
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

Dalam suatu negara bisa berkembang apabila pendidikan di dalam cukup baik, karana pendidikan
merupakan salah satu faktor penentu, dalam negara-negara maju yang pertama kali mereka titik tekankan
adalah bagaimana pendidikan itu berkembang, salah satu cara mereka mengembangkan kurikulum, karna
pendidikanbisa berkembang apabila kurikulumnya itu baik karena krikukulum meliputi rencana, tujuan, isi,
organisasi, strategi dalam pendidikan.
Adapun Pengembangan kurikulum adalah suatu proses perencanaan kurikulum, agar menghasilkan
rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian.
Berbagai komponen situasibelajar mengajar, antara lain menetapkan jadwal pengorganisasian kurikulum dan
spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, dan
garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Lembaga pendidikan di Indonesia yang mana memiliki keragaman yang bervariasi, mulai dari
pendidikan yang bernuansa tradisional hingga pendidikan yang bernuansa akan modernisasi. Setidaknya
terdapat tiga lembaga pendidikan yang dikenal masyarakat luas. Ketiga lembaga yang dimaksud adalah
pesantren, sekolah, dan madrasah. Masing-masing lembaga tentu mempunyai ciri khas tersendiri , memiliki
kurikulum yang berbeda antara kurikulum pesantren, madrasah maupun sekolah akan tetapi kurikulum
didalamnya intinya sama-sama mempelajari tentang ilmu agama Islam.Disamping itu kurikulum dari masing-
masing lembaga juga mengalami banyak perkembangan dengan seiringnya perkembangan zaman serta ilmu
dan teknologi.Dan saat inipun banyak terjadi proses pengembangan kurikulum di Pesantren, madrasah,dan
juga sekolah umum. Model pengembangan kurikulum adalah langkah sistematis dalam penyususnan
kurikulum. Alternatif prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan dan mengevaluasi suatu
kurikulum.model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
program pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan,
berdasarkan pada perkembangan teori dan praktek kurikulum.

B.SARAN

9
10

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Sugiana, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Implementasinya di MTs
Nurul Ummah Yogyakarta,” Jurnal Pendidikan AgamaIslam, vol. 16, no. 1, 2019.
[2] Didiyanto, “Paradigma Pengembangan Kurikulum PAI di Lembaga Pendidikan,”
Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 1, no. 2, 2017.
[3] H. P. Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2004), 31.
[4] M. A. Ma`arif, “Pola Pengembangan Kurikulum Pendidikan Pesantren Berkarakter: Studi
Implementasi Pendidikan Berkarakter di Pondok Pesantren Nurul Ummah Mojokerto,” Tadris,
vol. 13, no. 1, 2018),2.
[5] Dhevin MQ Agus PW, “Manajemen Pondok Pesantren dalam Mengintegrasikan Kurikulum
Pesantren dengan Pendidikan Formal,” Edu Islamika, vol. 5, no. 2,2013, 192.
[6] Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kebijakan Departemen Agama dalam
Peningkatan Mutu Madrasah di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pendais Departemen Agama,
2008), 3.
[7] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,Madrasah dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),11-12.
[8] A. Aly, Pendidikan Islam Mulltikulturalisme di Pesantren; Telaah Kurikulm Pondok Pesantren
Islam Assalam Surakarta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),184.
[9] A. Arifai, “Pengembangan Kurikulum Pesantren, Madrasah dan Sekolah,” JurnalTarbiyah Islamiyah,
vol. 3, no. 2, 2018), 15.
[10] Z. Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 137-139.
[11] A. Mustofa, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah dan
Sekolah. Jombang: STIT Urwatul Wutsq, 2001), 160.
[12] A. Majid and D. Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), 138.

10

Anda mungkin juga menyukai