Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “
Pengembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia” .
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurul Amin,
M.Pd.I
khususnya dan kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat untuk
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Perkembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia...................................................6
B. Pendidikan Agama sebelum Kemerdekaan...............................................................6
C. Pendidikan Agama Pasca Kemerdekan......................................................................8
D. Madrasah Era SKB 3 Menteri...................................................................................10
E. Bentuk Struktur Kurikulum Madrasah.....................................................................14
BAB III.................................................................................................................................21
PENUTUP............................................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madrasah sebagaimana sekolah merupakan bentuk lembaga penddidikan berbasis agama
yang sudah lama ada di negara Indonesia yang berupaya untuk mewujudkan kegiatan
belajar dan proses pembelajaran dengan tujuan agar para peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dalam dirinya agar memiliki life skill dengan bekal spiritual,
intelektual, kecerdasan emosional dan akhlak mulia, serta segala keterampilan yang
mungkin diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu, pendidikan
madrasah perlu diperhatikan dan diteliti lebih lanjut agar pendidikan di Indonesia semakin
lebih baik. Dalam sejarahnya, madrasah mengalami berbagai macam perkembangan
khususnya dari segi kurikulumnya dari awal berdirinya sistem pendidikan semacam
madrasah ini hingga sekarang.
Bagaimanapun juga, kurikulum merupakan pedoman utama pelaksanaan kegiatan
pelajaran dan pembelajaran yang memiliki peran cukup signifikan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum yang direncanakan dan dikembangkan dengan baik akan
menghasilkan pendidikan yang baik dan berkualitas. Demikian pula kurikulum yang
dikembangkan oleh madrasah ataupun sekolah semestinya juga relevan dengan kondisi
zaman dan kebutuhan masyarakat. Sebab kurikulum dibentuk dan dikembangkan guna
mencapai tujuan pendidikan, yaitu mempersiapkan peserta didik agar dapat hidup di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan peran sekolah atau madrasah yang sebenarnya yaitu
sebagai laboratorium kehidupan bermasyarakat, sehingga di kemudian hari peserta didik di
sekolah tersebut diharapkan telah mampu untuk berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan
masyarakat sesungguhnya.
Yang perlu untuk diperhatikan dalam melihat masalah ini, kurikulum madrasah di
Indonesia dianggap berperan yang sangat penting karena terdapat di dalamnya muatan
moral dan sikap beragama yang menjadikan peserta didik berkarakter yang baik (akhlak
karimah) dan mendapatkan pendidikan berdasarkan nilai-nilai Islam. Nilai-nilai ini
dianggap sangat penting karena menjadi core utama dari pendidikan Islam. Meskipun
model kurikulum madrasah maupun bentuk pendidikannya pernah mengalami
perkembangan dari sejak sebelum kemerdekaan dan pasca kemerdekaan hingga pada saat
ini. Perkembangan itu sejatinya berdasarkan atas kondisi dan situasi dengan harapan agar
para peserta didik madrasah dapat menghadapi perkembangan zaman serta menyiapkan
masa depan mereka dengan baik. Dengan mengetahui apa dan bagaimana bentuk
perkembangan itu dapat menjadikan pendidikan madrasah secara khusus dan pendidikan
nasional secara umum lebih baik dan lebih berkualitas lagi. Oleh karena itu mengetahui
perkembangan kurikulum madrasah di Indonesia perlu untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1- Mengetahui Perkembangan Kurikulum Di Indonesia
2- Mengetahui Pendidikan Agama Sebelum Kemerdekaan
3- Mengetahui Pendidikan Agama Pasca Kemerdekaan
4- Mengetahui Madrasah Era SKB 3 Menteri
5- Mengetahui Bentuk Struktur Kurikulum Madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
Namun, dalam kerangka sistem Pendidikan nasional keduanya berbeda. Sekolah dikenal
sebagai Lembaga Pendidikan tingkat dasar dan menengah yang kurikulumnya menitik
beratkan pada mata pelajaran umum, dan pengelolaannya berada dibawah nanungan
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan madrasah dikenal sebagai lembaga
Pendidikan keagamaan tingkat dasar dan menengah. Yang karenanya lebih menitik
beratkan pada mata pelajaran agama dan pengelolaanya menjadi tanggung jawab
departemen agama.
Madrasah ini meski pada waktu tertentu merupakan sekolah belanda, tetapi dapat
dikatakan Lembaga Pendidikan islam pertama di Indonesia yang memakai sistem klasikal,
lengkap dengan bangku meja dan papan tulis. Madrasah adabiyah selain memberikan
pelajaran agama juga memberikan pelajaran membaca dan menulis huruf latin dan ilmu
hitung.
Dipertegas oleh Sunyoto bahwa agama yang dianut oleh penghuni Nusantara pada zaman
dahulu adalah Kapitayan, yaitu suatu keyakinan yang menyembah sembahan utama yang
disebut Dzat Yang Maha Absolut atau disebut “Sanghyang Taya”.
Setelah agama Hindu dan Budha masuk, hampir mayoritas penduduk Jawa pada waktu itu
menganut ajaran Hindu ataupun Budha. Kemudian Islam datang dengan model ajaran
tauhid yang mirip dengan ajaran Kapitayan, sehingga ketika Islam datang dengan mudah
dapat diterima oleh masyarakat terutama masyarakat pesisir tempat berlabuhnya para
pendatang.
Berbagai macam bentuk dan metode dakwah dilakukan oleh para pendatang yang
beragama Islam tersebut untuk menglslamkan masyarakat Nusantara seperti melalui
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan kemudian melalui politik.
Pola pendidikan Islam di Nusantara pada awalnya melalui media dialog antara
pedagang (para pendatang yang beragama Islam) dan pembeli dari masyarakat sekitar,
juga melalui media lainnya seperti dengan cara dakwah bilhal (dengan menunjukkan sikap
dan kondisi) serta pendidikan di Surau, Masjid, rumah-rumah, pesantren (Jawa) dan
meunasah atau dayah (Aceh). Diantara lembaga-lembaga itu yang berperan menjadi pilar
utama dalam Perkembangan serta pendidikan Islam adalah surau, pesantren dan
meunasah. Disamping itu, penyebaran Islam juga dilakukan melalui media politik dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kerajaan Samudera Pasai pada abad 13 M dan
Kerajaan Islam Aceh Darussalam pada abad 15 M di Aceh, Kerajaan Islam Demak pada
abad 16 M., Kerajaan Islam Pajang (sebagai suksesor dari kerajaan Islam Demak), Kerajaan
Islam Mataram pada abad 16 M, Kerajaan Islam Cirebon pada abad ke-16 M., Kesultanan
Banten pada abad 16 M. dan Kerajaan Islam Banjar di Kalimantan Selatan pada abad 16 M.
1). Hubungan kerjasama antara umat Islam dan pemerintah semakin harmonis dan
membaik
3). Negara dan pemerintahan semakin aman dan stabil (hal ini terlihat dengan
dicanangkannya program P4 yang berdasarkan indikatornya menjadikan masyarakat
semakin rukun dan tentram).
Meskipun perhatian pemerintah cukup baik kepada pendidikan agama (madrasah dan
pesantren), namun pada awal tahun 1970-an banyak kebijakan pemerintah ORBA yang
terkesan berupaya untuk mengisolasi pergerakan madrasah dari sistem pendidikan
nasional. Hal ini dapat dilihat dengan diterbitkannya KEPRES No. 34 tahun 1972 dan
INPRES No. 15 tahun 1974 yang berisi tentang penyelenggaraan pendidikan umum dan
kejuruan sepenuhnya dibawah naungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang
berarti pendidikan madrasah tidak dianggap sebagai salah satu sistem pendidikan
nasional.
Pada tahun 1976, berdasarkan SKB 3 Menteri tersebut, Departemen Agama membuat
ketetapan standarisasi program dan kurikulum madrasah yang berimplikasi pada
persamaan nilai ijazah madrasah dengan ijazah sekolah umum sehingga ijazah madrasah
dapat digunakan untuk melanjutkan studi maupun pindah di sekolah umum yang
setingkat. Langkah ini berakibat pula kepada perubahan kurikulum madrasah yang
sebelumnya 60% agama dan 40% pengetahuan umum berubah menjadi 30% agama dan
70% pengetahuan umum.
Pasca dikeluarkannnya SKB Tiga Menteri tersebut, madrasah tidak dianggap lagi sebagai
lembaga pendidikan keagamaan saja namun juga setara dengan sekolah umum yang
mengkhususkan mata pelajaran agama sebagai pendidikan dasar.
E. Bentuk Struktur Kurikulum Madrasah
Bentuk Struktur Kurikulum madrasah adalah sebagaimana yang tertera didalam tabel
berikut:
Dan bentuk struktur kurikulum madrasah ini di ambil dari Struktur Kurikulum Pendidikan
menengah kelompok mata pelajaran wajib :
ALOKASI WAKTU
BELAJAR
MATA PELAJARAN PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 24 24 24
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per
Minggu 42 44 44
Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran
yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok
B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata
pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi
dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Beban belajar di SMA/MA untuk kelas X, XI, dan XII masing- masing
43 jam lebih belajar per-minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.
Kurikulum SMA/MA dirancang untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur
kurikulum memperrbolehkan peserta didik melakukan pilihan dalam
bentuk pilihan Kelompok Peminatan, pilihan Lintas Minat, dan atau
pilihan Pendalaman Minat.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu
Sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan Pendidikan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSAKA