T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Penulis juga sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis berharap saran dan kritik dari semua pihak
untuk kesempurnaan tugas selanjutnya. Dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan acuan nantinya
dalam kegiatan dimasa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................13
B. Saran................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
iii
A. Latar Belakang BAB I
PENNDAHULUAN
Awal mula lahirnya lembaga pendidikan Islam di Indonesia
dimulai dengan keberaadaan masjid, pesantren, Surau (langgar)
dan madrasah. Seiring dengan perkembangan zaman, maka fungsi
dari lembaga-lembaga tersebut mengalami pergeseran. Mungkin
saat ini hanya pesantren dan madrasah saja eksistensinya masih
berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam. Madrasah sendiri
adalah lembaga pendidikan Islam yang lahir dari kebutuhan
masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Eksistensi madrasah sendiri tidak lepas dari adanya
semangat pembaharuan pendidikan yang dipengaruhi oleh Islam di
Timur tengah dan merupakan respon terhadap kebijakan
pendidikan dari pemerintahan Hindia Belanda yang telah
mengembangkan pendidikan dengan sistem persekolahan terlebih
dahulu.
Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas
tentang Sejarah Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah, yangmana makalah ini terdiri dari beberapa sub
pembahasan, yaitu: 1) Definisi Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah, 2) Latar Belakang Berdirinya Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah, dan 3) Sejarah Berdiri dan Berkembangnya
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah ?
2. Bagaimanakah Latar Belakang Berdirinya Pendidikan
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ?
3. Bagaimanakah Sejarah dan Perkembangan Madrasah
Diniyah Takmiliyah Awaliyah di Indonesia ?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Latar Belakang Berdirinya
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah Sejarah dan
Perkembangan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah di
Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Masrullah, dkk. “Sejarah Sosial Dan Intelektual Pendidikan”. 2019, Batu : Literial
Nusantara. Hal. 238.
2
Kementrian Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah
Diniyah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2014), hlm.8
3
Ibid., hlm. 9.
6
B. Latar Belakang Berdirinya Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah
Hal yang melatar belakangi berdirinya Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah (MDTA) ialah keresahan sebagian orang tua
siswa, yang merasakan pendidikan agama di sekolah umum kurang
memadai untuk mengantarkan anaknya untuk dapat melaksanakan
ajaran Islam sesuai dengan yang diharapkan. Karena, untuk
mewujudkan kehidupan masyarakat yang berpegang teguh pada
moralitas agama tidak ada jalan lain kecuali mengembangkan
pendidikan agama dan keagamaan.4
Ada dua faktor yang melatar belakangi lahir dan tumbuhnya
madrasah di Indonesia, yakni faktor adanya respon terhadap politik
kolonial Belanda dan faktor munculnya pembaharuan pemikiran
keagamaan, yakni dengan munculnya gerakan pembaruan yang
dimotori oleh tokoh intelektual muslim diberbagai daerah dan
organisasi sosial keagamaan. Berkat dukungan politik pemerintah
Indonesia dan dengan dikeluarkannya keputusan bersama menteri serta
UU Sistem Pendidikan Nasional, maka semakin memperkuat posisi
madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.5
4
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gema
Windu, 2000), hlm.17
5
Dedi Sahputra Napitupulu. “Madrasah Ramah Lingkungan”. 2018, Medan : CV. Widya
Nugroho. Hal 197-198.
7
4. Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan
tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem
pendidikan dari hasil akulturasi.6
Hal ini dikarenakan begitu pentingnya arti dan peranan agama bagi
tata kehidupan perseorangan maupun masyarakat dalam rangka
pengembangan mentalitas anak bangsa. Dan pada hakikatnya,
pembelajaran pada Madrasah Diniyah bertujuan untuk memberikan
tambahan pengetahuan agama kepada siswa yang merasa kurang
menerima pelajaran agam di sekolah-sekolah umum. Karena Madrasah
Diniyah mengajarkan pengetahuan keislaman yang meliputi al-Quran,
al-Hadis, Fiqh, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, dan
Bahasa Arab.
6
Samsul Nizar. “Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara”. 2013,
Jakarta : Kencana. Hal 280.
8
ada madrasah yang mengaprosiasi sistem pendidikan belanda plus,
seperti muhammadiyah (1912) yang mendirikan banayk madrasah
yang salah satunya adalah Madrasah Diniyah.
a. Masa Penjajahan
Pada masa pemerintah kolonial Belanda Madrasah memulai
proses pertumbuhannya atas dasar semangat pembaharuan
dikalangan umat Islam. Kebijakan pemerintah Hindia Belanda
sendiri terhadap pendidikan Islam pada dasarnya bersifat
menekan karena kekhawatiran akan timbulnya militansi kaum
muslimin terpelajar.
Dalam banyak kasus sering terjadi guru-guru agama
dipersalahkan ketika menghadapi gerakan kristenisasi dengan
alasan ketertiban dan keamanan. Madrasah pada masa Hindia
Belanda mulai tumbuh meskipun memperoleh pengakuan yang
setengah-setengah dari pemerintah Belanda.
Kebijakan yang kurang menguntungkan terhadap
pendidikan Islam masih berlanjut pada masa penjajahan
7
Frederick J. Mc. Donald, Educatinal Psycology, (San Francisco: Wadsworth
Publishin Company, INC, 1959), hlm 21-22.
9
Jepang, meskipun terdapat beberapa modifikasi. Berbeda
dengan pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan Jepang
membiarkan dibukanya kembali madrasah-madrasah yang
pernah ditutup pada masa sebelumnya. Namun demikian,
pemerintah Jepang tetap mewaspadai bahwa madrasah-
madrasah itu memiliki potensi perlawanan yang
membahayakan bagi pendidikan Jepang di Indonesia.8
b. Madrasah Pada Masa Orde Lama.
Memasuki awal orde lama, pemerintah membentuk
departemen agama yang resmi berdiri pada Tanggal 3 Januari
1946. Lembaga inilah yang secara intensif memperjuangkan
pendidikan islam di Indonesia. Orientasi usaha departemen
agama dalam bidang pendidikan islam bertumpu pada aspirasi
umat islam agar pendidikan agama diajarkan di sekolah-
sekolah. Disamping Pada pengembangan madrasah itu sendiri.
Perkembangan Madrasah pada masa orde lama sejak awal
kemerdekaan sangat terkait dengan peran Departemen Agama
yang resmi berdiri pada tanggal 3 Januari 1946, dalam
perkembangan selanjutnya Departemen Agama
menyeragamkan nama, jenis dan tingkatan madrasah
sebagaimana yang ada sekarang. Madrasah ini terbagi menjadi
dua kelompok. Pertama, madrasah yang menyelenggarakan
pelajaran agama 30% sebagaimana pelajaran dasar dan
pelajaran umum 70%. Kedua, madrasah yang
menyelenggarakan pelajaran agama Islam murni yang disebut
dengan Madrasah Diniyah.
Dalam Undang- undang No. 4 tahun 1950 Jo No. 12 tahun
1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah
dalam pasal2 ditegaskan bahwa Undang-undang ini tidak
berlaku untuk pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah
agama. Dan dalam pasal 20 ayat 1 disebutkan bahwa
pendidikan agama di sekolah bukan masa pelajaran wajib dan
8
A. Rifqi Amin. “Perkembangan Pendidikan Agama Islam” . 2015, Yogyakarta : PT LkiS
Printing Cemerlang. Hal 29.
1
bergantung pada persetujuan orang tua siswa. Dengan
rekomendasi ini, madrasah tetap berada di luar sistem
pendidikan nasional, tetapi sudah merupakan langkah
pengakuan akan eksistensi madrasah dalam kerangka
pendidikan nasional.
Pada Tanggal 3 Desember 1960 keluar ketetapan MPRS no
II/MPRS/1960 tentanng “garis-garis besar pola pembangunan
nasional semesta berencana, tahapan pertama tahun 1961-
1969” ketetapan ini menyebutkan bahwa pendidikan agama
menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai di sekolah
rakyat sampai universitas-universitas negri,dengan pengertian
bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta, apabila wali murid
atau murid dewasa menyatakan keberatannya.
Namun demikian, dalam kaitannya dengan madrasah
ketetapan ini telah memberi perhatian meskipun tidak terlalu
berarti, dengan merekomondasikan agar madrasah hendaknya
berdiri sendiri sebagai badan otonom dibawah pengawasan
departemen pendidikan dan kebbudayaan.
c. Masa Orde Baru
Pada masa orde baru pemerintah mulai memikirkan
kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke dalam pendidikan
nasional. Berdasarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga
dimensi, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975,
Nomor 037/4 1975 dan Nomor 36 tahun 1975 tentang
peningkatan mutu pendidikan pada madrasah ditetapkan bahwa
standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum,
ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum
dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat
lebih atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah
umum yang setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat
melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi umum dan agama.
1
Pemerintah orde baru melakukan langkah konkrit berupa
penyusunan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, penegasan
definitif tentang madrasah diberikan melalui keputusan-
keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan dalam
kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter
keagamaannya. Melalui upaya ini dapat dikatakan bahwa
Madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem pendidikan
nasional.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ialah satuan
pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan agama Islam dengan masa
belajar empat tahun dengan sekurang-kurangnya 18 jam dalam
seminggu.
2. Hal yang melatar belakangi berdirinya Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah (MDTA) ialah keresahan sebagian orang
tua siswa, yang merasakan pendidikan agama di sekolah umum
kurang memadai untuk mengantarkan anaknya untuk dapat
melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan yang diharapkan.
3. Sejarah berdirinya madrasah, tidak lepas dari yang namanya
masjid, surau, langgar, pesantren karena hal itu merupakan
cikal bakal berdirinya madrasah. Madrasah telah marak di
Indonesia sebagai lembaga pendidikan sejak awal abad ke-20.
Pada masa penjajahan belanda, belanda membuat peraturan
yang menekan berkembangnya pendidikan Islam, pemerintah
membuat aturan yang melarang pendidikan agama diajarkan di
sekolah umum milik pemerintah dengan alasan pemerintah
bersikap netral. Lalu lahirlah madrasah dan sekolah umum
berciri khas islam atas respon dari kebijakan belanda tadi. Pada
masa penjajahan jepang, pemerintahan jepang lebih bersikap
terbuka dan membuka kembali sekolah atau madrasah yang
sebelumnya ditutup, namun pastinya ada tujuan dibalik hal
tersebut.
B. Saran
Penulis berharap kepada para pembaca agar bias memahami
tentang Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
termasuk sejarah muncul dan berkembangnya.
1
DAFTAR PUSTAKA