Anda di halaman 1dari 14

UJIAN SEMESTER GENAP PENDIDIKAN MDA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

NAMA : Muhammad Dzaky Hilmy Lubis NILAI

NIM : 0301162188

SEM/JUR : IV (EMPAT) / PAI-6

MATA KULIAH : Pendidikan MDA

DOSEN PENGUJI : Sabariah, M.Pd.I

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

1. Jelaskan makna pendidikan MDA, kedudukan, tujuan dan fungsinya, serta apa urgensinya
dipelajari di program studi anda?

JAWAB:

 Makna pendidikan MDA


Kata “madrasah” berasal dari bahasa arab sebagai keterangan tempat (dzaraf), dari
akar kata “darasa, yadrusu,darsan, dan madrasatan’. Yang mempunyai arti “tempat
belajar para pelajar” sedangkan kata “Midras” diartikan ‘buku yang dipelajari atau
“tempat belajar”. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang
berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran. Dari
pengertian ini maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau tempat belajar
ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang berkembang
pada zamannya.
Pengertian Madrasah Diniyah Awaliyah adalah satuan pendidikan keagamaan jalur
luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama islam tingkat dasar dengan
masa belajar 4 tahun, dan jumlah jam belajar 18jam seminggu. Madasah Diniyah
Awaliyah ini merupakan sub system dari system pendidikan Madrasah di
Indonesia yang didalamnya mempelajari dan mengkaji masalah-masalah
keagamaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Dan kurikulumnya
ditetapkan oleh departemen Agama. Dalam hal peluang bagi orang tua untuk
memberikan pendidikan keagamaan kepada anaknya sebab dari kecerdasan
spiritual inilah yang sangat menentukan baik atau tidaknya suatu tingkah laku anak
didik.
 Tujuan pendidikan MDA
1) Memberikan bekal kemampuan dasar bagi peserta didik untuk
mengembangkan, memperluas dalam mempelajari pendidikan islam yang
diperoleh pada jenjang MDTA.
2) Agar dapat mengembangkan dalam kehidupannya sebagai muslim yang
beriman, bertaqwa, beramal soleh, dan berakhlak karimah.
3) Membina peserta didik agar memiliki pengalaman, pengetahuan,
keterampilan, beribadah, sifat, sikap, dan perilaku terpuji yang berguna
bagi pengembangan pribadinya.
4) Dan agar peserta didik dapat membaca dan menulis al-qur’an.
 Fungsi pendidikan MDA
1) Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pendidikan agama
islam yang meliputi: al-qur’an hadits, praktik ibadah, fiqih, aqidah akhlak,
sejarah kebudayaan islam dan bahasa arab.
2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama islam bagi yang
memerlukan..
3) Membina hubungan kerja sama dengan orng tua dan masyarakat antara
lain: membantu membangun dasar yang kuat bagi pembangunan
kepribadian manusia Indonesia seutuhnya. Membantu mencetak warga
Indonesia bertaqwa terhadap tuhan yang maha esadan menghargai orang
lain.
4) Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman agama islam.
5) Melaksanakan tata usaha dan program pendidikan serta perpustakaan.
6) Berfungsi sebagai tempat mendidik dan memperdalam ilmu agama islam
juga berfungsi sebagai sarana untuk membina akhlak al karimah (akhlak
mulia) bagi anak yang kurang akan pendidikan agama islam disekolah-
sekolah umum.
 Pentingnya mempelajari pendidikan MDA dalam studi pendidikan agama islam
agar sekiranya menjadi bekal ilmu dalam mengajar dimadrasah serta menerapkan
disiplin keilmuaanya ketika menjadi pendidik di madrasah atau MDA, tidak hanya
itu saja dengan mempelajari pendidikan MDA ini dapat membentukan moral dan
membangun generasi muda yang islami,dimana dalam Madrasah Diniyah
Awaliyah ini peserta didik akan di didik sesuai dengan ajaran islam agar menjadi
generasi islam yang berkualitas dan berakhlak karimah. Peranan Madrasah Diniyah
Awaliyah dalam pengembangan pendidikan islam sangatlah diperlukan.
Pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah ini merupakan bagian dari system
pendidikan pesantren yang wajib dipelihara dan dipertahankan karena lembaga ini
telah terbukti mampu mencetak para ulama, ustadz, dan sejenisnya. Serta untuk
mengembangkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam
Al-qu’an dan As sunnah.
2. Jelaskan apa yang melandasi adanya pendidikan MDA dan bagaimana sejarah pendidikan
MDA di Indonesia dari jaman penjajahan, Orla dan Orba hingga sekarang?
JAWAB:
 Landasan Pendidikan MDA
1) Landasan religius
Islam memerintahkan belajar pada ayat yang diturunkan pada Rasulullah SAW.
oleh karena belajar itu utama dan saran terbaik mencerdaskan umat. Karena itu,
dengan adanya Pendidikan Diniyah Awaliyah, seorang anak akan diarahkan
untuk menjadi pribadi yang memiliki pondasi agama yang kuat dan terbentuk
pribadi anak yang berakhlakul karimah yang berpegang teguh kepada alquran
dan hadits.
2) Landasan yuridis
Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Awaliyah secara yuridis diatur dalam tata
perundangan Republik Indonesia. Sila pertama yang menyebutkan ketuhanan
yang maha esa memiliki makna bahwa agama dijadikan sebagai pembimbing
sekaligus keseimbangan hidup bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa lembaga
keagamaan seperti Madrasah Diniyah diakui sebagai tempat pembinaan mental
spiritual bangsa indonesi. Secara konstitusional dalam undang-undang RI Tahun
1945 pasal 29 ayat 2 negara menjamin kebebasan rakyatnya dalam
melaksanakan ajaran agamaNya, termasuk kebebasan belajar Madrasah
Diniyah. Kebebasan rakyatnya dalam melaksanakan ajaran agamaNya, termasuk
kebebasan belajar di madrasah diniyah. Sebagaimana juga terdapat dalam
undang-undang no. 55 tahun 2007 pasal 15, bahwa madrasah diniyah atau
pendidikan diniyah formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang
bersumber dari ajaran agama islam pada jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan
pada pasal 21 bahwa pendidikan diniyah non formal diselenggarakan dalam
bentuk pengajian kitab, majelis taklim, pendidikan al-qur’an,dan diniyah
takmiliyah.

 Pada masa penjajahan


Pada masa pemerintah kolonial belanda. Madrasah tumbuh atas dasar
semangat pembaharuan dikalangan umat islam. Pertumbuhan Madrasah
menunjukkan adanya pola respon umat islam yang lebih progresif tidak semata-
mata bersifat defensif terhadap pendidikan hindia belanda, kebijakan pemerintah
hindia belanda sendiri terhadap pendidikan islam pada dasarnya bersifat menekan
karena kekhawatiran akan timbulnya militansi kaum muslimin terpelajar. Dalam
banyak kasus sering terjadi guru-guru agama dipersalahkan ketika menghadapi
gerakan kristenisasi dengan alasan ketertiban dan keamanan.
Madrasah pada masa hindia belanda mulai tumbuh meskipun memperoleh
pengakuan yang setengah-setengah dari perintah belanda. Tetapi pada umumnya
madrasah-madrasah itu, baik di Minangkabau, jawa dan Kalimantan, berdiri
semata-mata karena kreasi tokoh dan organisasi tertentu tanpa dukungan dan
legitimasi dari pemerintah.
Pemerintah kolonial menolak eksistensi pondok pesantren dalam system
pendidikan yang hendak dikembangkan dihindia belanda. Kurikulum maupun
metode pembelajaran kegamaan yang dikembangkan di pondok pesantren bagi
pemerintah kolonial, tidak kompatibel dengan kebijakan politik etis dan
modernisasi di hindia belanda. Dibalik itu, pemerintah kolonial mencurigai peran
penting pondok pesantren dalam mendorong gerakan-gerakan nasionalisme dan
prokomerdekaan dihindia belanda.
Menyikapi kebijakan tersebut, tokoh-tokoh muslim di Indonesia akhirnya
mendirikan dan mengembangkan madrasah di Indonesia didasarkan pada tiga
kepentingan utama yaitu:
1. Penyesuaian dengan politik pemerintah kolonial
2. Menjembatani perbedaan system pendidikan keagamaan dengan system
pendidikan modern
3. Agenda modernisasi islam sendiri. Kebijakan yang kurang menguntungkan
terhadap pendidikan islam masih berlanjut pada masa penjajahan jepang,
meskipun terdapat beberapa modifikasi. Berbeda dengan pemerintahan hindia
belanda, pemerintahan jepang membiarkan dibukanya kembali madrasah-
madrasah yang penuh ditutup pada masa sebelumnya. Namun demikian,
pemerintah jepang tetap waspadai bahwa madrasah-madrasah itu memiliki
potensi perlawanan yang membahayakan bagi pendidikan di jepang di
Indonesia. Dalam undang-undang no. 4 tahun 1950 no 12 tahun 1954 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah dalam pasal 2 ditegaskan
bahwa undang-undang ini tidak berlaku untuk pendidikan dan pengajaran di
sekolah-sekolah agama. Dan dalam pasal 20 ayat 1 disebutkan bahwa
pendidikan agama di sekolah bukan masa pelajaran wajib dan bergantung pada
persetujuan orang tua siswa. Dengan rekomendasi ini, madrasah tetap berada
di luar system pendidikan nasional, tetapi sudah merupakan langkah
pengakuan akan eksistensi madrasah dalam kerangka pendidikan nasional.

 Pada masa orde lama


Madrasah pada awal masa kemerdekaan. Di awal kemerdekaan, tidak dengan
sendirinya madrasah dimasukkan kedalam system pendidikan nasional. Madrasah
memang tetap hidup, tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari
pemerintahan. Adanya perhatian pemerintah baru diwujudkan dengan PP NO. 33
tahun 1049 dan PP NO. 1 tahun 1946, no. 7 tahun 1952, no. 2 tahun 1960 dan
terakhir no. 3 tahun 1979 tentang pemberian bantuan kepada madrasah. Ditinjau
dari segi jenis madrasah berdasarkan kurikulum dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu: madrasah diniyah, madrasah SKB 3 mentri dan madrasah pesantren.
Madrasah diniyah adalah suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-
ilmu agama (diniyah).
Memasuki awal orde lama, pemerintah membentuk departemen agama yang
resmi berdiri pada tanggal 3 januari 1946. Lembaga inilah yang secara intensif
memperjuangkan pendidikan islam di Indonesia. Orientasi usaha departemen
agama dalam bidang pendidikan islam bertumpu pada aspirasi umat islam agar
pendidikan agama diajarkan sekolah-sekolah. Di samping pada pengembangan
madrasah itu sendiri. Salah satu perkembangan madrasah yang cukup menonjol
pada masa orde lama ialah: Di dirikan dan dikembangkan pendidikan guru agama
dan pendidikan hukum islam negri. Madrasah ini menandai perkembangan yang
sangat penting dimana madrasah dimaksudkan untuk mencetak tenaga-tenaga
profesioanal keagamaan, disamping mempersiapkan tenaga-tenaga yang siap
mengembangkan madrasah.
Pada tanggal 3 desember 1960 keluar ketetapan MPRS no II/MPRS/1960
tentang garis-garis pola pembangunan nasional semesta berencana, tahapan
pertama tahun 1961-1969” ketetapan ini menyebutkan bahwa pendidikan agama
menjadi mata pelajaran disekolah-sekolah mulai disekolah rakyat sampai
universitas negeri, dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta,
apabila wali murid atau murid dewasa menyatakan keberatannya. Namun
demikian dalam kaitannya dengan madrasah ketetapan ini telah memberi
perhatian meskipun tidak terlalu berarti, dengan merekomendasikan agar
madrasah hendaknya berdiri sendiri sebagai badan otonom dibawah pengawasan
departemen pendidikan dan kebudayaan.
 Pada masa orde baru
Pembinaan pemerintah terhadap madrasah
Usaha peningkatan dan pembinaan dalam pendidikan madrasah ini kembali
terwujud dengan adanya surat keputusan bersama (SKB) pada tahun 1975 yang
menegaskan bahwa yang dimaksud madrasah adalah lembaga pendidikan yang
menjadikan agama islam sebagai mata pelajaran dasar, yang diberikan sekurang-
kurangnya 30% disamping mata pelajaran umum.
1. Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan pendidikan dasar
2. Madrasah Tsanawiyah setingkat dengan sekolah menengah pertama
3. Madrasah aliyah setingkat dengan sekolah menengah atas.

Pembinaan dan pengembangan madrasah versi SKB tiga menteri terus


berlangsung dengan tujuan mencapai mutu yang diciptakan penyamaan madrasah dengan
sekolah umum tidak hanya dalam hal penjenjangan saja, namun juga dalam hal struktur
program dan kurikulum juga mengalami pembakuan dan penyeragamansetidaknya itu
diperkuat dengan terbitnya keputusan bersama menteri pendidikan dan kebudayaan dengan
menteri agama no. 0299/U/1984 dan no. 45 tahun 1984, tentang pengaturan pembakuan
kurikulum sekolah umumdan kurikulum madrasah. Perbedaan terlihat pada identitas
madrasah, yang menjadikan pendidikan dengan pelajaran agama sebagai mata pelajaran dasar
sekurang-kurang nya 30% disamping mata pelajaran umum. Pada masa orde baru pemerintah
mulai memikirkan kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke dalam pendidikan nasional.
Berdasarkan SKB (surat keputusan bersama).

 Masa pendidikan MDA saat ini


Departemen Agama mengakui bahwa setelah Indonesia merdeka sebagian
besar sekolah agama berpola madrasah diniyahlah yang berkembang menjadi
madrasah-madrasah formal. Dengan perubahan tersebut berubah pula status
kelembagaannya, dari jalur luar sekolah yang dikelola penuh oleh masyarakat
menjadi sekolah dibawaah pembinaan departemen Agama.
Berdasarkan undang-undang pendidikan dan peraturan pemerintah. Madrasah
Diniyah Awaliyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk
memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah diniyah
termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama
islam.
UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yang ditindaklanjuti dengan
disyahkannya Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan
keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di
Indonesia. Karena itu berarti Negara telah menyadari keanekaragaman model dan bentuk
pendidikan yang ada dibumi nusantara ini.

3. Jelaskan bagaimana azaz dan prinsip pendidikan MDA, beserta karakteristik pendidik dan
peserta didik dalam pendidikan MDA?
JAWAB:
 Asas Pendidikan MDA yaitu suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan MDA.
a) Asas Tut Wuri Handayani
b) Asas belajar sepanjang hayat (pendidikan seumur hidup)
c) Asas kemandirian dalam belajar
d)Asas sejarah (historis)
 Prinsip pendidikan MDA diantara nya yaitu pandangan yang mendasar terhadap
sesuatu yang menjadi sumber pokok al-quran dan hadits sehingga menjadi sebuah
konsep, nilai, dan asas dari pembangunan pendidikan madrasah diniyah awaliyah
serta pembentukan akhlakul karimah bagi peserta didik.
 Karakteristik pendidikan MDA adalah Madrasah Diniyah merupakan pelengkap
dari pendidikan formal. Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan
dimana saja. Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara
ketat. Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus, madrasah
diniyah waktunya relatif singkat, dan warga didiknya tidak harus sama, madrasah
diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam-macam.

4. Dalam penerapan pembelajaran, adanya prinsip dan struktur kurikulum, pengembangan


silabus/RPP, dan kompetensi lulusan. Hal ini sangat membantu tercapainya pelaksanaan
pembelajaran, anda diminta untuk menjelaskan apa saja yang dilakukan dalam menyusun
kurikulum dan kompetensi lulusan dalam penerapan pendidikan MDA, agar pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik. Jelaskan?

JAWAB:

 Menyusun kurikulum
Ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk menyusun kurikulum Madrasah Diniyah,
yaitu pengembangan, pada tiingkat lembaga, pengembangan pada program setiap
pelajaran dan penyusunan program pembelajaran di kelas.
1) Pengembangan pada tingkat lembaga pengembangan kurikulum pada
tingkat lembaga ini maksudnya adalah pengembangan pada sebuah satuan
pendidikan. Madrasah diniyah misalnya “ Madrasah Diniyah Awaliyah”
Madrasah Diniyah Wustho “ Madrasah Diniyah Ulya”. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh untuk pengembangan kurikulum pada tingkat ini
adalah merumuskan tujuan lembaga, dimulai dengan membuat atau
meninjau kembali visi-misi yang sudah ditetapkan sebelumnya.
2) Pengembangan program setiap mata pelajaran. Setelah mata pelajaran
ditetapkan dan struktur program tersusun, langkah berikutnya adalah
mengembangkan program setiap mata pelajaran. Pada masa lalu program
ini disusun dalam bentuk GBPP (garis-garis besar program pelajaran)
aktivitas, dirumuskan dengan kata-kata yang singkat, padat dan filosofis.
Misalnya terbentuknya pribadi muslim yang mulia, sedangkan untuk masa
sekarang program tersebut dinamakan silabus, yang disusun oleh sekolah
atau sekelompok sekolah. Untuk madrasah diniyah sampai saat ini belum
ada GBPP yang disusun oleh pemerintah pusat dan berlaku secara
nasional. Untuk itu lebih baik juga jika pengembangan program ini
berlangsung disusun ooleh madrasah atau sekelompok madrasah yang
memiliki karakter lingkungan yang sama atau hampir sama dalam bentuk
silabus.
3) Pengembangan program pembelajaran di kelas. Pengembangan kurikulum
pada tahap ini dilakukan oleh masing-masing guru/ustadz sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkanNya. Bahan yang harus dipersiapkan untuk
menyusun rencana pelaksanaan ppembelajaran (RPP).
 Kompotensi Lulusan
Standar kompotensi lulusan adalah:
a) Tujuan pendidikan ajaran islam tercantum dalam al-qur’an, sunnah rasul
maupun sejarah peradaban islam
b) Harapan masyarakat muslim, khususnya orangtua
c) Harapan madrasah diniyah jenjang berikutnya yang lebih tinggii
d) Menetapkan isi struktur program, yakni menetapkan mata pelajaran yang
akan diajarkan untuk mencapai visi misi dan standar kompotensi lulusan.
Perbedaan jenis dan jumlah mata pelajaran yang akan diajarkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan santri, tuntutan masyarakat, terutama
kalangan orang tua dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
era global ini. Sedangkan pembuatan struktur program berdasarkan pola
organisasi bahan yang dipilih, pelajaran al-qur’an, fiqih, ilmu tauhid, dan
sebagainya. Sedangkan jika memilih pola correlated maka dua disiplin
ilmu atau lebih, karena sejenis digabungkan menjadi satu pelajaran,
umpamanya Al-qur’an Hadits dan Aqidah Akhlak.

5. Jelaskan argumentasi anda tentang system dan model pendidikan MDA. Jelaskan pula
beberapa tahap evaluasi dalam pendidikan MDA :
a. Prinsip evaluasi
b. Sasaran evaluasi
c. Fungsi evaluasi
d. System evaluasi
e. Tahapan evaluasi

JAWAB:

 System dan model pendidikan MDA


Mengenai system pendidikan madrasah di Indonesia bhwa system pendidikan di
Indonesia mempunyai 3 model yaitu madrasah diniyahm madrasah SKB tiga
menteri, madrasah pesantren. Madrasah diniyah sepenuhnya mengajarkan agama
dan diatur oleh keputusan menteri agama tahun 1964 Madrasah ini mengenal 3
jenjang.
1) Madrasah Awaliyah pendidikan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk
memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik yang berusia dini
untuk dapat mengembangkan kehidupannya sebagai muslim yang beriman,
bertaqwa, dan beramal saleh serta berakhlak mulia dan menjadi warga
Negara yang berkepribadian, sehat jasmani dan rohaninya dalam menata
kehidupan masa depan. Jumlah jam 18jam pelajaran seminggu.
2) Madrasah Wustha, satuan pendidikan keagamaan jalur sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan agama islam tingkat menengah pertama
sebagai pengembangan yang diperoleh pada madrasah diniyah wustha
dengan masa belajar 2 tahun.
 Sasaran evaluasi pendidikan madrasah diniyah awaliyah ialah segala sesuatu yang
dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan. Salah satu cara untuk mengetahui
objek dari evaluasi ini adalah dengan jalan menyorotiNya dari tiga aspek, yaitu
input (kemampuan,kepribadian, sikap, dan intelegensi) transpromasi, dan output
(tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah
mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah
ditentukan. Ranah yang biasanya digunakan yaitu kognitif,afektif,dan psikomotor.
 Fungsi evaluasi adalah mengetahui tercapai tidak nya tujuan. Memberi umpan
balik bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran, untuk menentukan
kemajuan belajar, untuk mengenal peserta didik yang mengalami kesulitan. Untuk
menempatkan murid dalam situasi belajar yang tepat, dan bagi pendidik, untuk
mengatur proses pembelajaran. Bagi peserta didik untuk mengetahui kemampuan
yang telah dicapai, bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil tidaknya
pelaksanaan program.
 Prinsip evaluasi pendidikan MDA adalah keterpaduan, valid, berorientasi pada
kompotensi pesert didik, menyeluruh, adil dan objektif, terbuka, dan ikhlas dalam
memberikan ilmu kepada peserta didik.
 System evaluasi pendidikan MDA adalah untuk menguji daya kemampuan peserta
didik, mengetahui keimanan peserta didik dalam menuntut ilmu agama.
 Tahapan evaluasi pendidikan MDA adalah menentukan apa yang akan diukur.
Kemudian menganalisis dengan cepat tujuan yang akan dicapai dalam penilain
tersebut. Akhirnya ditentukan pula cara penafsiran hasil penilaian yang guru akan
mempeoleh hasil seperti yang diharapkan.

6. Bagaimana mengatur administrasi yang baik dalam struktur tata kelola pendidikan MDA,
dan apa yang harus diperhatikan dalam menyusun administrasi pendidikan MDA,?
Jelaskan!

JAWAB:

 Untuk Mengatur administrasi yang baik dalam struktur tata kelola pendidikan MDA
adalah:
a) Mengatur alat-alat pelajaran/peraga
b) Mengatur pemeliharaan kebersihan gedung dan keindahan halaman
sekolah, sarana olahraga dan lain-lain
c) Pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan kelengkapan Madrasah Diniyah
Takmiliyah
d) Mengatur inventaris tanah, gedung dan perlengkapan

 Yang harus diperhatikan dalam menyusun administrasi pendidikan adalah:


a) Berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan MDT sebagai pendidikan
keagamaan melalui realisasi kurikulum
b) Praktis, administrasi bersifat efisien dan efektif Informative dan produktif,
administrasi berfungsi sebagai sumber informasi yang memperkuat upaya
peningkatan pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran.

7. Bagaimana pandangan anda tentang urgensi pendidikan MDA dalam dunia pendidikan dan
pengajaran, berikan argumentasi anda!

JAWAB:

 Urgensi pendidikan MDA ialah;


a) Menurut Abdul Latif pendidikan MDA ini menyempurnakan kekurangan
pendidikan agama di sekolah-sekolah formal setingkat SD. Karenanya, kehadiran
MDA ini menjadi sangat penting untuk memperkuat akidah dan akhlak anak-
anak.
b) Menurut Menteri Agama madrasah diniyah awaliyah ini dapat membantu
masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah, sistematis dan terstruktur.
Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki keluasan untuk mengembangkan
isi pendidikan, pendekatan dan muatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan
lingkungan masyarakat.
c) Jadi, menurut saya urgensi dalam pendidikan MDA adalah menyempurnakan
pendidikan agama di sekolah formal setingkat SD dan dapat membantu
masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan agama yang terarah, sistematis,
dan terukur. Maka, kehadiran MDA sangatlah penting untuk memperkuat ilmu
agama serta memperkuat akidah dan akhlak anak yang berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadist.

8. Ketika sebuah kebijakan telah dihasilkan, berupa peraturan ataupun ketentuan yang
berkaitan dengan pendidikan MDA tidak berjalan dengan baik sebagaimana mestinya,
adakah tindakan yang dapat anda lakukan sebagai seorang yang mengerti tentang program
pendidikan MDA? Jelaskan!

JAWAB:

Jika saya sebagai seseorang yang mengerti tentang program pendidikan MDA, dan melihat
pendidikan MDA tidak berjalan dengan baik seperti yang telah di tentukan maka saya
akan melakukan tindakan tindakan sebagai berikut:
a) Saya akan mengingati kepada pihak MDA yang berkaitan agar menerapkan
pendidikan MDA sesuai peraturan dan ketentuan yang telah di putuskan.
b) Saya akan mengajak untuk memperbaiki system yang tidak berjalan dengan
semestinya, serta memberitahu atau menjelaskan bagaimana sebenarnya system yang
telah di tentukan tersebut.
c) Saya akan ikut berpartisipasi dalam MDA tersebut untuk memperbaikinya kembali,
karena berkaitan dengan pendidikan agama. Dan itu wajib bagi kita untuk ikut terjun
serta peduli terhadap pendidikan anak-anak.

9. Program pendidikan MDA setara dengan pendidikan luar sekolah, seperti apakah idealnya
pendidikan MDA, jika anda adalah sebagai penggeraknya? Jelaskan!

JAWAB:

Pendikan MDA yang ideal adalah yang sesuai berdasarkan undang-undang pendidikan dan
peraturan pemerintah. Madrasah Diniyah Awaliyah adalah bagian terpadu dari pendidikan
nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah diniyah
termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan
peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama islam.

UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yang ditindaklanjuti dengan
disyahkannya Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan
keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di
Indonesia. Karena itu berarti Negara telah menyadari keanekaragaman model dan bentuk
pendidikan yang ada dibumi nusantara ini.

Jadi, sekurangnya pendidikan MDA yang ideal adalah sesuai undang-undang yang telah di
tetapkan pemerintah kita. Jika sesuai itu juga yang kita jalankan maka InsyaAllah
pendidikan MDA yang ideal akan terlaksana sebagaimana mestinya.

10.Bagaiamana upaya anda dalam membumikan setiap materi pokok dalam mata kuliah
Pendidikan MDA dalam berbagai aspek kehidupan, jika anda adalah sebagai guru MDA
yang professional dan proforsional?

JAWAB:

Jika saya sebagai guru MDA yang professional dan proforsional serta yang mengerti
bagaimana hakikatnya pendidikan MDA tersebut maka cara saya dalam membumikan
setiap materi pokok dalam mata kuliah pendidikan MDA ini adalah menerapkan seluruh
materi-materi pokok yang telah dipelajari dalam mata kuliah MDA ini kepada peserta
didik saya. Serta menerapkan dalam kehidupan sehari hari dan menerapkan keseluruhan
disiplin ilmu MDA yang telah saya kuasai sesuai peraturan pemerintahan serta yang
berdasarkan Al-Qur’an dan hadist.

Anda mungkin juga menyukai