PENDAHULUAN
1
2
8 juta lebih (Pendis, 2014: 14). Pendidikan ini membentuk anak didik yang cerdas,
berilmu, dan berakhlak mulia dan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan yang
merupakan bagian dari mencerdaskan anak didik juga membentuk anak didik yang
berakhlak mulia.
Pendidikan madrasah adalah pendidkan yang berdasarkan pada Al-quran dan
Al-hadits, sumber itu menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baik penciptaan. Manusia dalam Al-quran ada yang menggunakan terma al-
insan menunjuk manusia yang memiliki kualifikasi akhlak yang baik, sementara itu
ada pula istilah al-basyar adalah manusia yang buruk akhlaknya (Ibnu Rusydi,
2014: 19). Manusia yang berakhlak dalam pendidikan nasional selalu menjadi misi
utama hanya saja di Undang-undang Pendidikan Nasional tahun 1989,
menggunakan budi pekerti atau manusia baik maka dalam UU No. 20 tahun 2003
menggunakan istilah akhlak mulia. Dalam wujudnya masalah akhlak ini di
pendidikan SD hingga pendidikan tinggi misalnya bagian dari pelajaran pendidikan
agama Islam.
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang awalnya hanya memberikan
pelajaran agama islam pada tingkat dasar dan tingkat menengah. Lembaga
pendidikan ini berawal berdiri Madrasah Adabiyah, di Padang yang saat ini telah
berkembang di seluruh Indonesia (Maksum, 1999: 99)
Pendidikan madrasah terdiri dari tiga jenjang pendidikan formal yaitu
ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Selain itu madrasah juga mengembangkan
madrasah kejuruan untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja dan memiliki
keahlian khusus di bidang tertentu. Perkembangan kedudukan madrasah dalam
Sisdiknas juga menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih meluas dan
berkembang secara merata. Jumlah madrasah dan daya jangkau madrasah di
pelosok negeri lebih banyak dibandingkan sekolah umum. Jumlahnya yang begitu
banyak dan merata menjadikan akses masyarakat untuk pendidikan semakin
mudah. Karenanya madrasah dapat mendorong pencapaian program pemerintah
dalam penuntasan wajib belajar 9 tahun menjadi tercapai.
Selain itu, kontribusi madrasah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan pembentukan akhlak peserta didik juga cukup besar. Sebagai pusat
pembelajaran, madrasah memiliki peran konservatif dan sosialisasi ilmu agama
3
Peneliti mengajar 2 angkatan kelas, yaitu kelas xi dan xii. Di hari pertama,
peneliti mengajar di kelas XI MIPA 1 dan 2 juga XI IPS 1 dan 2 yang bangunan
nya terletak di dekat gedung sekolat MTs Mande yang tidak jauh dari gedung utama
Madrasah Aliyah Mande. Selama praktik mengajar berlangsung, peneliti
menemukan beberapa siswa yang tiduran ke meja, kemudian peneliti mencoba
menegur dengan baik agar siswa fokus memperhatikan peneliti dalam penyampaian
materi Al-Qur’an Hadits. Kemudian di pertemuan selanjutnya, peneliti menemukan
kembali sikap dan perilaku siswa yang tidak mencerminkan perilaku atau akhlak
yang baik yang seharusnya tercermin dari siswa madrasah. Perilaku siswa tersebut
ialah tisak memperhatikan pengajar yang sedang menyampaikan materi dan
mengobrol dengan teman sebangku nya ketika pembelajaran berlangsung. Bukan
hanya itu, ada juga siswa yang berteriak lantang bercanda dengan teman nya.
4
Selain itu, di hari selanjutnya ketika waktu istirahat tiba tepat pukul 10.00,
peneliti membeli makanan di warung dekat sekolah, peneliti menemukan beberapa
siswa kela xi sedang asik merokok di waktu tersebut. Hal demikian juga
mencerminkan siswa tidak mempunyai akhlak yang baik, yang mana hal tersebut
tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa, apalagi memakai almamater dan juga di
waktu sekolah. Beberapa siswa tersebut terkaget dan langsung menyembunyikan
rokok nya ketika peneliti melihat hal tersebut.
Juga selain dari pada itu, peneliti menilai bahwa kurang adanya perhatian dan
peran dari pendidik yaitu Guru Agama Islam terkhusus guru akidah akhlak sendiri
yang menjadi tanggung jawab terhadap terlaksana nya proses pembentukan dan
penanaman akhlak peserta didik yang menjadi visi dan misi utama Madrasah.
Peneliti menganggap bahwa semua akhlak dan sikap yang ditunjukan oleh
siswa menjadi permasalahan yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh peserta
didik karena bertolak belakang dengan tujuan, visi dan misi lembaga, yaitu
Madrasah. Kemudian, hal tersebut menjadi evaluasi Pendidik bagaimana hal
tersebut bisa terjadi dan mencari solusi agar tujuan pendidikan agama islam dalam
hal ini proses penanaman juga pembentukan akhlak siswa bisa terwujud.
5
1.3.3. Apa faktor Pendukung dan Penghambat Peran Guru Agama Islam
dalam Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa Kelas XI MA
Al-Mukhtariyah Mande?
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.3. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan Penghambat Peran Guru
Agama Islam dalam Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa
Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande.
1.6.3. Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini menjelaskan metode
dalam penelitian yang sedang diteliti dalam skripsi ini yaitu penelitian
lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Berdasarkan pada tujuan
penelitian serta hasil yang ingin dicapai yang cenderung untuk memperoleh
pemahaman mendalam tentang hal yang dikaji, menggambarkan teori, dan
bagaimana menggambarkan realitas terhadap sasaran yang dikaji.
1.6.4. Bab IV Temuan Dan Pembahasan. Bab ini memaparkan dua hal
utama, yakni 1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan data dengan
bentuk menyesuaikan dengan rumusan masalah penelitian, dan 2) pembahasan
dan analisis temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan Pemaparan temuan dan pembahasan dapat dipisahkan atau
digabungkan.
1.6.5. Simpulan dan Rekomendasi. Bab ini berisi tentang simpulan dan
rekomendasi yang menyajikan penafsiran hasil pembahasan dan analisis temuan
8
yang memberikan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian
tersebut. Alternatif penulisan simpulan dapat menggunakan cara butir demi
butir atau dengan cara uraian padat Penulisan dengan ara uraian padat dipandang
lebih baik karena simpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan
masalah dan tidak lagi mencantumkan angka ataupun hasil uji statistik.
Rekomendasi ditulis setelah simpulan yang dapat ditujukan pada para pembuat
kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian, pada peneliti berikutnya yang
berminta untuk melakukan penelitian elanjutnya dan kepada pemecahan masalah
di lapangan sebagai dak lanjut hasil penelitian.