Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Terbentuknya akhlak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan
pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
di perlukan dirinya dan masyarakat (Nurfuadi, 2012: 18).
Berdasarkan kutipan di atas, maka terbentuknya akhlak yang baik merupakan
salah satu sasaran pendidikan yang menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Guru
sebagai suri tauladan dan menjadi penentu keberhasilan menanamkan akhlak,
bukan hanya dengan mengajarkan materi, tetapi juga memberi bimbingan, latihan,
dan teladan kepada siswa.
Guru Agama Islam mempunyai tugas dan tanggung jawab ganda yaitu selain
mengajar dan membelajarkan pengetahuan agama Islam kepada siswa, ia juga
bertanggung jawab membina dan mengarahkan kepribadian siswa agar menjadi
anak yang bertaqwa, saleh berkepribadian luhur dan sopan santun.
Menanaman akhlak merupakan proses yang dilakukan secara terencana, dan
berkesinambungan melalui pemberian materi, latihan, bimbingan dan keteladanan.
Menanamkan akhlak juga memerlukan waktu yang lama serta dukungan
lingkungan yang menunjang.
Di zaman globalisasi ini, majunya ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi yang sangat masif memiliki dampak positif maupun negatif. Karena itu,
pendidikan islam termasuk madrasah harus menyiapkan peserta didik atau siswa
nya memiliki akhlak atau karakter yang mampu mengimbangi kemajuan dan
beradaptasi dalam perubahan zaman.
Pendidikan madrasah salah satu pilar penting untuk membangun generasi
bangsa, mereka hidup di era tantangan yang kompleks di era globalisasi atau era
digital 4.0 dengan berbagai fenomena global telah hadir di hadapannya. Pendidikan
madrasah bagian dari jenis pendidikan islam selain pendidikan pesantren,
pendidikan diniyah, pendidikan madrasah ini jumlah anak didiknya dalam kisaran

1
2

8 juta lebih (Pendis, 2014: 14). Pendidikan ini membentuk anak didik yang cerdas,
berilmu, dan berakhlak mulia dan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan yang
merupakan bagian dari mencerdaskan anak didik juga membentuk anak didik yang
berakhlak mulia.
Pendidikan madrasah adalah pendidkan yang berdasarkan pada Al-quran dan
Al-hadits, sumber itu menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baik penciptaan. Manusia dalam Al-quran ada yang menggunakan terma al-
insan menunjuk manusia yang memiliki kualifikasi akhlak yang baik, sementara itu
ada pula istilah al-basyar adalah manusia yang buruk akhlaknya (Ibnu Rusydi,
2014: 19). Manusia yang berakhlak dalam pendidikan nasional selalu menjadi misi
utama hanya saja di Undang-undang Pendidikan Nasional tahun 1989,
menggunakan budi pekerti atau manusia baik maka dalam UU No. 20 tahun 2003
menggunakan istilah akhlak mulia. Dalam wujudnya masalah akhlak ini di
pendidikan SD hingga pendidikan tinggi misalnya bagian dari pelajaran pendidikan
agama Islam.
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang awalnya hanya memberikan
pelajaran agama islam pada tingkat dasar dan tingkat menengah. Lembaga
pendidikan ini berawal berdiri Madrasah Adabiyah, di Padang yang saat ini telah
berkembang di seluruh Indonesia (Maksum, 1999: 99)
Pendidikan madrasah terdiri dari tiga jenjang pendidikan formal yaitu
ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Selain itu madrasah juga mengembangkan
madrasah kejuruan untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja dan memiliki
keahlian khusus di bidang tertentu. Perkembangan kedudukan madrasah dalam
Sisdiknas juga menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih meluas dan
berkembang secara merata. Jumlah madrasah dan daya jangkau madrasah di
pelosok negeri lebih banyak dibandingkan sekolah umum. Jumlahnya yang begitu
banyak dan merata menjadikan akses masyarakat untuk pendidikan semakin
mudah. Karenanya madrasah dapat mendorong pencapaian program pemerintah
dalam penuntasan wajib belajar 9 tahun menjadi tercapai.
Selain itu, kontribusi madrasah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan pembentukan akhlak peserta didik juga cukup besar. Sebagai pusat
pembelajaran, madrasah memiliki peran konservatif dan sosialisasi ilmu agama
3

khususnya dari kalangan sunni (Armai, 2004:198). Madrasah memiliki peran


penting dalam proses pembentukan akhlak, transmisi ilmu dan upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pendidikan di madrasah yang memadukan kehidupan akademik dengan
kehidupan sosial dengan bekal pendidikan agama yang lebih dari pendidikan umum
dari orang yang tinggal di lingkungannya. Hal ini menjadi nilai lebih dimana
madrasah tidak hanya menawarkan peserta didiknya memiliki kematangan
intelektual semata melainkan juga memiliki kematangan mental dan spiritual.
Pendidikan di madrasah secara intensif dibekali dengan pendidikan keagamaan baik
secara teori maupun praktik sehingga madrasah dapat menjadi alternatif pendidikan
ditengah runtuhnya nilai dan norma agama yang terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu, pemaparan diatas memantik peneliti untuk memilih dan
memfokuskan penelitian ini terhadap proses pembentukan dan penanaman akhlak
pada peserta didik juga Peran Guru Agama Islam di dalam nya.
Berdasarkan observasi peneliti selama melaksanakan program wajib Kampus
yaitu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di MA Al-Mukhtariyah Mande pada
bulan oktober 2022. Peneliti melaksanakan PPL di Madrasah Aliyah Al-
Mukhtariyah Mande selama kurang lebih 30 hari. Dalam kegiatan PPL tersebut,
peneliti mengambil mata pelajaran dibawah rumpun Pendidikan Agama Islam yaitu
Al-Qur’an dan Hadits.

Peneliti mengajar 2 angkatan kelas, yaitu kelas xi dan xii. Di hari pertama,
peneliti mengajar di kelas XI MIPA 1 dan 2 juga XI IPS 1 dan 2 yang bangunan
nya terletak di dekat gedung sekolat MTs Mande yang tidak jauh dari gedung utama
Madrasah Aliyah Mande. Selama praktik mengajar berlangsung, peneliti
menemukan beberapa siswa yang tiduran ke meja, kemudian peneliti mencoba
menegur dengan baik agar siswa fokus memperhatikan peneliti dalam penyampaian
materi Al-Qur’an Hadits. Kemudian di pertemuan selanjutnya, peneliti menemukan
kembali sikap dan perilaku siswa yang tidak mencerminkan perilaku atau akhlak
yang baik yang seharusnya tercermin dari siswa madrasah. Perilaku siswa tersebut
ialah tisak memperhatikan pengajar yang sedang menyampaikan materi dan
mengobrol dengan teman sebangku nya ketika pembelajaran berlangsung. Bukan
hanya itu, ada juga siswa yang berteriak lantang bercanda dengan teman nya.
4

Dengan hal tersebut, peneliti sebagai pengajar memberikan hukuman yang


membangun yaitu siswa di suruh untuk menjelaskan kembali materi yang telah
disampaikan, alhasil siswa terpaksa dan sedikit malu kemudian berani mengakui
kesalahan nya.

Selain itu, di hari selanjutnya ketika waktu istirahat tiba tepat pukul 10.00,
peneliti membeli makanan di warung dekat sekolah, peneliti menemukan beberapa
siswa kela xi sedang asik merokok di waktu tersebut. Hal demikian juga
mencerminkan siswa tidak mempunyai akhlak yang baik, yang mana hal tersebut
tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa, apalagi memakai almamater dan juga di
waktu sekolah. Beberapa siswa tersebut terkaget dan langsung menyembunyikan
rokok nya ketika peneliti melihat hal tersebut.

Kemudian, pertemuan selanjutnya peneliti memberikan tugas terhadap siswa


kelas xi untuk mempresentasikan tugas kelompok yaitu menjelaskan isi kandungan
Al-Qur’an dan hadits tentang tugas manusia di Bumi. Ketika siswa dari perwakilan
kelompok sedang mempresentasikan materi, teman nya mengolok, kerena dianggap
kesalahan dan jelek dalam penyampaian nya. Juga selain itu, juga peneliti
menemukan siswa yang saling mengolok dan menyebut nama orang tuanya. Hal
demikian kesekekian kalinya peneliti menemukan sikap dan perilaku siswa yang
masih jauh dari nilai akhlak yang seharusnya menjadi nilai yang tertanam kuat pada
diri siswa madrasah.

Juga selain dari pada itu, peneliti menilai bahwa kurang adanya perhatian dan
peran dari pendidik yaitu Guru Agama Islam terkhusus guru akidah akhlak sendiri
yang menjadi tanggung jawab terhadap terlaksana nya proses pembentukan dan
penanaman akhlak peserta didik yang menjadi visi dan misi utama Madrasah.

Peneliti menganggap bahwa semua akhlak dan sikap yang ditunjukan oleh
siswa menjadi permasalahan yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh peserta
didik karena bertolak belakang dengan tujuan, visi dan misi lembaga, yaitu
Madrasah. Kemudian, hal tersebut menjadi evaluasi Pendidik bagaimana hal
tersebut bisa terjadi dan mencari solusi agar tujuan pendidikan agama islam dalam
hal ini proses penanaman juga pembentukan akhlak siswa bisa terwujud.
5

Karena nya, peneliti memberikan saran adanya perhatian dan penekanan


terhadap proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai akhlak mulia yang
dilakukan oleh pendidik atau Guru Agama Islam, hal tersebut sangat penting karena
itu menjadi tujuan, visi dan misi Madrasah juga itu dapat menambah pengetahuan
siswa mengenai akhlak mulia yang harus di aplikasikan dalam kehidupannya
karena merupakan suatu amalan yang di perintahkan Allah Swt untuk berakhlak
mulia sesuai dengan contoh yang telah diberikan oleh nabi Muhammad Saw mulai
dari akhlak yang paling khusus sampai kepada cara berakhlak yang secara umum
dalam proses belajar di sekolah, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini seharusnya Guru Agama Islam memiliki peranan penting dalam penanaman
akhlak mulia kepada siswa untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia.

Berangkat dari permasalahan diatas, maka peneliti mengambil judul


penelitian “Peran Guru Agama Islam dalam Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Mulia
pada Siswa Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande”

1.2. Fokus Masalah Penelitian


Penelitian ini berfokus pada Peran Guru Agama Islam dalam Intenalisasi
Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Siswa Kelas XI Madrasah Al-Mukhtariyah Mande.
1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu :

1.3.1. Bagaimana Peran Guru Agama Islam dalam Internalisasi Nilai-Nilai


Akhlak Mulia pasa Siswa Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande?

1.3.2. Bagaimana Proses Internalisasi nilai-nilai Akhlak Mulia pada Siswa


Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande?

1.3.3. Apa faktor Pendukung dan Penghambat Peran Guru Agama Islam
dalam Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa Kelas XI MA
Al-Mukhtariyah Mande?

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1.4.1. Untuk mengetahui Bagaiman Peran Guru Agama Islam dalam


6

Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa Kelas XI MA Al-


Mukhtariyah Mande.

1.4.2. Untuk mengetahui Bagaiman proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak


Mulia pada Siswa Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande.

1.4.3. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan Penghambat Peran Guru
Agama Islam dalam Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa
Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara


teoritis maupun praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu pengetahuan mengenai peranan guru pendidikan agama
islam dalam penanaman nilai-nilai akhlak mulia siswa.

1.5.2. Manfaat Secara Praktis

1.5.2.1. Bagi Pihak Sekolah


Bagi pihak sekolah sebagai bahan masukan kepada pengelolah
sekolah dalam pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan.

1.5.2.2. Bagi Guru


Sebagai bahan masukan bahwa tugas guru bukanlah sekedar
mentransfer ilmu kepada siswa melainkan menjadi seorang
pembimbing pengarah pembina serta menjadi suri tauladan yang baik
bagi siswa.

1.5.2.3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menyebarluaskan informasi


terkait Peran Guru Agama Islam dalam Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak
Mulia pasa Siswa Kelas XI MA Al-Mukhtariyah Mande dan
memperoleh pengalaman langsung dengan adanya bimbingan dan
arahan dari guru.
7

1.5.2.4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengalaman secara langsung untuk peneliti serta menjadi sarana yang
bermanfaat.

1.6. Struktur Organisasi

1.6.1. Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi latar belakang


penelitian, fokus masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi serta
memberikan gambaran secara umum tentang Peran Guru Agama Islam
dalam Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa Kelas XI MA Al-
Mukhtariyah Mande.

1.6.2. Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini menguraikan pembahasan


prosedur temuan dan subjek yang relevan, untuk digunakan dalam
menjelaskan masalah yang diteliti, berisi Peran Guru Agama Islam dalam
Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia pasa Siswa Kelas XI MA Al-
Mukhtariyah Mande.

1.6.3. Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini menjelaskan metode
dalam penelitian yang sedang diteliti dalam skripsi ini yaitu penelitian
lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Berdasarkan pada tujuan
penelitian serta hasil yang ingin dicapai yang cenderung untuk memperoleh
pemahaman mendalam tentang hal yang dikaji, menggambarkan teori, dan
bagaimana menggambarkan realitas terhadap sasaran yang dikaji.
1.6.4. Bab IV Temuan Dan Pembahasan. Bab ini memaparkan dua hal
utama, yakni 1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan data dengan
bentuk menyesuaikan dengan rumusan masalah penelitian, dan 2) pembahasan
dan analisis temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan Pemaparan temuan dan pembahasan dapat dipisahkan atau
digabungkan.
1.6.5. Simpulan dan Rekomendasi. Bab ini berisi tentang simpulan dan
rekomendasi yang menyajikan penafsiran hasil pembahasan dan analisis temuan
8

yang memberikan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian
tersebut. Alternatif penulisan simpulan dapat menggunakan cara butir demi
butir atau dengan cara uraian padat Penulisan dengan ara uraian padat dipandang
lebih baik karena simpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan
masalah dan tidak lagi mencantumkan angka ataupun hasil uji statistik.
Rekomendasi ditulis setelah simpulan yang dapat ditujukan pada para pembuat
kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian, pada peneliti berikutnya yang
berminta untuk melakukan penelitian elanjutnya dan kepada pemecahan masalah
di lapangan sebagai dak lanjut hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai