Anda di halaman 1dari 12

METODE PEMBELAJARAN QUDWAH, QISHAH, TARGIB

WA TARHIB, MAU’IZDAH DAN ‘IQAB DALAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
TIK dan Desain Pembelajaran PAI

oleh:
Neneng Fauziah (222621235)
Apipi (222621237)

Dosen Pengampu:
Dr. Aspandi, M.H
Dr. Hidayatullah,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023
METODE PEMBELAJARAN QUDWAH, QISHAH, TARGIB WA
TARHIB, MAU’IZDAH DAN ‘IQAB DALAM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM

A. PENDAHULUAN

Hasil belajar siswa adalah perubahan yang terjadi setelah mengikuti suatu
proses pembelajaran, baik berupa nilai atau pun tingkahlaku. maksudnya
perubahan tersebut adalah, perubahan yang positif terhadap diri siswa seperti tidak
tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak baik menjadi baik, serta
mampu membedakan antara hak dan bathil juga mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun realita yang terjadi begitu banyak siswa, yang tidak mengerti
dengan apa yang ia pelajari,contohnya masih banyak siswa yang melanggar
perintah Allah SWT,dan mengerjakan larangan Allah SWT
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru tidak menggunakan
metode yang khas dan menarik. Guru hanya menggunakan satu metode yaitu
metode ceramah, ketika menyampaikan materi guru tidak memperhatikan
kedidiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran, juga tidak menanyakan
kepamahaman siswa dan tidak mengevaluasi siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung.
Salah satu problematika mendasar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di
era modern ini adalah masalah kedisiplinan. Secara sederhana, kedisiplinan berarti
sikap taat dan patuh terhadap peraturan atau tata tertib yang ada. Sebaliknya,
ketidakdisiplinan berarti sikap mealnggar sikap melanggar, membangkang, dan
tidak patuh terhadap peraturan atau tata tertib yang ada. Dewasa ini, kita rasakan
sangat banyak terjadi ketidakdisiplinan dalam berbagai bidang kehidupan, mulai
dari dunia kerja, pendidikan, pemerintahan, keagamaan, serta bidang kehidupan
yang lain. Perbuatan-perbuatan tidak disiplin tersebut diantaranya adalah
pelanggaran lalu lintas, siswa membolos saat jam pelajaran, mahasiswa yang titip
absen, pegawai negeri yang membolos saat jam kerja, hingga pejabat yang
korupsi.

1
Di dalam UUSPN No.2/1989 pasal 29 ayat (2) ditegaskan bahwa isi
kurikulum setiap jenis jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat antara lain
Pendidikan Agama. Dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa Pendidikan
Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang
bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasionsal. (Abdul Majid, 2012)

B. METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. Metode Qudwah

Metode Qudwah (keteladanan) sangat diperlukan dalam proses


pendidikan. Dimana seorang anak dalam proses perekmbenagnnya akan melihat
dan meniru perilaku yang ditampilkan dalam lingkungannya. Metode Qudwah
adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan guru dengan mentransformasikan
nilai-nilai karakter yang baik yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran
maupun dalam aktifitas sehari-hari di lingkungan Madrasah.. (Nurfadilah, 2018)
metode ini lebih fokus pada upaya pendidikan akhlak.
Selain itu keteladanan bukan hanya dapat dilakukan oleh guru saja
melainkan peserta didik yang baik yang telah memiliki akhlak yang baik pula juga
dapat digunakan sebagai acuan dalam meberikan keteladanan pada peserta didik
lainnya. Dengan harapan mereka saling berlomba dalam menerapkan akhlak yang
baik dalam kehidupan sehari-hari mulai di lingkungan sekolah dan di biasakan
pada keluarga sampai lingkunagan masyarakat.
Metode Qudwah memiliki dampak positif yang tinggi terhadap
perkembangan peserta didik. Diantara dampak tersebut antara lain;
(Miftahurrahman, 2021)
1). Kedisiplinan. seorang guru dituntut memberikan keteladan dengan totalias,
dalam memeberikan teguraan dan nasehat taerhadap pesserta didik juga harus
dilandasi dengan kesabaran dan keidsiplinan;

2
2). Religius. Penerapan nilai karakter religius dapat dilihat dari berbagai macam
kegiatan seperti; perayaan hari–hari besar Islam, sholat dhuha dan dzuhur
berjama’ah, dan adanya pembacaan do’a, asmaul husna, dan ayat-ayat suci
Al-Qur’an sebelum dimulainya pembelajaran dalam kelas. Kegiatan tersebut
tentunya akan semakin membantu perkembangan rohani pada peserta didik,
dimana rohani sangat berpengaruh pada gerak motorik pada akhlak yang
dimiliki peserta didik. (Sullistiyowati, dkk, 2018);
3). Kreatif Nilai. karakter kreatif dalam pembelajaran adalah berpikir dan
melakuakn sesuatu guna mencapai cara atau hasil baru dari apa yang telah
dimiliki. Lebih dasarnya yakni menciptakan situasi pembelajaran yang bisa
menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif;
4). Kejujuran. Kejujuran merupakan suatu perilaku yang berprinsip pada usaha
menjadikan pribadi pada peserta didik sebagai orang yang dapat di percaya
dalam perkataan dan perbuatan. Sebagaimana yang digunakan sebagai
indikator dalam kelas seperti; larangan mencontek, transparansi jika
menemukan yang bukan miliknya. hal ini dilakukan agar kebiasaan dalam
kejujuran semakin tertanam dengan baik;
5). Toleransi. Pembiasaan nilai karakter toleransi ini sangat dibutuhkan, terutama
saat guru mengajar tanpa membedakan latar belakang, ras, suku, dan agama
peserta didiknya dalam proses pembelajaran. Tindakan demikian tentunya
membantu kerukunan antar peserta didik dan saling menerima apa adanya;
6) Mandiri Nilai. Karakter mandiri merupakan sebuah usaha dalam membentuk
perkembangan jiwa peserta didik baik lahir maupun batin, yakni menuju ke
arah peadaban yang manusiawi dan lebih baik. (Okha M.dan Hendra, 2018)
Hal ini dapat dilihat dalam pribadi peserta didik yang tidak selalu bergantung
kepada orang lain dalam setiap tanggung jawab yang mampu dikerjakan
sendiri.
7). Bertanggung Jawab. Nilai karakter tanggung jawab dapat berupa sikap
perilaku peserta didik dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus
dilakukan seperti; kepada diri sendiri, masyarakat, lingkungan (sosial,
budaya, dan alam), serta kepada agama dan negara. Adapun indikator

3
pelaksanaan yang dilakukan peserta didik disekolah adalah tanggung jawab
terhadap tugas piket, wajib aktif dalam proses pembelajaran, dan tugas
sekolah. (Pramasanti, 2020);
8). Bersahabat/ Komunikatif. Nilai karakter bersahabat atau komunikatif dapat
dilihat pada peserta didik yang memperlihatkan rasa bahagia (senang) saat
berbicara, bergaul dan bekerja smaa dengan teman sekelasnya. Bentuk
keteladanan yang dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu dengan melayani
semua pertanyaan yang diajukan peserta didik dan menempatkan peserta
didik sebagai patner. Kemajuan dalam nilai karakter ini dapat dilihat ketia
peserta didik tidak takut untuk bertanya, ditandai dengan banyaknya
pertanyaan saat pembelajaran;
9). Peduli Sosial. Nilai karakter peduli sosial ini dapat digambarkan bentuk sikap
dimana peserta didik selalu memiliki keinginan untuk memberi bantuan
kepada orang lain yang membutuhkan;
10). Cinta Damai. Nilai karakter cinta damai dapat digambarkan seperti sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan temannya merasa tentram dan
senang atas kehadiran peserta didik tersebut;
11). Rasa Ingin Tahu. Gambaran nilai karakter rasa ingin tahu berupa sebuah
perilaku yang selalu berusaha untuk memahami lebih mengakar dan meluas
dari sesuatu yang dipelajari, dilihatr, dan didengar.
12). Peduli Lingkungan. Gambaran nilai karakter peduli lingkungan berupa
sebuah sikap dan peilaku yang tetap berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekelilingnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

2. Metode Qisshoh

Dalam Dalam kitab Lisan al-‘Arab karangan Ibnu Manzhur yg dikutif oleh
Tambak menjelaskan kata qisshoh diambil dari kata qashasha yuqashishu
qisshatan yang berarti menceritakan dan menelusuri/mengikuti jejak.(Tambak,
2016) Metode qisshoh adalah menyampaikan sebuah cerita baik itu sejarah,

4
dongeng, fabel, ataupun mitos. Sayyid Quthb dalam artikel Mu’alim wijaya dkk,
memberikan pengertian bahwa kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan
mempunyai daya tarik yang membangkitkan batin seseorang. Islam mengetahui
sifat alamiah manusia untuk mengangumi cerita, dan mengetahui pengaruhnya
sangat besar terhadap perasaan. Oleh karena itu, Islam memberikan cerita-cerita
untuk dijadikan salah satu metode dalam proses pendidikan. (Wijaya dkk, 2022)
Bercerita merupakan kegiatan pencapaian fenomena, baik fiksi maupun
non fiksi yang disampaikan secara lisan. Dengan bercerita, kemahiran pelajar
dalam berbicara akan terlatih dengan baik. Sehingga salah satu faktor
perkembangan kalam bagi pelajar juga berkaitan dengan kesenangannya dalam
aktivitas bercerita.( D I Pkpba and U I N Maliki, 2018) . Jadi, Qisshoh
merupakan sebuah metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
berbicara peserta didik. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan rasa
keberaniannya dalam bercerita. Dengan bercerita peserta didik dapat melatih
kemahiran mengungkapkan pemikiran melalui berbicara.
Sebagaimaan dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam suart Hud ayat1
120, yaitu:
‫َو ُك اًّل َّنُقُّص َع َلْيَك ِم ْن َأۢن َبٓاِء ٱلُّر ُس ِل َم ا ُنَثِّبُت ِبِهۦ ُفَؤ اَدَك ۚ َو َج ٓاَء َك ِفى َٰه ِذِه ٱْلَح ُّق َو َم ْو ِع َظٌة َوِذ ْك َر ٰى ِلْلُم ْؤ ِمِنيَن‬
Artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman”. (Q.S Hud : 120)

Bercerita merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru


pendidikan agama Islam menyampaikan informasi secara lisan kepada peserta
didik dengan alat atau tanpa alat tentang materi pendidikan agama Islam yang
diajarkan dalam bentuk pesan atau dongeng untuk diperdengarkan dengan rasa
menyenangkan.

3. Metode Targhib wa Tarhib

Kata targhib berasal dari kata raghbah, yang mengikuti pola kata ta’fil.
Kata raghbah berarti cinta, senang kepada yang baik, sedangkan kata taghrib

5
berarti mendorong atau memotivasi diri untuk mencintai kebaikan. (Azmi, 2006)
Menurut Abd.al Rahman al Nahlawi dalam artikel Erwin Targhib adalah janji
yang disertai bujukan dengan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan
kenikmatan. Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik, dan murni, serta dilakukan
melalui amal saleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan
(pekerjaan buruk). (Erwin, Y.P., 2015)

Khoiron Rosyadi dalam bukunya yang menyebutkan bahwa targhib adalah


janji yang disertai dengan bujukan dengan membuat senang terhadap suatu
maslahah, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti baik, serta lebih bersih
dari segala kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan
menjauhi kenikmatan sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan yang
buruk.(Rosyadi, 2004) Sebenarnya semua dilakukan untuk mencari keridhaan
Allah dan merupakan suatu rahmad dari Allah bagi hamba-hamba-Nya.

Sementara Tarhib adalah suatu ancaman atau siksaan sebagai akibat


melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT atau akibat lengah
dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT. (Abdurrahman,
1995)

Metode Targhib Wa Tarhib ini berdasarkan Firman Allah Surat Hud ayat 11:
‫َٰٓل‬
‫ِإاَّل ٱَّلِذ يَن َصَبُرو۟ا َو َع ِم ُلو۟ا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت ُأ۟و ِئَك َلُهم َّم ْغ ِفَر ٌة َو َأْج ٌر َك ِبيٌر‬

Artinya: “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan


mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan
pahala yang besar”. (Q.S. Hud : 11)
Dalam dunia pendidikan targhib wa tarhib dapat diartikan sebagai berikut:
Targhib ialah harapan serta janji yang diberikan peserta didik yang bersifat
menyenangkan dan merupakan kenikmatan karena mendapat penghargaan.
Sedangkan tarhib adalah ancaman pada peserta didik bila ia melakukan suatu
tindakan yang menyalahi aturan.(Ramayulis, 2006)

4. Metode Mauizdah

6
Mauizhah berarti nasihat, kata tersebut sejalan dengan makna kata
waíazha, yaíizhu, waízhan, waizhata, dan wa mauizhatan yang berarti memberi
nasihat. Alquran menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. (Sarudin, 2021) metode
mauizhah ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur kata yang
berisi nasihat-nasihat dan peringatan tentang baik buruknya sesuatu. (Syyahidin,
1999)

Metode mauizhah memiliki tujuan antara lain: 1) Mengarahkan, membina


dan menggugah perasaan ke-Tuhanan murid; 2) Mengingatkan berbagai makna
dan kesan yang membangkitkan perasaan ikhlas dalam beramal saleh; 3)
Mengingatkan makna dan kesan yang membangkitkan perasaan untuk menaati
Allah dan melaksanakan perintah-Nya; 4) Mengarahkan dan membina berpikir
yang sehat; 5) Mengarahkan pada penyucian dan pembersihan jiwa.(Sarudin,
2021)

Sarudin juga menambahkan syarat-syarat agar metode mauidzah itu lebih


efektif, diantaranya adalah: 1). Si pemeberi nasehat harus melaksanakan terlebih
dahulu nasehat yang akan disampaikan; 2). Berikan nasehat secara khusus, tidak
memeberikan nasehat di depan umum; 3). Sampaikan nasehat secara singkat dan
sesuaikan dengan psikologi pendengar. (Sarudin, 2021)

5. Metode ‘Iqab

Metode ‘iqab merupakan salah satu metode yang digunakan dalam


pendidikan Islam. Metode ‘iqab atau sering juga disebut sebagai metode ta’zir
atau dalam bahasa Inggris disebut dengan metode punishment merupakan
pemberian hukuman terhadap peserta didik yang melakukan kesalahan atau
pelanggaran. Lawan dari metode ‘iqab ini adalah metode tsawab atau dalam
bahasa Inggris disebut dengan metode reward. Metode tsawab atau reward adalah
pemberian ganjaran atau hadiah kepada peserta didik yang berprestasi atau

7
mengalami kemajuan belajar. Antara metode ‘iqab dan tsawab ini tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, dan selalu berjalan beriringan. (Yunidar, 2016)

Metode ‘iqab mempunyai 2 fungsi, yaitu fungsi jangka pendek dan fungsi
jangka panjang. Fungsi jangka pendek dari metode ‘iqab adalah menghentikan
perbuatan peserta didik yang salah, sedangkan fungsi jangka panjangnya adalah
mendorong peserta didik untuk menghentikan sendiri perbuatannya yang salah.
(Yuriko,P.N., dkk, 2021)

Namun demikian meskipun metode ‘iqab adalah salah satu metode yang
boleh digunakan dalam pendidikan Islam, namun pemberian hukuman dalam
pendidikan Islam tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Yuriko.P.N.,dkk
mengutif Purwanto (2008) mengenai syarat-syarat dalam penerapan metode
‘iqab dalam pendidikan Islam, diantaranya adalah :

1. Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggungjawabkan. Ini berarti bahwa


hukuman itu tidak boleh di lakukan sewenang-wenang.
2. Hukuman harus bersifat memperbaiki.
3. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat
perseorangan.
4. Jangan menghukum ketika sedang marah.
5. Hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau
dipertimbangkan sebelumnya.
6. Bagi anak, hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya sendiri sebagai
kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya.
7. Jangan melakukan hukuman badan atau fisik. Hukuman tidak boleh merusak
hubungan baik antara pendidik dengan anak didik. 8. Sehubungan dengan butir
hukuman di atas, maka perlu adanya kesanggupan memberi maaf oleh
pendidik. . (Yuriko,P.N., dkk, 2021)

C. KESIMPULAN

8
Penerapan metode keteladanan dalam pembelajaran akhlak adalah sebuah
alternatif yang efektif dalam pengembangan akhlak peserta didik, keteladanan
(qudwah) akan menjadi penggerak tersendiri bagi pendidik untuk terus berupaya
menjadi lebih baik demi meningkatkan kualitas pendidikan akhlak, agar mampu
menjawab tantangan perkembangan zaman dalam hidup beragama, berbangsa,
dan bernegara.
uatu. Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan
Islam. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke
dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang mengetuk relung jiwa melalui
pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan
yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan
kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.
Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan
Islam. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke
dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang mengetuk relung jiwa melalui
pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan
yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan
kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.

D. DAFTAR PUSTAKA

Syahidin, (1999), Metode Pendidikan Quríani ; Teori dan Aplikasi, Jakarta:


Misaka Galiza
Sarudin, (2021) Aspek Meode Mauizhah dan Aplikasi Pendidikan Agama Islam
Menurut Surat Lukman Ayat 12-19, Jurnal: Wahana Inovasi, V. 10 No. 1
Yuriko Pulung Nugroho, Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, dan Mohammad
Farhan, (2022), Penerapan Metode ‘Iqab dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Santri di Pondok Modern Darul Arqom Patean Kendal Tahun 2021, Jurnal
Ilmiah Sultan Agung, ISSN: 2963-2730
Abdurrahman An-nahlawi, (1995), Pendidikan Islam Di rumah Sekolah dan
Masyarakat, Jakarta:Gema Insani Press

9
Syahidin, (2009), Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Bandung:
Alfabeta, 2009
Khoirudin Rosyadi, (2004), Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Belajar
Abdul Majid, (2012), Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Syamsiah Nur, Hasnawati, (2020), Metode targhib dan Tarhib dalam Pendidikan
Islam, Jurnal Pendidikan Islam, V.5, No.1
Ramayulis,(2006), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Muhammad Azmi, (2006), Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah “Upaya
Mengefektifkan Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga” Yogyakarta:
CV. Venus Corporation.
Erwin Yudi Prahara, (2015), Metode Targhib Wa Tarhib, Jurnal Cendikia V. 13,
No. 1
M Miftakhurrohman, Yazida Ichsan, Aldi Al Huasaini, Muhammad Maulidan
Anshori, (2021), Penerapan Metode Qudwah dalam Pembelajaran Akhlak,
Jurnal AL-HIKMAH V. 3, No 2
Pramasanti, Rifa ; Dhi Bramasta; Subuh Anggoro. (2020) Implementasi
Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Dan Kerja Sama Dalam
Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 Di SD Negeri 2 Berkoh, Jurnal
Papeda 2, no. 1
Okha, Maryono; Hendra Budiono; Resty.(2018), Implementasi Pendidikan
Karakter Mandiri Di Sekolah Dasar, Jurnal Gentala Pendidikan Dasar 3,
no. I
Sulistyowati, Prihatin, Vera Hayatun Sunnah, and Dwi Agus Setiawan, (2018),
Kajian Pendidikan Karakter Berbasis Religi Dalam Menangani
Problematika Kenakalan Anak SDN Gadang 1 Malang, Jurnal Inspirasi
Kehidupan V.8, N.2
Nurfadilah,(2018), Efektivitas Metode Keteladanan dalam Meningkatkan Kualitas
Akhlak di Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Putri I Pusat Sengkong, Jurnal
Qayyimah, v. 1,No.1

10
Syahrini Tambak, (2016), Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam SYAHRAINI TAMBAK, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1
D I Pkpba and U I N Maliki,(2018) ‘BERMAIN PERAN ( ROLE PLAYING )
DALAM PEMBELAJARAN MAHARAH AL-KALAM’, V.3 No. 8.
Mu’alim Wijaya , Umar Manshur , Nurul Latifah,(2022), Implementasi Metode
Taqdimul Qishoh dalam Meningkatkan Maharah Kalam di Lembaga Al-
Wafiyah Kitab & Bahasa Arab (AWKIBA), Jurnal Mu’allim V. 4 No. 2

11

Anda mungkin juga menyukai