Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Pengembangan Konsep dan Teori Pendidikan Karakter


Dosen Pengampu : Dr. Hasrinal, M.Pd

Disusun Oleh :
Roni Wijaya
2211023028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FOKUS KAJIAN PENDIDIKAN KARAKTER
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI
(IAIN KERINCI)

1445 H/ 2023 M
I. Bagaimana pandangan anda tentang konsep dan teori pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan hakikat dan kepribadian manusia yang baik?
Jawaban :

Menurut Thomas Licona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian


seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya 1. Pendidikan karakter
merupakan suatu proses pembentukan perilaku atau watak seseorang, sehingga
dapat membedakan hal-hal yang baik dengan yang buruk dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan. Pendidikan karakter pada hakikatnya merupaan
konsekuensi tanggung jawab seseorang untuk memenuhi suatu kewajiban2.

Pendidikan Nasional Republik Indonesia, dikatakan bahwa pendidikan


karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur
dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat. Nilai-nilai lurus tersebut berasal dari teori-teori
pendidikan, psikologi pendidikan dan nilai sosial budaya, ajaran agama, pancasila
dan UUD 1945 serta Undang-undang (UU) No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), serta pengalaman terbaik dan praktik nyata
dalam kehidupan sehari-hari3. Dari konsep ini dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan nilai-nilai, sikap dan perilaku yang baik dalam individu. Hal ini
penting karena karakter yang kuat adalah landasan kepribadian yang baik.

Konsep ini sangat berkaitan dengan hakikat kepribadian manusia yang


baik, ada beberpa poin kunci yang kita dapatkan diantaranya adalah sebagai
berikut;
1
Ambang Q-Annes&AdangHambali, Pendidikan Karakter Berbasis Qur’ani, (Bandung:
SimbiosaRekatama Media, 2008), H. 99.
2
Urchaili, Membangun KarakterSiswa Melalui Keteladanan Guru, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Volume 16 Edisikhusus III, Oktober 2010, Balitbang Kementerian Pendidikan
Nasional
3
Oos M. Anwas, Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Volume 16 Edisikhusus III, Oktober 2010, Balitbang Kementerian
Pendidikan Nasional. H.258
1. Pendidikan karakter mengakui bahwa manusia memiliki potensi untuk
baik. Ini berati bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk
mengembangkan sifat-sifat positif seperti kejujuran, empati, dan itegritas.
2. Tujuan utama pendidikan karakter adalah membantu individu
mengembangkan kepribadian yang baik dengan melibatkan proses
pembelajaran nilai-nilai seperti keadilan, tanggung jawab, kerja sama, dan
moralitas.
3. Ada berbagai teori yang mendukung pendidikan karakter, termasuk
pendekatan berbasis karakter (character based approach) dan pendekatan
berbasih etika (ethics based approach). Teori-teori ini membantu
merancang program pendidikan karakter yaang efektif.
4. Pendidikan karakter seringkali berfokus pada pengajaran nilai-nilai dan
etika yang mendasari perilaku dan tindakan manusia. Ini membantu
individu memahami perbedaan antara yang benar dan yang salah
5. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk sikap positif dalam
kehidupan sehari-hari seperti menghargai keragaman, menghormati orang
lain, dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.
Pendidikan karakter yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter dan akhlak mulia
pembelajar secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi
lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter pembelajar
diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasikan, serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari.
Pendidikan karakter berhubungan erat dengan hakikat manusia yang baik,
karena mempromosikan perkembangan moral dan etika yang diperlukan untuk
membangun masyarakat yang baik. Ini membantu individu menjalani hidup
dengan prinsip-prinsip yang positif dan membentuk kepribadian yang baik.
Pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia
menuju standar-standar baku. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-
tujuan etika, tetapi pada praktinya meliputi pada penguatan kecakapan-kecakapan
yang penting yang mencakup perkembangan sosial siswa.
Untuk membentuk hakikat kepribadian manusia yang baik maka diperlukan
implementasi pendidikan karkater. Pengimplementasian pendidikan karakter ini
diperlukan pendektan-pendekatan agar implementasi pendidikan karakter terhadap
kepribadian manusia yang baik dapat terlaksana , Jauhari dan Elisa dalam
bukunnya menjelasakan strategi pendekatan implementasi terhadap kepribadian
manusia yaitu sebagai berikut;
1. Pendekatan penanaman nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) ialah suatu pendekatan
yang menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai sosial agar mampu
terinternalisasi dalam diri peserta didik. Metode pembelajaran yang dapat
digunakan saat menerapkan penanaman nilai pada peserta didik
diantaranya melalui keteladanan, pengautan sikap positif dan negatif,
simulasi, bermain peran, tindakan sosial, dan lain-lain
2. Pendekatan perkembangan kognitif
Pendekatan perkembangan kognitif memandang bahwa peserta didik
merupakan individu yang memiliki potensi kognitif yang sedang dan akan
terus tumbuh dan berkembang. Karena itu, melalui pendekatan ini peserta
didik didorong untuk membiasakan berfikir aktif tentang seputar masalah-
masalah moral yang hadir di sekeliling mereka, dimana peserta didik
dilatih untuk belajar dalam membuat keputusan-keputusan moral. Pada
gilirannya diharapkan keputusan yang diambilnya dapat melatih peserta
didik untuk bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambilnya.
3. Pendekatan klarifikasi nilai
Orientasi pendekatan klarifikasi nilai ialah memberikan penekanan untuk
membantu peserta didik mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri,
kemudian secara bertahap ditingkatkan kemampuan kesadaran peserta
didik terhadap nilai-nilai yang didefinisikan sendiri oleh peserta didik.
4. Pendekatan pembelajaran berbuat
Karakteristik pendekatan pembelajaran berbuat berupaya menekankan
pada usaha pendidik untuk memfasilitasi dengan memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral yang
dilakukan secara individual maupun berkelompok.4
II. Bagaimana anda mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena pergeseran nilai di
kalangan anak dan remaja saat ini terutama pada tataran internalisasi dan
transformasi yang sudah diupayakan?
Jawaban :

Pergeseran nilai di kalangan anak dan remaja dapat terjadi karena berbagai
faktor sosial, budaya, dan teknologi. Identifikasi dan penjelasannya dapat
dilakukan melalui beberapa langkah:

1. Observasi dan Penelitian


Melakukan penelitian ilmiah dan survei untuk mengidentifikasi tren dan
pergeseran nilai di kalangan anak dan remaja. Ini dapat mencakup
penelitian perilaku, sikap, dan pandangan mereka.
2. Analisis Media Sosial
Memeriksa cara anak dan remaja berinteraksi di media sosial dan konten
yang mereka konsumsi. Hal ini dapat memberikan wawasan tentang nilai-
nilai yang mereka internalisasi dan bagaimana mereka berinteraksi dengan
dunia di sekitar mereka.
3. Menganalisis Perubahan Sosial dan Budaya
Memahami perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang mungkin
memengaruhi pergeseran nilai. Contohnya, pengaruh globalisasi, teknologi
digital, dan perubahan dalam nilai-nilai keluarga.
4. Mendorong Dialog dan Pendidikan
Upaya internalisasi dan transformasi nilai dapat melibatkan pendidikan
yang mendorong dialog terbuka tentang nilai-nilai, etika, dan moralitas.

4
Amri, S., Jauhari, A., & Elisah, T. Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran: Strategi Analisis dan Pengembangan Karakter Siswa dalam Proses Pembelajaran,
( Jakarta: Prestasi Pustakarata,2011). H. 89-94
Sekolah dan keluarga dapat berperan dalam membentuk nilai-nilai anak-
anak dan remaja.
5. Wawancara dan Fokus Kelompok
Melakukan wawancara dan fokus kelompok dengan anak dan remaja
untuk memahami pandangan mereka tentang nilai-nilai, norma, dan
pergeseran yang mereka alami.
6. Melibatkan Keluarga dan Pendidik
Berbicara dengan orangtua, guru, dan pengasuh untuk mendapatkan
pandangan mereka tentang perubahan dalam nilai-nilai anak-anak dan
remaja.
7. Mengembangkan Program Pendidikan
Membuat program pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai positif dan
membantu anak dan remaja dalam memahami dan menghadapi perubahan-
nilai.
Fenomena pergeseran nilai di kalangan anak dan remaja saat ini yang
dapat di amati adalah sebagai berikut ;

1. Tantangan sains dan teknologi


di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan hasil teknologi terus
berkembang, maka corak kehidupan manusia akan terkurung dalam sistem
kompleks dari “business-science technology”, dengan tujuan
menghasilkan produk-produk yang lebih banyak, dengan pekerjaan yang
lebih sedikit, sedang unsur emosional dan spiritual tidak masuk dalam
wilayahnya.5
2. Tantangan etis religius, sebagai korban kehidupan dalam modernisasi
materialis, maka konsekuensinya adalah terjadinya suatu pergeseran
kemauan masyarakat, dari kemauan alami (natural will) menjadi kemauan
rasional (rational will).
3. Pergeseran Nilai Gender

5
Murjani, Pergeseran Nilai-nilai Religius dan sosialdi kalangan remaja pada era
digitalisasi, Jurnal Pendidikan Vol 2 No. 1, Februari 2022, STAI Darul Ulum Kandangan,
Kalimantan Selatan, H. 4
Masyarakat semakin terbuka terhadap perubahan dalam norma gender dan
seksualitas. Anak dan remaja mungkin lebih menerima keragaman gender
dan orientasi seksual, yang mencerminkan transformasi nilai-nilai seputar
kesetaraan dan inklusi. Hal ini bisa dilihat dengan makin menjamur dan
bebasnya penganut orientasi seksual yang “menyimpang” di negara kita
dan bahkan kalangan tersebut mulai diberi panggung atau tempat
tersendiri. Promosi dari kaum mereka dilakukan secara halus yang
membuat orang-orang secara tidak sadar mulai menerima keberadaan
mereka di tengah-tengah masyarakat.
4. Kesadaran Lingkungan dan kepedulian sosial
Banyak anak dan remaja semakin peduli tentang isu-isu lingkungan dan
sosial seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan keberlanjutan. Ini
menunjukkan pergeseran nilai-nilai yang lebih beroreintasi pada
lingkungan masyarakat.
5. Kesehatan Mental dan Kesejahteraan
Peningkatan kesadaran tentang kesehatan mental dan kesejahteraan adalah
aspek positif dalam pergeseran nilai. Anak dan remaja mungkin lenih
memahami pentingnya keseimbangan hidup dan perawatan diri.

Banyak sekali fenomena yang menunjukkan bahwasanya para generasi


mudah di era sekarang ini (era modern) tidak memiliki moral dalam dirinya,
dimana hal itu mereka dapatkan dari hasil meniru kebiasaan dan kebudayaan dari
luar yang tidak baik dan menyimpang melalui internet dan media sosial yang tidak
bisa di cegah. Teknologi seperti halnya smartphone memang memberikan
berbagai kemudahan di dalam kehidupan, namun tidak dapat di pungkiri bahwa
teknologi akan memberikan dampak buruk apabila penggunanya tidak
memakainya secara bijaksana. Akibatnya luntur sudah moralitas, rasa tanggung
jawab dan rasa hormat kepada orang lain yang lebih tua di bandingkan dengan
mereka bahkan nilai kebudayaan luhur sudah sangat minim di temui pada diri
remaja.
Sangat di sayangkan apabila remaja sekarang nilai kebudayaan nya mulai luntur
seiring dengan lunturnya nilai moralitas yang juga ada pada dirinya diakibatkan
oleh adanya perubahan karena globalisasi. Karena pada dasarnya kebudayaan
lokal memiliki banyak nilai kebaikan dan kearifan di dalamnya, dimana jika
remaja memiliki nilai tersebut di dalam dirinya maka akan pula tertanam nilai-
nilai moral dan norma-norma pada dirinya .

Atas dasar bentuk dari fenomena-fenomena pergeseran nilai yang terjadi


pada saat ini diperlukan penerapan konsep yang dikemukakan oleh ibn
kholduntentang kontrol sosial atau pengawasan, perlunya pengamalan nilai-nilai
reiligius (agama) diterapkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, kelompok,
organisasi, masyarakat dan negara. Dengan mengamalkan nilai-nilai agama secara
baik, diklaim akan menghindarkan manusia dari perbuatan dan prilaku buruk,
prilaku yang menyimpang seperti korupsi.6 Dengan pengamalan nilai-nilai religius
tentunya berdampak pada nilai-nilai sosial di kalangan remaja. Pengamalan nilai-
nilai religius bagi remaja tentunya bisa ditumbuhkan melalui berbagai aktivitas
seperti pendidikan ataupun kegiatan lainnya di luar sekolah. Atas dasar itu,
penulis tertarik untuk menelitinya lebih jauh terhadap pergeseran nilai-nilai
religius dan sosial di kalangan remaja Balangan,serta implikasinya terhadap
pendidikan Islam.

6
Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun,
(Yogyakarta: Bidang Akademik Sunan Kalijaga, 2008). H. 23

Anda mungkin juga menyukai