Anda di halaman 1dari 5

Materi 4

PENDIDIKAN MORAL (NILAI/BUDI PEKERTI)

Sub Materi
a. Hakekat pendidikan moral
b. Pendekatan dalam pendidikan moral

Pertemuan ke 10 - 12
Tujuan khusus pembelajaran :
Setelah menyelesaikan pertemuan ini, mahasiswa mampu
1. Mendeskrispikan makna pendidikan moral
2. Menjelaskan pendekatan-pendekatan dalam pendidikan moral
3. Menerapkan pendekatan pendidikan moral dalam pembelajaran

A. Ringkasan Materi

1. Pengertian Pendidikan Moral


Pada uraian sebelumnya , moral dapat dipersamakan dengan istilah etik,
kesusilaan dan budi pekerti. Moral merupakan nilai tentang baik –buruk
kelakuan manusia. Oleh karena itu moral berkaitan dengan nilai terutama nilai
afektif.
Dengan demikian pendidikan moral dapat pula dipersamakan dengan istilah
pendidikan etik, pendidikan budi pekerti, pendidikan nilai (value education)
atau pendidikan afektif. Ada pula dengan memakai istilah pendidikan watak
dan pendidikan akhlak Dalam hal ini istilah-istilah tersebut dapat saling
menggantikan. Jadi istilah ini tidak bisa lepas dari pengertian moral, nilai,
budi pekerti , watak, akhalak atau afektif itu sendiri.

Menurut naskah kurikulum Pendidikan Budi Pekerti yang dikeluarkan oleh


Puskur Depdiknas (2001) menyatakan bahwa pengertian pendidikan budi
pekerti dapat ditinjau secara konsepsional dan secara operasional.
Secara konsepsional pengertian pendidikan budi pekerti mencakup hal-hal
sebagai berikut.
a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia
seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya
sekarang dan masa yang akan datang.
b. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan
perbaikan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu
melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang
(lahir batin, material spiritual dan individual sosial).
c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi
seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan,
pembiasaan, pengajaran dan latihan, serta keteladanan.

Adapun pengertian pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya


untuk membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

16
latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal bagi
masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta
menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan
terhadap sesama makhluk, sehingga terbentuk pribadi seutuhnya yang
tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan,
kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral
luhur bangsa.
Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Hakikat dari Pendidikan Budi Pekerti dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah merupakan pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan
afektif. Dalam hal ini hal-hal yang disampaikan dalam pendidikan moral
adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut
antara lain, meliputi : perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan
kesadaran

2. Pendekatan Dalam Pendidikan Moral


Pendekatan dalam pendidikan moral berkaitan dengan bagaimana cara
menyampaikan nilai-nilai moral itu kepada peserta didik. Terdapat berbagai
klasifikasi yang dipakai para ahli pendidikan moral tentang pendekatan ini.
Menurut Superka dalam Teuku Ramli (2001), dikenal adanya lima (5) jenis
pendekatan dalam pendidikan budi pekerti, yaitu : (1) Pendekatan penanaman
nilai (inculcation approach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif
(cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values
analysis approach), (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification
approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning
approach).

a. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach),


Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan
yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa.
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah:
Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya
nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan.
Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan ini
antara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan
peranan, dan lain-lain.

17
b. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development
approach),
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena
karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan
perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif
tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan
moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai
perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari
suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi
Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama.
Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih
kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong
siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan
posisinya dalam suatu masalah moral.
Proses pengajaran nilai menurut pendekatan ini didasarkan pada dilemma
moral, dengan menggunakan metoda diskusi kelompok. Proses diskusi
dimulai dengan penyajian cerita yang mengandung dilemma. Dalam diskusi
tersebut, siswa didorong untuk menentukan posisi apa yang sepatutnya
dilakukan oleh orang yang terlibat, apa alasan-alasannya. Siswa diminta
mendiskusikan tentang alasan-alasan itu dengan teman-temannya.

c. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach),


Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan
pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara
menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika
dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu
perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih
menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai
sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada
dilemma moral yang bersifat perseorangan. Ada dua tujuan utama pendidikan
moral menurut pendekatan ini. Pertama, membantu siswa untuk menggunakan
kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-
masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua,
membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik,
dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai
mereka. Selanjutnya, metoda-metoda pengajaran yang sering digunakan
adalah: pembelajaran secara individu atau kolompok tentang masalah-masalah
sosial yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan
lapangan, dan diskusi kelas berdasarkan kepada pemikiran rasional.

d. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)


Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi
penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan
perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-
nilai mereka sendiri. Teknik Klarifikasi nilai bermaksud menanamkan nilai
kepada subyek didik dengan melalui kesadarannya sendiri. dapat dikatakan
bahwa teknik ini mengikuti aliran konstruksivisme.

18
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga. Pertama, membantu
siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta
nilai-nilai orang lain; Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan
dengan nilai-nilainya sendiri; Kedua, membantu siswa, supaya mereka
mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan
kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah
laku mereka sendiri Dalam proses pengajarannya, pendekatan ini
menggunakan metoda: dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar atau
kecil, dan lain-lain

e. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).


Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi
penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun
secara bersama-sama dalam suatu kelompok.
Ada dua tujuan utama pendidikan moral berdasarkan kepada pendekatan ini.
Pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan
moral, baik secara perseorangan mahupun secara bersama-sama, berdasarkan
nilai-nilai mereka sendiri; Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri
mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan
dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan
sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam
suatu proses demokrasi.
Metoda-metoda pengajaran yang digunakan dalam pendekatan analisis nilai
dan klarifikasi nilai digunakan juga dalam pendekatan ini. Metoda-metoda
lain yang digunakan juga adalah projek-projek tertentu untuk dilakukan di
sekolah atau dalam masyarakat, dan praktek keterampilan dalam
berorganisasi atau berhubungan antara sesama.

Klasifikasi lain menyatakan bahwa pendekatan dalam pendidikan moral


dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
a. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
b. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral
Development
c. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral
Development

Pendidikan moral atau budi pekerti selanjutnya perlu diberikan di sekolah.


Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang
bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik. Dalam hal pemberian
pendidikan budi pekerti di sekolah muncul perbedaan tentang modus
pemberian pendidikan budi pekerti itu sendiri. Dalam modus pemberian
pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama,
bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata
pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara
terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata

19
pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan budi pekerti
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.

B. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam perkuliahan ini, meliputi


1. Menganalisis hakekat pendidikan budi pekerti dan pendekatannya melalui
informasi, telaah pustaka dan tanya jawab
2. Mengamati serta membuat laporan mengenai model pendekatan
pendidikan moral di sekolah melalui penugasaan, observasi, dan presentasi

C. Referensi

Maman Rahman. 2001 Reposisi, Re-Evaluasi Dan Redefinisi Pendidikan Nilai.


Jurnal Depdiknas
Naskah akademik. 2001 Buram -VI. Kurikulum Pendidikan Budi Pekerti.
Puskur Depdiknas
Teuku Ramli Zakaria. 2001. Pendekatan Pendidikan Nilai. Jurnal Depdiknas
Winarno. 2000. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral. Surakarta:
Laboratorium PPKn FKIP UNS

20

Anda mungkin juga menyukai