Anda di halaman 1dari 6

PENDEKATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan nilai dan etika merupakan upaya untuk membentuk karakter


bangsa yang berciri nasionamisme-religius. Strategi penyampaiannya lebih sering
disebut dengan pendekatan (approach) atau model. Pendekatan pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu upaya dalam mengembangkan kearifan belajar yang
dilakukan siswa dan kearifan mengajar yang dilakukan guru sehingga terjadi
interaksi aktif antara keduanya. Pendekatan pembelajaran menekankan pentingnya
belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman.

Menurut Rachman, dalam pendekatan pembelajaran tradisional, siswa dipandang


sebagai seseorang yang memiliki kebutuhan, cara, waktu, materi, dan stuktur yang
sama sehingga membutuhkan ruang kelas yang sama untuk menampung
homogenitas para siswa yang didasari kesamaan persepsional.

Karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah memiliki kesanggupan untuk


menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau sosiosentris (mau mmemerhatikan kepentingan orang lain).
Memerhatikan karakteristik siswa yang seperti itu, pendekatan atau model
pembelajaran yang diasumsikan cocok bagi siswa Sekolah Dasar adalah
pendekatan atau model pembelajaran yang lebih didasarkan pada interaksi sosial
dan pribadi atau model interaksi dan transaksi. Pendekatan pembelajaran yang
dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diindentifikasikan
sebagai berikut:

a. Melibatkan siswa secara aktif dalam belajar

b. Berdasarkan pada perbedaan indivindu

c. Kaitkan teori dengan praktik

d. Kembangkan komunikasi dan kerja sama dalam belajar

e. Tingkatkan keberanian siswa dalam mengambil risiko dan belajar dari


kesalahan

1
f. Tingkatkan pembelajaran sambil berbuat dan bermain

g. Sesuaikan pelajaran dengan taraf perkembangan kognitif yang masih pada taraf
operasi konkret.

Dengan memperkenalkan pemikiran Hers (1980), Rahman mengungkapkan


bahwa terdapat empat model pendidikan moral atau budi pekerti bagi anak-anak
disekolah, yaitu teknik pengungkapan nilai, analisis nilai, pengembangan kognitif
moral, dan tindakan sosial. Teknik pengungkapan nilai adalah teknik yang
memandang pendidikan moral dalam pengertian promoting self awareness and
self caring dan bukan mengatasi masalah moral yang membantu mengungkapkan
moral yang dimiliki disiswa tentang hal-hal tertentu. Pendekatannya dilakukan
dengan cara membantu siswa menemukan dan menilai/menguji yang mereka
miliki untuk mencapai perasaan diri.

Pendekatan analisis nilai tersebut merupakan pendekatan yang membantu


siswa untuk mempelajari keputusan melalui proses langkah demi langkah dengan
cara yang sangat sistematis. Pendekatan ini akan memberi makna bila dihadapkan
pada upaya menangani isu-isu kebijakan yang kompleks. Pengembangan kognitif
moral adalah model yang membantu siswa berpikir melalui pertentangan dengan
cara yang lebih jelas dan menyeluruh melalui tahapan-tahapan umum dari
pertimbangan moral. Tindakan sosial adalah model yang bertujuan meningkatkan
keefektifan siswa mengungkap, meneliti, dam kememecahkan masalah sosial.
Terdapat empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan model
pendidikan moral, yaitu berfokus lebih lanjut, penerimaan akan sesuatu,
memerlukan refleksi lebih lanjut, dan harus mengarah pada tujuan.

2
Dari beberapa pemikiran pendekatan atau model, dapat dideskripsikan sebagai
berikut.

1. Pendekatan Evokasi/Ekspresi Spontan (Evocation Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan cara para siswa diberi kebebasan dan
kesempatan penuh untuk mengemukakan (mengekspresikan) tanggapan perasaan,
penilaian, dan pandangannya terhadap suatu hal yang dijelaskan guru, khususnya
niali-nilai tertentu.

2. Pendekatan Enkulkasi Nilai (The Values Enculcation Approach)

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu


pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri
siswa.

3. Pendekatan Kesadaran (Awareness Approach)

Pendekatan ini menekankan pada kemampuan anak untuk menyadari


kelebihan dan kekurangan dirinya serta memahami kelebihan dan kekurangan
orang lain.

4. Pendekatan Pertimbangan Moral (Moral Reasoning Approach)

Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-


masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral.

5. Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis Approach)

Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan


penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis dan
sistematis dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai
sosial.

6. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values Clarification approach)

3
Pendekatan klatifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan
pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri
untuk meningkatkan kesdaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.

7. Pendekatan Mengintegrasikan Diri (Union Approach)

Dalam pendekatan ini, siswa diintegrasikan dalam kehidupan riil atau stimulasi
yang dirancang guru.

8. Pendekatan Bangungan Rasional ( The Rationale Building Approach)

Model bangunan rasional di rancang untuk membantu perkembangan


kedewasaan moral melalui analisis kritis atas keadaan yang berhubungan langsung
dengan kultur dan masyarakat tertentu. Pendekatan pembelajaran nilai ini
menyiapkan siswa secara responsive dan efektif memfungsikan kemampuan
berfikir analitis dan berprilaku berdasarkan nilai-nilai sosial dan budaya dalam
menghadapi keadaan dan situasi yang ada. Model ini bertujuan untuk membantu
siswabmenggunakan kemampuan berpikir analitis dalam konteks nilai-nilai
kelompok maupun sosial.

9. Pendekatan Pembelajaran Aksi ( The Action Learning Approach)

Model ini mempunyai ide bahwa pendidikan karakter merupaka kombinasi


dari seluruh teori yang di aplikasikan sebagai sebuah keadaan yang didiktekan.
Pendekatan action learning ini berasal dari sebuah perspektif bahwa penilaian
meliputi proses implementasi dan juga pengembangan. Pendekatan ini di
hubungkan dengan usaha kajian sosial guru yang di tekankan pada pengalaman
komunitas dari pengalaman pembelajaran di kelas.

10. Pendekatan Pengembangan Kognitif ( The Cognitive Development


Approach)

Model pengembangan moral kognitif mulanya di kembangkan oleh


Lawrence Kohlberg pada 1950-1960. Teorinya mengombinasikan elemen
psikologi, filsafat, dan pendidikan utuk mendapatakan keempat proposisi berikut:

4
1. Pengembangan moral merupakan hasil dari restrukturisasi kognitif
2. Pengembangan moral terjadi dalam tingkatan yang berurutan
3. Adanya ketentuan kebebasan budaya, standar moral sosial yang
menyediakan langkah pengembangan moral secara hierarkis dan sebagai
basis internasional bagi penilaian moral
4. Melalui pengalaman pendidikan yang tepat, siswa bisa di bantu
mendapatkan langkah pengembangan moral secara hierarkis yang semakin
memungkinkan mereka untuk membuat keputusan moral yang dewasa.

11. Pendekatan Perilaku Sosial Pendidikan Kewarganegaraan (The Social


Action Citizenship Education Approach)

Model perilaku sosial ini mirip dengan beberapa cara dalam program
pendidikan kerakyatan yang mendorong keaktifan siswa berpartisipasi dalam
politik, ekonomi, atau kehidupan sosial dalam komunitasnya. Pendekatan ini
mengembangkan kompetensi lingkungan yang memberikan kemampan kepada
siswa untuk memengaruhi lingkungan dan memberikan dampak dari kebijakan
yang di pilih. Hal ini hanya terjadi apabila siswa berada pada tingkat kompetensi
dan komitmen yang bisa di katakana sebagai agen moral.

12. Pendekatan Ilmu Pengetahuan-Teknologi-Sosial (The Science


Technology-Social (STS) Approach)

Ilmu pengetahuan teknologi sosial relative menjadi gerakan interdispliner


baru dalam pembelajaran nillai. Model ini tumbuh berkembang melalui hubungan
antar ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam yang secara khusus
menjadi problem global yang berhubungan dengan penggunaan dan transfer
teknologi yang telah muncul sebagai isu moral utama di dunia. Misalnya, etika,
medis telah muncul sebagai bidang utama dalam kajian dengan meningkatkan
problem dan isu-isu yang di ciptakan oleh kemajuan teknologi, seperti
perlengkapan hidup dan biogenetik. Kebanyakan pendekatan ini di dasarkan pada
realisasi mngenai:

5
1. Masalah sosial masa kini yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi
2. Sebagai perluasan dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
implikasi sosialnya akan lebih besar
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi akan menciptakan keadaan
sosial yang baru yang lebih banyak berdampak negatif daripada positif
bagi manusia dan lingkungan alam.

Agar strategi pembelajaran nilai tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, dan
menarik, perlu pemaksimalan peran guru. Menurut Davies, guru masa kini bukan
hanya berperan sebagai pengajar dalam arti yang sempit (transfer of knowledge) ,
melainkan juga sebagai pendidik dan pembimbing (transfer of values), perencana,
pembaru, model, peneliti, konselor, penguasa, pekerja rutin, pelestai, penjelajah,
pendobrak, pemberi ilham, pemain, pengarang, pencerita, pencipta, penata
lingkungan, pembelajar, penilai, dan pencetus gagasan.

Menurut McNergney & Carrier, seorang guru harus mampu membantu siswa
untuk mengembangkan potensinya sebagai anggota masyarakat yang efektif. Di
sampingitu, seorang guru harus mampu mendorong semagat menemukan,
memperoleh pengetahuan, memahaminya, dan memformulasikan pemikiran
secara utuh untuk mencapai tujuan.

Dalam masyarakat modern yang menempatkan profesionalisme sebagai asalah


satu tonggak pengembangan masyarakat global, profesi guru merupakan salah
satu profesi yang ada dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai