Anda di halaman 1dari 13

MODEL PEMBELAJARAN PKN SD Model merupakan suatu bentuk tiruan (replika) dari suatu benda yang sesungguhnya.

Suatu contoh konseptual atau prosedur dari suatu program, sistem atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan. Sedangkan model pembelajaran merupakan contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan. Suatu contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran merupakan prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik pembelajaran merupakan cara-cara konkrit yang dipakai saat prosedur pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik pembelajaran meskipun dalam koridor metode yang sama. Suatu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran PKn pada prinsipnya lebih mengarah kepada pengembangan kurikulum atau pengorganisasian isi materi pelajaran. Ada delapan pendekatan, yang menurut Douglas Suparka (dalam Martorella, 1996) dapat digunakan dalam pembelajaran PKn, yaitu: 1. Evokasi (kesempatan), pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan yang didasarkan pada kebebasan dan kesempatan. Pendekatan ini sering dihadapkan pada kendala kultural dan psikologikal, terutama pada masyarakat yang masih eksklusif. 2. Inkulkasi (menanamkan), pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah tersusun oleh guru. Tujuannya untuk mempengaruhi dan mengarahkan siswa pada simpulan nilai yang sudah direncanakan. 3. Kesadaran, adalah bagaimana mengungkap dan membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau orang lain. Kesadaran iktu akan tumbuh menajdi sesuatu yang menumbuhkan kesadaran tentang nilai atau seperangkat nilai tertentu. 4. Penalaran moral, dimana siswa dilibatkan dalam dilema moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilema moral harus dapat diberikan alasan-alasan moral yang rasional. 5. Analisis Nilai, suatu pendekatan yang mengajak siswa untuk mengkaji dan menganalisis nilai yang ada pada suartu media stimulus yang telah disiapkan guru dalam pembelajaran PKn. 6. Pengungkapan nilai, adalah upaya meningkatkan kesadaran diri (self awareness) dan memperhatikan diri sendiri, bukan pemecahan masalah. Pendekatan ini membantu siswa untuk menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan keberartian dan rasa aman. 7. Komitmen, mengarahkan dan menekankan pada seperangkat nilai yang akan mendasari pola piker setiap guru yang bertanggung jawab. Terhadap pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn yang menjadi komitmen dasarnya adalah nilai dan moral Pancasila dan UUD 1945.

8. Memadukan, menyatukan diri siswa dengan pengalaman dalam kehidupan riil yang dirancang oleh guru dalam proses pembelajaran. Proses menyatukan ini dimaksudkan agar siswa benar-benar mengalami secara langsung pengalaman-pengalaman yang dirancang oleh guru memlaui berbagai metode yang sesuai, seperti: metode partisipatori, simulasi, sosiodrama, studi proyek. Pendekatan berhubungan erat dengan strategi, metode dan teknik pembelajaran. Untuk memahami pengertian pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran tersebut, berikut akan diuraikan pengertian konsep-konsep tersebut. Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Sedangkan strategi adalah serangkaian rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk tujuan tertentu (a plan of operation achieving something) . Metode adalah upaya yang dilakukan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan yang nyata untuk mencapai tujuan secara optimal (a way in achieving something). Sementara itu, teknik pembelajaran adalah cara-cara operasional untuk melaksanakan metode pembelajaran. Secara umum pendekatan pembelajaran dibagi atas 2 (dua) : 1. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) 2. Pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher center) Dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa ,menempatkan siswasebagai subyek belajar atau pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih dominan dan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru memfasilitasi jalannya kegiatan pembelajaran tersebut dengan baik atau bertindak sebagai fasilitator pembelajaran. Sementara itu, pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada guru menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran, karenanya siswa dalam posisi yang pasif. Hal ini terjadi karena guru sangat dominan atau pelaku utama dalam pembelajaran. Semua model pembelajaran PKn biasanya mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan proses yang terpisah antara caring, judging dan acting. Pemahaman secara umum terhadap ketiga proses tersebut (caring, judging, acting) akan membantu seorang guru dalam memahami model belajar secara efektif, yaitu: 1. Caring (perhatian), adalah istilah yang menunjukkan perilaku seseorang untuk menolong atau memperhatikan orang lain. Seseorang yang terdorong untuk membantu, memperhatikan dan memikirkan orang lain berarti juga memperhatikan kebutuhan atau minat atau perhatian orang lain yang membangkitkan kepedulian terhadap orang lian. Istilah itu juga mengandung suatu tingkat pemahaman social dan psikologikal tertentu. Memperhatikan dengan menolong orang lain yang dodorong oleh suatu tingkat perasaan tertentu sebenarnya tidak cukup dengan hanya merasakan kebutuhannya, akan tetapi hal itu juga menyangkut nkemampuan untuk mengetahuidan menyimpulkan kebutuhan dan minat orang lain. 2. Judging (Pertimbangan), adalah proses menilai dan mempertimbangkan yang tidak lepas dari nalar ( reasoning) walaupun antara keduanya harus dapat dibedakan. Dengan penalaran (reason though) atau pertimbangan (judge) sebuah moral sering menempatkan kesejahteraan orang lain menjadi taruhannya. Memang harus mempertimbangkan berbagai pihak yang terlibat dalam keputusan /penalaran kita. Misalnya membunuh seseorang demi kepentingan negara memerlukan kemampuan untuk membuat keputusan di antara berbagai bayangan tentang baik dengan penafsiran tandingan dengan yangbenar. Dalam membandingkan antara caring dan judging itu seseorang akan diahadapkan pada pertimbangan nilai (value judgment ) yang mengandung alasan (reasoning). Namun sesuai dengan sifatnya, alasan tidak dapat diterapkan

dalam satu kasus tertentu. Seperti pendapat yang menyatakan bahwa membunuh orang adalah salah tetapi bagaimana halnya dengan membunuh untuk membela diri. Oleh karena itu pertimbangan moral memerlukan kemampuan untuk menilai minat yang saling bertentangan berdasarkan dasar/prinsip dan criteria yang konstan. 3. Acting ( tindakan ), adalah bukanlah sesuatu yang bersifat moral atau immoral, di luar dari motivasi atau pertimbangan seseorang atau tindakan tidak memiliki status moral. Apa yang membuat tindakan sebagai moral adalah kualitas perhatian/ pertimbangan yang yang memandunya. Kerapihan, kebersihan dan kejujuran sering dianggap sebagai moral. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah alas an-alsan yang melatarbelakangi mengapa kita melakukannya. Yang penting pada dasarnya adalah niat, bukan pamer supaya mendapat pujian. Walaupun tindakan bukan sebuah kategori moral, tanpa kesempatan untuk bertindak dan merefleksikan tindakan akan menghambat terjadinya proses pengembangan moral. Yang penting bagi guru, pendidikan moral bukanlah menyejajarkan antara peneyesuaian moral dengan moralitas, namun yang terpenting adalah bagaimana membantu siswa untuk memiliki otonomi moral. Model Pembelajaran (sama hal seperti namanya) adalah sebuah Model yang tidak tabu untuk dikembangkan. Ia adalah sebuah gagasan inti yang menunggu dan berkesempatan besar untuk berkembang. Jadi tidak selamanya sebuah model harus dilaksanakan seperti aslinya, dengan sentuhan kreasi dan inovasi jadilah sebuah model menjadi lebih kaya. Berikut ini adalah model pembelajaran yang dapat dikembangkan di Sekolah Dasar: 1. Model Pembelajaran Induktif Pendekatan ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Langkah-langkah yang bisa kita tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu: (1) Pemilihan Prinsip guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif (2) Pemberian Contoh guru menyajikan contoh khusus, yang mendukung prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh, (3) Pemberian Contoh Lain guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan, dan memperkuat prinsip (4) Menyimpulkan menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut menuju sebuah prinsip yang hendak dicapai siswa. 2. Model Pembelajaran Deduktif Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Langkah-langkah yang dapat kita tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif adalah sebagai berikut: (1) guru memilih konsep, prinsip aturan yang akan disajikan, (2) guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contohcontohnya, (3) guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok,

(4) guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus Dengan model-model pembelajaran tersebut diharapkan dapat memacu kreatifitas guru dalam menentukan dan membuat pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Inovatif dan menyenangkan. Pengembangan materi bahan ajar pada pelajaran PKn untuk siswa Sekolah Dasar sebaiknya mengacu pada Standar Kompetensi yang telah tercantum pada kurikulum. Namun dalam menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator, guru sebaiknya tidak mengacu pada silabut yang sudah ada. Artinya guru dapat merancang sendiri KD dan indikator agar dapat disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan siswa. Hal ini dilakukan karena karakteristik dan keadaan siswa di masing-masing daerah tidak sama. Oleh karena itu pengembangan KD juga harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Berikut adalah contoh pengembangan Silabus pada jenjang Sekolah Dasar kelas IV semester I. Mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memberlakukan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah pengembangan 2006. Menurut Pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 antara lain: Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning); Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning); dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Pada penerapan (implementasi Kurikulum 2013) di lapangan, guru salah satunya harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional. Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah) Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu: Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Langkah-Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)

pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:

Langkah-langkah pendekatan scientific C. MODEL PEMBELAJARAN Pemembelajaran adalah sebuah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran ada model pembelajaran. Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian stategi pembelajaran. Meskipun demikian, pengertian model pembelajaran ini dibedakan dari pengertian strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, dan teknik. Secara sederhana, pendekatan pembelajaran lebih melihat pembelajaran sebagai proses belajar siswa yang sedang berkembang untuk mencapai perkembangannya. Metode lebih berfokus pada prose belajar mengajar untuk bahan ajar dan tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan model pembelajaran lebih melihat pembelajaran sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Model pembelajaran dapat dedefinisikan sebagai sebuah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik setiap kompetensi dasar yang disajikan. Tidak semua model pembelajarn cocok untuk setiap kompetensi dasar. Guru perlu memilih dan menentukan mosdel pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa. D. Model Pembelajaran Discovery Learning Discovery learning adalah salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dan diterapkan dalam pelaksaan pembelajaran kurikulum 2013. Guru sebagai pelasana utama pembelajaran tentu berkewajiban untuk memahami dan menerapkan model pembelajaran ini. Model pembelajaran discovbery learning menggamit beberapa langkah pembelajaran yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Sedangkan pada kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran discovery learning menggamit pemberian stimulasi/ rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi /pembuktian dan menarik kesimpulan /generalisasi. Tahap pertama pembelajaran model discovery learning adalah persiapan. Kegiatan persiapan ini menggamit kegiatan-kegiatan sebagai berikut: pertama, menentukan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran harus dirumuskan terlebih dulu sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Kedua, melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). Setiap anak mempunyai keunikan tersendiri. Dalam hal ini guru harus memperlakukan siswa secara klasikal dan secara individu. Ketiga adalah memilih materi pelajaran. Materi pelajaran harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Keempat adalah menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). Kelima adalah mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Keenam adalah mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan tingkat kesulitan materi. dan ketujuh adalah melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa seusia dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan Tahap pertama pelaksanaan pembelajaran pada model discovery learning adalah. stimulasi/pemberian rangsangan. Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan keingintahuan sehingga merangsang siswa untuk ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang akan dipelajari. Guru tidak memberi siswa generalisai agar siswa mempunyai keinginan untuk mau menyelidiki sendiri baik individu maupoun kelompok. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Tahap kedua pelaksanaan pembelajaran pada model discovery learning adalah pernyataan/ identifikasi masalah. Pada kegiatan ini siswa mempunyai tugas untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang mucul untuk dipecahkan. Selanjutnya siswa memilih satu atau lebih permasalahan yang telah diidentifikasi untuk dibuat rumusan hipotesis jawaban sementara atas pertanyaan masalah. Pada identifikasi ini para siswa telah dilatih membuat hipotesis baik hipotesis nol maupun hipotesis satu. Pendekatan ilmiah sangat diterapkan pada kegiatan ini sehingga siswa akan belajar mandiri sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan Tahap ketiga pelaksanaan pembelajaran pada model discovery learning adalah data pengumpulan data. Pada kegiatan ini siswa melakukan eksplorasi dan mengumpulkan data-data yang dapat dijumpai. Setelah informasi dapat dikumpulkan, siswa dapat membuktikan kebenaran pada hipotesis yang telah dibuat. Guru memberi kesepatan kepada siswa untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Tahap keempat pelaksanaan pembelajaran pada model discovery learning adalah pengolahan data. Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan lainnya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Guru melatih dan membimbing siswa untuk berlatih menata data sehingga data yang diperoleh merupakan data yang valid dan reliable. Tahap kelima pelaksanaan pembelajaran pada model discovery learning adalah verifikasi (pembuktian). Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik

dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari merupakan obyek yang dipelajarai dan merupakan dokumen yang penting bagi siswa dalam menghubungkan kehidupan nyata dengan teori yang dipelajarai dikelas. Tahap keenam pelaksanaan pembelajaran pada model discovery learning adalah menarik kesimpulan/generalisasi. Kegiatan generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setiap siswa/kelompok siswa akan menghasilkan kesimpulan yang mungkin sama atau sebaliknya. Guru perlu melakukan konfirmasi sehingga perbedaan pendapat dari kelas bisa disatukan dan pemahaman siswa bisa dipadukan. Sistem penilaian pada model pembelajaran discovery learning dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan E. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem based learning adalah, metode mengajar yang menggunakan masalah yang nyata, proses dimana siswa belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir kritis, problem based learning adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir. Dengan demikian siswa didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Pembelajaran berdasarkan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Problem based learning menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model pembelajaran berbasis masalah menerapkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang lebih penting adalah apa yang mereka tidak tahu serta apa yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah. Problem based Learning menyediakan pembelajaran aktif, independent, dan mandiri, sehingga menghasilkan siswa yang independen yang mampu meneruskan untuk belajar mandiri dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran kelas model problem based learning suasana lebih hidup deiigan diskusi, debat, clan kontroversi, keingintahuan siswa lebih besar, problem based learning adalah metode mengajar yang memotivasi siswa untuk mencapai sukses secara akademik. Problem based learning adalah suatu strategi pelatihan, siswa bekerja bersama dalam kelompok, dan memikul tanggung jawab untuk pemecahan masalah secara profesional. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai pengamat dan penasehat. Langkah pembelajaran pada model pembelajaran berbasis masalah menggamit konsep dasar, pendifinisian masalah, pembelajaran mandiri, dan pertukaran pengetahuan. Pertama guru memberikan konsep dasar tentang tatacara pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam kegiatan ini guru memberikan, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Langkah kedua

adalah pendefinisian masalah. Dalam langkah ini guru menyampaikan skenario atau permasalahan dan siswa melakukan berbagai kegiatan brainstorming. Semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Langkah ketiga adalah pembelajaran mandiri. Pada kegiatan ini siswa dibimbing untuk mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, pertama agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan kedua informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas. langkah keempat adalah pertukaran pengetahuan. Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, siswa diminta berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa berkumpul sesuai kelompok dan saling memberikan presentasi serta tanggapan. Penilaian pembelajaran pada model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian ini dapat dilakukan oleh guru dengan portofolio yang merupakan kumpulan yang sistematis dari pekerjaan-pekerjaan siswa yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment). Selfassessment adalah penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar. Peer-assessment adalah penilaian yang dilakukan di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya F. Model Pembelajaran Berbasis Proyek Model pembelajaran Proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Kegiatan pembelajaran ini dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui model pembelajaran ini, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi). Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Model pembelajaran yang dilakukan ini merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi perhatian dan usaha peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran pada pembelajaran berbasis proyek menggamit 6 kegiatan pembelajaran yaitu penentuan pertanyaan, menyusun rencana proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evalusasi pengalaman. Pada langkah penentuan pertanyaan, guru pertama-tama menganalisis kompetensi inti dan standar kompetensi. Pada materi yang sesuai dengan model pembelajaran project, guru melakukan inventarisasi dan memilih KD yang benarbenar sesuai dengan model pembelajaran ini. Pada langkah menyusun rencana proyek, guru dan

siswa secara berkelompok melakukan penyusunan rencana proyek yang mencakup menyusun jadwal kegiatan, mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan serta mempersiapkan bagaimana cara menyelesaikan proyek yang telah direncanakan. Pada langkah selanjutnya, guru melakukan monitoring. Monitaring dilakukan guru untuk mengetahui dimana siswa mendapatkan kesulitan dan kapan siswa memerlukan bantuan guru. Belum semua siswa terbiasa dan memahami cara kerja yang diharapkan guru untuk diselesaikan siswa. Para siswa dibimbing oleh guru menguji hasil dan melakukan evalusasi pengalaman. Bagi siswa kegiatan ini akan sangat berkesan dan melatih siswa untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mandiri namun tidak semua siswa menyukai model pembelajaran ini terutama bagi siswa yang tidak menyukai bidang tugas proyek semacam ini. Sistem Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran proyek adalah Penilaian proyek. Penilaian ini merupakan kegiatan penilaian terhadap satu tugas yang harus diselesaiakan dalam kurun waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi penilaian dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: kemampuan pengelolaan, relevansi, dan kaaslian. Kemampuan pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. Relevansi adalah kesesuaian dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. Keaslian adalah bahwa yang dilakukan siswa merupakan hasil karyanya.Teknik penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir. Tahapan yang perlu dinilai yaitu: tahapan penyusunan desain, pengumpulan data, analis data, dan penyiapan laporan tertulis atau poster. Instrumen penilaian berupa daftar cek atau skala penilaian. Beberapa model-model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan di kelas pada kurikulum 2013, antara lain seperti berikut: 1. Model Pembelajaran Kolaborasi Pembelajaran kolaborasi (collaboration learning) menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu mewujudkan belajar kolaboratif. Metode yang dapat diterapkan antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz. 2. Model Pembelajaran Individual Pembelajaran individu (individual learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio, galeri proses. 3. Model Pembelajaran Teman Sebaya Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain. Mengajar teman sebaya (peer learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi temannya. Metode yang dapat diterapkan antara

lain: pertukaran dari kelompok ke kelompok, belajar melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan proyek, pembacaan berita, penggunaan lembar kerja, dll. 4. Model Pembelajaran Sikap Aktivitas belajar afektif (affective learning) membantu peserta didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain: mengamati sebuah alat bekerja atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demonstrasi, mengenal diri sendiri, posisi penasihat. 5. Model Pembelajaran Bermain Permainan (game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang peserta didik lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan pintu pembuka simpul-simpul kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum peserta didik akan mudah menyerap pengetahuan yang diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan keterlibatan belajar peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain: tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran. 6. Model Pembelajaran Kelompok Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain peran. 7. Model Pembelajaran Mandiri Model Pembelajaran mandiri (independent learning) peserta didik belajar atas dasar kemauan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefleksikan keinginan. Teknik yang dapat diterapkan antara lain apresiasi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga cakap memperlakukan alat/bahan berdasarkan temuan sendiri atau modifikasi dan imitasi, refleksi karya, melalui kontrak belajar, maupun terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan (inquiry, discovery,recovery). 8. Model Pembelajaran Multimodel Pembelajaran multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal dibandingkan dengan hanya satu model. Metode yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek, modifikasi, simulasi, interaktif, elaboratif, partisipatif, magang (cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi, imitasi, eksperiensial, kolaboratif. Penataan Ulang PKn dan Menjadi PPKn Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah penataan ulang PKn menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut: Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata pelajaran yang memiliki misi pengokohan kebangsaan

Mengorganisasikan SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan memperkuat nilai dan moral Pancasila; nilai dan norma UUD NRI Tahun 1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi: (1) pengetahuan kewarganegaraan; (2) sikap kewarganegaraan; (3) keterampilan kewarganegaraan; (4) keteguhan kewarganegaraan; (5) komitmen kewarganegaraan; dan (6) kompetensi kewarganegaraan. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn. Hakikat dari PPKn adalah: Kesadaran sebagai warga negara (civic literacy), Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility). Salah satu pertimbangan PKn berubah kembali menjadi PPKn adalah karena pada pada kurikulum 2006, Pancasila tidak dimunculkan secara eksplisit sehingga (seolah) hilang dalam Kurikulum PKn walau ada pokok bahasa yang khusus membahas tentang Pancasila, hanya porsinya sedikit. Oleh karena itu, saat ini Pancasila dimunculkan kembali untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia berlandaskan kepada Pancasila, tidak mengadopsi secara mentah-mentah nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan versi barat (Amerika) yang membuat kondisi demokrasi di Indonesia kebablasan seperti saat ini. Masuknya kembali Pancasila sebagai bagian dari perubahan mata pelajaran PKn menjadi PPKn adalah sebagai bagian dari penguatan 4 (empat) pilar kebangsaan yang meliputi: Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Keempat pilar tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain, dan kesemuanya dijiwai oleh Pancasila. Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. PPKn merupakan mata pelajaran yang sangat relevan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut. Nama PPKn sebenarnya bukan hal yang baru pada kurikulum pendidikan nasional. Pada Kurikulum 1994 nama PPKn juga muncul, kemudian pada kurikulum 2006 hilang, dan pada Kurikulum 2013 Pancasila dimunculkan kembali. Pada kurikulum 2006 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan pada kurikulum 2013 Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi

manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilainilai Pancasila dan UUD 1945. Ruang lingkup kurikulum/substansi utama perubahan PKn menjadi PPKn dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel Ruang Lingkup Kurikulum/Substansi Utama Perubahan PKn 2006 menjadi PPKn 2013 PKn 2006 PPKn 2013 Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa; UUD 1945 sebagai hukum dasar Persatuan dan kesatuan bangsa; yang menjadi landasan konstitusional Norma, hukum, dan peraturan; kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan Hak asasi manusia; bernegara; Kebutuhan warga negara; Bhinneka Tunggal Ika, sebagai Konstitusi negara; wujud keberagaman kehidupan Kekuasaan dan politik; bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Pancasila; dalam keberagaman yang kohesif dan utuh; Globalisasi. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia.

G. KESIMPULAN Model pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pelaksana pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak pelaksana pembelajaran di kelas. Berhasil tidaknya pembelajaran sepenuhnya ada di tangan guru. Tentu banyak unsur pelaksanaan pembelajaran, namun model pembelajaran merupakan satu unsur pembelajaran yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian lebih. Kurikulum 2013 telah menerapkan model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. Pada kurikulum tersebut dikembangkan tiga model pembelajaran yaitu model pembelajaran discovery learning, model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran proyek. Masing-masing model pembelajaran tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan. Namun guru tidak perlu memperuncing kekurangn-kekurangan pada masing-masing model pembelajarn yang dimaksud. Hal yang penting bagi guru adalah memahami, menerapkan dan mengembangkan masingmasing model pembelajaran ini sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efesien serta berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Guru perlu melakukan inovasi-inovasi dari tiga model pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan kelas serta saranan prasarana yang ada. Dukumgan dari pihak kepala sekolah serta rekan sejawat sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai