PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran sangatlah penting yang harus dikuasai oleh seorang
guru baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan selain sekolah, akan tetapi
kadang seorang guru tidak mengerti bagaimana cara melakukan sebuah pendekatan
terhadap murid, guru yang baik serta guru yang pintar adalah guru yang pintar
adalahguru yang bisa memahami kondisi-kondisi siswa dan siswinya, dan juga pandai
dala melakukan perencanaan dalam sebuah pendidikan.
Dan juga tidak hanya sebah pendekatan saja akan tetapi juga pintar ataupandai
dalam memilih metode-metode yang harus dikuasai, metode dalam sebuah pendidikan
sangatlah penting tanpa metode yang tepat maka kegiatan belajar mengajar pun tidak
maksimal, kemungkinan saja tanpa metode seorang murid bisa faham akan tetapi
seorang murid haya faham disekolah tetapi ketika keluar dari sekolah maka pelajaran
yang diserapnya akan mudah hilang.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami akan membahas sedikit tentang
pendekatan dan model pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan dan model pembelajaran?
2. Apa itu model pembelajaran Inquiry?
3. Apa itu model pembelajaran Discovery?
4. Apa yang dimaksud pendekatan Tingkah laku?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dan model pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran Inquiry
3. Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran Discovery
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pendekatan Tingkah laku
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan masukan atau informasi tentang pendekatan dalam model
pembelajaran.
1
2. Bermanfaat bagi guru untuk dapat mengetahui maca-macam pendekatan dalam
model pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Model pembelajaran, menurut Joyce & Weil, adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau
yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Berdasarkan teorinya, pembelajaran dikategorikan menjadi beberapa model. Di
antaranya: Model interaksi sosial, Model pemrosesan informasi, Model personal, dan
Model behavioral (modifikasi tingkah laku)
Teori belajar lain yang mendasari Model pembelajaran ini adalah teori belajar
konstruktivistik. Teori ini dikembangkan oleh Piaget. Menurutnya, pengetahuan itu
akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh anak. Sejak kecil, menurut
4
Piaget, setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri
melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema tersebut secara terus-
menerus diperbarui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan
demikian, tugas guru adalah mendorong anak untuk mengembangkan skema yang
terbentuk melalui kedua proses tersebut.
Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan
untuk diteliti.
Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari
objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru
maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab
akibat.
5
1. Menekankan kepada aktivitas anak secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi ini menempatkan anak sebagai subyek belajar.
Anak tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas (persoalan bersumber dari bahan/materi yang menantang/problematik)
6. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan anak.
2. Bahan pembelajaran tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan
tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
7
4. Guru akan mengajar pada sekelompok anak yang rata-rata memiliki kemauan
dan kemampuan berpikir. Model pembelajaran inquiry akan kurang berhasil
diterapkan kepada anak yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5. Jumlah anak yang belajar terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
2. Prinsip interaksi
3. Prinsip bertanya
5. Prinsip keterbukaan.
Keenam langkah tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Riyanto.
Dengan istilah yang sedikit berbeda, ia menggunakan kata Siklus Inquiry yang
mencakup urutan observation, questioning, hypothesis, data gathering, conclusion.
b. Merumuskan kesimpulan
2. Sejak lama telah tertanam dalam budaya belajar anak bahwa belajar pada
dasarnya adalah menerima materi dari guru. Dengan demikian bagi mereka guru
adalah sumber belajar yang utama. Dengan kondisi seperti itu, anak akan sulit
diajak memecahkan persoalan. Anak juga akan sulit disuruh untuk bertanya.
9
3. Guru kebingungan antara penerapan pembelajaran yang mementingkan kepada
proses atau kepada hasil.
2. Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada anak untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
10
Setelah mengetahui kelebihan dan kelemahan Model pembelajaran inquiry,
hendaknya guru dapat mengantisipasi jika ingin menerapkan model pendekatan
tersebut, sehingga kekurangan dalam pelaksanaannya dapat tertutupi. Kemudian istilah
inquiry terkadang disepadankan dengan discovery. Istilah pertama sudah mafhum dan
telah dibahas, sedangkan untuk lebih jelasnya mengenai istilah yang kedua dapat
disimak melalui pembahasan berikut.
Di antara caranya adalah dengan tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca dan
mencoba sendiri, sehingga anak dapat belajar sendiri. Dengan teknik ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas anak dalam proses belajar mengajar.
5. Mampu mengarahkan cara anak belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
11
6. Membantu anak untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7. Model pendekatan ini berpusat pada anak, bukan pada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar, membantu bila diperlukan.
Sementara kelemahan dari kegiatan discovery dapat diamati dari serentetan poin
berikut:
1. Pada anak harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Anak harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
3. Bagi guru dan anak yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
4. Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan
keterampilan bagi anak.
5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
12
discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelas,
memberikan kesempatan kepada kelas untuk melakukan refleksi. Selanjutnya
guru menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu. Dalam
prosedur ini guru tidak menentukan/menunjukkan aturan-aturan yang harus
digunakan oleh anak, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan guru mengundang
anak untuk mencari aturan-aturan yang harus diperbuatnya. Pemecahan masalah
berlangsung selangkah semi selangkah dalam urutan yang ditemukan sendiri
oleh anak. Guru mengharapkan agar anak secara keseluruhan berhasil
melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukannya secara reflektif. Penggunaan discovery dalam
kelompok kecil sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman guru
sendiri, serta waktu dan kemampuan mengatasi kesulitan anak.
Ada yang menyebut discovery learning sebagai belajar inkuiri (inquiry learning),
yaitu suatu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivitas anak. Inkuiri
menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan discovery menekankan
kepada penemuannya. Anak yang melakukan kegiatan pencarian, apalagi yang
sistematis dan teratur, kemungkinan besar akan menemukan sesuatu, sedangkan
penemuan pada hakikatnya adalah suatu hasil dari proses pencarian. Strategi
jenis ini memadukan konsep psikologi naturalistik romantik dan kognitif-gestalt.
Dalam model pendekatan ini, bentuk bahan ajar tidak dijadikan sebagai bahan
jadi, tetapi dapat berupa bahan setengah jadi, bahkan bahan seperempat jadi. Bahan
pembelajaran dinyatakan sebagai rangkaian pertanyaan terstruktur yang harus dijawab
oleh anak. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak nantinya tidak saja
mendapatkan pemahaman menyeluruh terhadap suatu obyek kajian, tetapi
pemahamannya juga dikembangkan secara bertingkat, sampai kemudian anak tersebut
menemukan jawaban atas pertanyaannya. Berbeda dengan pendekatan behaviorisme di
mana jawaban dari suatu pertanyaan merupakan jawaban tunggal yang pasti benar.
13
Beberapa metode pembelajaran yang termasuk dalam model discovery di
antaranya: pembelajaran yang menggunakan lingkungan, pengamatan, percobaan, dan
pemecahan masalah.
15
tersebut adalah : 1). peristiwa stimulus eksternal, 2). penguat eksternal, dan yang
paling penting adalah proses perantara kognitif. Dalam pelaksanaanya
pendekatan ini diterapkan oleh konselor dengan cara merancang suatu perilaku
adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
3. Cognitive learning ; metode ini merupakan metode pengajaran secara verbal,
kontak antara konselor dengan klien dan bermain peran. Pendekatan ini terdiri
atas persuasi dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan ide
yang tidak rasional.
4. Emotional Learning ; emotional learning diterapkan pada individu yang
mengalami kecemasan. pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan
menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu
rangsangan byang menyenangkan.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan Pembelajaran diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak pendidik yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.
Model pembelajaran, menurut Joyce & Weil, adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Berdasarkan teorinya, pembelajaran dikategorikan menjadi beberapa model.
Saran
Meskipun makalah ini sudah dibuat secara maksimal, kami menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Terlepas dar itu semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca terutama untuk pendidik agar lebih
memahami apa itu pendekatan model pembelajaran.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran: Pengaruhnya
terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2010.
Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam belajar Sains terhadap
Motivasi Belajar Siswa.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
https://refi07.wordpress.com/pendekatan-inquiry-dan-discovery/
http://sumberpaud.blogspot.com/2012/05/inquiry-discovery-dalampembelajaran.html?m=1
18