Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran sangatlah penting yang harus dikuasai oleh seorang
guru baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan selain sekolah, akan tetapi
kadang seorang guru tidak mengerti bagaimana cara melakukan sebuah pendekatan
terhadap murid, guru yang baik serta guru yang pintar adalah guru yang pintar
adalahguru yang bisa memahami kondisi-kondisi siswa dan siswinya, dan juga pandai
dala melakukan perencanaan dalam sebuah pendidikan.
Dan juga tidak hanya sebah pendekatan saja akan tetapi juga pintar ataupandai
dalam memilih metode-metode yang harus dikuasai, metode dalam sebuah pendidikan
sangatlah penting tanpa metode yang tepat maka kegiatan belajar mengajar pun tidak
maksimal, kemungkinan saja tanpa metode seorang murid bisa faham akan tetapi
seorang murid haya faham disekolah tetapi ketika keluar dari sekolah maka pelajaran
yang diserapnya akan mudah hilang.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami akan membahas sedikit tentang
pendekatan dan model pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan dan model pembelajaran?
2. Apa itu model pembelajaran Inquiry?
3. Apa itu model pembelajaran Discovery?
4. Apa yang dimaksud pendekatan Tingkah laku?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dan model pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran Inquiry
3. Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran Discovery
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pendekatan Tingkah laku

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan masukan atau informasi tentang pendekatan dalam model
pembelajaran.
1
2. Bermanfaat bagi guru untuk dapat mengetahui maca-macam pendekatan dalam
model pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran dan Model Pembelajaran


Pendekatan dalam pendidikan Islam berarti proses, perbuatan, dan cara
mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pembelajaran dapa diartikan sebagai suatu
proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidkan. Jika
dalam kegiatan pendidikan metode berfumgsi sebagai cara mendidik, maka pendekatan
berfugsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan
dan keberhasilan.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran juga bisa diartikan sebagai cara pandang


atau titik tolak pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang
ditentukan. Secara umum, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach).

Model Pembelajaran Pada proses penerapannya, istilah-istilah seperti model,


pendekatan, strategi, metode, teknik, dan sebagainya sangatlah familiar dalam lingkup
pembelajaran. Akan tetapi istilah-istilah tersebut seringkali kemudian menyebabkan
timbulnya kebingungan pada sebagian orang.

Model pembelajaran, menurut Joyce & Weil, adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau
yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Berdasarkan teorinya, pembelajaran dikategorikan menjadi beberapa model. Di
antaranya: Model interaksi sosial, Model pemrosesan informasi, Model personal, dan
Model behavioral (modifikasi tingkah laku)

Selanjutnya Rusman menerangkan bahwa terdapat strategi pembelajaran untuk


masing-masing model tersebut. Salah satu dari keempat model tersebut, yakni model
3
pemrosesan informasi meliputi strategi pembelajaran seperti: (1) mengajar induktif, (2)
latihan inquiry, (3) inquiry keilmuan, (4) pembentukan konsep, (5) model
pengembangan, dan (6) advanced organizer model. Sedikit uraian mengenai inquiry
berikut istilah yang seringkali menjadi padanannya, yakni discovery dapat dilihat pada
poin berikut.

B. Model pembelajaran Inquiry

Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian


dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari
atau memahami informasi. Gulo ( dalam Trianto: 2007) menyatakan strategi inquiry
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.

Model pembelajaran inquiry menekankan pada proses mencari dan menemukan.


Materi tidak diberikan secara langsung. Peran anak dalam Model pembelajaran ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing anak untuk belajar.

Model pembelajaran inquiry banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif.


Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir
dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal.
Belajar lebih dari sekadar menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi
bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk anak melalui keterampilan
berpikir. Masih menurut teori ini, belajar pada hakikatnya bukan peristiwa behavioral
yang dapat diamati, tetapi proses seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri.
Proses mental inilah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar
itu sendiri.

Teori belajar lain yang mendasari Model pembelajaran ini adalah teori belajar
konstruktivistik. Teori ini dikembangkan oleh Piaget. Menurutnya, pengetahuan itu
akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh anak. Sejak kecil, menurut
4
Piaget, setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri
melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema tersebut secara terus-
menerus diperbarui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan
demikian, tugas guru adalah mendorong anak untuk mengembangkan skema yang
terbentuk melalui kedua proses tersebut.

Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian,


ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan
masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan
terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase ialah:

Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan
untuk diteliti.

Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari
objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.

Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan,


berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan
sebab akibat.

Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau


prinsip yang lebih formal.

Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru
maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab
akibat.

Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan anak. Model
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu heuriskein, berarti saya menemukan. Ciri-ciri utama pembelajaran inkuiri
sendiri dapat diamati melalui pembacaan aspek-aspek berikut.

5
1. Menekankan kepada aktivitas anak secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi ini menempatkan anak sebagai subyek belajar.
Anak tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.

2. Seluruh aktivitas anak diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban


sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri. Guru di sini sebagai fasilitator dan motivator
belajar anak. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan anak. Jadi kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

3. Tujuan penggunaan Strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan


kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Anak tidak hanya
dituntut untuk menguasai materi, tetapi ia diarahkan pula untuk dapat
menggunakan segala potensinya.

Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran


yang berorientasi kepada anak (student centered approach). Dikatakan demikian karena
dalam model ini anak memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara


maksimal seluruh kemampuan anak untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda,
manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Rujukan lain menekankan bahwa inquiry (menemukan) merupakan kegiatan inti


dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dari keterampilan yang
diperoleh anak bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan apapun materi yang diajarkannya. Joyce mengemukakan kondisi-kondisi
umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi anak, yaitu:
6
1. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang
mengundang anak berdiskusi.

2. Berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya.

3. Penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran


dibicarakan validitas dan realibilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam
pengujian hipotesis.

Sementara itu Syaiful Sagala menuturkan bahwa pendekatan inquiry dapat


dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut dipenuhi.

1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas (persoalan bersumber dari bahan/materi yang menantang/problematik)

2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar anak dan menciptakan


situasi belajar yang menyenangkan

3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup

4. Adanya kebebasan anak untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi

5. Partisipasi setiap anak dalam kegiatan belajar

6. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan anak.

Kemudian Model pembelajaran inquiry akan efektif tatkala:

1. Guru mengharapkan anak dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu


permasalahan yang ingin dipecahkan. Penguasaan materi bukan tujuan utama,
tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.

2. Bahan pembelajaran tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan
tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3. Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.

7
4. Guru akan mengajar pada sekelompok anak yang rata-rata memiliki kemauan
dan kemampuan berpikir. Model pembelajaran inquiry akan kurang berhasil
diterapkan kepada anak yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.

5. Jumlah anak yang belajar terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6. Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang


berpusat pada anak.

Dalam praktiknya, guru dituntut untuk tidak mengabaikan prinsip-prinsip


penggunaan Model pembelajaran inquiry berikut:

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual

2. Prinsip interaksi

3. Prinsip bertanya

4. Prinsip belajar untuk berpikir

5. Prinsip keterbukaan.

Adapun urutan langkah-langkah pelaksanaan Model pembelajaran inquiry secara


umum meliputi: (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4)
mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.

Keenam langkah tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Riyanto.
Dengan istilah yang sedikit berbeda, ia menggunakan kata Siklus Inquiry yang
mencakup urutan observation, questioning, hypothesis, data gathering, conclusion.

Sementara itu, berhubungan dengan langkah-langkah di atas Amri dan Ahmadi


menjelaskan bahwa kemampuan yang dituntut menurut tahapan-tahapan inkuiri berupa:

1. Merumuskan masalah. Kemampuan yang dituntut: kesadaran terhadap masalah,


melihat pentingnya masalah, merumuskan masalah.

2. Mengembangkan hipotesis. Kemampuan yang dituntut: menguji dan


menggolongkan yang dapat diperoleh, melihat dan merumuskan hubungan yang
ada secara logis, dan merumuskan hipotesis.
8
3. Menguji jawaban tentatif. Kemampuan yang dituntut:

a. Merakit peristiwa, terdiri dari: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan,


mengumpulkan data, dan mengevaluasi data.

b. Menyusun data, terdiri dari: mentranslasikan data, menginterpretasikan data


dan mengklasifikasikan data.

c. Analisis data, terdiri dari: melihat hubungan, mencatat persamaan dan


perbedaan, dan mengidentifikasikan tren, sekuensi, dan keteraturan.

4. Menarik kesimpulan. Kemampuan yang dituntut:

a. Mencari pola dan makna hubungan

b. Merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.

Selanjutnya guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai


peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi
kerja kelompok.

Runtutan penerapan Model pembelajaran inquiry sebagaimana tergambar di atas


ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan. Berbagai kesulitan pun muncul ketika
guru harus menerapkan model pembelajaran tersebut. Di antara kesulitan-kesulitan yang
dihadapi adalah:

1. Karena Model pembelajaran inquiry menekankan kepada proses, guru yang


sudah terbiasa menekankan kepada hasil belajar akan kesulitan, bahkan
keberatan untuk mengubah pola mengajarnya.

2. Sejak lama telah tertanam dalam budaya belajar anak bahwa belajar pada
dasarnya adalah menerima materi dari guru. Dengan demikian bagi mereka guru
adalah sumber belajar yang utama. Dengan kondisi seperti itu, anak akan sulit
diajak memecahkan persoalan. Anak juga akan sulit disuruh untuk bertanya.

9
3. Guru kebingungan antara penerapan pembelajaran yang mementingkan kepada
proses atau kepada hasil.

Terlepas dari perdebatan mengenai kesulitan-kesulitan tersebut, Model


pembelajaran inquiry juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Di antara
keunggulannya adalah:

1. Model pembelajaran inquiry merupakan pendekatan yang menekankan pada


pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.

2. Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada anak untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.

3. Model pembelajaran inquiry merupakan pendekatan yang dianggap sesuai


dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4. Model pembelajaran inquiry dapat melayani kebutuhan anak yang memiliki


kemampuan di atas rata-rata. Anak yang memiliki kemampuan belajar bagus
tidak akan terhambat oleh anak yang lemah dalam belajar.

Sementara kelemahan yang dimiliki dari Model pembelajaran inquiry adalah:

1. Jika Model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model pembelajaran, maka


akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan anak.

2. Model pembelajaran inquiry sulit dalam merencanakan pembelajaran karena


terbentur dengan kebiasaan anak dalam belajar.

3. Dalam penerapannya, kadang-kadang memerlukan waktu yang cukup panjang,


sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan anak


menguasai materi pelajaran, maka Model pembelajaran inquiry akan sulit
diterapkan oleh setiap guru.

10
Setelah mengetahui kelebihan dan kelemahan Model pembelajaran inquiry,
hendaknya guru dapat mengantisipasi jika ingin menerapkan model pendekatan
tersebut, sehingga kekurangan dalam pelaksanaannya dapat tertutupi. Kemudian istilah
inquiry terkadang disepadankan dengan discovery. Istilah pertama sudah mafhum dan
telah dibahas, sedangkan untuk lebih jelasnya mengenai istilah yang kedua dapat
disimak melalui pembahasan berikut.

C. Model pembelajaran Discovery

Discovery adalah proses mental di mana anak mampu mengasimilasikan sesuatu


konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain adalah mengamati, mencerna,
mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Suatu konsep misalnya segitiga, panas, demokrasi, dan
lain-lain. Sedangkan yang dimaksud prinsip misalnya logam apabila dipanaskan akan
mengembang. Dalam teknik ini anak dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami
proses mental itu sendiri. Guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Di antara caranya adalah dengan tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca dan
mencoba sendiri, sehingga anak dapat belajar sendiri. Dengan teknik ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas anak dalam proses belajar mengajar.

Terdapat beberapa keunggulan dari kegiatan discovery yang dapat dijabarkan


sebagaimana berikut:

1. Membantu anak untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta


penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan anak.

2. Anak memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga


dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa anak tersebut.

3. Membangkitkan kegairahan belajar anak.

4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang dan maju sesuai


dengan kemampuannya masing-masing.

5. Mampu mengarahkan cara anak belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
11
6. Membantu anak untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7. Model pendekatan ini berpusat pada anak, bukan pada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar, membantu bila diperlukan.

Sementara kelemahan dari kegiatan discovery dapat diamati dari serentetan poin
berikut:

1. Pada anak harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Anak harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.

2. Bila kelas terlalu besar, penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

3. Bagi guru dan anak yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

4. Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan
keterampilan bagi anak.

5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

Pendekatan model belajar discovery paling baik dilaksanakan dalam kelompok


belajar kecil. Namun ia dapat juga dilakukan dalam kelompok belajar yang lebih besar.
Meskipun tidak semua anak dapat terlibat dalam proses discovery, namun pendekatan
ini dapat memberikan manfaat bagi anak yang belajar. Pendekatan ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah ataupun dua arah, bergantung pada
besarnya kelas.

1. Sistem satu arah (ceramah reflektif)

Pendekatan satu arah artinya penyajian satu arah (penuangan/exposition) yang


dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang anak
melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah
dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah

12
discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelas,
memberikan kesempatan kepada kelas untuk melakukan refleksi. Selanjutnya
guru menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu. Dalam
prosedur ini guru tidak menentukan/menunjukkan aturan-aturan yang harus
digunakan oleh anak, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan guru mengundang
anak untuk mencari aturan-aturan yang harus diperbuatnya. Pemecahan masalah
berlangsung selangkah semi selangkah dalam urutan yang ditemukan sendiri
oleh anak. Guru mengharapkan agar anak secara keseluruhan berhasil
melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukannya secara reflektif. Penggunaan discovery dalam
kelompok kecil sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman guru
sendiri, serta waktu dan kemampuan mengatasi kesulitan anak.

2. Sistem dua arah (discovery terbimbing)

Ada yang menyebut discovery learning sebagai belajar inkuiri (inquiry learning),
yaitu suatu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivitas anak. Inkuiri
menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan discovery menekankan
kepada penemuannya. Anak yang melakukan kegiatan pencarian, apalagi yang
sistematis dan teratur, kemungkinan besar akan menemukan sesuatu, sedangkan
penemuan pada hakikatnya adalah suatu hasil dari proses pencarian. Strategi
jenis ini memadukan konsep psikologi naturalistik romantik dan kognitif-gestalt.

Dalam model pendekatan ini, bentuk bahan ajar tidak dijadikan sebagai bahan
jadi, tetapi dapat berupa bahan setengah jadi, bahkan bahan seperempat jadi. Bahan
pembelajaran dinyatakan sebagai rangkaian pertanyaan terstruktur yang harus dijawab
oleh anak. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak nantinya tidak saja
mendapatkan pemahaman menyeluruh terhadap suatu obyek kajian, tetapi
pemahamannya juga dikembangkan secara bertingkat, sampai kemudian anak tersebut
menemukan jawaban atas pertanyaannya. Berbeda dengan pendekatan behaviorisme di
mana jawaban dari suatu pertanyaan merupakan jawaban tunggal yang pasti benar.

13
Beberapa metode pembelajaran yang termasuk dalam model discovery di
antaranya: pembelajaran yang menggunakan lingkungan, pengamatan, percobaan, dan
pemecahan masalah.

D. Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Personal)


Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada
saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi
behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Pada
hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang
lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam
kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9). Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan
dengan bimbingan karena keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya
(1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan
bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara
Pribadi.
Sedangkan pengertian behavioral/behaviorisme adalah satu pandangan teoritis
yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan
konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54). Aliran
Behaviorisme ini berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti
perkembangannya di Amerika oleh JB. Watson (1878-1958).
a) Konsep Dasar Teori Konseling Behavioral
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas tentang konsep dasar konseling
adalah membantu, sedangkan konsep dasar dari behaviorisme adalah prediksi & control
atas perilaku manusia yang tampak. Muhamad Surya (1988:186) memaparkan bahwa
dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat
diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya,
proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk
membantu individu untuk mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Hal yang paling mendasar dalam konseling behavioral adalah penggunaan konsep-
konsep behaviorisme dalam pelaksanaan konseling, seperti konsep reinforcement , yang
nerupakan bentuk adaptasi dari teori pengkondisian klasik Pavlov, dan pengkondisiaan
14
operan dari Skinner. Menurut Surya (1988:186) menyatakan bahwa ada tiga macam hal
yang dapat memberi penguatan yaitu : 1). Positive reinforcer adalah konsekuensi positif
yang mengarahkan perilaku untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kembali
perilaku terebut, 2).Negative reinforcer adalah perilaku yang menghilangkan sesuatu
yang negatif yang mendorong peningkatan kemungkinan bahwa respon yang telah
muncul akan diulangi dimasa depan, 3).no consequence and natural stimuli.
b) Hakikat Manusia Dalam Konseling Behavioral
Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis,
manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan
keinginan lingkungan yang membentuknya. Muhamad Surya (1988:186) menjelaskan
tentang hakikat manusia dalam pandangan teori behavioristi sebagai berikut : ‘ dalam
teori ini menganggap manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan
dengan control terbatas, hidup dalam alam deterministic dan sedikit peran aktifnya
dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi
terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang
kemudian membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan
macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Dapat kita simpulkan dari
anggapan teori ini bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang
paling kuat maka itulah yang akan membentuk p diri individu.
c) Metode-metode Konseling Behavioral
Terdapat beberapa pendekatan atau metode yang diterapkan dalam konseling
behavioral. Krumboltz (Surya, 1988:188) memberikan empat kategori pendekatan
konseling behavioral : 1). operant learning, 2).social modeling, 3). Cognitive leraning,
4). emotional learning. Tidak jauh beda apa yang dipaparkan Rosjidan (1988:225)
sebagai berikut : 1). Analisis tingkah laku yang diterapkan, 2). Model stimulus-respons
neobehavioristik, 3). Teori belajar social, dan 4). Modifikasi tingkah laku kognitif.
1. Operant Learning : pendekatan ini merupakan adaptasi dari dua teori
kondisioning dari Pavlov dan Skinner, pendekatan ini memfokuskan pada
penguatan (Reinforcement), dalam pembentukan perilaku klien yang
dikehendaki.
2. Pendekatan belajar social bertolak dari pendapat Bandura tentang tiga sistem
terpisah namun merupakan system pengatur yang saling berkaitan, tiga aspek

15
tersebut adalah : 1). peristiwa stimulus eksternal, 2). penguat eksternal, dan yang
paling penting adalah proses perantara kognitif. Dalam pelaksanaanya
pendekatan ini diterapkan oleh konselor dengan cara merancang suatu perilaku
adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
3. Cognitive learning ; metode ini merupakan metode pengajaran secara verbal,
kontak antara konselor dengan klien dan bermain peran. Pendekatan ini terdiri
atas persuasi dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan ide
yang tidak rasional.
4. Emotional Learning ; emotional learning diterapkan pada individu yang
mengalami kecemasan. pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan
menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu
rangsangan byang menyenangkan.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan Pembelajaran diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak pendidik yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.

Model pembelajaran, menurut Joyce & Weil, adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Berdasarkan teorinya, pembelajaran dikategorikan menjadi beberapa model.

Saran

Meskipun makalah ini sudah dibuat secara maksimal, kami menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Terlepas dar itu semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca terutama untuk pendidik agar lebih
memahami apa itu pendekatan model pembelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran: Pengaruhnya
terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2010.
Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam belajar Sains terhadap
Motivasi Belajar Siswa.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.

https://refi07.wordpress.com/pendekatan-inquiry-dan-discovery/
http://sumberpaud.blogspot.com/2012/05/inquiry-discovery-dalampembelajaran.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai