Anda di halaman 1dari 5

8.

Pendekatan Bangungan Rasional ( The Rationale Building Approach)

Model bangunan rasional di rancang untuk membantu perkembangan


kedewasaan moral melalui analisis kritis atas keadaan yang berhubungan langsung
dengan kultur dan masyarakat tertentu. Pendekatan pembelajaran nilai ini
menyiapkan siswa secara responsive dan efektif memfungsikan kemampuan
berfikir analitis dan berprilaku berdasarkan nilai-nilai sosial dan budaya dalam
menghadapi keadaan dan situasi yang ada. Model ini bertujuan untuk membantu
siswabmenggunakan kemampuan berpikir analitis dalam konteks nilai-nilai
kelompok maupun sosial.

9. Pendekatan Pembelajaran Aksi ( The Action Learning Approach)

Model ini mempunyai ide bahwa pendidikan karakter merupaka kombinasi


dari seluruh teori yang di aplikasikan sebagai sebuah keadaan yang didiktekan.
Pendekatan action learning ini berasal dari sebuah perspektif bahwa penilaian
meliputi proses implementasi dan juga pengembangan. Pendekatan ini di
hubungkan dengan usaha kajian sosial guru yang di tekankan pada pengalaman
komunitas dari pengalaman pembelajaran di kelas.

10. Pendekatan Pengembangan Kognitif ( The Cognitive Development


Approach)

Model pengembangan moral kognitif mulanya di kembangkan oleh


Lawrence Kohlberg pada 1950-1960. Teorinya mengombinasikan elemen
psikologi, filsafat, dan pendidikan utuk mendapatakan keempat proposisi berikut:

1. Pengembangan moral merupakan hasil dari restrukturisasi kognitif


2. Pengembangan moral terjadi dalam tingkatan yang berurutan
3. Adanya ketentuan kebebasan budaya, standar moral sosial yang
menyediakan langkah pengembangan moral secara hierarkis dan sebagai
basis internasional bagi penilaian moral
4. Melalui pengalaman pendidikan yang tepat, siswa bisa di bantu
mendapatkan langkah pengembangan moral secara hierarkis yang semakin
memungkinkan mereka untuk membuat keputusan moral yang dewasa.

11. Pendekatan Perilaku Sosial Pendidikan Kewarganegaraan (The Social


Action Citizenship Education Approach)

Model perilaku sosial ini mirip dengan beberapa cara dalam program
pendidikan kerakyatan yang mendorong keaktifan siswa berpartisipasi dalam
politik, ekonomi, atau kehidupan sosial dalam komunitasnya. Pendekatan ini
mengembangkan kompetensi lingkungan yang memberikan kemampan kepada
siswa untuk memengaruhi lingkungan dan memberikan dampak dari kebijakan
yang di pilih. Hal ini hanya terjadi apabila siswa berada pada tingkat kompetensi
dan komitmen yang bisa di katakana sebagai agen moral.

12. Pendekatan Ilmu Pengetahuan-Teknologi-Sosial (The Science


Technology-Social (STS) Approach)

Ilmu pengetahuan teknologi sosial relative menjadi gerakan interdispliner


baru dalam pembelajaran nillai. Model ini tumbuh berkembang melalui hubungan
antar ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam yang secara khusus
menjadi problem global yang berhubungan dengan penggunaan dan transfer
teknologi yang telah muncul sebagai isu moral utama di dunia. Misalnya, etika,
medis telah muncul sebagai bidang utama dalam kajian dengan meningkatkan
problem dan isu-isu yang di ciptakan oleh kemajuan teknologi, seperti
perlengkapan hidup dan biogenetik. Kebanyakan pendekatan ini di dasarkan pada
realisasi mngenai:

1. Masalah sosial masa kini yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi
2. Sebagai perluasan dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
implikasi sosialnya akan lebih besar
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi akan menciptakan keadaan
sosial yang baru yang lebih banyak berdampak negatif daripada positif
bagi manusia dan lingkungan alam.

Agar strategi pembelajaran nilai tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, dan
menarik, perlu pemaksimalan peran guru. Menurut Davies, guru masa kini bukan
hanya berperan sebagai pengajar dalam arti yang sempit (transfer of knowledge) ,
melainkan juga sebagai pendidik dan pembimbing (transfer of values), perencana,
pembaru, model, peneliti, konselor, penguasa, pekerja rutin, pelestai, penjelajah,
pendobrak, pemberi ilham, pemain, pengarang, pencerita, pencipta, penata
lingkungan, pembelajar, penilai, dan pencetus gagasan.

Menurut McNergney & Carrier, seorang guru harus mampu membantu siswa
untuk mengembangkan potensinya sebagai anggota masyarakat yang efektif. Di
sampingitu, seorang guru harus mampu mendorong semagat menemukan,
memperoleh pengetahuan, memahaminya, dan memformulasikan pemikiran
secara utuh untuk mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai