Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk kita perhatikan dalam
proses perjalanannya dari masa ke masa. Penggunaan metode dalam pendidikan yang begitu
bervariasi menjadi tidak efektif jika tanpa aplikasi secara maksimal. Seiring perkembangan
jaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill (keterampilan tekhnis)yaitu
menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis, harus mulai dibenahi.
Sekarang pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan dan berkarakter.
Berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak
Pendidikan karakter sesungguhnya merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai
sebuah bangsa. Namun dalam konteks pendidikan formal tanpa kiprah guru yang memang
di titahkan sebagai pendidik professional kepada siapa lagi pendidikan karakter secara
formal akan di pasrahkan. Pendidikan tidak hanya di fokuskan terhadap sekolah saja, namun
bagaimana pendidikan untuk anak dikelola dengan tepat di rumah sehingga terjadi
keseimbangan optimalisasi peran keluarga menjadi faktor penting dalam pendidikan
karakter di rumah.
Dalam Pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan secara efektif dan efisien
apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoperasikannya,
dana yang cukup, sarana prasarana yg memadai untuk mendukung proses pembelajaran,
serta dukungan masyarakat. Dukungan masyarakat disini sangat dibutuhkan kembali, karena
krisis multidimensi telah memperlemah kemampuan bersekolah dan menimbulkan dampak
negatif, diantaranya menurunnya akhlak, moral, dan karakter peserta didik. Bahkan karakter
masyarakat pada umumnya.
Sejak zaman orde lama, orde baru, orde reformasi sampai sekarang pendidikan
nasional belum tertangani oleh ahlinya secara profesional. Sehingga untuk meningkatkan
kualitas pendidikan harus melakukan reformasi total terhadap manajemen dan sistem
pendidikan nasional. Jika hal ini tidak dilakukan, maka hancurlah bangsa ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian strategi pembelajaran ?
2. Apa pengertian pendidikan berkarakter ?

1
3. Bagaimana prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran ?
4. Metode apakah yang digunakan dalam membangun interaksi berbasis karakter?
5. Apa pengertian interaksi dalam pembelajaran ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui metode apakah yang digunakan dalam membangun interaksi
berbasis karakter.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran


Strategi dalam pendidikan diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
serangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
dapat dimaknai pula dalam kitannya dengan kurikulum, strategi kaitannya dengan tokoh
serta strategi kaitannya dengan metodologi.
Dari hal tersebut, ada hal yang harus di perhatikan. Pertama, strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan termasuk metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya
pembelajaran. Kedua, srtategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu,
sebelum menentukan strategi harus dirumuskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Maka strategi dalam kegiatan pembelajaran harus dikerjakan oleh
pendidik maupun peserta didik agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
Dalam berbagai hal, strategi sering diartikan dengan metode, padahal antara
keduanya mempunyai perbedaan yang jelas. Strategi menunjuk kepada sebuah
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara untuk
melaksanakan strategi.

B. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikam moral, karena
pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalh benar- salah, tetapi bagaimana
menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal- hal yang baik dalam kehidupan, sehingga
anak/ peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian
dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari- hari.
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, dan
atau nilai yang berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral.
Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan
terjewantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir,
olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan
temperamen, yang lebih memberi penekanan pada defenisi psikososial yang
3
dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter dilihat
dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur somatopsikis yang
dimiliki seseorang sejak lahir.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Penyelenggaraan pendidikan karakter
memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang dimaksudkan adalah
bagaimana pembentukan karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan secara memadai.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan karakter pada
seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang
bersangkutan, yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture)
dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh
dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya.
Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat
dan ndividu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat
dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui
rekayasa faktor lingkungan.
Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap
siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilakukan, yaitu:
1. Moral Knowing/Learning to know
Pada tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pendidikan karakter. Dalam
tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai.
Oleh karena itu, siswa harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan
tercela serta nilai-nilai universalnya, memahami secara logis dan rasional bahwa
pentingnya akhlak mulia dan bahayanya akhlak tercela, mengenal sosok Nabi
Muhammad SAW sebagai figure teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits dan
sunnahnya.
2. Moral Loving/Moral Feeling
Dalam tahapan ini, perlunya belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat.
Dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai
akhlak mulia. Sasaran dalam hal ini ialah guru, karena merupakan dimensi
emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio, atau logika.

4
3. Moral Doing/Learning to do
Pada tahapan inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa
mempraktikkan nilai-nilai akhlak itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi
semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan saying,
adil sera murah hati.

C. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi pembelajaran


Dalam Diknas Nomor 19 Tahun 2005 mengatakan bahwa proses pembelajaran
pendidikan di selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
1. Interaktif
Prinsip ini mengandung bahwa mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan
pengetahuan dari pendidik ke peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap sebagai
proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
Dengan cara tersebut, dimungkinkan kemampuan peserta didik akan berkembang
baik secara mental-spiritual, intelektual, emosional, sosial, dan fisik.
2. Inspiratif
Proses pembelajaran dapat dikatakan inspiratif jika proses pembelajaran
memungkinkan peserta didik untuk melakukan sesuatu . Disini, pendidik harus
membuka berbagai peluang agar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang terkait
dengan materi pelajaran.
3. Menyenangkan
Proses pembelajaran yang menyenangkan atau bermakna dapat dilakukan
pendidik dengan cara pertama : dengan menata ruangan yang bagus dan menarik.
Kedua : pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang
relevan.
4. Menantang
Proses pembelajaran haruslah membuat peserta didik tertantang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan keterampilan aplikatif dan
keterampilan bersosial. Dan kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara

5
mengembangkan rasa ingin tahu dengan kegiatan mencoba-coba, berpikir secara
intuitif dan analisis.
5. Motivasi
Motivasi merupakan daya dorong yang kuat yang memungkinkan peserta
didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Peserta didik harus ingat pepatah
kuno Romawi : Decimus non scholae set vitae (terjemahan bebasnya : kita belajar
bukan untuk sekolah/cari ijazah, tetapi untuk hidup). Motivasi belajar yang utama
adalah kebutuhan untuk dapat hidup dikemudian hari dengan baik, bukan untuk
mencari gelar atau ijazah.

D. Metode Membangun Interaksi Strategi Berbasis Karakter


Istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas dasar tersebut, maka model belajar
mengajar adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Untuk mengembangkan strategi ini, terlebih dahulu perlu memahami model-model
pengembangan strategi pada umumnya. Model ini di sajikan untuk memperkaya
pemahaman tentang pengembangan strategi sehingga kita benar-benar siap untuk
mengembangkan model strategi pendidikan karakter dengan sukses.
1) Penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan sehari-hari
a. Keteladanan/contoh
Kegiatan seperti ini merupakan pemberian contoh/teladan yang biasa
dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang
dapat dijadikan model bagi peserta didik.
b. Kegiatan Spontan
Kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Biasanya
dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang
kurang baik.
c. Teguran
Seorang pendidik perlu menegur apabila peserta didik melakukan perilaku
buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik.

6
d. Pengkondisian Lingkungan
Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana
fisik. Missal : penyediaan tempat sampah, jam dinding, tata tertib, dan lain-lain
sehingga peserta didik dapat mudah membaca dan menerapkannya.
e. Kegiatan Rutin
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten
setiap saat. Missal : berbaris masuk kelas, berdoa sebelum dan sesudah belajar,
mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain.

2) Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran


a. Model Tadzkirah
Yaitu model untuk mengantarkan peserta didik agar senantiasa memupuk ,
memelihara dan menumbuhkan rasa keimanan yang telah di Ilhamkan oleh
Allah SWT agar mendapat wujud konkretnya yaitu amal saleh yang dibingkai
dengan ibadah yang ikhlas sehingga melahirkan suasana hati yang lapang dan
ridha atas ketetapan Allah SWT. Tadzkirah sendiri diartikan Peringatan. Dalam
QS.Al-Muddatsir : 54-55.
– ٥٤-٥٥ . ُ‫ فَ َمن شَاء ذَك ََره‬# ‫ك اََّل ِإناهُ تَذْ ِك َرة‬
“Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah
peringatan. Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran
dari padanya”.
b. Tunjukan Teladan
Keteladanan dan kecintaan yang dipancarkan dari seorang pendidik
kepada peserta didik, serta modal kedekatan yang dibina bersamanya, akan
membawa mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan
pendidik. Dengan demikian, menabung kedekatan dan cinta kasih sayang
kepada peserta didik akan memudahkan pendidik nantinya membawa mereka
pada kebaikan-kebaikan.
c. Arahkan (Berikan Bimbingan)
Dijelaskan dalam QS.Ar-Rum: 30
‫َّللاِ ذَلِكَ الدِي ُن ْالقَيِ ُم َولَ ِك ان‬
‫ق ا‬ ِ ‫علَ ْي َها ََل ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ َ َ‫َّللاِ الاتِي ف‬
َ ‫ط َر النا‬
َ ‫اس‬ ْ ِ‫ِين َحنِيفا ً ف‬
‫ط َرة َ ا‬ ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِللد‬
-٣٠- َ‫اس ََل َي ْعلَ ُمون‬ ِ ‫أ َ ْكث َ َر النا‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada

7
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”. (QS.Ar-Rum:30)
Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia Diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.
Pada dasarnya anak telah diciptakan oleh Allah sesuai dengan fitrahnya,
yaitu cenderung pada kebenaran. Apabila anak tersebut di arahkan sejak kecil
dalam hal tidak baik, maka akan menimbulkan kebiasaan sampai dewasa.
Bimbingan orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya perlu di berikan
alasan, penjelasan, pengarahan mengenai hal tersebut.
Bimbingan lebih merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai
kemandirian diri. Bimbingan dapat berupa lisan, latihan, dan keterampilan.
d. Dorongan
Kebersamaan orang tua dan guru dengan anak tidak sekedar memberi
makan, minum,pakaian, dan lain-lain. Akan tetapi juga memberikan pendidikan
yang tepat. Seorang anak harus memiliki motivasi yang kuat dalam pendidikan,
sehingga pendidikan menjadi efektif. Anak yang memiliki motivasi akan
memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya sendiri.
Sabda Rasululloh SAW : “Allah akan memberi rahmat kepada orang tua
yang membantu kepada anaknya untuk berbuat baik kepadanya. Yakni orang
tua yang tidak menyuruh anaknya berbuat sesuatu yang sekiranya anak tersebut
tidak mampu mengerjakan.”
e. Kontinuitas (Sebuah Proses Pembiasaan dalam Belajar, Bersikap, dan Berbuat)
Al-Qur’an menjadikan kebiasaan sebagai salah satu teknik atau metode
pendidikan. Kemudian ia mengubah sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa
dapat menunaikan kebiasaan tersebut tanpa susah payah.
Al-Qur’an mempergunakan cara bertahap dalam menciptakan kebiasaan
yang baik, begitu juga dalam menghilangkan kebiasaan yang buruk dalam diri
seseorang. Dalam upaya tersebut, Al-Qur’an menempuhnya melalui dua cara :
Pertama, dicapainya melalui bimbingan dan latihan. Kedua, dengan cara
mengkaji aturan-aturan Allah yang terdapat di alam raya yang bentuknya amat
teratur.

8
Menurut Al-Ghazali “Kewajiban utama dari seorang pendidik ialah
mengajarkan kepada anak-anak, apa-apa yang mudah dan gampang di
pahaminya, oleh karena masalah-masalah yang pelik akan mengakibatkan
kekacauan pikiran dan menyebabkan ia lari dari ilmu.”

3) Strategi Pembelajaran yang Harus Dilakukan


a. Pembelajaran Kontekstual.
Contextual Teaching and Learning (CTL) ialah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan yang nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri (Wina, 2008)
Merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan.
Ciri-ciri dari pembelajaran ini ialah Pertama, strategi ini menekankan
kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Peserta didik disini menempatkan sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh
aktivitas yang dilakukan peserta didik di arahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan, sehingga di
harapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Ketiga : tujuan dari
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Sehingga peserta didik tidak hanya
dituntut agar menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
c. Strategi pembelajaran Kooperatif
Model dari pembelajaran ini adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah di rumuskan. Strategi ini selain mampu untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, juga mampu meningkatkan
hubungan sosial, meningkatkan toleransi dan meningkatkan harga diri.
Kemudian dapat memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik dalam belajar

9
berpikir, memecahkan masalah, mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan.
d. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dengan maksud agar peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. SPE ini mempunyai karakteristik,
Pertama, cara penyampaian materi secara lisan/ceramah. Kedua, materi
pelajaran sudah jadi, sehingga peserta didik tinggal menghafal. Ketiga, tujuan
utama pembelajaran adalah menguasai materi pembelajaran itu sendiri.
Implementsi pendidikan karakter di sekolah memberikan kewenangan
kepada daerah dan sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan
karakter, terutama dalam mengidentifikasi karakter, dan mengembangkan
silabus sesuai dengan kebutuhan daerah, kebutuhan dan karakteristik peserta
didik. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan akan memberikan makna
bagi setiap peserta didik dalam mengembangkan potensinya masing-masing.
Dalam pelaksanaannya sistem nilai yang harus di sampaikan kepada
peserta didik, harus memuat baik nilai lokal, nilai nasional, maupun nilai global.
Sehingga peserta didik tidak hanya mampu memahami dan bertindak sesuai
dengan tuntutan lokal, dan nasional, tetapi juga di persiapkan untuk berpikir
secara global.

E. Pengertian interaksi dalam pembelajaran


Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan
pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan
dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya
ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
fungsi dari tujuan pengajaran :
1) Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi
belajar mengajar.
2) Menjadi penentu arah kegiatan
3) Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran

10
4) Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan
mempeluasruang lingkupnya.
5) Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi.

Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah
kegiatan timbal balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling
melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu
berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal
pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik
bersama. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Interaksi adalah suatu jenis tindakan
atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek
satu sama lain. Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru
dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu
kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan
gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.
Roestilah (1994 : 35 ) mengemukakan bahwa “interaksi yaitu proses dua arah yang
mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan”. Berarti
interaksi dapat terjadi antar pihak jika pihak yang terlibat saling memberikan aksi dan
reaksi. Suhubungan dengan itu interaksi adalah proses saling mengambil peran. Zahra
(1996 :91) mengemukan bahwa “Interaksi merupakan kegiatan timbal balik. Interaksi
belajar mengajar berarti suatu kegiatan social karena antara peserta didik dan gurunya
ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan”. Menurut Homans (Ali, 2004: 87)
mendefisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan
suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Menurut
Sardiman (1986:8)” interaksi yang dikatakan dengan iteraksi pendidikan apabila secara
sadar mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah
kedewasaan”. Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah
hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan
adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Di mana interaksi itu harus
diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan
tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.

11
F. Macam-macam interaksi dalam pembelajaran :
Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa,
yaknii komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.
1) Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa
pasif, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
2) Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa,
bisa penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan
siswa.
3) Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara
siswa dengan siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru,
dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lain.
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai
pola komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai
dengan konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang dikehendaki para
ahli dalam pendidikan modern.
sedangkan menurut Profesor Djaali ada empat interaksi pendidikan yaitu :
1) Interaksi murid dengan murid
2) Interaksi murid dengan guru
3) Interaksi murid dengan sumber belajar, dan
4) Interaksi murid dengan lingkungan.

Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus


komunikasi. Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi:
1) Komunikasi guru-siswa searah,
2) Komunikasi dua arah — arus bolak-balik–,
3) Komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa,
4) Komunikasi optimal total arah.

12
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai
berikut:
1) Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur
guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi
proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru
mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya
juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru
dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2) Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran
disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun
kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran
3) Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada
umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi
pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada
dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi
pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
4) Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa,
siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan
melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran
guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang
dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.
Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat
perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah
dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga
terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.

G. Proses interaksi dalam pembelajaran :


Dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :
1) Ada tujuan yang ingin dicapai
2) Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi

13
3) Ada pelajaran yang aktif mengalami
4) Ada guru yang melaksanakan
5) Ada metode untuk mencapai tujuan
6) Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.

Adapun komponen-komponen tersebut meliputi :


1) Tujuan pendidikan dan pengajaran
2) Peserta didik atau siswa
3) Tenaga kependidikan khususnya guru,
4) Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5) Strategi pembelajaran
6) Evaluasi pengajaran.

Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai berikut.


 Faktor tujuan
 Faktor bahan/materi/isi
 Faktor guru dan peserta didik
 Faktor metode
 Faktor situasi

1) Faktor Tujuan
Tujuan pendidikan/pengajaran yang bersifat umum maupun khusus, umumnya
berkisar pada tiga jenis :
 Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan
 Tujuan efektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap
nilai, dan alasan
 Tujuan psikomotorik, tujuan yang berkaitan dengan keterampilann menggunakan
telinga, tangan, mata, alat indra, dan sebagainya.
Tiga syarat utama untuk terwujudnya interaksi pengajaran yang edukatif, adalah:
a. Merumusakan tujuan, menyempitkan lapangan tujuan umum ke dalam bentuk
yang tampak pada tingkah laku peserta didik;
b. Mengkhususkan tujuan;
c. Memfungsional tujuan, bahwa tujuan yang diharapkan nyata berguna bagi
perkembangan peserta didik.
14
2) Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik/ takhasus
atas ilmu kecakapan yang diajarkanya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu , maka
guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan di
ajarkanya kedalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan
unsure-unsur atau informasi-informasi yang baik itu bukan saja untuk
mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan
gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.
Isi bahan pengajaran itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi rendah serta
sukar mudahnya. Macamnya pun banyak. Karenanya , sebelum menentukan bahan
study pengajaran yang akan di pelajari oleh peserta didik perlu di adakan pilihan
terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya berdasarkan pada pedoman –pedoman tertentu
agar keseluruhan bahan yang telah di tentukan itu teratur dan mencerminkan suatu
hal yang integral bagi hidup peserta didik selama di sekolah sekarang, dan
sesudahnya. Yang menentukan pedoman tersebut ialah pihak Depdikbud.isi
pedoman yang di maksud adalah di sekitar kesesuaian bahan pengajaran dengan
tujuan institusional, tujuan kurukulum, tujuan pengajaran, serta tujuan pendidikan
pada umumnya dan haluan Negara . selain itu , bahan pengajaran pula harus
disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan, tahap perkembangan jiwa dan
jasmani peserta didik serta kebutuhan-kebutuhan yang ada pada mereka.

3) Faktor Guru Dan Peserta Didik


Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru
sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedankan
peserta didik sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan
manfaat dari peritiwa belajar mengajar yang terjadi. Guru sebagai pengarah dan
pembimbing berdasarkan tujuan yang telah di tentukan, sedang peserta didik ialah
sebagai yang menuju pada arah tujuan melalui aktifitas dan berinteraksi langsung
dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru. Jadi kedua pihak (
guru dan peserta didik) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang sama-sama
menempati status yang penting.
Kemudian untuk menjadikan perofesionaltas kerja guru setidaknya ia memiliki 4
bidang utama.
 Guru harus mengenal setiap peserta didik yang dipercayakan kepadanya

15
 Guru harus memiliki kecakapan member bimbingan, sebab mengajar hakekatnya
membimbing.
 Guru harus memiliki dasar penetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan /
pengajaran
 Guru harus memiliki pengetahuan bulat dan baru mengenai ilmu yang di ajarkan.

4) Faktor Metode
Metode adalah suatu kata kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi
sebagai alat untuk mencapai satu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif
pula dalam pencapaianya. Tetapi tidak ada satu metode pun yang di katakana paling
baik/ dipergunakan bagi semua macam usaha pencapaian tujuan, baik tidaknya ,
tepat tidaknya satu metode di pengaruhi oleh berbagai factor. Faktor utama yang
menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai.
Metode mengajar/pengajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan juga
oleh factor kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya,
keadaan peserta didik, dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan
suatu metode pengajaran harus memiliki:
 Relevansi dengan tujuan
 Relevansi dengan bahan
 Relevansi dengan kemampuan guru
 Relevansi dengan keadaan peserta didik
 Relevansi dengan situasi pengajaran.

Secara umum metode-metode pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua:


 Metode pengajaran individual
 Metode pengajaran kelompok/klasikal.

Adapun macam-macam metode itu sesungguhnya tidak terbatas banyaknya sekadar


mengenal sebagian metode, dibawah ini penulis sebutkan sebagian dari banyak
metode.
 Metode ceramah/persentasi/kuliah mimbar
 Metode diskusi (dengan segala jenisnya)
 Metode Tanya jawab
 Metode resitasi/penugasan

16
 Metode experiment
 Metode proyek
 Metode karya wisata
 Metode-metode lainnya.

5) Faktor Situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran.
Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik,
keadaan guru, keadaan kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin
mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu metode. Terhadap situasi
yang dapat diperhitungkan, kita (guru) dapat menyediakan alternative metode-
metode mengajar dengan mengingat kemungkina-kemungkinan perubahan situasi.
Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat menentukan dan bahkan
menjadi salah satu indicator terciptanya interaksi pengajaran, yang edukatif sifatnya.
Terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh
perubahan secara tiba-tiba diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan
segera mengenai cara-cara/metode-metode yang akan digunakan. Ketrampilan
berimprovisasi dan kesigapan mengambil keputusan sungguh sangat diperlukan
dalam situasi demikian. Kita tidak boleh tertegun atau terhenti sehingga tidak ada
usaha sedikitpun untuk melaksanakan program dalam rangka mencapai tujuan,
karena bukan saja akan merusak seluruh rencana pengembangan program melainkan
juga merusak perkembangan peserta didik itu sendiri.

6) Faktor sumber pelajaran


Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber
pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-
kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan , tetapi ia berproses dalam
kemaknaan. Didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik .
Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber
guna dipakai dalam proses interaksi edukatif.

17
7) Faktor alat dan peralatan
Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga
sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu :
 Alat Nonmaterial, yang terdiri dari suruhan , perintah , larangan, nasihat dan
sebagainya
 Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar,
diagram, lukisan, slide dan sebagainya

8) Faktor evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang
sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam
mengajar. Evaluasi dapat dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat
istrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan
Tujuan evaluasi sendiri untuk :
a. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat dan menilai
metode mengajar yang dipergunakan.
Proses-proses pembelajaran (materi pelajaran, metode dan teknik mengajar, sumber
belajar).

H. Komponen-komponen Pembelajaran
Komponen-komponen tersebut antara lain adalah tujuan pengajaran yang ingin dicapai,
materii pengajaran, metode pengajaran, media pengajaran, evaluasi, guru, siswa,
administrasi pengajaran, sarana dan prasarana pengajaran (Sudaryo, 1990 : 5).
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan salah satu komponen pembelajaran yang dapat
mempengaruhi komponen pembelajaran lainnya seperti materi, metode, media,
evaluasi, peserta didik, administrasi pengajaran, sarana dan prasarana. Semua
komponen itu harus sesuai dan digunakan untuk mencapai tujuan seefektif
dan seefisien mungkin. Jika salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka
kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

18
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena dengan tujuan
menentukan ke arah mana kegiatan akan dibawa. Sebagai unsur penting untuk suatu
kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaikan.
2) Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan komponen pembelajaran yang selama ini
dipahami oleh sebagian guru adalah buku paket mata pelajaran yang diwajibkan
untuk dimiliki oleh peserta didik. Sumber belajar yang terbatas itu tentunya akan
mempengaruhi pembelajaran tekstual terbatas pada buku paket yang dimiliki. Materi
pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar
(Djamarah dan Zain, 2006: 43). Tanpa materi pelajaran proses belajar mengajar
tidak akan berjalan. Guru yang akan mengajar pasti memiliki dan harus menguasai
materi pelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. Biasanya aktivitas
peserta didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang diberikan guru kurang
menarik perhatiannya. Materi pelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik karena akan memotivasi peserta didik untuk belajar. Maslow (dalam Djamarah
dan Zain, 2006 : 44) mengatakan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu
itu terkait dengan kebutuhannya. Sedangkan Rohani (2004 : 167) mengatakan bahwa
materi pelajaran dapat diperoleh dari sumber belajar, dimana penggunaan sumber
belajar yang bervariatif memiliki banyak kegunaan bagi peserta didik diantaranya:
Memotivasi belajar siswa, Pencapaian tujuan pembelajaran, Mendukung Program
pembelajaran (aktivitas belajar), Membantu memecahkan masalah, Mendukung
pengajaran presentasi (pembelajaran yang mengaktifkan siswa).
3) Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, berfungsi sebagai alat
untuk mencapai suatu tujuan (Rohani, 2004 : 118). Semakin baik suatu metode
makin efektif pula dalam pencapaiannya. Akan Tetapi tidak ada satupun metode
yang paling baik bagi semua macam pencapaian tujuan, karena dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan yang paling menentukan adalah tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan guru harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun jenis metode-metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah: Metode Ceramah, Metode
Tanya jawab, Metode Demonstrasi, Metode Experiment,Metode Resitasi/
penugasan,Metode Drill/latihan, Metode Problem solving, Metode Inquiry, Metode

19
Teknik Klarifikasi Nilai, Metode Role Playing, Metode Simulasi, Metode Karya
wisata, Metode Kerja Kelompok, Metode Diskusi, dan Metode Proyek. Macam-
macam metode di atas dapat menjadi pilihan bagi guru, yang sebelumnya telah
disesuaikan dengan tujuan, peserta didik, situasi, fasilitas, dan kemampuan guru
sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat optimal dan tujuan pendidikan dapat
dicapai.
4) Media Pembelajaran
Media pendidikan menurut Santoso S Hamidjojo dalam Rumamouk
(1988 : 6) adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi
pengajaran, dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Hal
tersebut biasanya sudah dituangkan dalam garis-garis besar tujuan pembelajaran.
Danim (1994 : 12-13) mengemukakan penggunaan media oleh guru dapat diperoleh
beberapa manfaat yaitu :
a. Meningkatkan mutu pendidikan, di mana dapat mempercepat dan membantu
guru menggunakan waktu belajar dengan lebih baik
b. Pendidikan yang individual, dengan mengurangi kontrol guru yang tradisional
dan kaku, memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut
kemampuannya dan belajar sesuai cara yang dikehendakinya;
c. Pengajaran lebih ilmiah, dengan merencanakan program pengajaran yang logis,
dan sistematis, serta mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian,
d. Data lebih konkret;
e. Membawa dunia nyata ke dalam kelas;
f. Penyajian pendidikan lebih luas.
5) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran mutlak harus dilakukan oleh
guru, seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 168) bahwa penilaian
merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri, yang tidak terpisahkan
dalam penyusunan dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian bertujuan menilai
efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan
penyempurnaan program serta pelaksanaannya.

20
I. Hambatan dalam interaksi pembelajaran :
Kendala-kendala lain yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara
lain adalah :
1) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
2) Konflik dan motivasi yang kurang sehat
3) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya
inovasi yang dihasilkan
4) Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi
5) penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi, serta
6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi

Masalah-Masalah internal belajar :


1) Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh para proses
belajar siswa.
a. Faktor Jasmaniah
 Faktor kesehatan
 Cacat Tubuh
b. Faktor Psikologis
 Inteligensi
 Perhatian
 Minat
 Bakat
 Motif
 Kematangan
 Rasa percaya diri siswa
 Kebiasaan belajar
c. Faktor Kelelahan
2) Faktor-Faktor Ekstern Belajar yang berpengaruh pada aktivitas belajar.
a. Guru sebagai pembina siswa belajar
b. Prasarana dan sarana pembelajaran
c. Kebijakan Penilaian
d. Kurikulum
e. Metode Mengajar

21
3) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
a. Faktor-faktor internal, antara lain: Fisiologis & Psikologis
b. Faktor eksternal, antara lain: Sekolah & Lingkungan.

Masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan


sebagai berikut:
1) Masalah pengarahan
2) Masalah evaluasi dan penilaian
3) Masalah isi dan urut-urutan pelajaran
4) Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran
5) Masalah hambatan-hambatan

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran dalam pendidikan diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang serangkaian kegiatan yang di desain untuk mrncapai tujuan pendidikan
tertentu. Untuk membentuk suatu akhlak yang mulia dalam diri setiap siswa terdapat
tiga strategi yaitu : Moral Knowing/Learning to know, Moral Loving/Moral Feeling,
Moral Doing/ Learning to do.
Dalam Diknas Nomor 19 Tahun 2005 mengatakan bahwa proses pembelajaran
pendidikan di selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Untuk Mengembangkan strategi interaksi berbasis karakter dapat dilakukan
dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam sistem pembelajaran.

B. Saran
Dalam makalah ini, kami menyadari bahwa masih ada hal- hal yang kurang
maksimal. Olehnya kami tetap membuka diri untuk menerima saran dari para pembaca
demi penulisan makalah yang lebih baik selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012.

Samani, Muchlas, dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2011.

Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,


2012.

Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.


Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011.

Muyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011.

http://gudangilmuakukamudandia.blogspot.com/2015/12/strategi-membangun-interaksi-
berbasis.html

https://nasriaika1125.wordpress.com/2013/09/28/interaksi-dalam-pembelajaran/

http://akhmadkurnia28.blogspot.com/2017/02/pengelolaan-kelas-berbasis-pendidikan.html

http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/masalah-masalah-dalam-proses-belajar.html

http://muklis-superband.blogspot.com/2011/04/kendala-kendala-yang-dialami-guru-
dalam.html

http://ryochae.blogspot.com/2013/05/interaksi-edukatif-dalam-proses.html

http://ekoprasetyonungoroho.blogspot.com/

http://musliemforever.wordpress.com/2013/03/20/makalah-interaksi-belajar-mengajar/

http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/01/interaksi-komunikasi-dalam-pembelajaran-
454088.html

http://hadiyan.wordpress.com/2012/08/30/empat-interaksi-pendidikan-menurut-profesor-
djaali/

http://jais-amq.blogspot.com/2010/08/interaksi-belajar.html

24

Anda mungkin juga menyukai