Anda di halaman 1dari 15

“Pendekatan dalam Penelitian Bahasa Arab”

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Metode Penelitian
Dosen Pengampu : Wahyudi, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Roni Wijaya
2. Muhammad Rifki Saputra

BAHASA DAN SASTRA ARAB


ADAB DAN HUMANIORA
UIN SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2018/2019

i
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pendekatan dalam Penelitian Bahasa Arab”.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal atas bimbingan dari Dosen
Pengampu kami yaitu Wahyudi, M.Pd Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mohon
untuk dimaaafkan dan juga kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari
teman-teman maupun dosen untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

Akhir kata saya berharap semoga makalah kami tentang ”Pendekatan


dalam Penelitian Bahasa Arab” ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri, teman-
teman, maupun bagi pembaca lainnya.

Jambi , Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I
Pndahuluan

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

BAB II
Pembahasan

A. Pendekatan Sintaksis......................................................................................2
B. Pendekatan Semantik.....................................................................................7
C. Pendekatan Stilistik........................................................................................8
D. Pendekatan Pragmatik....................................................................................9
E. Pendekatan Semiotik......................................................................................9
F. Pendekatan Sosiolinguistik.............................................................................10

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan...................................................................................................11

Daftar Pustaka............................................................................................................12

ii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam sejarah linguistik Arab, ada Teori yang sangat populer, yaitu teori
Nazham yang dicetuskan seorang teolog Asy’ariyyah, Abdul Qahir al- Jurjany (-
471H). Dengan demikian menurut al-jurjuniy makna lahir dari struktur nahwu
dengan cara saling bersandar antara satu kata dengan yang lainnya (isnad).
Menurutnya, makna muncul dari susunan katga. Sedang makna itu lahir dari
makna yang ada dalam pikiran manusia. Menurutnya kajian balghah yang
didalamnya kajian majaz, kinayah dan sebagainya harus menggunakan metode
isnadd tersebut.
Pada Bab ini, akan disajikan pendekatan- pendekatan dalam metode
penelitian Bahasa Arab, yang didalmnya mencakup sejumlah teori. Menuru Ratna
(2010;44-45) pendekatan (appproach) adalah cara mendekati objek sehingga
suatu karya sebagai struktur makna dapat diungkapkan secara jelas. Pendekatan
sering diistilahkan dengan penghamiran, perspektif, titik pijak, dimensi dan ‘kaca
mata’ secara poppuler. Pendekatan disejajarkan dengan ilmu tertentu, sepeti
sosiologi, sejarah, hukum, seni, sastra dan ekonomi. Ilmu-ilmu tersebut biasanya
sudah diperoleh di Strata 1. Dengan demikian. Maka pada makalah ini dijelskan
pendekatan yang di ambil adalah ilmu ilmu tersebut sperti sintaksis dan
sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan Sintaksis?
2. Bagaimana pendekatan semantik?
3. Bagaimana pendekatan silistik?
4. Bagaimana pendekatan pragmatik?
5. Bagaimana pendekatan semiotik?
6. Bagaimana pendekatan sosiolinguistik?
BAB II
Pembahasan
1. Sintaksis
A. Pengertian Sintaksis
Sintaksis berasal dari kata Yunani, sun yang berarti “dengan” dan tattein
yang berarti “menempatkan”. Secara etimologi sintaksis berarti menempatkan
kata-kata bersama-sama menjadi kelompok kata atau kalimat. Secara
terminologis sintaksis adalah ilmu yanag mengkaji kata dalam hubungannya
dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan dalam ujaran1.
Menurut Ramlan(1981:1) mendefinisikan sintaksis sebagai cabang ilmu
bahasa yang membahas seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Menurut Stryker (1969) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola
yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat
Menurut Tarigan (1984:5) sintaksis adalah analisis mengenai kontruksi
konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk bentuk bebas.

B. Ruang Lingkup Sintaksis


1. Frase
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non-
predikatif; atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam
kalimat2.
Frase terbagi menjadi empat kompenen yaitu sebagai berikut:
a. Frase eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, misalnya
frase di sekolah, yang terddiri dari dua komponen di dan komponen sekolah.
b. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya
memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Contohnya
frase sedang membaca, pada kalimat ayah saya sedang membaca kitab suci
di masjid komponen membaca bisa menggantikan komponen sedan,
sehingga menjadi kalimat ayah sayamembaca kitab suci di masjid.
c. Frase koordinatif
Frase koorfinatif adalah fras yang komponen pembentuknya terdiri dari dua
komponen atau lenih yang sama dan sederajat, yang dihubungkan oleh
konjungsi koordinatif, baik yang tunggal maupun yang terbagi.

1
Wildan Taufiq,Metode Penelitian Bahasa Ara,(Bandung: PT.Rafika Aditama, 2018), Hlm.104 ‫أبي‬
‫فالح فى ا‬
2
Ibid,.Hlm.105

2
d. Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling
merujuk sesamanya. Contohnya Pak Syarif, guru saya. Frase ini diubah
urutannya menjadi Guru saya, Pak SyarifI.
2. Klausa
Klausa adalah satuan sintajsis berupa gabungan kata-kata yang berkonstruksi
prediaktif (subjek-predikat)3.
Klausa menurut Chaer (1994:232-238) dibagi menjadi kedalam beberapa jenis
yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan strukturnya klausa terbagi menjadi dua yaitu;
 Klausa bebas ialah klausa yang memiliki unsur-unsur lengkap, sekurang-
kurangnya memiliki subjek dan predikat, misalnya klausa Ayahku gagah
berani. Contoh dalam bahasa Arab:‫( أبي فالح فى القرية‬Ayahku seorang petani
dikampung).
 Klausa terikat ialah klausa yang memiliki struktur tidak lengkap seperti hanya
memiliki subjek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Contoh
konstruksis sedang membaca Al-Qur’an (P-O) yang bisa menjadi jawaban
atas kalimat tanya : Apa yang dilakukan kakek dikamar?, atau konstruksi di
mesjid (ket).
b. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya, klausa dapat
dibedakan menjadi klausa verbal,nominal, adjektival, dan adverbial.
 Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkatagori verba, seperti Asep
makan, Neneng menulis.
 Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase
nominal, seperti pedagang, guru agama dan kepala sekolah.
 Klausa ajektival ialah klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik kata
maupun frase. Misalnya klausa Anak itu pintar sekali, dan Mobil itu bagus.
 Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia misalnya
bandelnya teramat sangat.
c. Prepoposisionl, yaitu klausa yang predikatnya berupa preposisi, seperti klausa Ibu
di pasar, dan Ayah di madrasah.
d. Klausa numerialyaitu klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia.
Misalnya klausa gajinya tiga juta sebulan, sepeda motornya tiga.

Hubungan antar klausa dalam satu kalimat dapat ditandai dengan konjungsi pada
awal salah satu klausa. Contoh : Penghasilan para petani itu tidak besar, dan
Pemerintah telah berusaha membantu mereka dengan pemberian bibit unggul
(Moeliono, 1988:306).

3
Ibid,.Hlm.108

3
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan siteksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan
intonasi final (Chaer,1994 :240).
Menurut Tagian( 2015:6) kalimat dapat ditinjau dari berbagai aspek berikut ini.
a. Kalimat jika ditinjau dari jumlah dan jenis klausa pada dasasar, terbagi menjadi
tiga :
 Kalimta tunggal, seperti ; Adik tidur, Kakak menulis surat, dan Bajuku
baru.
 Kalimat besusun, seperti ; Saya bangun sebelum ayam berkokok, dan Ayah
marah kalau aku malas belajar.
 Kalimat majemuk, misalnya; Paman membeli sebidang sawah lalu
menyurruh adiknya amenggarapnya.
b. Kalimat di tinjau dari struktur internal klausa utama, terbagi menjadi dua;
 Kalimat sempurna, contohnya; Adik membaca buku
 Kalimat tidak sempurna, misalnya; ke Bandung, O ya, mengapa?
c. Kalimat jika ditinjau dari jenis responsi yang diharapkan, terbagi tiga:
 Kalimat pernyataan, misalnya; saya orang Sunda
 Kalimat pertanyaan, misalnya; Dari suku mana kamu berasal?
 Kalimat perintah, misalnya; Duduk, Ali! Berhenti!.
d. Kalimat jika ditinjau dari sifat hubungan aktor-aksi terbagi empat
 Kalimat aktif; misalnya; Kakak membuat kue.
 Kalimat pasif, misalnya; Kue dimakan oleh adik
 Kalimat medial, misalnya; Aku menyesali nasibku
 Kalimat resiprokal, misalnya: Kaum muslimin bersalam-slaman pada Hari
Raya Idul Fitri
e. Kalimat ditinjau dari kehadiran unsur negatif pada frase verbal utama, terbagi
menjadi dua:
 Kalimat afirmatif, contoh: Kakek menanam pohon
 kalimat negatif, contoh; Kakek tidak menebang pohon sembarangan
f. kalimat ditinjau dari kelangkapann dasar trgbagi menjadi tiga:
 kalimat formata yaitu kalimat yang tersusun rapi, berupa kalimat tunggal
dan sempurna, misalnya: Ayah memancing ikan
 kalimat transformata, yaitu kalimat lengkap, tetapi bukan kalimat tunggal
(bisa bersusun atau majemuk) misalnya: Ayah memancing ikan, lalu
memasaknya dan memakan sendiri.
 Kaklimat deformata, yaitu kalimat tunggal yang tidak lengkap, misalnya;
Maka, datanglah dia untuk menagih janji.
g. Kalimat ditinjau darik posisi dalam percakapan, terbagi tiga :

4
 Kalimat situasi, yaitu kalimat yang memulai percakapan, misalnya Hai!
Selamat pagi!
 Kalimat urutan, yaitu kalimat yang menyambung percakapan tanpa
pergantian pembicara, misalnya Kemarin saya mengunjungi nene. Dia
sangat gembira melihat saya
 Kalimat jawaban, yaitu kalimat yang menyambung percakapan dengan
mengganti pembicara, misalnya Apa kabar? Baik-baik saja.
h. Kalimat jika ditinjau dari konteks dan jawaban yang diberikan, terbagi menjadi
enam:
 Kalimat salam, seperti; Selamat pagi!
 Kalimat panggilan, seperti; Pelayan!
 Kalimat seruan, seperti; Wah! Wah!
 Kalimat pertanyaan, seperti; Siapa namamu?
 Kalimat prmohonan, seperti; Tolong ambilkan air minum!
 Kalimat pernyataan, seperti; Aku haus sekali.

Kalimat dalam linguistik bahasa arab disebut jumlah. Ibnu Hisyam dalam
karyannya melihat jumlah (kalimat) dalam bahasa arab dari tiga aspek; struktur,
klausa dan i’rab. Jumlah terlihat dari segi fase terbagi menjadi dua, yaitu jumlah
ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah dilihat dari klausa terbagi dua jumlah
shughra dan jumlah kubra. Jumlah shugra adalah jumlah yang posisi mubtadanya
terdiri dari jumlah sperti .jumlah kubra adalah jumlah ismiyyah yang
memiliki khabar dari jumlah seperti .

Jumlah dilihat dari segi I’rab, terbagi menjadi dua, yaitu jumlah yang beri’rab dan
jumlah yang tak bei’rab. Jumlah yang beri’rab adalah jumlah yang memiliki
kedudukan I’rab dalam kalimat(kalam).

4. Modus,Aspek,Kala,Modalitas, Fokus dan Diatesis


Keanam istilah tersebut merupakan masalah-masalah yang sering muncul
dalam bidang sintaksis
a. Modus
Modus adalah tafsiran atau sikap si pembicara tentang apa yang
diucapkannya. Dalam bahasa Arab, modus dinyatakan dalam bentuk
morfemis(tashrif). Namun dakam bahasa lain dinyatakan sebagai leksikal(kata).
b. Aspek
Aspek adalah cara memandang pembentukan waktu secara internal dalam
suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses.
c. Kala (tenses)

5
Kala adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya
perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan dalam
predikat.
d. Modalitas
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap
pebicara terhadap hal yang dibicarakan.
e. Fokus
Fokus yaitu unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian
pendengar atau pembicara tertuju padanya.
f. Diatesis
Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam
kalimat dengan perubahan yang dikemukakan dalam kalimat tersebut.
C. Model Analisis Sintaksis
a. Model Analisis Tradisional
Menurut linguistik tradisional, setiap kalimat memiliki unsur yang disebut
“pokok kalimat”, yaitu unsur yang merupakan tumpuan pembicaraan. Pokok
kalimat ini akan diikuti oleh unsur yang disebut “sebutan” kalimat, yaitu unsur
yang menyatakan apa dan bagaimana pokok kalimat itu. Kemudian sebutan
kalimat tu akan diikuti oleh sebuah “pelengkap kalimat”, yakni unsur yang
melengkapi pokok dan sebutan kalimat itu.
b. Model Analisis Struktural
Linguistik struktural memiliki dua model analisi, yaitu moel analisis
Immediate Constituent Analysis ( Ics) dan model analisis Tagmemik. Model
ICs adalah menyatakan bahwa setiap satuan ujaran terdiri atas dua unsu
terdekat, atau dua unsur langsung yang membentuk satuan ujaran itu.
Sedangkan model analisis tagmemik adalah analisis struktural yang didasarkan
pada aliran tagmemik.
c. Model Analisi Generatif Transformasi
Linguistik generatif merupakan teori analisis sintaksis yang dikembangkan
oleh Naom Chomsky (1957,1965). Menurut teoroi ini, setiap kalimat yang ada
dan pernah dibuat orang dapat dikembalikan pada pola kalimat dasarnya atau
kalimat inti yang jumlah terbatas.
d. Model Analisis Tata Bahasa Kasus
Dalam menganalisis kalimat, tata bahasa kasus versi Fillmore (1968)
membagi kalimat atas dua komponen, yaitu ; modalitas dan proposisi.
Komponen modalitas dapat berupa unsur negasi,kala, aspek, dan adverbia.
Sedangkan komponen proposisi terdiri dari sebuah verba disertai dengan
sejumlah kasus.

6
e. Model Analisis Tata Bahasa Relasional
Dalam analisis ini dimunculkan adanya “relasi” di antara elemen-elemen
yang ada dalam sebuah klausa atau kalimat.
f. Model Analisis Tema dan Rema
Dalam analisis ini sering disebut topik dan komen, diasumsikan bahwa
setiap kalimat terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut tema dan bagian
kedua disebut rema. Tema adalah bagian kalimat yang memberi informasi
tentang apa yang dibicarakan. Sedangkan rema adalah bagian kalimat yang
memberi informasi tentang apa yang dikatakan tentang tema .
2. Semantik
A. Pengertian Semantik
Semantik merupakan sub disiplin linguistik yang mengkaji tentang makna.
Kata “semantik” berasal dari bahasa Yunani sema ( Kata benda) yang berarti
“tanda” atau “lambang”. Kata kerja dari sema adalah semaino yang berarti
“menadai” atau “melambangkan” (Chaer,1995:2).
B. Ruang Lingkup Semantik
Ruang lingkup semantik terkait dengan kata, kata merupakan unit
semantik yang paling utama, karena kata merupakan pembangunan level
semantik paling dasar. Namun unit yang lebih besar dari kata adalah frase
idiomaatik yang maknanya tidak bisa ditarik, kecuali sebagai “ ungkapan
idiomatik”. Dengan demikan, Nida membagi unit besar ini menjadi tiga, yaitu:
1. Idiom (ta’bir), misalnya dalam bahasa Inggris ada ungkaan Spill the beans
yang artinya menjelaskan atau mengungkapkan. Sedangkan contoh dalam
bahasa Arab adalah ungkapan yang artinya (bingung).
2. Penggabungan frase (tarkib muwahhad), contohnya dalam bahasa arab
contohnya (modal).
3. Ekspresi komposit (ta’bir murakkab), dalam bahasa arab contohnya frase
(perbendaharaan negara)

Sejumlah bahasa berpandangan bahwa unit semantik paling utama adalah


kalimat (jumlah).kata menurut mereka dalam kalimat (jumlah) sudah tercakup
“kata” (kalimah) dan ungkapan (‘ibarah).

C. Teori-Teori semantik
Terdapat sejumlah teori atau pendekatan dalam kajian semantik, yaitu :
1) Teori kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah situasi dimana sesuatu terjadi dan hal itu
menolongmu untuk memahaminya , contohnya “perkataan ini perlu diletakkan
pada konteks Inggris tahun 60-an. Atau “keputusan hanya dapat dipahami
dalam konteks ini.
2) Teori medan Makna

7
Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang
menggambarkan bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kehidupan
atau realitas di alam semesta tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur
leksikal yang maknanya berhubungan. Misalnya, nama-nama warna
membentuk medan makna tertentu. Begitu juga dengan nama perabot rumah
tangga, resep makanan dan minuman, peristilahan penerbangan dan
sebagainya.
3) Teori analisis komponen makna
Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic
property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur
leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk
makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Model analisis seperti ini
sebenarnya bukan hal baru.
3. Stilistik
A. Pengertian Stilistik
Stilistik berasal dari bahasa inggris stylistics. Dalam kamus oxford,
Hornby (2000:1295) tilistika didefinisikan dengan : thestudy of style and the
methods used in written language.
B. Posisi Stilistika
Stilistika berada diantara linguistika dan estetika. Stilistika berada pada
tataran Linguistik (bahasa ) karena objek sastra yang mana komponen utama
sastra adalah bahasa.
C. Tujuan Stilistika
Menurut Leech & Short, stilistika bertujuan untuk menjelaskan sesuatu
dalam bdang kesastraan, yaitu menjelaskan hubungan antara bahasa dengan
fungsi artistik dan maknannya (Nurgiantoro, 2014:75
D. Ruang Lingkup Stilistika
Stilistika metupakan kajian bahasa yang mencakup :a) Fonologi yang
mencakup pola suara, irama dan rima. b) sintaksis yang mencakup struktur
morfologi; frase,klausa & kalimat. c) Leksikal, yang meliputi penggunaan kata
tertentu seperti abstrak atau konkrit dan frekuensi penggunaan kata tertentu
seperti kata benda, kerja, dan sifat. d) penggunaan bahasa figuratif dan retorik,
seperti majas, strategi struktur, citraan, dan sebagainya ( Nurgiantoro, 2014:77)
E. Jenis-jenis gaya Bahasa (style)
1) Klimaks, yaitu gaya bahasa yang mengandung urutan pemikiran yang
semakin meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
2) Anti klimaks, yaitu gaya bahasa berstruktur mengendur.
3) Paralelisme, yaitu gaya bahasa yang berusaha mencapai kesajajaran dalam
pemakaian kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam
bentuk gramatikal yang sama.

8
4) Antitesis, yaitu gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
5) Repetisi, yaitu gaya bahasa pengulangan, baik aspek bunyi, suku kata, kata
atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai
6) Anadiplosis, yaitu gaya bahasa repitisi yang kata atau frase terakhir dari
suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama klausa atau
kalimat berikutnya.
4. Pragmatik
A. Pengertian Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu cabang dari linguistik (ilmu bahasa).
Pragmatik lahir atas ketidakpuasan terhadap analisis formal kaum stukturalis
yang hanya terfokus pada bentuk semata, tana memperhatikan aspek konteks,
baik konteks lingual, maupun konteks ekstralingual berupa setting spasialdan
temporal (spatio-temporal seting) dan analisis tersebut dianggap gagl ( Wijana,
1996:6)
B. Tujuan Pragmatik
Tujuan pragmatik adalah untuk mengungkap makna sebuah tuturan
melalui penutur, etutur dan konteks tuturan.
C. Ruang lingkup Pragmatik
Bahasa lisan ( tuturan ), baik langsung maupun tidak langsug. Makna
bahasa yang dikaji bersifat triadis (tiga dimensi), dengan kata lain makna lahir
dari penutur, petutur dan tuturan.
D. Faktor-Faktor Utama Analisis Pragmatik
Faktor-faktornya adalah sebagai berikut;
1) Penutur, dan petutur
2) Konteks tuturan
3) Tujuan tuturan
4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan : tinadk ujar
5) Tuturan sebagai produk tindak verbal
5. Semiotik
A. Pengertian Semiotik
Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, serti sistem tanda dan proses
yang berlaku bagi penggunaan tanda4.

4
Aart van Zoest,. Semiotika:tentang Tanda, Cara kerjanya, Apa yang kita lakukan ddenganny,
(Bandung;Mizan, 2002)hlm.4

9
B. Fungsi Semiotika
Fungsi semiotika adalah untuk menggali informasi atau makna yang
berada dibalik tanda.
C. Ruang Lingkup Semiotika
Semiotik tidak hanya meliputi apa yang kita anggap sebagai tanda pada
percakapan harian, tetapi apa saja yang memberikan arti (makna) bagi sesuatu
yang lain. Tanda dalam pengertian semiotik adalah dapat berupa kata, gambar,
atau foto, bunyi, gerak tubuh dan objek-objeknya5.
6. Sosiolinguistik
A. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan sub kajian linguistik yang berkataitan dengan
sosiologi. Sosiologi adalah kajian objektif ilmiah mengenai manusia dalm
masyarakat. Keterkaitaan kedua ilmu ini didasarkan pada pandangan para ahli
seperti Saussare (1916) yang mengatakan bahwa bahasa adalah salah satu
lembaga kemasyarakatan, yang bisa disamakan dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya seperti lembaga perkawinan dan sebagainya (Chaer&
Agustina, 1995:2-3).
B. Ruang Lingkup Sosiolinguistik
Ruang lingkup sosiolinguitik terbagi dua bagian, yaitu ;
1) Mikro sosiolinguistik, yaitu yang berkaitan degan kelompok kecil, seperti
sistem tegur sapa ;
2) Makro linguistik yang berkaitan dengan perilaku bahasa dan struktural
sosial.

5
Daniel Chandler,Semiotics:The Basics (London: Routledge, 2002) hlm.2

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sintaksis berasal dari kata Yunani, sun yang berarti “dengan” dan tattein
yang berarti “menempatkan”. Secara etimologi sintaksis berarti menempatkan
kata-kata bersama-sama menjadi kelompok kata atau kalimat. Secara terminologis
sintaksis adalah ilmu yanag mengkaji kata dalam hubungannya dengan kata lain,
atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan dalam ujaran.
Semantik merupakan sub disiplin linguistik yang mengkaji tentang makna.
Kata “semantik” berasal dari bahasa Yunani sema ( Kata benda) yang berarti
“tanda” atau “lambang”. Kata kerja dari sema adalah semaino yang berarti
“menadai” atau “melambangkan”.
Stilistik berasal dari bahasa inggris stylistics. Dalam kamus oxford,
Hornby (2000:1295) tilistika didefinisikan dengan : thestudy of style and the
methods used in written language.
Pragmatik merupakan salah satu cabang dari linguistik (ilmu bahasa).
Pragmatik lahir atas ketidakpuasan terhadap analisis formal kaum stukturalis yang
hanya terfokus pada bentuk semata, tana memperhatikan aspek konteks, baik
konteks lingual, maupun konteks ekstralingual berupa setting spasialdan temporal
(spatio-temporal seting) dan analisis tersebut dianggap gagl ( Wijana, 1996:6)
Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, serti sistem tanda dan proses yang
berlaku bagi penggunaan tanda.
Sosiolinguistik merupakan sub kajian linguistik yang berkataitan dengan
sosiologi. Sosiologi adalah kajian objektif ilmiah mengenai manusia dalm
masyarakat. Keterkaitaan kedua ilmu ini didasarkan pada pandangan para ahli
seperti Saussare (1916) yang mengatakan bahwa bahasa adalah salah satu
lembaga kemasyarakatan, yang bisa disamakan dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya seperti lembaga perkawinan dan sebagainya (Chaer&
Agustina, 1995:2-3).

11
DAFTAR PUSTAKA

Aart van Zoest. 2002 . Semiotik;tentang Tanda, Cara Kerjanya, Apa yang Kita
Lakukan dengannya. Bandung ; PT Yayasan Obor Indonesia.
Taufiq, Wildan. 2018. Metode Penelitian Bahasa Arab. Bandung : PT Refika
Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai