Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER


DALAM PERKEMBANGAN MORAL SISWA KELAS V
SD NEGERI BANGUN HARJO

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar usul
proposal

DISUSUN OLEH :

YANUAR ADAM RUBIYANTO 2020201090

DOSEN PENGAMPU: INDIANASARI M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH OKU TIMUR

2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan karakter adalah suatu pendekatan pendidikan yang berfokus pada


pengembangan nilai-nilai moral, etika, sikap positif, dan perilaku yang baik dalam
diri individu. Tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian
yang berintegritas tinggi, berempati, bertanggung jawab, dan memiliki kepedulian
sosial.. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
nilai-nilai moral, sikap positif, dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk
menjadi individu yang baik dan berkontribusi pada masyarakat.

Moralitas merupakan salah satu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan
pada makhluk lain. Soegeng Ysh (2016:61) Pendidikan moral berupaya
mempengaruhi tingkah laku, untuk itu siswa dituntut memiliki sejumlah
pengetahuan. Moral dapat diperoleh orang melalui interaksi dengan orang lain
atau lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Manusia sejak lahir belum memiliki moral, melalui
keluarga seorang anak dididik untuk menjadi manusia yang bermoral. Anak tidak
mungkin memilih yang baik kecuali bila ia tahu tentang hal yang baik. Moral anak
berkembang bersamaan dengan perkembangan intelektualnya. Lickona (2013:48)
mengatakan bahwa orang tua adalah guru pertama mereka dalam pendidikan
moral. Mereka jugalah yang memberikan pengaruh paling lama terhadap
perkembangan moral anak. Lingkungan kedua yaitu sekolah, tugas seorang guru
tidak hanya mengajar namun juga mendidik anak untuk menjadi anak yang
bermoral.

Karakter menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan di


Indonesia sejak tahun 2013. Kondisi ini dipicu oleh keadaan bangsa indonesia
yang dipenuhi dengan berbagai macam kasus sosial yang mengarah
pada hilangnya bentuk moral manusia. Pendidikan di Indonesia dianggap
hanya bisa membentuk intelektual, namun tidak dengan moral mereka.
Munculnya kasus seperti tawuran pelajar, korupsi di kalangan pejabat
pemerintah, dan kasus semacamnya membuat pemerintah merancang
kurikulum baru. Pendidikan di Indonesia dianggap tidak bisa membentuk
karakter bangsa untuk memiliki prilaku yang sesuai dengan norma-norma.
Oleh karena itulah, sejak tahun 2013 dibuat kurikulum baru yang
menitikberatkan pada pembentukan karakter para siswa.
Implementasi pendidikan karakter di sekolah sampai saat ini masih
belum mampu menunjukkan hasil yang signifikan, sebagaimana yang
dimaksudkan dalam tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU Sisdiknas,2003: Pasal 2).

SD Negeri Bangun Harjo dipilih sebagai subjek penelitian karena merupakan


sekolah yang memiliki program pendidikan karakter yang belum
terimplementasikan dengan baik karena tidak semua guru memiliki
pengetahuan,keterampilan, dan pengalaman yang cukup untuk
mengimplementasikan pendidikan karakter dengan baik. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis bagaimana pendidikan karakter diimplementasikan di sekolah
tersebut dan bagaimana implementasi tersebut berdampak pada perkembangan
moral siswa kelas V.

Berdasarkan pemaparan diatas dalam penelitian ini peneliti akan meneliti


bagaimana pendidikan karakter dalam meningkatkan perilaku peserta didik SD
Negeri Bangun harjo kelas V dan apa saja yang menjadi hambatan dalam
pelaksanaan pendidikan karakter di kelas V SD Negeri Bangun harjo. Berdasarkan
penjelasan diatas peneliti mengangkat judul analisis implementasi pendikan
karakter dalam perkembangan moral peserta didik kelas V SD Negeri
Bangunharjo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas, peneliti dapat


mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran, guru kurang memberikan pengenalan nilai-nilai
moral pada peserta didik
2. Kurangnya pendekatan yang terintregrasi
3. Masih kurangnya penghargaan dan dan sanksi yang konsisten kepada
peserta didik
4. Kurangnya perhatian dalam pendidikan karakter peserta didik

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi topik permasalahan


adalah bagaimana pendidikan karakter dalam meningkatkan moral peserta didik
kelas V SD Negeri Bangun Harjo.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan penelitian ini adalah :


Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam perkembangan moral
peserta didik kelas V SD Negeri Bangun Harjo.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagi siswa
a. Dengan adanya pendidikan karakter yang terimplementasikan siswa
akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang moralitas.
b. Dapat menambahkan wawasan siswa tentang nilai-nilai moral dan
karakter yang ditanamkan disekolah
2. Bagi guru
a. Bagi guru SD Negeri Bangun Harjo agar senantiasa meningkatkan
tanggung jawab dan kualitas kinerja guru dalam proses belajar
mengajar
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Dalam hal ini peneliti mengambil penelitian terdahulu yang relevan Wita
Endrayani (2016) yang berjudul “Implementasi Program Pendidikan Karakter
(PPK) dalam Membentuk Sikap Sosial Peserta Didik di SD Negeri Bangun
Harjo Adapun hasil ini yaitu implementasi program Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) dalam membentuk sikap sosial peserta didik di SD Negeri
Bangun harjo dijalankan dengan menggunakan prinsip-prinsip, pendekatan-
pendekatan, serta sumber-sumber nilai dalam pendidikan karakter. Di lihat dari
prinsip-prinsip dalam pendidikan karakternya, implementasi program Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah ini dijalankan dengan prinsip
pengembangan PPK, prinsip implementasi PPK dan prinsip evaluasi PPK.
Prinsip pengembangan PPK dilakukan dengan cara mempromosikan nilainilai
karakter positif melalui visi dan misi sekolah dan dilaksanakan melalui program-
program pembiasaan yang dijadikan sebagai rutinitas sehari-hari.
Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam implementasi PPK
di sekolah ini, pendekatan dilakukan melalui keteladanan yang dilakukan oleh
guru, melalui pembelajaran yang aktif dan sudah berbasis kooperatif learning ,
pembiasaan dan penguatan melalui program-program PPK sehari-hari di sekolah
serta penilaian yang dilakukan oleh guru dan pihak sekolah melalui rapat
evaluasi untuk melihat sejauh mana perkembangan setiap program di sekolah.
B. Moral Siswa
1. Pengertian Moral

Kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara
dalam kehidupan atau adat istiadat, dikatakan bahwa kata moral selalu mengacu
pada baik buruknya manusia. Sebagai manusia sehingga dibidang moral adalah
bidang kehidupan dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.11 Dalam
menghadapi suatu masalah sosial dan moral bahwa seseorang harus dibantu
untuk menggerakkan kemampuan intelektualnya yaitu melakukan kegiatan
berfikir yang sifatnya reflektif yang menggunakan berbagai kegiatan berpikir
kritis, analisis, sintetis dan evaluatif dengan juga merujuk pada orang yang lebih
mengetahui, menggunakan intuisi dan akal sehat.
Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam
perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang
mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu
nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas
merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya
dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
ketertiban, dan keharmonisan.
Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa moral adalah perbuatan/tingkah
laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,
maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.
Pembentukan moral murupakan suatu keharusan yang ditanamkan dalam diri
sebagai pondasi pembangunan mental, dengan itu dapat mendorong kita kepada
kehidupan bersusila tinggi. Karena hakikatnya sifat tidak akan terbantuk dengan
sendirinya melainkan diperlukannya pengarahan atau acuan sebagai tolak ukur
terbentuknya nilai-nilai yang bermoral.
Adapun moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai, dan prinsip moral. Nilai-nilai moral itu seperti : (1) seruan
untuk berbuat baik kepada orang lain, merupakan sikap yang seharusnya
tertanam dalam diri agar dapat bermanfaat untuk orang lain. (2) memelihara
ketertiban, adalah suatu sikap yang sesuai dengan peraturan. (3) memelihara
keamanan, merupakan keadaan yang bebas dari ancaman atau bahaya. (4)
memelihara kebersihan, adalah keadaan yang bebas dari kotoran sehingga
tercipta lingkungan yang bersih. (5) memelihara hak orang lain,
merupakan perbuatan yang harus tertanam dalam diri sebagai acuan untuk
saling membantu sesama manusia. (6) Larangan mencuri, adalah perbuatan yang
tidak boleh dilakukan karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
(7) berzina, adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan untuk laki-laki dan
perempuan yang belum menikah. (8) merokok, merupakan perbuatan yang harus
dihindari karena bersifat negatif dan dapat merugikan diri sendiri. (9) minum-
minuman keras (alkohol), merupakan perbuatan yang tidak boleh dicoba-coba
karena tidak baik ntuk kesehatan. (10) berjudi, adalah perbuatan yang sangat
merugikan diri sendiri dan tidak boleh dilakukan.
Moral dibutuhkan pada kehidupan masyarakat dalam bersosialisasi.
Individu memandang individu atau kelompok lain berdasarkan moral. Mengenai
perilaku, kesopanan, bersikap baik merupakan beberapa sikap dari moral yang
dipandang masyarakat. Moral dapat memandang masyarakatnya memiliki nilai
sosial yang baik atau buruk. Kepribadian sesorang sangat erat kaitannya dalam
kegiatan sehari-hari, moral diperlukan demi kehidupan yang damai dan harmonis
sesuai dengan aturan. Dapat dipahami bahwa moral adalah keseluruhan aturan.
2. Karakteristik Moral dan sikap siswa
Generasi muda dalam arti yang luas, mencakup umur anak dan remaja,
mulai dari lahir sampai mencapai kematangan dari segala segi (jasmani,
rohani,sosial, budaya, dan ekonomi), mungkin dalam arti sempit atau yang
populer dalam pandangan masyarakat ramai Generasi Muda adalah masa muda
(remaja dan awal masa dewasa) Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:
Bulan Bintang, 2010), 153. Sedangkan hal ini lebih mengarah kepada Generasi
Muda dalam arti yang luas, karena pembinaan kehidupan moral dan agama
itu dimulai sejak si anak lahir, sampai mencapai kematangan pribadi, yaitu
sampai akhir masa remaja dan pemulaan masa dewasa.
Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah hilangnya nilai-
nilai moral di mata generasi muda. Mereka di hadapkan kepada berbagai
kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka
bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. Hal ini nampak jelas
pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang
hidup di kota-kota besar Indonesia, yang mencoba mengembangkan diri ke arah
kehidupan yang disangka maju dan modern, di mana berkecamuk aneka ragam
kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.
Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lihiriah tanpa mengindahkan
nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya, menyebabkan
generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya di sekolah
bertentangan dengan apa yang dialaminnya dalam masyarakat, bahkan mungkin
bertentangan dengn apa yang dilakukan oleh orang tuannya sendiri dirumah.
Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi muda itu,
menghambat pembinaan moralnya. Karena pembinaan moral itu terjalin dalam
pembinaan pribadinya. Apabila faktor-faktor dan unsur-unsur yang membina itu
bertentangan antara satu sama lain, maka akan goncanglah jiwa yang dibina
terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat,
yaitu pada usia remaja
3. Tujuan Mempelajari Etika dan Moral

Karakter tidak berfungsi dalam ruang hampa, karakter berfungsi dalam


lingkungan sosial (Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 100–101).

Seringkali lingkungan tersebut menindas perhatian moral. Kadang-kadang


karakter itu bersifat sedemikian rupa sehingga banyak orang atau bahkan sebagian
besar orang merasa bodoh dengn melakukan hal yang bermoral.
Psikologi karakter, untuk memahami bagaimana orang-orang yang secara
moral merasa serba salah dan bagaimana membantu mereka untuk merasa tenang,
harus memperhatikan dampak lingkungan. Demikian pula halnya dengan sekolah
apabila sekolah ingin mengembangkan karakter. Sekolah harus menyediakan
lingkungan moral yang menentukan nilai-nilai yang baik dan menyimpannya di
hadapan hati nurani setiap orang. Diperlukan waktu yang lama bagi sebuah nilai
untuk menjadi sebuah kebaikan untuk berkembang dari kesadaran intelektual
semata menjadi kebiasaan pribadi untuk berpikir, merasa, dan bertindak yang
membuatnya menjadi prioritas yang berfungsi. Seluruh lingkungan sekolah,
kebudayaan sekolah, harus mendukung pertumbuhan tersebut.
Rasa hormat, tanggung jawab, dan turunannya merupakan nilai-nilai yang
dapat diajarkan secara lagitimasi oleh sekolah. Pengetahuan moral, perasaan
moral, dan tindakan moral dalam manifestasinya merupakan kualitas karakter
yang membuat nilai-nilai moral menjadi realitas yang hidup. Adapun beberapa
tujuannya adalah:
Pertama, untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik
buruknya perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Kedua,
membentuk suasana yang harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera baik dalam
lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Ketiga, mengajak orang bersikap kritis
dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonomi. Keempat, etika
merupakan sarana yang memberi orientasi pada hidup manusia. Kelima, untuk
memiliki kedalaman sikap; untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab
terhadap hidupnya. Keenam, mengantar manusia pada bagaimana menjadi baik.
Ketujuh, etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang
rasional terhadap semua norma.
Jadi, dapat kita pahami bahwa tujuan mempelajari etika dan moral adalah
untuk menciptakan nilai moral yang baik. Etika harus benar-benar dimiliki dan
diterapkan oleh setiap manusia, sebagai modal utama moralitas pada kehidupan
baik di lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Etika yang baik, mencerminkan
perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk, mencerminkan perilaku yang
buruk pula.
4. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-
pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi
pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Disini penulis ingin menjelaskan
tentang kerangka berfikir pada penelitian yang berjudul “analisis implementasi
pendidikan karakter dalam perkembangan moral siswa kelas V SD Negeri Bangun
Harjo”.

Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan formal meliputi


nilai kejujuran, tanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri,
berjiwa wirausaha, berpikir kreatif, logis, inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu,
santun, toleransi, demokratis, dan nasionalis. Nilai-nilai dalam pendidikan
karakter pada sekolah saat ini meliputi nilai ketuhanan, taat kepada ajaran agama,
percaya diri, disiplin, kerja keras, tanggung jawab, terbuka, berpikir positif, ingin
tahu, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat, sopan santun, jujur,
dan dapat mengendalikan diri sendiri.
PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI PEMBELAJARAN

NILAI –NILAI
KARAKTER

Perncanaan Pelaksanaan Evaluasi

Siswa Berkarakter
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mejelaskan secara detail impemlentasi


pendidikan karakter pada anak usia di di Annuban Patthanasat School Pattani
Thailand. Agar hasil yang didapatkan objektif dan representatif, maka dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif bertujuan
untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mengungkapkan kenyataan yang ada di lapangan ketika penelitian.

Metode penelitian kualitatif disebut juga dengan metode penelitian


naturalistik, hal itu disebebabkan penelitian kualitatif dilakukan dengan kondisi
yang alami (natural setting). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui
secara rinci hal-hal yang dialami oleh subjek penelitian secara deskriptif serta
menyeluruh dalam bentuk kata-kata yang membentuk bahasa, pada sebuah
konteks khusus yang alamiah dengan menggunakan metode ilmiah yang beragam.

Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri yaitu: data yang diperoleh peneliti


bersifat alamiah atau asli, data diolah dalam laporan berbentuk deskriptif, data
yang diperoleh berupa kata-kata dan gambar, bukan angka. Kemudian dalam
penelitian kualitatif peneliti dan subjek yang diteliti memiliki kedudukan yang
sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif menempatkan kehadiran peneliti sebagai instrument


utama, sehingga peneliti akan mengambil data secara langsung kepada
narasumber yang kemudian akan ditemukan sebuah kesimpulan. Kemudian
peneliti juga terlibat aktif dalam kegiatan observasi dan wawancara untuk mencari
dan mengumpulkan informasi mengenai pendidikan karakter pada anak usia dini
yang diimplementasikan di SD Negeri Bangun Harjo.

Dalam penelitian ini peneliti hadir secara langsung di SD Negeri Bangun


Harjo untuk mendapatkan informasi sebanyak dan sedetail mungkin untuk
mendapattkan jawaban dari fokus dalam penelitian ini. Peran peneliti sebagai
pengamat penuh yang sesekali menjadi partisipan pada kegiatan yang sedang
berlangsung untuk mengambil data penelitian. Meski sesekali peneliti menjadi
partisipan, akan tetapi peneliti tidak memberikan bimbingan atau masukan pada
anak-anak di SD Negeri Bangun Harjo atau kepada guru yang mengajar. Hal
tersebut dilakukan agar kegiatan belajar mengajar bersifat alamiah sebagaimana
biasa dan menghasilkan data yang akurat sebagaimana terjadi di lokasi penelitian.

Kehadiran serta keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan dan aktif


dengan informan serta sumber data yang lainnya menjadi tolak ukur keberhasilan
dalam memahami kasus yang diteliti. Tantangan yang dihadapi pendidik serta apa
saja faktor yang mempengaruhi implementasi pendidikan karakter pada anak usia
dini.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang analisis implementasi pendikan karakter dalam


perkembangan moral peserta didik ini mengambil lokasi penelitian di SD Negeri
Bangun Harjo di Desa Bangunharjo kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten
OKU Timur, Sumatera Selatan di Indonesia.

D. Sumber Data

Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subyek yang berasal dari suatu
data yang diperoleh.4 Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
kata-kata serta tindakan, dokumen dan foto. Adapun sumber data pada penelitian
di SD Negeri Bangun Harjo yaitu:

1. Data primer
Data primer didapatkan langsung dari subyek penelitian. Data
primer daapt berupa pendapat subjek riset, hasil observasi, kegiatan atau
kejadian dan hasil pengujian. Data primer diambil melalui wawancara
dengan pendidik, orangtua peserta didik, kepala sekolah dan masyarakat.
Sumber data penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, wali
murid, dan masyarakat. Informasi didapatkan dari orangtua dari salah
satu peserta didik dan masyarakat yang tinggal di dekat SD Negeri
Bangun Harjo.
Langkah-langkah menentukan sumber data penelitian:
a. Menentukan informan dari SD Negeri Bangun Harjo, yaitu ibu
Khuzainawati,S.PD.SD selaku Kepala Sekolah SD Negeri Bangun
Harjo yang mengetahui seluk beluk SD Negeri Bangun Harjo.
b. Menentukan informan pendukung dari SD Negeri Bangun Harjo,
yaitu ibu Khuzainawati,S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah yang
mengetahui selukbeluk SD Negeri Bangun Harjo.
c. Selanjutnya menentukan informan pendiukung dari peserta didik.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari pengamatan ketika wawancara,
kegiatan di luar kelas dan juga data tertulis yang didapatkan dari
Sekolah. Data sekunder diambil melalui teknik observasi dan
dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahapan yang paling utama dalam sebuah
penelitian, karena penelitian memiliki tujuan untuk mendapatkan data. Data dapat
dikumpulkan dengan berbagai cara. Terdapat dua kategori metode pengumpulan
data pada penelitian kualitatif, yaitu metode interaktif yang berupa interview dan
observasi partisipatif dan metode non-interaktif yaitu metode dengan cara
observasi non-partisiaptif, kuesioner, dokumen dan partisipasi tidak berperan.
Adapun penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara
Wawancara terbagi menjadi tiga, yaitu wawancara terstruktur,
semistruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan
ketika peneliti sudah mengetahui secara pasti mengenai apa saja
informasi yang akan didapatkan dari wawancara yang dilakukan.
Peneliti sudah menyiapkan berbagai pertanyaan yang sudah tertulis
beserta alternative jawabannya. Melalui wawancara terstruktur, peneliti
mewawancarai beberapa narasumber dengan pertanyaan yang sama.
Wawancara semistruktur pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur, dilakukan untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka. Yang terakhir adalah wawancara
tidak terstruktur, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara agar
menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan secara langsung.
Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, pertanyaan
sudah ditetapkan oleh pewawancara sebelum wawancara berlangsung.
Wawancara dilakukan kepada kepala yayasan, guru, masyarakat
dan juga anak. Setiap orang memiliki peranannya masing-masing.
Wawancara dengan kepala yayasan, bertujuan untuk mengetahui data
mengenai profil sekolah serta berbagai data-data yang berkaitan dengan
peneitian. Guru diwawancara untuk memberikan informasi dan
mengkorelasikan data yang di dapat dari kepala yayasan. Wawancara
juga dilakukan kepada wali murid atau orangtua salah satu peserta didik
dengan tujuan untuk mengetahu seberapa jauh pendidikan karakter yang
diterapkan anak di rumah. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada
salah satu masyarakat dan peserta didik.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
semistruktur, di mana pertanyaan-pertanyaan sudah disiapkan sebelum
wawancara berlangsung. Pertanyaan yang telah dibuat dapat meluas
agar peneliti dapat menemukan permasalahan-permasalahan yang lebih
terbuka. Ketika melakukan wawancara, peneliti menggunakan fitur
perekam suara pada handphne serta mencatat poin-poin penting pada
buku catatan.
Kisi-kisi pertanyaan yang diajukan dalam proses wawancara
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perilaku anak ketika masuk sekolah?
b. Apa saja kegiatan yang dilakukan anak ketika berada di sekolah?
c. Bagaimana cara guru menanamkan nilai-nilai karakter pada anak?
d. Tindakan apa yang dilakukan oleh pendidik ketika terdapat anak yang
melanggar nilai-nilai karakter?
e. Apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah untuk
menunjang penerapan pendidikan karakter pada anak?
f. Bagaimana implikasi dari penerapan pendidikan karakter yang
ditunjukkan oleh anak?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut meluas sesuai dengan keadaan


yang ada di lokasi penelitian ketika data diambil. Kisi-kisi pertanyaan
tersebut ditujukan kepada kepala sekolah serta pendidik di SD Negeri
Bangu Harjo

2. Observasi
Observasi dikategorikan menjadi beberapa macam, yaitu
obeservasi partisipatif yang dilakukan peneliti dengan ikut terlibat
kegiatan sehari-hari. Dengan metode ini, data yang diperoleh akan lebih
lengkap dan mendalam hingga mengetahui makna dari setiap tingkah
laku yang tampak. Selanjutnya adalah observasi tersamar atau terus
terang, peneliti sudah menyampaikan sejak awal bahwa ia sedang
melakukan penelitian kepada sumber data. Observasi tidak berstruktur,
dilakukan ketika fokus penelitian belum jelas. Fokus akan berkembang
ketika peneliti melakukan observasi. Metode observasi dilakukan
peneliti secara langsung, baik di dalam kelas, di luar maupun di rumah
anak didik. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data-data
penelitian yang mencakup implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
baik yang diajarkan melalui berbagai macam metode yang telah
diterapkan oleh pendidik.
Observasi juga dilakukan di luar sekolah dengan berkunjung ke
rumah anak didik untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter
dilakukan oleh anak serta dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan
masyarakat agar mengetahui kultur budaya yang ada di desa bangun
harjo .
3. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan peristiwa yang telah berlalu, baik dalam
bentuk gambar, karya atau tulisan. Dengan adanya dokumentasi, hasil
wawancara dan observasi akan lebih terpercaya. Dokumentasi
merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang dapat digunakan untuk menelusuri data historis.
Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kurikulum yang
digunakan di SD Negeri Bangunharjo, jadwal kegiatan anak,
Rancangan Tema, buku-buku yang berkaitan dengan anak usia dini,
kegiatan belajar mengajar, serta dokumentasi di berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini
di SD Negeri Bangun Harjo.
F. Analisa Data

Analisis data berlangsung ketika pengumpulan data berlangsung dan


berhenti setelah pengumpulan data berakhir. Analisis merupakan pencarian dan
penyusunan data yang diperoleh secara sistematis dengan cara mengelompokkan
data sesuai dengan jenisnya. Kemudian dijabarkan dan disusun membuat suatu
pola kemudian dipilah dan disimpulkan agar memudahkan seseorang untuk
memahami data tersebut. Analisis data merupakan sebuah aktivitas yang
dilakukan untuk menata, mengurutkan, menggolongkan, member kode atau tanda
serta mengkategorikan sesuai fokus masalah yang ingin dijawab. Proses ini
mengumpulkan data secara sistematis. Tahapan analisis data tersebut adalah:

1. Pengumpulan Data
Data-data yang didapat ketika observasi, wawancara serta
dokumentasi yang diperoleh dari lokasi penelitian dikumpulkan
menjadi satu.
2. Penyajian data mentah
Dalam penelitian kualitatif data mentah akan dimasukkan
kedalam lampiran dikarenakan jumlahya yang begitu banyak. Data
mentah merupakan data yang belum dianalisis, sehingga bentuk data
yang disajikan adalah data keseluruhan yang didapatkan ketika
pengambilan dan pengumpulan data.
3. Reduksi Data
Saat melakukan penelitian di lapangan tentu akan banyak data
yang diperoleh. Perlu dilakukan pencatatan secara detail dan teliti
kemudian dipilah mana data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
4. Penyajian Data
Langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Hal ini dilakukan
untuk menyajikan data baik berupa kata-kata maupun gambar untuk
melihat secara keseluruhan data dan bagian-bagian dalam penelitian
5. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal masih bersifat sementara, perlu adanya bukti-
bukti yang kuat dan valid untuk membuktikan bahwa kesimpulan
tersebut kredibel. Kesimpulan dalam penelitian ini mengharapkan
adanya temuan baru mengenai implementasi pendidikan karakter yang
dapat diimplementasikan pula di tanah air agar kelak dapat terbentuk
penerus bangsa yang berakhlakul karimah dan menjunjung tinggi nilai-
nilai karakter.
G. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data disebut juga sebagai validitas dan realibilitas. Penelitian
analisis implementasi pendidikan karakter dalam perkembangan moral siswa kelas
V SD Negeri Bangnharjo menggunakan cara triangulasi sumber dan metode
pengumpulan data. Triangulasi sumber berupa kepala sekolah, pendidik, wali
murid/orangtua, masyarakat di sekitar sekolah dan anak didik. Triangulasi metode
berupa data yang dikumpulkan, wawancara, dokumentasi serta observasi.

1. Kepercayaan (Kredibilitas)
Kredibilitas hasil penelitian di SD Negeri Bangun Harjo ini
didapat dengan cara peneliti mengelompokkan data hasil temuan dari
berbagai narasumber atau informan. Kredibilitas dilakukan untuk
membuktikan bahwa informasi data mengenai implementasi pendidikan
karakter di Annuban Patthanasat School Pattani Thailand yang disajikan
ini akurat. Beberapa cara akan dilakukan untuk mencapai kredibilitas
pada data hasil penelitian, cara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Triangulasi
Dalam pengumpulan data, triangulasi berarti sebuah teknik
pengumpulan data yang menggabungkan berbagai teknik dan
sumber data yang ada. Dengan triangulasi ini, penguji
mengumpulkan dan menguji kredibilitas data yang diperoleh.
Triangulasi adalah sebuah teknik untuk mengoreksi data
dengan cara memeriksa atau membandingkan suatu data.
Triangulasi sumber merupakan pengaplikasian data dalam suatu
analis. Triangulasi metode adalah pengaplikasian metode ganda
untuk menganalisis suatu masalah atau program tunggal.
Triangulasi pendidik adalah penggunaan beberapa peneliti atau
ilmuan yang berbeda. Triangulasi teori adalah penggunaan sudut
pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat data tunggal.
Penelitian mengenai implementasi pendidikan karakter pada
anak usia dini ini menggunakan triangulasi sumber dan metode
pengumpulan data yang digunakan untuk memeriksa data.
Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Hal itu dapat dilakukan dengan cara: membandingkan
hasil data yang diobservasi dengan hasil wawancara,
membandingkan keadaan dari berbagai perspekti, serta
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen.
b. Keteralihan (Transferbilitas)
Transferbilitas merupakan cara membangun keteralihan
untuk member nilai keabsahan data peneliti dalam penelitian
kualitatif. Agar transferbiltas dapat tercapai, peneliti menguraikan
hasil temuan penelitian dengan lebih detail agar dapat dipahami
dengan lebih mudah.
c. Kepastian (konfirmatibilitas)
Konfirmabilitas adalah suatu proses yang dilakukan untuk
memperoleh data yang obyektif. Audit dilakukan untuk
mendapatkan persetujuan dan gambaran yang serupa dari
penelitian lain untuk mendapatkan obyektifitas data. Teknik ini
dilakukan untuk megadakan pengecekan keabsahan data yang
berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada anak
usia dini di SD Negeri Bangun harjo untuk memastikan tingkat
validitas hasil penelitian.
d. Kebergantungan (depentabilitas)
Depentabilitas adalah hasil yang didapatkan mencerminkan
kemantapan dan konsistensi keseluruhan proses penelitian. Cara
untuk mendapatkan nilai depentabilitas adalah dengan melakukan
audit depentabilitas yang dilakukan oleh auditor. Dalam
penelitian ini, peneliti meminta nasihat serta masukan untuk
mengkritisi hasil penelitian. Auditor dalam penelitian ini adalah
Ibu Indianasari, M.Pd selaku dosen pembimbing dan ketua
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Muhammadiyah
OKU Timur.
H. Tahap-tahap Penelitian
Terdapat tiga tahapan dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Tahap pra-lapangan, yaitu observasi awal di SD Negeri Bangun harjo,
menentukan fokus penelitian dan mencari teori yang sesuai dengan
fokus penelitian, penyusunan proposal kemudian melakukan seminar
proposal.
2. Tahap kegiatan di lapangan, mengumppulkan data-data di lapangan
yang terkait dengan fokus penelitian yang diimplementasikan di SD
Negeri Bangun harjo.
3. Tahap analisis data, kegiatan mengolah data dan mengorganisir data
yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data. Kemudian
dilakukan penafsiran data sesuai konteks penelitian. Setelah itu
dilakukan pengamatan mengenai keabsahan data. Tahapan ini diakhiri
dengan menyusun hasil penelitian dari seluruh rangkaian kegiatan
pengumpulan data hingga pemberian makna. Konsultasi terkait hasil
penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan dosen
pembimbing yang setelahnya akan mendapatkan masukan serta
kritikan yang akan dilanjutkan dengan perbaikan atau revisi.

Anda mungkin juga menyukai