Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Internalisasi nilai karakter sangat penting untuk diberikan kepada

setiap individu. Berbagai karakter sangat penting untuk diberikan agar

menjadikan hidupnya berlangsung dengan baik. Karakter yang baik

membantu individu untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan

memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat

keputusan yang tepat. Ini juga membantu mereka untuk membangun

hubungan yang positif dengan orang lain dan membentuk masyarakat

yang lebih harmonis.

Karakter sosial sangat penting bagi perkembangan kepribadian dan

karakter sosial seseorang. Individu yang telah melakukan internalisasi

akan memiliki karakter sosial yang baik dan dapat menjadi contoh bagi

lingkungan sekitarnya. Proses internalisasi juga dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pembentukan lingkungan yang kondusif. Pentingnya

memiliki karakter sosial yang baik bagi setiap individu sangat ditekankan

dalam dunia pendidikan. Karakter sosial yang baik akan membantu

seseorang dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya, serta membentuk kepribadian yang positif. Namun, dalam

kenyataannya, banyak siswa yang masih kurang memiliki karakter sosial

yang baik.(Oktaviani.J, 2018)

2
Internalisasi nilai karakter sosial diyakini dapat menjadi solusi

dalam meningkatkan karakter sosial siswa. Internalisasi nilai adalah

proses dimana individu memasukkan nilai-nilai moral dan etika ke dalam

sistem nilai pribadi mereka. Bila individu telah melakukan internalisasi nilai

karakter sosial, maka nilai-nilai tersebut akan menjadi bagian dari

kepribadian mereka dan mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka.

Internalisasi nilai karakter memiliki peran yang sangat penting

dalam membentuk kualitas diri individu dan mempengaruhi perilaku dan

tindakan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Proses internalisasi ini dilakukan melalui pendidikan formal, non-formal,

dan informal seperti pengalaman dan interaksi sosial. Pendidikan nilai

karakter merupakan bagian dari pendidikan karakter dan merupakan

proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan nilai-nilai

moral dan etika seperti kejujuran, integritas, toleransi, dan lain

sebagainya. Ini sangat penting untuk membentuk individu yang berkualitas

dan memiliki karakter yang baik sebagai bagian dari masyarakat yang

bermoral dan beradab.(Huda, 2019)

Untuk mewujudkan sukses dalam penanaman nilai-nilai karakter,

tidak hanya dapat dicapai dalam satu tahap pembelajaran saja, namun

membutuhkan proses berkesinambungan dan bertahap, sesuai dengan

fase perkembangan peserta didik. Salah satu cara untuk mencapainya

adalah melalui proses internalisasi. Karena memiliki karakter tidak hanya

tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga memerlukan pembiasaan,

3
karena seseorang yang memahami kebaikan belum tentu mampu

melakukan kebaikan tersebut jika tidak terlatih menjadi kebiasaan.

Tugas bersama dari berbagai pihak, terutama tiga pilar pendidikan

(keluarga, sekolah, dan masyarakat) adalah penting untuk proses

internalisasi nilai karakter ini(Jamilah, 2019) Dimulai dari lingkungan

keluarga sebagai sekolah pertama bagi setiap anak, lalu dilanjutkan di

sekolah formal di mana setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang

adil dan merata, serta lingkungan yang positif yang mendukung

pembentukan karakter.

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa keberagaman karakter

mereka berbeda akan tetapi sekolah ini mampu menjadi wadah yang

dapat menginternalisasi nilai kepedulian sosial yang baik pada sekolah ini.

Guru IPS dan Aagama disini menjadi pelopor utama bagi

penginternalisasian nilai karakter kepedulian sosial ini, karena phak

sekolah percaya bahwa dengan adanya pelopor dari kedua guru di ranah

inilah yang mampu dengan baik melakukan tugas ini.

Saat ini SMPN 17 Maros melaksanakan pembelajaran dengan

kurikulum 2013 yang tidak hanya berorientasi pada kemampuan kognitif

tetapi juga afektif dan psikomotorik. Karakter dan nilai-nilai sosial menjadi

salah satu yang ditumbuhkan dalam pembelajaran maupun kegiatan di

luar pembelajaran. Namun, terdapat beberapa masalah karakter sosial

yang masih dijumpai pada siswa-siswi SMPN 17 Maros. Adapun

permasahalannya seperti masih ada peserta didik yang seringkali

4
mengolok-olok teman, bertengkar dengan temannya, dan kurang empati

terhadap orang disekitarnya. Oleh karena itu, sekolah tersebut

memandang penting untuk melakukan upaya yang efektif untuk

memperbaiki dan meningkatkan karakter sosial siswa-siswi melalui

berbagai program dan kegiatan. Salah satu metodenya adalah dengan

menerapkan pendidikan karakter secara intensif dan terintegrasi dalam

setiap aspek kegiatan sekolah.

Berdasarkan dari uraian diatas, bahwasanya seorang guru dan

sekolahan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter sosial

peserta didik, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Internalisasi Nilai Karakter Sosial dalam Meningkatkan Karakter

Sosial Siswa SMPN 17 Kabupaten Maros”

B. Fokus Kajian Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diangkat

fokus kajian penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses internalisasi nilai karakter sosial dalam

meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten Maros?

2. Bagaimana Kendala dalam internalisasi nilai karakter sosial dalam

meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten Maros?

3. Bagaimana Solusi dalam Mengatasi Kendala internalisasi nilai

karakter sosial dalam meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17

Kabupaten Maros?

5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus kajian penelitian di atas, maka tujuan penelitian

ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses internalisasi nilai karakter sosial

dalam meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten

Maros.

2. Untuk mendeskripsikan kendala dalam internalisasi nilai karakter

sosial dalam meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17

Kabupaten Maros.

3. Untuk mendeskripsikan solusi dalam Mengatasi Kendala internalisasi

nilai karakter sosial dalam meningkatkan karakter sosial siswa SMPN

17 Kabupaten Maros.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini yaitu sebagai berikut:

6
1. Proses internalisasi nilai karakter sosial dalam meningkatkan

karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten Maros?

2. Kendala dalam internalisasi nilai karakter sosial dalam

meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten Maros?

3. Solusi dalam mengatasi kendala internalisasi nilai karakter sosial

dalam meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten

Maros?

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pemahaman tentang bagaimana proses internalisasi nilai karakter

sosial dapat mempengaruhi peningkatan karakter sosial siswa. Hal

ini dapat membantu guru dalam membuat kebijakan dan strategi

pengembangan karakter sosial siswa yang efektif.

2. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

tingkat internalisasi nilai karakter sosial siswa dan bagaimana

sekolah dapat meningkatkan kualitas pengembangan karakter

sosial siswa. Ini juga dapat menjadi bahan referensi untuk

pengembangan program peningkatan karakter sosial siswa.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan

referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan

7
pengembangan karakter sosial siswa dan internalisasi nilai karakter

sosial. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai landasan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.

8
BAB II

KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Internalisasi Nilai Karakter

a. Pengertian Internalisasi

Internalisasi merupakan suatu proses di mana seseorang

membentuk nilai, norma, dan standar yang berasal dari lingkungan

sosial dan menjadikannya sebagai bagian dari identitas diri setiap

individu. Hal ini sangat penting dalam perkembangan individu

karena membantu membentuk sikap, tindakan, dan perilaku yang

konsisten dan stabil dalam jangka panjang. Internalisasi juga

membantu seseorang memahami dan membedakan apa yang

benar dan salah serta memberikan dasar bagi individu untuk

membuat keputusan dan membentuk hubungan yang baik dengan

lingkungan sosialnya.

Menurut Widyaningsih et al., (2014) internalisasi adalah

proses dimana seseorang mempengaruhi atau mempengaruhi oleh

nilai-nilai tertentu dan mempengaruhi kepribadian mereka, dengan

fungsi evaluatif menjadi lebih dominan. Hal ini juga sejalan dengan

yang tertulis dengan KBBI yang mengartikan internalisasi sebagai

penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga

merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau

9
nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (Nurizka & Rahim,

2020).

Internalisasi adalah sebagai penghayatan, pendalaman,

penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dalam

Membentuk Karakter Siswa. Oleh karena itu, internalisasi adalah

proses memasukkan pola pikir, sikap, dan perilaku ke dalam diri

pribadi melalui bimbingan dan konseling agar memahami

sepenuhnya nilai sesuai standar yang diinginkan. (Munif, 2017).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa internalisasi adalah proses memasukkan nilai, ajaran,

doktrin, dan pola pikir ke dalam diri mereka melalui bimbingan dan

pengalaman, sehingga mempengaruhi kepribadian dan perilaku

mereka. Ini merupakan pendalaman dan penguasaan secara

mendalam melalui binaan dan konseling, dan diwujudkan dalam

sikap dan perilaku yang sesuai dengan standar yang diinginkan.

b. Tahap Internalisasi

Internalisasi terhadap individu biasanya tidak dilaksanakan secara

langsung tetapi melalui proses yang bertahap dan berlangsung dalam

jangka waktu yang panjang. Internalisasi membutuhkan interaksi dan

pengalaman dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar individu, serta

penguatan dan reinforcement melalui bimbingan dan pembinaan. Tahap-

tahap internalisasi melibatkan pemahaman, penerimaan, dan penanaman

nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang dikehendaki.

10
Adapun tahapan internalisasi karakter dapat dilakukan melalui tiga

tahap yaitu sebagai berikut (Munif, 2017):

1) Tahap Transformasi Nilai

Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik

dan kurang baik kepada siswa. Dalam tahap ini, individu

mengalami perubahan dalam cara pandang dan perilaku mereka

seiring dengan penerimaan dan penguasaan nilai-nilai tertentu.

Proses tersebut meliputi penerimaan nilai, konformitas, identifikasi,

introjeksi, dan internalisasi. Penerimaan nilai melibatkan

pemahaman dan penerimaan nilai-nilai yang diterima dari

lingkungan. Konformitas melibatkan perilaku dan sikap sesuai

dengan nilai-nilai yang diterima. Identifikasi melibatkan membuat

hubungan antara nilai-nilai dengan identitas individu.

2) Tahap Transaksi Nilai

Tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua

arah atau interaksi antara siswa dengan guru yang bersifat interaksi

timbal balik. Tahap transaksi nilai adalah proses dimana individu

membandingkan nilai-nilai yang mereka miliki dengan nilai-nilai

yang ada dalam lingkungan. Dalam tahap ini, individu dapat

mempertimbangkan dan menyesuaikan nilai-nilai mereka sesuai

dengan situasi dan lingkungan

3) Tahap Transinternalisasi

11
Tahap ini jauh lebih mendalam dari sekedar transaksi. Dalam

tahapan ini penampilan guru dan siswa bukan lagi sosok fisiknya

melainkan sikap mental (kepribadiannya). Tahap transinternalisasi

adalah tahap dimana individu mengalami perubahan dan

perkembangan dalam internalisasi nilai-nilai mereka. Dalam tahap

ini, individu mampu mengevaluasi dan menyesuaikan nilai-nilai

mereka sesuai dengan pengalaman dan perkembangan dalam

hidup.

c. Metode Internalisasi

Metode-metode ini dapat dilaksanakan melalui berbagai bentuk

aktivitas dan interaksi, seperti pengamatan, latihan, diskusi, permainan,

tugas, dan pembelajaran berbasis proyek. Penggunaan metode yang

tepat dapat membantu individu untuk menguasai dan mempraktikkan nilai-

nilai yang diinginkan, sehingga nilai-nilai tersebut dapat menjadi bagian

dari kepribadian mereka dan tecermin dalam perilaku dan sikap peserta

didik.

Menurut Susiyanto & Sudarto (2021) terdapat beberapa metode

internalisasi nilai dalam pendidikan karakter dapat dilakukan dengan

berbagai metode, sebagai berikut:

1) Peneladanan (Modeling): adalah suatu metode internalisasi yang

melibatkan proses mengikuti dan mencontoh perilaku orang lain

yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik. Melalui proses

12
peneladanan, individu dapat memahami dan mengadopsi nilai-nilai

karakter yang diinginkan.

2) Pembiasaan (Habituation): adalah suatu metode internalisasi yang

melibatkan proses melakukan suatu tindakan secara terus-menerus

hingga menjadi bagian dari perilaku mereka. Melalui proses

pembiasaan, individu dapat menguasai dan mempraktikkan nilai-

nilai karakter dengan lebih mudah dan efektif.

3) Pergaulan (Interaction): adalah suatu metode internalisasi yang

melibatkan proses berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain

yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik. Melalui proses

pergaulan, individu dapat memahami dan mengadopsi nilai-nilai

karakter yang diinginkan melalui pergaulan yang baik dan positif.

4) Penegakan Aturan (Enforcement of Rules): adalah suatu metode

internalisasi yang melibatkan proses memastikan bahwa individu

mematuhi aturan dan norma yang berlaku. Melalui penegakan

aturan, individu dapat memahami dan mempraktikkan nilai-nilai

karakter dengan lebih baik dan konsisten.

5) Permotivasian (Motivation): adalah suatu metode internalisasi yang

melibatkan proses memberikan dorongan atau motivasi kepada

individu untuk menguasai dan mempraktikkan nilai-nilai karakter

yang diinginkan. Melalui proses permotivasian, individu dapat

memiliki semangat dan motivasi yang kuat untuk memahami dan

mempraktikkan nilai-nilai karakter.

13
d. Proses Internalisasi

Proses internalisasi merupakan tahapan-tahapan yang harus

dilalui dalam membentuk nilai-nilai tertentu pada diri seseorang

terdiri dari(Wardani, 2020):

1) Perencanaan, tahap ini melibatkan penentuan tujuan dan rencana

aksi untuk mewujudkan internalisasi nilai-nilai tersebut.

2) Pelaksanaan, tahap ini adalah tahap dimana rencana aksi diterapkan

untuk membantu seseorang menghayati nilai-nilai yang diinginkan.

3) Evaluasi, tahap ini adalah penilaian atas hasil yang dicapai setelah

melalui proses perencanaan dan pelaksanaan. Ini penting untuk

menentukan apakah tahap selanjutnya perlu dilakukan untuk

memperkuat hasil internalisasi yang telah dicapai.

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memegang peran yang sangat penting dalam

pembentukan dan pengembangan sikap, perilaku, dan moral seseorang.

Dengan melakukan pendidikan karakter, individu akan memiliki integritas

dan toleransi, serta nilai-nilai positif lainnya yang akan membentuk pribadi

yang bertanggung jawab dan baik. Pendidikan karakter juga membantu

individu untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks dan

mempersiapkan mereka untuk menjadi pribadi yang memiliki kualitas diri

yang tinggi dan moralitas yang kuat.

14
Hal ini akan meningkatkan kualitas hidup dan membentuk

masyarakat yang lebih adil dan damai. Selain itu, pendidikan karakter juga

membantu individu untuk memahami dan menghormati nilai-nilai moral

yang berlaku, sehingga mereka dapat hidup dengan baik dan bertanggung

jawab terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pendidikan karakter

sangat penting dilakukan untuk membentuk individu yang berbudi luhur

dan memiliki nilai-nilai positif.(Kesuma et al., 2019)

Menurut (Adnyani et al., 2019) Pendidikan karakter adalah suatu

proses pembentukan dan pengembangan sikap, perilaku, dan moral

seseorang untuk menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab.

Tujuannya adalah untuk membentuk individu yang memiliki integritas,

toleransi, dan nilai-nilai positif lainnya. Sejalan dengan pendapat tersebut

Omeri (2021) pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-

nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,

maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan

melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena

manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka

perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam

lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan .

Dari kedua pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan

karakter adalah proses pembentukan dan pengembangan sikap, perilaku,

15
dan moral seseorang untuk menjadi pribadi yang baik dan bertanggung

jawab. Tujuannya adalah membentuk integritas, toleransi, dan nilai-nilai

positif lainnya. Pendidikan karakter juga meliputi sistem penamaan nilai-

nilai karakter dan melibatkan pengetahuan, kesadaran, dan tindakan

untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pengembangan karakter bangsa

dilakukan melalui perkembangan karakter individu, yang hanya dapat

dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu.

b. Penguatan Karakter Sosial dalam Pembelajaran

Penguatan karakter sosial dalam pembelajaran merupakan suatu

proses pengembangan nilai-nilai sosial yang terkait dengan perilaku dan

tindakan seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini, pembelajaran tidak

hanya memfokuskan pada aspek akademik, tetapi juga memasukkan nilai-

nilai sosial dan moral dalam pembelajaran. Tujuannya adalah untuk

membentuk individu yang memiliki sikap sosial yang positif dan mampu

berkontribusi terhadap masyarakat. Cara untuk memperkuat karakter

sosial dalam pembelajaran antara lain melalui diskusi kelompok, tugas-

tugas bersama, dan kegiatan lain yang memfokuskan pada

pengembangan nilai-nilai sosial.

1. Karakter religius: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan

dan ajaran agama seseorang, seperti rasa takut dan taat kepada

Tuhan, memegang teguh ajaran agama, dan menunjukkan sikap

toleran dan empati terhadap orang lain.

16
2. Karakter disiplin: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan

kedisiplinan dan ketaatan terhadap aturan dan norma yang berlaku,

serta memiliki sikap yang teratur dan tertib.

3. Karakter kejujuran: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan

kebenaran dan keadilan, seperti jujur dan transparan dalam

berkomunikasi dan bertindak, serta memiliki sikap tidak memanipulasi

atau merugikan orang lain.

4. Karakter peduli lingkungan: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan

kesadaran lingkungan dan tanggung jawab terhadap lingkungan,

seperti peduli terhadap kelestarian lingkungan dan berupaya

melindungi lingkungan.

5. Karakter kerja keras: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan kerja

keras dan dedikasi dalam bekerja, seperti bekerja keras dan tekun

dalam mencapai tujuan dan hasil yang baik.

6. Karakter kepemimpinan: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan

kemampuan memimpin dan memotivasi orang lain, seperti memiliki

sikap kepemimpinan yang baik dan memotivasi orang lain untuk

berpikir dan bertindak positif.

7. Karakter kepercayaan diri: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan

rasa percaya diri dan memiliki keyakinan dalam diri sendiri, seperti

memiliki sikap optimis dan berani mengambil risiko.

8. Karakter toleransi dan anti diskriminasi: merupakan nilai-nilai yang

terkait dengan toleransi dan anti diskriminasi, seperti memiliki sikap

17
toleran terhadap perbedaan dan tidak diskriminatif terhadap orang

lain.

9. Karakter gotong royong: merupakan nilai-nilai yang terkait dengan

kerjasama dan gotong royong, seperti bekerja sama dan membantu

orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

18
3. Nilai Karakter Sosial

a. Pengertian Nilai Sosial

Nilai sosial memegang peran yang sangat penting dalam

kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Nilai-nilai ini membantu

menentukan bagaimana individu harus berperilaku dan bersikap

dalam masyarakat dan membentuk hubungan antar individu dalam

masyarakat. Nilai-nilai ini juga membantu membentuk identitas dan

memberikan pandangan hidup bagi individu. Oleh karena itu, nilai

sosial memegang peran penting dalam membentuk kebudayaan

dan mempertahankan kerukunan dalam masyarakat (Huda, 2019).

Menurut Umar (2015) nilai sosial adalah sesuatu yang

berharga (berguna/bermanfaat) yang berhubungan dengan

hubungan antar manusia, dan peranannya dalam pengembangan

pendidikan umum dalam arti pengembangan dan pembinaan

kepribadian secara utuh sangat menunjukkan suasana demokrasi,

kerja sama, tolong menolong dan keteladanan positif, sehingga

tercipta manusia yang memiliki kesadaran akan dirinya sebagai

makhluk ciptaan Allah SWT selaku individu, sosial, dan warga

negara bahkan warga dunia yang baik. Nilai sosial adalah

keyakinan, norma, dan standar perilaku yang diterima dan dianut

oleh masyarakat sebagai acuan dalam tingkah laku dan perilaku

seseorang. Nilai-nilai ini dapat berupa moral, etika, religi, dan

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan mempengaruhi

19
bagaimana individu berinteraksi dan berperilaku satu sama lain.

Nilai sosial juga membantu menentukan bagaimana individu harus

berperilaku dan bersikap dalam situasi tertentu. Nilai sosial adalah

nilai yang berasal dari masyarakat dan diterima secara umum

sebagai acuan dalam tingkah laku dan perilaku seseorang.

b. Indikator Karakter Sosial Siswa

Indikator karakter sosial menunjukkan bagaimana siswa

dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, memahami

dan menerima perbedaan, serta memiliki rasa kepedulian dan

solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Pengembangan karakter

sosial seperti ini sangat penting untuk membentuk siswa menjadi

pribadi yang baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Indikator dari karakter sosial yang dikembangkan di sekolah itu

antara lain kerjasama, toleransi, menghargai dan menghormati

sesama, kepedulian atau solidaritas.

1) Kerjasama

Indikator ini melihat bagaimana siswa mampu bekerja sama dan

bekerjasama dengan orang lain dalam sebuah kelompok atau tim.

Siswa yang memiliki karakter kerjasama dapat menunjukkan sikap

saling membantu dan memahami satu sama lain.

2) Toleransi

Indikator ini melihat bagaimana siswa mampu menerima dan

memahami perbedaan yang ada di antara individu. Siswa yang

20
memiliki karakter toleransi dapat menerima dan menghormati

pandangan dan keyakinan orang lain, meskipun berbeda dengan

pandangan mereka sendiri.

3) Menghargai dan menghormati sesama

Indikator ini melihat bagaimana siswa mampu menunjukkan rasa

hormat dan apresiasi terhadap orang lain. Siswa yang memiliki

karakter ini dapat menunjukkan sikap memperlakukan orang lain

dengan baik dan tidak membeda-bedakan mereka.

4) Kepedulian atau solidaritas: Indikator ini melihat bagaimana siswa

mampu memperlihatkan rasa kepedulian dan solidaritas terhadap

lingkungan sekitar. Siswa yang memiliki karakter ini dapat

membantu dan memperjuangkan hak-hak orang lain, serta

memperlihatkan rasa kepedulian terhadap masalah sosial dan

lingkungan.

Indikator-indikator ini dapat menjadi ukuran bagi sekolah dan

guru dalam menilai pengembangan karakter sosial siswa dan

membantu mereka dalam memberikan bimbingan dan pendidikan

yang lebih baik.

c. Upaya Meningkatkan Karakter Sosial

Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan karakter sosial siswa (Pamungkas, 2019):

1) Pendidikan karakter di sekolah

21
Sekolah dapat menyediakan program dan aktivitas yang berkaitan

dengan pendidikan karakter sosial, seperti pelatihan kerja sama,

toleransi, dan kepedulian.

2) Model role-playing dan simulasi

Melalui role-playing dan simulasi, siswa dapat mempraktikkan

perilaku dan tingkah laku yang positif, seperti toleransi,

menghormati, dan bekerja sama.

3) Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan keagamaan, kegiatan

sosial, atau kegiatan lingkungan dapat membantu meningkatkan

karakter sosial siswa.

4) Mendukung lingkungan belajar yang positif:

Lingkungan belajar yang positif dapat membantu meningkatkan

karakter sosial siswa, seperti menciptakan suasana yang aman dan

nyaman, serta menghormati perbedaan.

5) Memberikan pembelajaran melalui praktek

Pembelajaran melalui praktek, seperti kegiatan bakti sosial, dapat

membantu siswa memahami dan mempraktikkan nilai-nilai karakter

sosial.

6) Memberikan contoh dan model perilaku positif

22
Guru dan orang tua dapat menjadi contoh dan model perilaku

positif bagi siswa, seperti menunjukkan sikap toleransi dan

menghormati, serta memperlihatkan perilaku peduli lingkungan dan

sosial.

Upaya-upaya ini dapat membantu meningkatkan karakter

sosial siswa dan membentuk mereka menjadi pribadi yang baik dan

berkontribusi positif bagi masyarakat.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah cabang ilmu yang

mempelajari tentang kebudayaan, sosialisasi, pemerintahan,

ekonomi, hukum, dan sejarah manusia dan masyarakat. Ini

mempelajari bagaimana orang berinteraksi satu sama lain dan

bagaimana perilaku sosial ditentukan oleh faktor seperti budaya,

agama, ekonomi, dan kebijakan publik. Beberapa sub-bidang Ilmu

Pengetahuan Sosial termasuk antropologi, sosiologi, ekonomi,

sejarah, dan politik.

Berikut adalah beberapa cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial:

1. Antropologi: mempelajari perilaku dan budaya manusia dalam

masyarakat.

2. Sosiologi: mempelajari bagaimana masyarakat terbentuk dan

bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

3. Ekonomi: mempelajari bagaimana sumber daya diproduksi,

diperdagangkan, dan dikonsumsi.

23
4. Sejarah: mempelajari peristiwa masa lalu dan bagaimana mereka

mempengaruhi masa kini.

5. Politik: mempelajari bagaimana pemerintah dan masyarakat

berkuasa dan membuat kebijakan.

6. Psikologi sosial: mempelajari bagaimana perilaku individu

dipengaruhi oleh interaksi sosial.

7. Geografi sosial: mempelajari bagaimana masyarakat tersebar di

seluruh dunia dan bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku

sosial.

8. Studi media: mempelajari bagaimana media mempengaruhi dan

membentuk opini publik.

9. Ilmu politik: mempelajari sistem pemerintahan, politik nasional dan

internasional, dan bagaimana kebijakan diputuskan.

B. Kerangka Berpikir
Dalam lingkungan pendidikan formal sekalipun juga tidak menutup

kemungkinan dalam fenomena penurunan karakter sosial peserta didik.

Bahkan sekarang terlihat bahwasanya rasa karakter sosial mulai

menurun. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata

pelajaran yang di dalamnya terdapat penerapan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang ditekankan pada penelitian ini adalah

kepedulian sosial yang diterapkan dalam pembelajaran IPS. Oleh karena

itu kerangka pikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Fenomena menurunnya karakter sosial peserta didik

24
Menemukan proses dalam menumbuhkan rasa kepedulian
sosial. akan tetapi pasti akan ditemukan kendala di dalam
prosesnya

Proses internalisasi nilai karakter untuk membentuk kepedulian


sosial siswa dalam pembelajaran IPS terpadu.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 17 Kabupaten Maros

pada bulan Maret-April 2023.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa.

Jenis penelitiannya menggunakan deskriptif, yang merupakan

sebuah penelitian yang menggambarkan sebuah fenomena dan berupaya

untuk mendalami dan memecahkan permasalahan di dalamya yang

diperoleh dari data sampai dapat menemukan informasi yang mendalam

dan menyeluruh yang sesuai dengan kebutuhan. Metode kualitatif dalam

prosedur penelitiannya menghasilkan penjabaran data yang berupakata-

kata baik secara tertulis maupun lisan dari informan yang telah

diamatinya.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu guru dan siswa SMPN 17 Maros.

D. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Wawancara

26
Pedoman wawancara secara umum diartikan sebagai

kumpulan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Penulis mengadakan

wawancara untuk mendapatkan data, keterangan, pendirian atau

pandangan dari pribadi dan individu yang diwawancarai. Dalam

rangka memperdalam atau sebagai pembanding dengan pendapat

lainnya sehingga didapatkan kebenaran yang lebih valid.

Wawancara ini dilakukan pada guru dan peserta didik demi

mendapatkan data primer.

2. Pedoman Observasi

Lembar pengamatan untuk fenomena-fenomena yang dapat

dilihat langsung di lapangan, hal ini sebagai upaya dalam menggali

informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan penelitian.

E. Prosedur Pengembangan Instrumen


Dalam penelitian ini akan dilakukan pengembangan

instrument dengan memerhatikan definisi variable yang akan diteliti

hingga melakukan analisis kesahihan setiap instrument yang telah

dibuat.

Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus

mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu:

1. Mendefinisikan variabel;

2. Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci;

27
3. Menyusun butir-butir;

4. Melakukan uji coba;

5. Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian yang dapat

dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi

sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu

dengan menggunakan mata. Observasi dilakukan jika

menginginkan data pengamatan secara empiris. Peneliti ikut serta

dalam prose pembelajaran yang nanti akan menjadi sumber data

penelitian. Dengan itu data yang diperoleh akan valid. Cara

tersebut dilakukan agar dapat memperoleh data terkait internalisasi

nilai karakter sosial dalam pembelajaran IPS Terpadu

2. Wawancara

Wawancara dapat dilakukan secara formal atau

direncanakan, dan dapat juga dilakukan secara informal tidak

menggunakan catatan dan bentuk yang tertentu. Dalam wawancara

itu yang penting diciptakan suasana yang akrab dan santai. Cara ini

dipergunakan untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan

wawancara dengan nara sumber atau responden. Proses

28
wawancara dilakukan untuk mengetahui terkait proses internalisasi

nilai karakter sosial dalam meningkatkan karakter sosial siswa

SMPN 17 Kabupaten Maros

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan upaya pengumpulan data dengan

menyelidiki benda-benda tertulis, oleh karena itu menghemat dan

menghindari hilangnya data yang telah terkumpul, maka perlu

dilakukan pencatatan secara lengkap, dan cepat, setiap selesai

pengumpulan data di lapangan. Adapun data fisik yang dibutuhkan

dalam penelitian ini yaitu, bahan ajar, kelengkapan administrasi

kelas, dan draft evaluasi hasil belajar siswa.

G. Teknik Pengujian Keabsahan Data


Kegiatan validasi temuan hasil penelitian, akan dilaksanakan

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Kredibilitas, istilah ini dalam penelitian kualitatif disebut juga validasi

internal, hal ini merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran data

yang dikumpulkan, dan menggambarkan konsep peneliti dengan

konsep yang diperoleh dari responden atau narasumber. Pada

tahapan kredibilitas ini, akan dilakukan kegiatan :

a. Triangulasi, yaitu kegiatan yang berupa koreksi kebenaran data,

29
prosesnya adalah membandingkan antara data yang diperoleh

dengan sumber lain.

b. Pembicaraan dengan kolega (peer debriefing), yaitu kegiatan

yang berupa diskusi dengan narasumber yang kompeten tetapi

tidak berkepentingan dengan penelitian, tentang hasil

pengumpulan data lapangan, sekaligus meminta saran dan

masukan kritis.

c. Member check, yaitu kegiatan yang berupa penyimpulan secara

bersama dengan setiap responden, setelah melakukan

wawancara, hal ini dilakukan dalam rangka menghindari

kesalahan persepsi antara peneliti dengan sumber data.

2. Transperabilitas, merupakan tahapan yang maknanya bahwa hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunakan di tempat dan dalam

situasi lain yang berbeda. Kegiatan ini sering disebut juga validasi

eksternal.

3. Dependabilitas, kegunaan tahapan ini adalah untuk menguji

konsistensi hasil penelitian, artinya untuk mengetahui dapat dan

tidaknya hasil temuan diulang untuk meneliti di tempat lain.

4. Konfirmabilitas, kegiatan pada tahapan ini berkaitan dengan

obyektivitas hasil penelitian, yang pelaksanaanya dapat dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan ulang, sekaligus pengecekan untuk

memberikan keyakinan bahwa hal-hal yang dilaporkan dapat

dipercaya dan sesuai dengan situasi nyata di lapangan.

30
H. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan proses mencari dan mengatur

secara sistematis hasil observasi, transkrip wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti

untuk meningkatkan pemahaman tentang kasus yang diteliti untuk

dilaporkan. Peneliti memproses data yang telah dikumpulkan

melalui wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumen.

Kemudian data dianalisa sedemikian rupa sehingga menjadi

paparan data yang mudah difahami dan kemudian diolah dengan

pendekatan kualitatif.

Peneliti menggunakan model analisis dari data kualitatif yang

dikemukakan oleh Hubberman dan Miles yang meliputi kegiatan:

(1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display).,

dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan

pernyataan tersebut, maka analisis data dalam penelitian ini adalah

proses mencari dan mengatur hasil observasi, wawancara dan

catatan lapangan lainnya. Teknik analisa data dalam penelitian ini

menggunakan prosedur analisis ke dalam tiga langkah, seperti

dalam gambaran berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang berasal dari hasil observasi, dan wawancara

tentang proses internalisasi nilai karakter sosial dalam

31
meningkatkan karakter sosial siswa SMPN 17 Kabupaten Maros

kurang begitu detail. Oleh karena itu, peneliti harus segera

melakukan analisis data melalui reduksi data, yang artinya peneliti

merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

penting, mencari tema, dan membuang data yang tidak diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan dalam rangka menyajikan hasil

reduksi data secara naratif, sehingga memungkinkan penarikan

kesimpulan dan keputusan dalam pengambilan tindakan. Data

yang disajikan dalam penelitian ini adalah data yang sebelumnya

sudah dianalisis, tetapi analisis yang dilakukan masih berupa

catatan untuk kepentingan peneliti, sebelum disusun dalam bentuk

laporan. Setiap data yang sudah direduksi dapat disajikan untuk

dianalisis atau disimpulkan. Apabila ternyata ada yang disajikan

belum dapat disimpulkan, maka data tersebut direduksi kembali

untuk diperbaiki sajiannya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah kegiatan memberi simpulan terhadap

hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup penarikan makna

dan memberi penjelasan. Selanjutnya dilakukan verifikasi, yaitu menguji

kebenaran, kekokohan dan mencocokkan makna-makna yang muncul dari

data. Sejak permulaan pengumpulan data, penarikan kesimpulan sudah

32
dilakukan, yaitu mempertimbangkan apa isi informasi, dan apa pula

maksudnya. Kesimpulan akhir baru dapat diperoleh pada waktu data telah

terkumpul dengan cukup, yang dapat diwujudkan sebagai gambaran

sasaran penelitian.

Gambar 3.1. Teknik Analisis Data


I. Rencana Pengukuran Keabsahan Data
Kegiatan validasi temuan hasil penelitian, akan dilaksanakan

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

5. Kredibilitas

Istilah ini dalam penelitian kualitatif disebut juga validasi

internal, hal ini merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran

data yang dikumpulkan, dan menggambarkan konsep peneliti

dengan konsep yang diperoleh dari responden atau narasumber.

Pada tahapan kredibilitas ini, akan dilakukan kegiatan :

a. Triangulasi, yaitu kegiatan yang berupa koreksi kebenaran data,

prosesnya adalah membandingkan antara data yang diperoleh

dengan sumber lain, seperti narasumber yang dianggap kompeten.

Dengan kata lain dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck

33
temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai

sumber, metode atau teori

b. Perpanjangan Pengamatan

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan kembali dan wawancara

kembali dengan sumber data yang penah ditemui sehingga penulis

dapat menguji ketidakbeneran informasi yang telah didapatkan

sebelumnya.

c. Peningkatan Ketekunan dalam Penelitian

Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan Meningkatkan ketekunan dalam

penelitian ini ditunjukkan dengan selain peneliti melakukan

pengamatan, peneliti juga mencari data.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, N. K. S., Mandriani, N. N., & Putus Asrini, N. K. (2019).


Internalisasi Pendidikan Karakter Dalam Pengembangan Sikap
Tanggung Jawab Sosial Siswa. Jurnal Media Komunikasi Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1(1), 66–72.
https://doi.org/10.23887/jmpppkn.v1i1.18
Huda, M. T. (2019). Peran Budaya dalam Membangun Hubungan Antara
Umat Beragama di Suku Tenger. Palita: Journal of Social-Religion
Research, 4(1), 13–30. https://doi.org/10.24256/pal.v4i1.527
Jamilah, J. (2019). Kemitraan Pendidikan Anak Usia Dini (Sinergi Tiga
Pilar Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat). Simulacra,
2(2), 181–194. https://doi.org/10.21107/sml.v2i2.6045
Kesuma, U., Istiqomah, K., & Fisik, P. (2019). PERKEMBANGAN FISIK
DAN KARAKTERISTIKNYA SERTA PERKEMBANGAN OTAK ANAK
USIA PENDIDIKAN DASAR Ulfa Kesuma, Khikmatul Istiqomah 1.
Madaniyah, 9(2), 217–236.
Munif, M. (2017). Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Pai Dalam Membentuk
Karakter Siswa. Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 1–
12. https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.49
Nurizka, R., & Rahim, A. (2020). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Membentuk Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah. Elementary
School, 7(1), 38–49.
Oktaviani.J. (2018). Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran
(Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkarakter).
Sereal Untuk, 51(1), 51.
Omeri, N. (2021). Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Dunia
Pendidikan. Nitro Profesional, 2(3), 161. https://doi.org/10.25157/j-
kip.v2i3.6156
Pamungkas, S. (2019). Upaya sekolah dalam menumbuhkan kepedulian
sosial siswa di smp kesatrian 2 semarang skripsi.
Susiyanto, S., & Sudarto, S. (2021). Penggunaan Metode Internalisasi
Dalam Pembelajaran Ilmu Akhlak Dalam Naskah Serat Kidung
Sesingir Karya Pakubuwono Ix. TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 4(2), 116. https://doi.org/10.30659/jpai.4.2.116-127
Umar, J. (2015). Peranan Nilai Sosial Dalam Pengembangan Pendidikan
Umum. Al-Idarah : Jurnal Kependidikan Islam, 5(2), 1–18.
https://doi.org/10.24042/alidarah.v5i2.758

35
Wardani, W. H. (2020). Internalisasi nilai-nilai pendidikan berbasis
karakter melalui kegiatan orientasi anggota baru ukk pramuka tahun
2020. DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 283–301.
Widyaningsih, T. S., Zamroni, Z., & Zuchdi, D. (2014). Internalisasi Dan
Aktualisasi Nilai-Nilai Karakter Pada Siswa Smp Dalam Perspektif
Fenomenologis. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan
Aplikasi, 2(2), 181–195. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i2.2658

36

Anda mungkin juga menyukai