Judul Jurnal Kemampuan berpikir kritis dan konsep diri dengan hasil
Belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V SD
Volume & Halaman Volume 6. Nomor 2 Tahun 2015 Penulis Reza rachmadtullah Publikasi (Journal.unj.ac.id) Reviewer Rosita eka rahmawati Diakses Pada 22/11/2022 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna merupakan proses belajar yang diharapkan bagi peserta didik, di mana peserta didik dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Menurut Cogan (1998:4), civic education sebagai “the fundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives” maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang direncanakan untuk mempersiapkan warga Negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya Menyadari betapa pentingnya peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka dengan melalui Pendidikan Kewarganegaraan sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokratis. Agar hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkat dari data sebelumnya, pendidik harus memberikan inovasi dalam proses pembelajaran yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar adalah pendidik hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan berpikir kritis siswa dan konsep diri siswa. Tujuan Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan berpikir kritis dan konsep diri dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Sampel Sekolah Dasar Negeri 1 Mempawa provinsi Kalimantan barat
Metode Survai Hasil Hasil analisis korelasi sederhana antara kemampuan berpikir kritis dan konsep diri dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraant diperoleh r sebesar 0,682. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut kuat dan searah (Positif). Berpikir kritis dan konsep diri bersama-sama memiliki hubungan positif dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil analisis korelasi sederhana antara konsep diri dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V di SD Negeri 01 Mempawah Provinsi Kalimantan Barat diperoleh r sebesar 0,544 Dengan demikian, variabel kemampuan berpikir kritis dan variabel konsep diri merupakan dua faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil pengujian statistik menunjukan bahwa berpikir kritis dan konsep diri memberikan konstribusi yang cukup signifikan terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dimana semkin tinggi kemampuan berpikir kritis semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa salah
satu faktor yang dapat ditentukan melalui berpikir kritis dan konsep diri siswa Judul Jurnal Pengaruh pendidkan karakter terhadap kedisiplinan peserta didik di sekolah dasar Volume & Halaman Volume 3.Nomor 6 Tahun 2021 Penulis Ferdinandus Etuasius Dole Publikasi JIP (Jurnal ilmu pendidikan) Reviewer Rosita eka Rahmawati Diakses pada 22/11/2022 Latar belakang Salah satu nilai karakter yang perlu dikembangkan adalah disiplin. Nilai karakter disiplin sangat penting dimiliki oleh manusia agar kemudian muncul nilai-nilai karakter yang baik lainnya. Pentingnya penguatan nilai karakter disiplin didasarkan pada alasan bahwa sekarang banyak terjadi perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan. Perilaku tidak disiplin juga sering ditemui di lingkungan sekolah, termasuk sekolah dasar. Sebagai contoh perilaku tidak disiplin tersebut antara lain datang ke sekolah tidak tepat waktu tidak memakai seragam sesuai tata tertib sekolah, duduk atau berjalan dengan seenaknya menginjak tanaman, membuang sampah sembarangan, mencoret-coret dinding sekolah, membolos sekolah, mengumpulkan tugas tidak tepat pada waktunya, dan sebagainya. Terjadinya perilaku tidak disiplin di sekolah menunjukkan bahwa telah terjadi permasalahan dalam hal pendidikan karakter disiplin. Munculnya perilaku tidak disiplin menunjukkan bahwa pengetahuan yang terkait dengan karakter yang didapatkan siswa di sekolah belum membawa dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa sehari-hari. Untuk dapat membentuk karakter yang baik dalam diri peserta didik, maka sekolah hendaknya mengembangkan tiga aspek penting,yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral) dan moral action (perilaku moral) (Lickona, 1991). Menurut pendapat (Lickona, 1991) menjelaskan bahwa sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang mengemban tugas mengembangkan nilai karakter. Nilai– nilai karakter itu antaralain kejujuran, keterbukaan, toleransi, saling menolong dan kasih sayang, keberanian dan dan nilai-nilai demokrasi Dari sejumlah nilai karakter yang perlu ditanamkan tersebut, disiplin diri merupakan salah satu nilai karakter yang penting dikembangkan. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,perilaku,personalitas,sifat, tabiat,watak. Tujuan tujuan Penelitian ini Untuk mengetahui: 1) sejauhmana Penerapan pendidikan karakter peserta didik kelas Gugus 01 Detukeli 2) tingkat kedisiplinan peserta didik Gugus 01 Detukeli. dan, 3) adanya pengaruh pendidikan karakter terhadap kedisiplinan peserta didik Gugus 01 Detukeli. Sampel Sekolah Dasar Gugus 01 kecamatan Detukeli Metode Kuantitatif Korelasional Hasil Penelitian ini dilakukan di SD Gugus 01 Kecamatan Detukeli Kabupaten Ende. Sampel pada penelitian ini adalah guru- guru di SD Gugus 01 Kecamatan Detukeli sebanyak 30 orang yang terdiri dari 4 orang guru laki-laki dan 26 guru perempuan. Deskripsi Variabel Pendidikan Karakter Variabel pendidikan karakter diukur melalui angkte yang terdiri dari 30 butir instrumen dengan skala likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan jumlah 15 responden. Deskripsi Variabel kedisiplinan (Y) Variabel interaksi sosial diukur melalui angket yaitu terdir dari 30 butir instrumen dengan skala likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan jumlah 15 responden. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan uji prasyarat dan diketahui data terdistribusi normal serta liniear, dilanjutkan uji hipotesis guna mengetahui adanya korelasi antar variabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product moment. Kedisiplinan Disiplin adalah sikap seseorang untuk mentaati aturan atau tata tertib yang berlaku di dalam satu organisasi berdasarkan kesadaran yang ada pada dirinya untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan nilainilai yang ditentukan. Implementasi pendidikan karakter yang diterapkan disekolah seperti adanya kegiatan senyum, salam, sapa yang dilakukan setiap pagi kegiatan literasi 15 menit sebelum memulai pelajaran, cek kerapian seragam setiap pagi. Dengan demikian, diharapakan para siswa bisa menerapkan nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar sekolah terutama mendisiplinkan diri, karena dengan mendisiplinkan diri secara baik akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Kedisiplinan. Pendidikan karakter merupakan pemberian tuntutan atau upaya yang dilakukan untuk merubah, memperbaiki sikap serta tingkah laku peserta didik agar dapat berperilaku yang baik. Judul Jurnal Strategi pembelajaran pendidikan dasar di Perbatasan pada era Digital
Volume & Halaman Volume 5. Nomor 5
Tahun 2021 Penulis Pebria Denia Purnasari Publikasi Jurnal Basicedu Reviewer Rosita eka rahmawati Diakses pada 22/11/2022 Latar Belakang Era digital ditandai dengan maraknya penggunaan perangkat teknologi yang saat ini tengah berkembang secara pesat. mendefinisikan revolusi digital yang juga sering disebut revolusi industri 4.0 sebagai era terjadinya profilerasi komputer dan otomatisasi pencataan di semua bidang termasuk di antaranya bidang pendidikan. Wujud kemajuan teknologi yang merambah di bidang pendidikan terlihat dari banyaknya media ajar digital yang menunjang proses pembelajaran baik secara daring maupun luring. Ini menunjukkan bahwa, era konvensional mulai berakhir dan beralih pada era digitalisasi. Kondisi tersebut memberi dampak yang sangat besar bagi pelaku pendidikan baik praktisi maupun pendidik di mana perubahan sistem pembelajaran namun tanpa kesiapan yang matang memunculkan hambatan dan tantangan yang merambah ke semua jenjang termasuk jenjang pendidikan dasar. Wujud kemajuan teknologi yang merambah di bidang pendidikan terlihat dari banyaknya media ajar digital yang menunjang proses pembelajaran baik secara daring maupun luring. Ini menunjukkan bahwa, era konvensional mulai berakhir dan beralih pada era digitalisasi. Kondisi tersebut memberi dampak yang sangat besar bagi pelaku pendidikan baik praktisi maupun pendidik di mana perubahan sistem pembelajaran namun tanpa kesiapan yang matang memunculkan hambatan dan tantangan yang merambah ke semua jenjang termasuk jenjang pendidikan dasar. Era digital adalah dengan mengubah model ataupun metode pembelajaran dan menyesuaikannya dengan perkembangan teknologi. Sekolah sebagai instansi pendidikan perlu menyediakan sarana teknologi sehingga setiap individu di lingkungan sekolah peka terhadap perkembangan teknologi. Oleh karena itu, perlu ditinjau apakah strategi yang digunakan dapat dikategorikan tepat atau tidak. Selain itu evaluasi pembelajaran dengan sistem yang baru juga diperlukan sehingga dapat diketahui bagaimana keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan untuk menganalisis strategi pendidikan dasar di Bengkayang serta
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan strategi pembelajaran pendidikan dasar.
Sampel Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Bengkayang
Metode Studi kasus. Hasil Perkembangan pendidikan di setiap wilayah yang ada di Indonesia pada kenyataannya berbeda satu dengan yang lain. Perkembangan Pendidikan di wilayah Bengkayang belum dapat disetarakan dengan pendidikan di wilayah perkotaan. Kualitas SDM dan minimnya sarana dan prasarana sekolah menjadi kendala internal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak maksimal, selain itu beberapa sekolah berada pada kategori susah akses dan belum teraliri listrik. Kondisi tersebut menjadi kendala eksternal dalam tercapainya pembelajaran yang efektif. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di 4 sekolah dasar dengan tingkat akreditasi yang berbeda-beda yakni sekolah dasar dengan status akreditasi A, B, C, dan tidak terakreditasi menunjukkan perbedaan strategi pembelajaran yang diterapkan proses pendidikan. Strategi Pembelajaran Pendidikan Dasar di Bengkayang Pada kenyataannya pembelajaran berbasis daring maupun teknologi tidak bisa dilakukan di semua sekolah di Indonesia. Faktor Pendorong Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Dasar di Bengkayang Strategi pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting yang harus dikuasai oleh guru untuk dapat mencapai kesuksesan pembelajaran. Berikut adalah faktor pendorong penerapan strategi pembelajaran menjadi temuan dalam penelitian ini. Kompetensi Guru Sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk menguasai kompetensi mengajar, kompetensi mengajar dapat tergambarkan dalam kemampuan mengelola kelas, pemahaman model pembelajaran, serta penguasaan teknologi sehingga dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai kebutuhan. Iklim Sekolah Iklim sekolah menjadi salah satu faktor utama di samping faktor kompetensi guru guru saling berinteraksi. Fasilitas Fasilitas menjadi salah satu faktor utama dalam penerapan pembelajaran berbasis teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan strategi pembelajaran yang diterapkan di tiap SD yang menjadi subjek penelitian