Anda di halaman 1dari 20

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI


SMP NEGERI 1 LIMBOTO
Lusiana Botu

Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk melihat suatu pendapat guru Pendidikan Kewarganegaraantentang
efektivitas pembelajaran terhadap pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Limboto. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif dengan sampel
sebagian guru Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di SMP Negeri 1 Limboto. Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini diambil melalui teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif yang dilanjutkan penjelasan yang
relevan dengan data diambil selama penelitian yang diperoleh dari guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang ada di SMP Negeri 1 Limboto.

Dari segi persepsi tentang efektifitas pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dari pendahuluan, inti kegiatan dan penutup
pembelajaran. Pembelajaran terjadi dua kali pergantian metode pembelajaran, yaitu daring
dan tatap muka terbatas. Adapun faktor penghambat dalam pembelajaran yaitu bersumber
ketersediaan jaringan internet bagi siswa, sulitnya mengontrol siswa, pembelajaran sifatnya
teori yang memberikan efek satu arah, kurangnya kesiapan siswa dalam pembelajaran dan
lingkungan keluarga dan masyarakat yang kondusif.Selain itu faktor yang mempenaruhi
pendidikan karakter juga dari dalam diri siswa, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan dalam pendidikan karakter sangat penting dalam menentukan karakter
siswa di SMP Negeri 1 Limboto. Dengan kegiatan pembelajaran efektif membuat siswa jadi
aktif dan berdampak pembentukan moral/ karakter dalam kepribadian siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran juga memerlukan pedagogi yaitu berupa kemampuan penguasaan terhadap
materi pelajaran sehingga siswa mampu menelaah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
adanya pembelajaran efektif membuat siswa dapat dibentuk karakter di SMP Negeri 1
Limboto.

Kata Kunci: Persepsi, Pembelajaran, Efektivitas, Karakter

1
A. PENDAHULUAN

Interaksi yang baik antara guru dan siswa merupakan suatu yang harus terjadi,

interaksi yang dimaksud adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa

dengan lainnya. Sehingga proses pembelajaran perlu dilakukan dengan suasana yang

tenang dan menyenangkan, kondisi yang demikian menuntut aktivitas dan kreativitas guru

dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini proses pembelajaran tidak

hanya memberikan ilmu pengetahuan melainkan ditanamkan pendidikan karakter agar

siswa menjadi berwatak yang baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Terjadinya degradasi moral terhadap siswa hal ini menujukkan bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan dikatakan belum efektif. Dengan demikian pembentukan karakter sangat

penting dalam berbangsa dan bernegara.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pada pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar manusia menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan pada hal tersebut pendidikan karakter menjadi kajian mendasar yang harus

ditanamkan kepada siswa melalui proses pembelajaran untuk mewujudkan pembentukan

watak serta peradaban bangsa, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan

untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Kemendiknas, 2010:3).

Efektivitas pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan tolak ukur

keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila

2
seluruh siswa dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sebab

proses pembelajaran aktivitas yang menonjol ada pada siswa. Kualitas pembelajaran dapat

dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar siswa terlibat secara aktif,

baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan

kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya diri sendiri.

Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku

yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Lebih lanjut, proses

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan

ouput yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan

masyarakat, dan pembangunan.

Pendidikan karakter adalah mengajar siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan

termasuk kejujuran, kebaikan, kemuarahan hati, keberanian, kesetaraan dan penghargaan

kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung

jawab secara moral dan warga negara yang disiplin. Usaha untuk membentuk karakter

siswa bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan usaha keras dan perjuangan yang besar,

pantang menyerah dan berkesinambungan. Karakter terbentuk dari suatu kebiasaan yang

berlaku dalam keseharian. Oleh karena itu untuk menanamkan karakter dalam diri siswa

tentu dibutuhkan proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan proses panjang,

berkelanjutan, dan terkait satu dengan yang lain. Pembentukan karakter tidak dapat

dilakukan secara instan (serta merata), karena karakter merupakan dasar pola pikir

organisme yang akan tercermin pada perilakunya.

Menurut Musfiroh (dalam Sigit Mangun Wardoyo :2015:91-92) menyatakan bahwa

pendidikan karakter sangat penting diajarkan kepada siswa agar terbentuk manusia yang

berkualitas yang mampu perilaku yang baik. Artinya bahwa diharapkan dengan

3
pendidikan karakter akan tercipta manusia yang tidak hanya mengetahui kebajikan

(knowing the good), tetapi juga merasakan (feeling the good), mencintai (loving the good)

menginginkan (desiring the good), dan mengerjakan (acting the good) tindakan

kebajikan.Diera milenial karakter setiap orang menjadi persoalan yang krusial yang perlu

diperbaiki utamanya usia belajar. Efektivitas pembelajaran berbanding lurus dengan hasil

belajar yang berdampak pada karakter siswa. Hal ini sangat kaitan erat dengan esensi mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Guru sebagai pendidik memiliki kapasitas yang

besar dalam keberhasilan pembelajaran dan pembentukan karakter khususnya

dilingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi karakter siswa masih menjadi hal yang

dibentuk lagi. Contoh sederhana siswa masih belum disiplin dalam hal masuk kelas.

B. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan

mentafsirakan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan

mereka. Persepsi itu agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi itu

penting dalam studi perilaku organisasi karena perilaku orang yang didasarkan pada

persepsi mereka mengenai apa itu realitas dan bukan mengenai realitas itu sendiri (L.

Zuzmiati, 2016:13). Disisi lain menurut Walgito (dalam AK Huda, 2017:29) menyatakan

bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu

merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut

proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut

diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Menurut Ramadani (dalam M. Chabib, 2017:9) menyatakan bahwa setiap orang

mempuyai persepsi sendiri mengenai apa yang dipikirkan, dilihat, dan dirasakan. Hal

4
tersebut berarti bahwa persepsi menentukan apa yang diperbuat seseorang untuk

memenuhi berbagai kepentingan baik itu untuk diri sendiri, keluarga maupun lingkungan

masyarakat tempat berinteraksi. Persepsi inilah yang membedakan seseorang dengan yang

lain. Persepsi dihasilkan kongkritisasi pemikiran, kemudian melahirkan konsep atau ide

yang berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang dilihat sama.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

mentafsirakan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan

mereka dan persepsi juga mengenai apa yang dipikirkan sehingga persepsi inilah yang

membedakan dengan yang lain.

2. Pengertian Guru

Undang-undang tentang guru dan dosen pada pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Artinya guru adalah

sosok pendidik yang dituntut harus memiliki tanggung jawab atas profesinya dalam hal

berbagai tugas dalam ruang lingkup formal. Guru mengemban tugas yang komplit mulai

dari memberi tahunkan hal-hal yang tidak diketahui, mengarahkan dan melatih sehingga

peserta didik mahir dalam satu bidang diminati sampai menilai hasil kerja dari

pengetahuan yang diajarkan. Guru mengawasi peserta didik mulai dari kategori dibawah

umur sampai pada umur peralihan.

Hal senada disampaikan Ramayulis (2013:14) menyatakan bahwa guru adalah

seseorang yang menjalankan tugas utamanya yakni mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi muridnya dalam pendidikan. Guru

merupakan figur yang memiliki rangkaian tugas utama yang saling berkaitan. Dalam

pendidikan guru adalah faktor penting dalam perkembangan muridnya dari segi

5
intelektual, keterampilan dan spiritual. Sedangkan menurut Sagala (2008:21) guru adalah

semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,

baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru

merupakan semua pihak yang memiliki kewenangan terhadap murid baik perseorangan

maupun berkelompok. Guru juga bertanggung jawab atas murid-muridnya baik masih

dilingkungan sekolah ataupun sudah diluar sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas guru adalah seseorang yang memiliki tugas

dibidang pendidikan yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik dalam lingkungan sekolah ataupun diluar

sekolah

3. Pengertian Efektivitas Pembelajaran

Menurut Dinka Rosyita (2018:18) efektivitas merupakan hasil dari suatu tindakan dan

efektivitas juga sebagai unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah

ditentukan program.Setiap hal dapat dikatakan efektif apabila mendapatkan hasil yang

baik sesuai yang ditargetkan dan juga berkaitan dengan efektivitas merupakan suatu

patokan yang menjadi dasar menilai berbagai hal, baik itu pekerjaan, pelaksanaan atau

program berhasil dicapai.

Sedangkan menurut Gibson et.al (dalam Bungkaes, 2013:46) efektivitas adalah

penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan

organisasi.Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar),

maka lebih efektif dalam menilai mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas efektivitas adalah pencapaian hasil suatu tujuan

sesuai dengan yang ditargetkan baik individu, kelompok dan organisasi. Semua hal dapat

dikatakan efektif apabila hasil didapatkan sesuai dengan standar dan ketentuan dibuat

sebelumnya.

6
Pembelajaran merupakan serangkaian cara atau aturan yang telah ditetapkan oleh

suatu lembaga atau institusi untuk kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan

pembelajaran yang dinginkan dimana lingkungan peserta didik sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku keseharian, berakhlak dan berbudi pekerti

(Zainuddin Alanshori. 2016:136).

Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu

merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan

dari guru kepada siswa saja tetapi lewat dengan cara lain dipersiapkan (Hamzah B. Uno

dan Abdul Karim Rauf. 2008:4). Menurut Hasibuan (dalam Abdul Rahmat, 2015:9)

menjelaskan bahwa “mengajar adalah penciptakan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar”. Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses,

yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berhubungan

erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Pembelajaran merupakan rangkaian upaya

yang menjadi ketetapan lembaga, dalam hal ini terjadi proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik belajar dilakukan oleh peserta didik

atau murid. Tindakan pembelajaran dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik

melakukan proses belajar. Dengan demikian bahwa efektivitas pembelajaran merupakan

pencapaian hasil dari suatu tujuan rangkaian upaya yang menjadi ketetapan lembaga

pendidikan baik yang dicapai oleh siswa, guru maupun sekolah.

4. Pendidikan Karakter

Karakter merupakan perwujudan dari kehidupan yang direalisasikan melalui tindakan-

tindakan yang benar berhubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Dewasa ini,

masyarakat tampak mulai terusik dengan kondisi moralitas dan karakter tercermin dalam

7
tindakan-tindakan peserta didik yang menyimpang dari patron kebenaran dan etika (Sigit

Mangun Wardoyo:2015:79).

Menurut Doni Kusuma (dalam Abdia dan Manan Sailan, 2017:236) menyatakan

bahwa pendidikan merupakan proses dinamika pengembangan yang bertahap atau

berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai,

sehingga menghasilkan disponsisi aktif, stabil dalam diri individu. Adapun menurut

Battistich (dalam Sigit Mangun Wardoyo:2015:80) menyatakan bahwa karakter adalah

realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika).

Artinya bahwa seorang yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha bertindak

atau melakukan hal yang baik.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa karakter sebagai gambaran tingkah

laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik secara eksplisit dan implisit.

C. METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 LimbotoJl. Achmad A.Wahab No.12

Limboto, ada beberapa pertimbangan yang menjadi petimbangan penentuan lokasi

penelitian, yaitu : lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, situasi dan kondisi

lokasi sesuai dengan permasalahan peneliti. Lokasi penelitian ini di Kabupaten Gorontalo

sehingga mempermudah peneliti untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan untuk

peneliti.

Penelitian ini dimulai dari bulan September- Desember 2021, lokasi penelitian ini

dilakukan di SMP Negeri 1 Limboto.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hal ini karena masalah yang diteliti

merupakan suatu sosial yang sifatnya deskritif. Menurut Satori dan Komairah, (2017:25)

8
penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mengungkapkan siatuasi sosial

tertentu dengan cara mendeskripsikannya secara benar, dibentuk menggunakan kata-kata

serta berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan diperoleh dari

situasi yang alamiah. Sementara menurut Bogdan dan Taylor (dalam Bambang Rustanto,

2015:12) mendefinisikan bahwa penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu,

data dalam penelitian ini merupakan data-data deskriptif, yakni data yang berupa kata-kata

dan tidak menekankan pada angka (kuantitas) tertentu.

3. Fokus Penelitian

Dalam penelitian, peneliti akan menentukan fokus penelitian. Penetapan fokus

penelitian ini bertujuan untuk membatasi studi atau membatasi bidang inquiri

(penyelidikan) dalam penelitian tersebut terdiri dari:

1. Pendapat Guru Kewarganegaraan tentang efektivitas pembelajaran terhadap

pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Limboto:

a. Persepsi Guru PPKn

b. Efektivitas Pembelajaran

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 1 Limboto

a. Penggunaan model konvensional

b. Dedradasi moral

3. Hubungan efektivitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap

pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Limboto.

9
4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah terbagi dalam dua bagian penting yang saling

menompang untuk menciptakan suatu penelitian yang efektif sesuai dengan permasalahan

yang diteliti. Dari data primer diperoleh melalui proses wawancara secara mendalam

antara peneliti dengan informan terpilih. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen

(resmi dan tidak resmi) seperti buku, jurnal penelitian dan profil lokasi penelitian yang

memiliki keterkaitan dengan permasalahan peneliti.

5. Subyek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Limboto. Sedangkan yang menjadi objek penelitian

ini ialah bagaimana Persepsi Guru Pancasila dan Kewarganegaraan tentang Efetivitas

Pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap Pendidikan Karakter di SMP

Negeri 1 Limboto.

6. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian

karena tujuan dalam penelitian, adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

data yang ditetapkan (Sugiono, 2015:308). Untuk memperoleh data untuk membahas

permasalahan penelitian yang ditempuh lankah-langkah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data yang sangat vital dalam penelitian

kualitatif. Mulai dari awal (perencanaan) hingga akhir penelitian selalu diiringidengan

observasi. Menurut Syaodin, observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui

pengamatan terhadap situasi yang sedang berlangsung (dalam Djam’an Satori dan

Aan Komariah, 2017:105). Dilakukan observasi oleh peneliti dalam melihat secara

10
alamiah. Persepsi guru Pancasila dan Kewarganegaraan tentang efetivitas

pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap pendidikan karakter di SMP

Negeri 1 Limboto. Oleh karenanya jenis observasi yang digunakan yakni observasi

non participant. Observasi ini dalam prakteknya menurut Surpalan(dalam Djam’an

Satori dan Aan Komariah, 2017:109) menyatakan bahwa bentuk pengamatan tanpa

ada keterlibatan secara emosional antara peneliti dengan objek diteliti.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah Tanya jawab langsung atau “face

to face” dengan guru Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Limboto.

Dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid meliputi semua hal

yang terkait Persepsi guru Pancasila dan Kewarganegaran tentang efetivitas

pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap pendidikan karakter di SMP

Negeri 1 Limboto.

c. Dokumentasi

Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, peneliti juga

menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan mengumpulkan

data dari dokumen yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Sementara itu

guna memastikan kredibilitas data diperoleh, maka peneliti juga mengunakan teknik

trianggulasi. Menurut Sugiyono, teknik trianggulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

data dan sumber yang telah ada (Sugiyono, 2015:330).

11
7. Analisis Data

Ada tiga unsur utama dalam proses dalam proses analisis data pada penelitian

kualitatif yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analis yaitu suatu bentuk analisis untuk

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuat hal yang tidak pennting, dan

mengatur data sehingga data tersebut dapat dibuat kesimpulan.

b. Sajian Data

Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya

suatu kesimpulan.

c. Kesimpulan Akhir

Pada penelitian kualitatif tidak anak ditarik kecuali setelah proses pengumpulan

data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasikan dengan cara melihat dan

mempertanyaakannya kembali dengan meninjau secara sepintas pada catatan

lapangan untuk memahami pemahaman yang lebih tepat.

8. Keabsahan Data

Analisis data selain dideskripsikan secara kualitatif, juga akan dianalisis lewat

perolehan hasil wawancara. Data tentang hasil belajar siswa juga termasuk data yang

akan dianalisis dan interpretasi, lebih lanjut sebagai pendukung data hasil observasi

dan wawancara untuk membantu peneliti dapat sampai pada kesimpulan akhir

penelitian. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara melakukan tukar

pendapat dengan teman sekawan. Meninjau ulang hasil wawancara, serta tentang hasil

belajar. Salah satu aspek yang paling penting dan mutlak dalam penelitian ini adalah

keabsahan data. Dimana untuk memastikan apakah data yang diperoleh benar-benar

sah, maka peneliti mengadakan interaksi secara langsung terhadap objek penelitian.

12
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persepsi Guru tentang Efektifitas Pembelajaran Pancasila dan

Kewarganegaraan

SMP Negeri 1 Limboto merupakan salah satu sekolah dari sekian banyak sekolah di

Gorontalo yang ikut merasakan dampak dari Covid-19 dalam menerapkan pembelajaran.

Hal ini sekolah menerapkan pembelajaran daring agar siswa tetap bisa melaksanakan

proses pembelajaran. Pembelajaran ini diberlakukan pada semua mata pelajaran, termasuk

mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kebijakan ini berasal dari

pemerintah pusat dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai covid dan melindungi

siswa agar tidak terpapar oleh virus.Hal inicukup terasa perbedaannya ketika kita

bandingkan dengan metode pembelajaran secara langsung. Pembelajaran Pendidikan

Pancasila Kewarganegaraan khususnya yang dilakukan secara daring tentu terdapat

beberapa kekurangan, kekurangan tersebut turut memberikan kerja ekstra bagi tenaga

pendidik dalam menjalankan pembelajaran sesuai standar pendidikan Indonesia.

Sekolah juga menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas, setelah adanya

pemberitahuan dari kementerian kesehatan pandemic kian menurun. Dalam proses

pembelajaran tatap muka terbatas ini tetap dilakukan sesuai prokol kesehatan yang

berlaku. Siswa dibagi menjadi dua sif dalam setiap pertemuan dikelas.

Guru dalam melaksakan pembelajaran menerapkan berbagai pendekatan agar proses

pembelajaran berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan bersama. Dalam hal ini guru

lebih banyak menerapkan pendekatan berbasis masalah. Pendekatan ini sangat membantu

dalam proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

yang lebih menuntut siswa untuk berfikir secara kritis terhadap suatu masalah. Guru juga

sangat berperan penting dalam pendekatan ini, sebagai mediator guru menjadi tempat

13
siswa bertanya. Pendekatan berbasis masalah menguntungkan dilaksanakan dalam

pembelajaran secara daring ataupun tatap muka terbatas.

2. Faktor pendukung dan penghambat guru dalam pembelajaran Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan.
Berdasarkan wawancara secara personal dengan guru (DM) adapun pendapatnya yaitu:

1) Faktor pendukung
a) Pembelajaran secara daring sekolah menyediakan fasilitas wifi gratis
bagi guru yang melakukan pembelajaran disekolah.
b) Tersedianya kuota internet bagi guru dan siswa dalam mengakses
materi pembelajaran dari pihak kementerian pendidikan.
c) Dari pihak sekolah juga menyediakan learning management system
yang membantu jalannya pembelajaran.
d) Kesiapan guru sebagai tenaga pengajar, harus siap dengan materi yang
baik, dan sebagai mentor dalam memahami materi.
e) Pembelajaran tata muka terbatas dapat dilaksanakan karena tersedia
sarana dan prasarana yang memadai.
f) Tersedianya fasilitas prokes bagi siswa dan guru.
2) Faktor penghambat
Factor penghambat terjadi dari siswa diantara sebagai berikut:
a) Tempat tinggal siswa yang jaringan kurang baik, sehingga siswa tidak
dapat mengakses internet.
b) Pada proses pembelajaran sulit mengontrol siswa agar serius dalam
mengikuti pembelajaran.
c) Pembelajaran bersifat teori karena tidak bisa interaksi secara langsung
dengan siswa.
d) Kondisi dan waktu saat pembelajaran dimasa pandemic terbatas. Ruang
gerak siswa tidak leluasa karena jarak yang harus sesuai dengan prokes.
e) Kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
f) Lingkungan keluarga yang kurang kondusif.

14
3. Efektifitas pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap

pendidikan karakter

Efektif suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu nilai intelektual

(pengetahuan) yang melebihi KKM, ditambah dengan nilai psikomotor siswa, dan

dipengaruhi nilai dari afektif (sikap). Dalam hal ini mata pelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan, menjadi salah satu mata pelajaran yang lebih menitik beratkan

pada kepribadian/sikap siswa selain mata pelajaran Agama. Tergambar secara visual

dalam kehidupan sehari-hari implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yaitu : nilai

perilaku manusia dengan Tuhan YME, nilai perilaku manusia dengan sesama manusia,

nilai perilaku manusia dengan diri sendiri, nilai perlaku manusia dengan lingkungan, dan

nilai perilaku manusia dengan kebangsaan.

PEMBAHASAN

Persepsi guru tentang efektifitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berjalan

sesuai dengan baik dalam proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Dapat dilihat dari pendahuluan dalam proses pembelajaran, inti

kegiatan dan penutup kegiatan pembelajaran. Dengan ini maka dapat disimpulkan guru

menjalankan tugas utama dalam mengajar dengan baik dan bertanggung jawab baik secara

daring dan tatap muka terbatas. Pada tahap perencanaan tentu saja diawali dengan

pembuatan RPP sebagai acuan saya ataupun pedoman bagi seorang guru dalam malakukan

proses pembelajaran. Walaupun pada pelaksanaannya tidak semuanya sama dengan

perencanaan atau RPP yang telah dibuat sebelumnya. Tetapi bagaimana caranya guru

harus berusaha untuk dapat sesuai dengan perencanaan tersebut. Sehingga pembelajaran

dapat terarah dengan baik sesuai dengan apa yang guru inginkan”.

15
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Limboto awalnya

berjalan lancer-lancar saja, tetapi mau bagaimana lagi, semenjak adanya covid-19 mau

tidak mau guru khususnya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam memberikan

materi pembelajaran walaupun dengan cara daring, dan salah satu upaya yang dilakukan

adalah dengan cara menerapkan model dan metode yang tepat juga. Ini merupakan point

penting tentunya dalam membenahi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

dilakukan secara daring. Maka dari itu kreatifitas dari seorang guru sangat diperlukan”.

Pembelajaran efektif apabila kegiatan dapat mencapai sesuai pada perencaanan awal.

Pembelajaran dikatakan efektif ketika siswa SMP Negeri 1 Limboto dapat menyerap

materi pelajaran dan efisien. Dalam setiap pembelajaran guru maupun pendidik

seharusnya memiliki perencanan awal secara tertulis dalam bentuk RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) maupun sejenisnya. Tidak hanya merencanakan, guru juga

mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan sehingga

siswa dapat menangkap materi dengan baik. Terlebih lagi guru atau pendidik juga harus

memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin sehingga menjadi efisien. pembelajaran

efektif di SMP Negeri 1 Limboto telah sudah berjalan dan merupakan tujuan sekolah

dalam memberikan edukasi kepada peserta didik. Dengan pembelajaran efektif maka guru

tidak sia-sia dalam memberikan suatu pembelajaran kepada peserta didiknya. Tugasnya

guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan sejauh mana ilmu

pengetahuan itu bisa ditelaah oleh peserta didik dan diamalkan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan yaitu: Dari segi persepsi

tentang efektifitas pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

16
Pembelajaran, dari pendahuluan, inti kegiatan dan penutup pembelajaran. Pembelajaran

terjadi dua kali pergantian metode pembelajaran, yaitu daring dan tatap muka terbatas.

Adapun faktor penghambat dalam pembelajaran yaitu bersumber ketersediaan jaringan

internet bagi siswa, sulitnya mengontrol siswa, pembelajaran sifatnya teori yang

memberikan efek satu arah, kurangnya kesiapan siswa dalam pembelajaran dan

lingkungan keluarga dan masyarakat yang kondusif. Selain itu faktor yang mempenaruhi

pendidikan karakter juga dari dalam diri siswa, lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat. Pendidikan karakter siswa bukan hanya tugas guru sebagai pendidik, tetapi

semua pihak sekolah dan juga orang tua. Karakter siswa akan terbentuk sesuai dengan

lingkungan yang ditempati. Akan tetapi semua akan tergantung pada personal siswa,

walaupun kondisi dan waktu yang mendukung tidak menjamin karakter seseorang

terbentuk dengan baik.

Faktor penghambat ini berimplikasi pada proses pembelajaran yang berkaitan dengan

efektif dalam pembentukan karakter, sangat penting dalam menentukan karakter siswa di

SMP Negeri 1 Limboto. Dengan kegiatan pembelajaran efektif membuat siswa jadi aktif

dan berdampak pembentukan moral/ karakter dalam kepribadian siswa. Dalam kegiatan

pembelajaran juga memerlukan pedagogi yaitu berupa kemampuan penguasaan terhadap

materi pelajaran sehingga siswa mampu menelaah dalam kegiatan belajar mengajar.

Dengan adanya pembelajaran efektif membuat siswa dapat dibentuk karakter di SMP

Negeri 1 Limboto.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya, peneliti memberikan saran

kepada pihak-pihak berikut:

1. Peran guru sebagai garda terdepan sebagai pendidik tetap harus mengembangkan skill
dalam pembelajaran, terutama dalam kondisi darurat pandemic. Sehinga walaupun
daring atau luring pembelajaran tetap terfokus dan menyenankan.

17
2. Bagi orang tua harus mendukung semua proses pembelajaran dan mencontohkan
sikap-sikap terpuji dalam keseharian, karena anak cerminan orang tua.
3. Kesadaran siswa sangat perlu dalam segala hal pembelajaran, agar dapat memahami
segala materi pembelaaran. Baik dalam keadaan pandemic harus tetap fokus dalam
menerima materi. Sehingga nilai secara kognitif, psikomotor, terlebih spiritual
tercapai dengan baik dan dapat diimpementasikan secara efektif.
4. Bagi peneliti diharapkan kondisi ini dijadikan bahan pembelajaran dalam menyikapi
segala kemungkinan baik sebagai pendidik maupun orang tua.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdia dan Manan Sailan. 2017. Persepsi Guru Tentang Pendidikan Karakter (Studi di
MAN 1 Buton). Makasar:Universitas Negeri Makassar

Abdul Rahmat. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo:Ideas Publishing.

Alanshori, M. Zainuddin. 2016. Efektivitas Pembelajaran Full Day School Terhadap


Prestasi Belajar Siswa.Akademika, Vol 6, No.1, 136

Anisa Nurul Azizah. 2014. Program Ful Day School Dalam Pengembangan Kemandirian
Siswa Kelas IV di SDIT Insan Utama Bantul Tahun Ajaran 2013/2014. Yogyakarta:
Skripsi Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Bistari Basuni Yusuf. Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal Kajian
Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 No.2, Oktober 2017-Maret 2018

Bungkaes, H.R., Posumah, J. H., dan Kiyai, B. (2013). Hubungan Efektivitas Pengelolaan
Program Raskin dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan
Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaud.Journal”Acta Diurna.

Dinka Rosyita Dewi. 2018. Efektivitas Sistem Full Day School dalam Mengembangkan
Karakter Siswa di MTs Al- Jadid Waru Sidoarjo. Surabaya: Skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

E. Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara

Edah Wulandari dkk, 2018. Analisis Implementasi Full Day Scholl Sebagai Upaya
Pembentukan Karakter Siswa di SD Muhammadiyah 4 Kota Malang dalam Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan SD, Vol. 6, No. 1, April 2018 .

Fransiscus Xaverius Triapriyanto. 2018. Penerapan Sistem Pembelajaran Full Day


School. Yogyakarta:Skripsi Universitas Sanata Dharma

Hamzah B. Uno dan Abdul Karim Rauf. 2008. Desain Pembelajaran. Gorontalo:Sultan
Amay Press.

Hasan Baharun dan Saudatul Alawiyah. 2018. Pendidikan Full Day School dalam
Perspektif Epistemologi Muhammad Abid Al-Jabiri. Potensi:Jurnal Kependidikan
Islam, Vol.4, No.1, Januari-Juni 2018.

Huda,AK. 2017. Bab II Kajian Teori Persepsi. Dalam eprints.walisongo.ac.id.

Laila Hafti Dwi Nigrum. 2018. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Kebijakan Full Day
Scholl di SD IT AL-Hijrah 2 Laut Dendang dan Mis Nurul Arafah Karang Anyer.
Medan:Skripsi Universitas Islam Negeri Sumateri Utara.

M. Chabib. 2017. 9 Bab 2 Tinjauan Pustaka Konsep Persepsi. Dalam epirints.umpo.ac.id.

Maleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya.

Ramayulis. 2013. Profesi dan Keguruan. Jakarta:Kalam Mulia.

19
Sagala, Syaiful 2017. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung:Alfabeta.

Sagala, Syaiful.2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Medan:Alfabeta.

Satori, Djam’an dan Komairah, Aan. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung:Alfabeta.

Saud, Udin Syaefudin. 2008. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Sigit Mangun Wardoyo. 2015. Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi


Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Syosari. 2001. Model Pembelajaran Konstruktivikasi; Sumber Belajar, Kajian Teori dan
Aplikasinya. Malang: LP3UM

Zumiati, L. 2016. Bab II Kajian Teori, Pengertian Persepsi. repo.iain-Tulungagung.ac.id.

20

Anda mungkin juga menyukai