Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk melihat suatu pendapat guru Pendidikan Kewarganegaraantentang
efektivitas pembelajaran terhadap pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Limboto. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif dengan sampel
sebagian guru Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di SMP Negeri 1 Limboto. Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini diambil melalui teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif yang dilanjutkan penjelasan yang
relevan dengan data diambil selama penelitian yang diperoleh dari guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang ada di SMP Negeri 1 Limboto.
Dari segi persepsi tentang efektifitas pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dari pendahuluan, inti kegiatan dan penutup
pembelajaran. Pembelajaran terjadi dua kali pergantian metode pembelajaran, yaitu daring
dan tatap muka terbatas. Adapun faktor penghambat dalam pembelajaran yaitu bersumber
ketersediaan jaringan internet bagi siswa, sulitnya mengontrol siswa, pembelajaran sifatnya
teori yang memberikan efek satu arah, kurangnya kesiapan siswa dalam pembelajaran dan
lingkungan keluarga dan masyarakat yang kondusif.Selain itu faktor yang mempenaruhi
pendidikan karakter juga dari dalam diri siswa, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat.
1
A. PENDAHULUAN
Interaksi yang baik antara guru dan siswa merupakan suatu yang harus terjadi,
interaksi yang dimaksud adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa
dengan lainnya. Sehingga proses pembelajaran perlu dilakukan dengan suasana yang
tenang dan menyenangkan, kondisi yang demikian menuntut aktivitas dan kreativitas guru
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini proses pembelajaran tidak
siswa menjadi berwatak yang baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Terjadinya degradasi moral terhadap siswa hal ini menujukkan bahwa pembelajaran yang
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar manusia menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Berdasarkan pada hal tersebut pendidikan karakter menjadi kajian mendasar yang harus
watak serta peradaban bangsa, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila
2
seluruh siswa dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sebab
proses pembelajaran aktivitas yang menonjol ada pada siswa. Kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar siswa terlibat secara aktif,
baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan
kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya diri sendiri.
Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku
yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Lebih lanjut, proses
ouput yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung
jawab secara moral dan warga negara yang disiplin. Usaha untuk membentuk karakter
siswa bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan usaha keras dan perjuangan yang besar,
pantang menyerah dan berkesinambungan. Karakter terbentuk dari suatu kebiasaan yang
berlaku dalam keseharian. Oleh karena itu untuk menanamkan karakter dalam diri siswa
berkelanjutan, dan terkait satu dengan yang lain. Pembentukan karakter tidak dapat
dilakukan secara instan (serta merata), karena karakter merupakan dasar pola pikir
pendidikan karakter sangat penting diajarkan kepada siswa agar terbentuk manusia yang
berkualitas yang mampu perilaku yang baik. Artinya bahwa diharapkan dengan
3
pendidikan karakter akan tercipta manusia yang tidak hanya mengetahui kebajikan
(knowing the good), tetapi juga merasakan (feeling the good), mencintai (loving the good)
menginginkan (desiring the good), dan mengerjakan (acting the good) tindakan
kebajikan.Diera milenial karakter setiap orang menjadi persoalan yang krusial yang perlu
diperbaiki utamanya usia belajar. Efektivitas pembelajaran berbanding lurus dengan hasil
belajar yang berdampak pada karakter siswa. Hal ini sangat kaitan erat dengan esensi mata
dilingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi karakter siswa masih menjadi hal yang
dibentuk lagi. Contoh sederhana siswa masih belum disiplin dalam hal masuk kelas.
B. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan
mereka. Persepsi itu agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi itu
penting dalam studi perilaku organisasi karena perilaku orang yang didasarkan pada
persepsi mereka mengenai apa itu realitas dan bukan mengenai realitas itu sendiri (L.
Zuzmiati, 2016:13). Disisi lain menurut Walgito (dalam AK Huda, 2017:29) menyatakan
bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut
mempuyai persepsi sendiri mengenai apa yang dipikirkan, dilihat, dan dirasakan. Hal
4
tersebut berarti bahwa persepsi menentukan apa yang diperbuat seseorang untuk
memenuhi berbagai kepentingan baik itu untuk diri sendiri, keluarga maupun lingkungan
masyarakat tempat berinteraksi. Persepsi inilah yang membedakan seseorang dengan yang
lain. Persepsi dihasilkan kongkritisasi pemikiran, kemudian melahirkan konsep atau ide
yang berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang dilihat sama.
mereka dan persepsi juga mengenai apa yang dipikirkan sehingga persepsi inilah yang
2. Pengertian Guru
Undang-undang tentang guru dan dosen pada pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Artinya guru adalah
sosok pendidik yang dituntut harus memiliki tanggung jawab atas profesinya dalam hal
berbagai tugas dalam ruang lingkup formal. Guru mengemban tugas yang komplit mulai
dari memberi tahunkan hal-hal yang tidak diketahui, mengarahkan dan melatih sehingga
peserta didik mahir dalam satu bidang diminati sampai menilai hasil kerja dari
pengetahuan yang diajarkan. Guru mengawasi peserta didik mulai dari kategori dibawah
merupakan figur yang memiliki rangkaian tugas utama yang saling berkaitan. Dalam
pendidikan guru adalah faktor penting dalam perkembangan muridnya dari segi
5
intelektual, keterampilan dan spiritual. Sedangkan menurut Sagala (2008:21) guru adalah
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,
baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru
merupakan semua pihak yang memiliki kewenangan terhadap murid baik perseorangan
maupun berkelompok. Guru juga bertanggung jawab atas murid-muridnya baik masih
Berdasarkan beberapa pendapat diatas guru adalah seseorang yang memiliki tugas
menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik dalam lingkungan sekolah ataupun diluar
sekolah
Menurut Dinka Rosyita (2018:18) efektivitas merupakan hasil dari suatu tindakan dan
efektivitas juga sebagai unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan program.Setiap hal dapat dikatakan efektif apabila mendapatkan hasil yang
baik sesuai yang ditargetkan dan juga berkaitan dengan efektivitas merupakan suatu
patokan yang menjadi dasar menilai berbagai hal, baik itu pekerjaan, pelaksanaan atau
Berdasarkan beberapa pendapat diatas efektivitas adalah pencapaian hasil suatu tujuan
sesuai dengan yang ditargetkan baik individu, kelompok dan organisasi. Semua hal dapat
dikatakan efektif apabila hasil didapatkan sesuai dengan standar dan ketentuan dibuat
sebelumnya.
6
Pembelajaran merupakan serangkaian cara atau aturan yang telah ditetapkan oleh
suatu lembaga atau institusi untuk kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran yang dinginkan dimana lingkungan peserta didik sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku keseharian, berakhlak dan berbudi pekerti
Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu
merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan
dari guru kepada siswa saja tetapi lewat dengan cara lain dipersiapkan (Hamzah B. Uno
dan Abdul Karim Rauf. 2008:4). Menurut Hasibuan (dalam Abdul Rahmat, 2015:9)
memungkinkan terjadinya proses belajar”. Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses,
yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat
erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Pembelajaran merupakan rangkaian upaya
yang menjadi ketetapan lembaga, dalam hal ini terjadi proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik belajar dilakukan oleh peserta didik
atau murid. Tindakan pembelajaran dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
pencapaian hasil dari suatu tujuan rangkaian upaya yang menjadi ketetapan lembaga
4. Pendidikan Karakter
tindakan yang benar berhubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Dewasa ini,
masyarakat tampak mulai terusik dengan kondisi moralitas dan karakter tercermin dalam
7
tindakan-tindakan peserta didik yang menyimpang dari patron kebenaran dan etika (Sigit
Mangun Wardoyo:2015:79).
Menurut Doni Kusuma (dalam Abdia dan Manan Sailan, 2017:236) menyatakan
sehingga menghasilkan disponsisi aktif, stabil dalam diri individu. Adapun menurut
realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika).
Artinya bahwa seorang yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha bertindak
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa karakter sebagai gambaran tingkah
laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik secara eksplisit dan implisit.
C. METODE PENELITIAN
penelitian, yaitu : lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, situasi dan kondisi
lokasi sesuai dengan permasalahan peneliti. Lokasi penelitian ini di Kabupaten Gorontalo
sehingga mempermudah peneliti untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan untuk
peneliti.
Penelitian ini dimulai dari bulan September- Desember 2021, lokasi penelitian ini
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hal ini karena masalah yang diteliti
merupakan suatu sosial yang sifatnya deskritif. Menurut Satori dan Komairah, (2017:25)
8
penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mengungkapkan siatuasi sosial
serta berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan diperoleh dari
situasi yang alamiah. Sementara menurut Bogdan dan Taylor (dalam Bambang Rustanto,
2015:12) mendefinisikan bahwa penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu,
data dalam penelitian ini merupakan data-data deskriptif, yakni data yang berupa kata-kata
3. Fokus Penelitian
penelitian ini bertujuan untuk membatasi studi atau membatasi bidang inquiri
b. Efektivitas Pembelajaran
b. Dedradasi moral
9
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah terbagi dalam dua bagian penting yang saling
menompang untuk menciptakan suatu penelitian yang efektif sesuai dengan permasalahan
yang diteliti. Dari data primer diperoleh melalui proses wawancara secara mendalam
antara peneliti dengan informan terpilih. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen
(resmi dan tidak resmi) seperti buku, jurnal penelitian dan profil lokasi penelitian yang
Subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
ini ialah bagaimana Persepsi Guru Pancasila dan Kewarganegaraan tentang Efetivitas
Negeri 1 Limboto.
6. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian
karena tujuan dalam penelitian, adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan (Sugiono, 2015:308). Untuk memperoleh data untuk membahas
a. Observasi
kualitatif. Mulai dari awal (perencanaan) hingga akhir penelitian selalu diiringidengan
pengamatan terhadap situasi yang sedang berlangsung (dalam Djam’an Satori dan
Aan Komariah, 2017:105). Dilakukan observasi oleh peneliti dalam melihat secara
10
alamiah. Persepsi guru Pancasila dan Kewarganegaraan tentang efetivitas
Negeri 1 Limboto. Oleh karenanya jenis observasi yang digunakan yakni observasi
Satori dan Aan Komariah, 2017:109) menyatakan bahwa bentuk pengamatan tanpa
b. Wawancara
tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah Tanya jawab langsung atau “face
Dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid meliputi semua hal
Negeri 1 Limboto.
c. Dokumentasi
data dari dokumen yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Sementara itu
guna memastikan kredibilitas data diperoleh, maka peneliti juga mengunakan teknik
11
7. Analisis Data
Ada tiga unsur utama dalam proses dalam proses analisis data pada penelitian
kualitatif yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari proses analis yaitu suatu bentuk analisis untuk
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuat hal yang tidak pennting, dan
b. Sajian Data
suatu kesimpulan.
c. Kesimpulan Akhir
Pada penelitian kualitatif tidak anak ditarik kecuali setelah proses pengumpulan
data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasikan dengan cara melihat dan
8. Keabsahan Data
Analisis data selain dideskripsikan secara kualitatif, juga akan dianalisis lewat
perolehan hasil wawancara. Data tentang hasil belajar siswa juga termasuk data yang
akan dianalisis dan interpretasi, lebih lanjut sebagai pendukung data hasil observasi
dan wawancara untuk membantu peneliti dapat sampai pada kesimpulan akhir
pendapat dengan teman sekawan. Meninjau ulang hasil wawancara, serta tentang hasil
belajar. Salah satu aspek yang paling penting dan mutlak dalam penelitian ini adalah
keabsahan data. Dimana untuk memastikan apakah data yang diperoleh benar-benar
sah, maka peneliti mengadakan interaksi secara langsung terhadap objek penelitian.
12
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kewarganegaraan
SMP Negeri 1 Limboto merupakan salah satu sekolah dari sekian banyak sekolah di
Gorontalo yang ikut merasakan dampak dari Covid-19 dalam menerapkan pembelajaran.
Hal ini sekolah menerapkan pembelajaran daring agar siswa tetap bisa melaksanakan
proses pembelajaran. Pembelajaran ini diberlakukan pada semua mata pelajaran, termasuk
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kebijakan ini berasal dari
pemerintah pusat dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai covid dan melindungi
siswa agar tidak terpapar oleh virus.Hal inicukup terasa perbedaannya ketika kita
beberapa kekurangan, kekurangan tersebut turut memberikan kerja ekstra bagi tenaga
pembelajaran tatap muka terbatas ini tetap dilakukan sesuai prokol kesehatan yang
berlaku. Siswa dibagi menjadi dua sif dalam setiap pertemuan dikelas.
pembelajaran berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan bersama. Dalam hal ini guru
lebih banyak menerapkan pendekatan berbasis masalah. Pendekatan ini sangat membantu
yang lebih menuntut siswa untuk berfikir secara kritis terhadap suatu masalah. Guru juga
sangat berperan penting dalam pendekatan ini, sebagai mediator guru menjadi tempat
13
siswa bertanya. Pendekatan berbasis masalah menguntungkan dilaksanakan dalam
1) Faktor pendukung
a) Pembelajaran secara daring sekolah menyediakan fasilitas wifi gratis
bagi guru yang melakukan pembelajaran disekolah.
b) Tersedianya kuota internet bagi guru dan siswa dalam mengakses
materi pembelajaran dari pihak kementerian pendidikan.
c) Dari pihak sekolah juga menyediakan learning management system
yang membantu jalannya pembelajaran.
d) Kesiapan guru sebagai tenaga pengajar, harus siap dengan materi yang
baik, dan sebagai mentor dalam memahami materi.
e) Pembelajaran tata muka terbatas dapat dilaksanakan karena tersedia
sarana dan prasarana yang memadai.
f) Tersedianya fasilitas prokes bagi siswa dan guru.
2) Faktor penghambat
Factor penghambat terjadi dari siswa diantara sebagai berikut:
a) Tempat tinggal siswa yang jaringan kurang baik, sehingga siswa tidak
dapat mengakses internet.
b) Pada proses pembelajaran sulit mengontrol siswa agar serius dalam
mengikuti pembelajaran.
c) Pembelajaran bersifat teori karena tidak bisa interaksi secara langsung
dengan siswa.
d) Kondisi dan waktu saat pembelajaran dimasa pandemic terbatas. Ruang
gerak siswa tidak leluasa karena jarak yang harus sesuai dengan prokes.
e) Kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
f) Lingkungan keluarga yang kurang kondusif.
14
3. Efektifitas pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap
pendidikan karakter
Efektif suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu nilai intelektual
(pengetahuan) yang melebihi KKM, ditambah dengan nilai psikomotor siswa, dan
dipengaruhi nilai dari afektif (sikap). Dalam hal ini mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, menjadi salah satu mata pelajaran yang lebih menitik beratkan
pada kepribadian/sikap siswa selain mata pelajaran Agama. Tergambar secara visual
perilaku manusia dengan Tuhan YME, nilai perilaku manusia dengan sesama manusia,
nilai perilaku manusia dengan diri sendiri, nilai perlaku manusia dengan lingkungan, dan
PEMBAHASAN
sesuai dengan baik dalam proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dapat dilihat dari pendahuluan dalam proses pembelajaran, inti
kegiatan dan penutup kegiatan pembelajaran. Dengan ini maka dapat disimpulkan guru
menjalankan tugas utama dalam mengajar dengan baik dan bertanggung jawab baik secara
daring dan tatap muka terbatas. Pada tahap perencanaan tentu saja diawali dengan
pembuatan RPP sebagai acuan saya ataupun pedoman bagi seorang guru dalam malakukan
perencanaan atau RPP yang telah dibuat sebelumnya. Tetapi bagaimana caranya guru
harus berusaha untuk dapat sesuai dengan perencanaan tersebut. Sehingga pembelajaran
dapat terarah dengan baik sesuai dengan apa yang guru inginkan”.
15
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Limboto awalnya
berjalan lancer-lancar saja, tetapi mau bagaimana lagi, semenjak adanya covid-19 mau
tidak mau guru khususnya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam memberikan
materi pembelajaran walaupun dengan cara daring, dan salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan cara menerapkan model dan metode yang tepat juga. Ini merupakan point
dilakukan secara daring. Maka dari itu kreatifitas dari seorang guru sangat diperlukan”.
Pembelajaran efektif apabila kegiatan dapat mencapai sesuai pada perencaanan awal.
Pembelajaran dikatakan efektif ketika siswa SMP Negeri 1 Limboto dapat menyerap
materi pelajaran dan efisien. Dalam setiap pembelajaran guru maupun pendidik
seharusnya memiliki perencanan awal secara tertulis dalam bentuk RPP (Rencana
mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan sehingga
siswa dapat menangkap materi dengan baik. Terlebih lagi guru atau pendidik juga harus
efektif di SMP Negeri 1 Limboto telah sudah berjalan dan merupakan tujuan sekolah
dalam memberikan edukasi kepada peserta didik. Dengan pembelajaran efektif maka guru
tidak sia-sia dalam memberikan suatu pembelajaran kepada peserta didiknya. Tugasnya
guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan sejauh mana ilmu
pengetahuan itu bisa ditelaah oleh peserta didik dan diamalkan dalam kehidupan
1. Kesimpulan
16
Pembelajaran, dari pendahuluan, inti kegiatan dan penutup pembelajaran. Pembelajaran
terjadi dua kali pergantian metode pembelajaran, yaitu daring dan tatap muka terbatas.
internet bagi siswa, sulitnya mengontrol siswa, pembelajaran sifatnya teori yang
memberikan efek satu arah, kurangnya kesiapan siswa dalam pembelajaran dan
lingkungan keluarga dan masyarakat yang kondusif. Selain itu faktor yang mempenaruhi
pendidikan karakter juga dari dalam diri siswa, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat. Pendidikan karakter siswa bukan hanya tugas guru sebagai pendidik, tetapi
semua pihak sekolah dan juga orang tua. Karakter siswa akan terbentuk sesuai dengan
lingkungan yang ditempati. Akan tetapi semua akan tergantung pada personal siswa,
walaupun kondisi dan waktu yang mendukung tidak menjamin karakter seseorang
Faktor penghambat ini berimplikasi pada proses pembelajaran yang berkaitan dengan
efektif dalam pembentukan karakter, sangat penting dalam menentukan karakter siswa di
SMP Negeri 1 Limboto. Dengan kegiatan pembelajaran efektif membuat siswa jadi aktif
dan berdampak pembentukan moral/ karakter dalam kepribadian siswa. Dalam kegiatan
materi pelajaran sehingga siswa mampu menelaah dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya pembelajaran efektif membuat siswa dapat dibentuk karakter di SMP
Negeri 1 Limboto.
2. Saran
1. Peran guru sebagai garda terdepan sebagai pendidik tetap harus mengembangkan skill
dalam pembelajaran, terutama dalam kondisi darurat pandemic. Sehinga walaupun
daring atau luring pembelajaran tetap terfokus dan menyenankan.
17
2. Bagi orang tua harus mendukung semua proses pembelajaran dan mencontohkan
sikap-sikap terpuji dalam keseharian, karena anak cerminan orang tua.
3. Kesadaran siswa sangat perlu dalam segala hal pembelajaran, agar dapat memahami
segala materi pembelaaran. Baik dalam keadaan pandemic harus tetap fokus dalam
menerima materi. Sehingga nilai secara kognitif, psikomotor, terlebih spiritual
tercapai dengan baik dan dapat diimpementasikan secara efektif.
4. Bagi peneliti diharapkan kondisi ini dijadikan bahan pembelajaran dalam menyikapi
segala kemungkinan baik sebagai pendidik maupun orang tua.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdia dan Manan Sailan. 2017. Persepsi Guru Tentang Pendidikan Karakter (Studi di
MAN 1 Buton). Makasar:Universitas Negeri Makassar
Anisa Nurul Azizah. 2014. Program Ful Day School Dalam Pengembangan Kemandirian
Siswa Kelas IV di SDIT Insan Utama Bantul Tahun Ajaran 2013/2014. Yogyakarta:
Skripsi Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Bistari Basuni Yusuf. Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal Kajian
Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 No.2, Oktober 2017-Maret 2018
Bungkaes, H.R., Posumah, J. H., dan Kiyai, B. (2013). Hubungan Efektivitas Pengelolaan
Program Raskin dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan
Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaud.Journal”Acta Diurna.
Dinka Rosyita Dewi. 2018. Efektivitas Sistem Full Day School dalam Mengembangkan
Karakter Siswa di MTs Al- Jadid Waru Sidoarjo. Surabaya: Skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Edah Wulandari dkk, 2018. Analisis Implementasi Full Day Scholl Sebagai Upaya
Pembentukan Karakter Siswa di SD Muhammadiyah 4 Kota Malang dalam Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan SD, Vol. 6, No. 1, April 2018 .
Hamzah B. Uno dan Abdul Karim Rauf. 2008. Desain Pembelajaran. Gorontalo:Sultan
Amay Press.
Hasan Baharun dan Saudatul Alawiyah. 2018. Pendidikan Full Day School dalam
Perspektif Epistemologi Muhammad Abid Al-Jabiri. Potensi:Jurnal Kependidikan
Islam, Vol.4, No.1, Januari-Juni 2018.
Laila Hafti Dwi Nigrum. 2018. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Kebijakan Full Day
Scholl di SD IT AL-Hijrah 2 Laut Dendang dan Mis Nurul Arafah Karang Anyer.
Medan:Skripsi Universitas Islam Negeri Sumateri Utara.
19
Sagala, Syaiful 2017. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung:Alfabeta.
Syosari. 2001. Model Pembelajaran Konstruktivikasi; Sumber Belajar, Kajian Teori dan
Aplikasinya. Malang: LP3UM
20