Anda di halaman 1dari 6

DESA ILODULUNGA

1. Ibu Yuni Mouku (Jum’at 6 September 2019)

Ibu Yusni Mouku mengatakan bahwa ia menekuni budidaya dan mengelola rumput
laut sejak tahun 2002, dengan modal pribadi ia membeli berupa alat-alat yang
dibutuhkan untuk mengikat RL (Rumput Laut), berupa tali rapiah, tali cincin nomor 2
hingga nomor 8 bahkan 10. Ibu Yuni Mouko merupakan anggota kelompok wanita
Fitra Bersama. Biasanya beranggota 6 hingga 10 orang dalam setiap kelompok. Tujuan
dbentuknya kelompok wanita ini adalah tidak hanya sebagai kerja sama saja akan tetapi
hubungan solidaritas dalam bermasyarakat. Masyarakat di Desa Ilodulunga pernah
mengalami kejayaan dalam budidaya rumput laut pada tahun 2015. Kejayaan dalam
artian bahwa hasil budidaya rumput laut mampu menambah penghasilan masyarakat
desa Ilodulunga. Kebutuhan primer hingga sekuder dapat dinikmati oleh masyarakat
Desa Ilodulunga berkat budidaya rumput laut. Akan tetapi seiring berkembangnya
zaman, masyarakat desa Ilodulunga mengalami kegoncangan dalam membudidaya
rumput laut. Pertama akibat pupuk pestisida yang mangairi ke muara dan membuat
rumput laut menjadi mati. Kadar air juga sangat menentukan kualitas rumput laut.
Dengan adanya faktor ini membuat masyarakat Desa Ilodulunga patah semangat,
meskipun pemerintah mengupayakan agar rumput bisa berkambang lagi di Desa
Ilodulunga.

Bantuan berupa bibit, jenisnya kultun jaringan (warna hijau) dan beberapa tali.
Jenis rumput laut ini sangat cepat perkembangannya akan tetapi harganya jualnya
begitu murah. Pada tahun 2002 biaya untuk mengikat Rp 2000 dan pada tahun 2015
harganya Rp 5000 per tali untuk dibayar kepada orang lain yang bekerja.

Petani rumput laut bisanya membutuhkan tetangga dalam mengikat rumput laut
dan tugas utama ini dilakukan oleh kaum wanita. Kemudian tugas bapak-bapak yaitu
mengangkat atau memikul rumput laut setelah panen. Pada saat panen Ibu Yusni
mendapatkan keuntungan yang begitu banyak sekitar 2 juta hingga 5 juta-an. Akan
tetapi di tahun 2019 ini animo masyarakat Desa Ilodulunga telah menurun untuk
membudidaya rumput laut. Hanya tersisa berupa aset-asetnya yaitu tali dll.

1
Ibu Yusni Menambahkan bahwa ia juga pernah mewakili kaum ibu-ibu sebagai
perempuan pesisir pada tahun 2009. Menjadi represntatif dari provinsi Gorontalo
sebagai perempuan pesisir, ibu Yusni menampilkan hasil olahan rumput laut berupa
kerupuk dll (sebagai memori kehidupan Ibu Yusni Mouku).

Pekerjaan ibu-ibu 1di desa Ilodulunga seusai rumput laut, mereka membantu suami
dalam aktivitas melaut. Aktivitas melaut tidak hanya dilakukan para bapak-bapak, akan
tetapi ibu-ibu juga berperan dan saling melengkapi dalam kegiatan melaut. Kegiatan
melaut yang dilakukan ibu-ibu adalah memancing dll.

2. Ibu Astuti Lapasau

Ada beberapa pengaruh mengapa Rumput Laut di Desa Ilodulunga telah memudar,
pertama obat pestisida yang mengalir ke muara Lahengo. Sehingga menyebabkan
Rumput laut mati.

Semua warga desa Ilodulunga terlibat dalam membudidaya rumput laut, atau
hirameya, ibu-ibu juga biasanya mengambil gaji dalam mengikat rumput laut milik
tetangga. Begitu juga sebaliknya. Ongkos mengikat 1 tali sebesar Rp 3. 000-5.000.
Dan tugas untuk memikul rumput dilaksanakan oleh kaum bapak-bapak. Bagi yang
memikul juga dibayar.

Ibu Astuti merasa kesayikan dalam membudidaya RL, namun hanya terhambat
dengan obat pestisida. Bila datangnya hujan maka, maka seluruh tanah yang diberi
obat akan mengalir ke muara sehingga menyebabkan rumput laut mati.

Di Desa Ilodulunga sekarang sudah tidak membudidaya RL, Pekerjaan ibu-ibu


sekarang membantu para suami mereka, dalam aktivitas melaut. Sebenarnya ada rasa
ketakutan, akan tetapi dengan semangat untuk mendapatkan income maka aktivitas
dalam melaut berjalan dengan lancar.

1
Ibu Yusni sering membantu suaminya dalam melaut, akan tetapi tidak begitu lama, sebab menambah tugas
dalam keluarganya yaitu menjaga cucunya (sekarang). Meskipun rasa ingin melaut begitu tinggi, dan untuk
sekarang masih dipending dalam aktivitas melaut,

2
3. Yusuf Pakaya
4. Ibu Fitri Modunggu (Kadus Pante, Sabtu 7 September 2019)

Ibu Fitri Modanggu bekerja dalam membudidaya rumput pada tahun 2013, pada
saat itu ia balik dari kampung halaman dari Bulontio. Rumput laut sangat membantu
ekmonomi masyarakat desa Ilodulunga. Per tali ris harga bibit sebesar Rp 250.000 dan
bibit yang digunakan katoni merah.

Alat-alat yang digunakan untuk rumput laut, seperti botol aqua, tali bantalan,
serfom (gabus) dan tali cincin. Ibu Fitri tergabung dalam anggota kelompok
ipalowajaya2. Pengaruh pudarnya rumput laut juga akaibat obat pestisida yang
mengalir ke muara sehingga menyebabkan matinya rumput laut. Desa Ilodulunga
memilii 136 kk dan 527 jiwa.

5. Bapak Raman Sikili

DESA LANGGE
1. Ibu Memi Kaunu

Ketua Kelompok Usaha Baru, ia awal bekerja rumput laut pada tahun 2004,
masyarakat Langge secara berkelompok membudidaya rumput laut. Rumput

2
Ipalowajaya diambil dari nama makam yang keramat di Desa Ilodunga, makam tersebut seorang aulia dan
dianggap memiliki peran penting pada masa silam.

3
sangat membantu bagi kehidupan masyarakat desa Langge. Harga rumput laut
per kilo sebesar Rp 10.000 dan harga bibit per ris sebesar Rp 250.000-300.000.
alat-alat yang digunakan untuk bekerja rumput laut yaitu tali rapiah, tali cincin
dan pisau. Kegunaan tali cincin untuk mengikat batang rumput agar tidak jatuh
di dalam air.

Ada beberapa penghambat mengapa rumput sudah tidak berkembang lagi di


desa Langge yaitu obat-obat yang mengalir ke muara menyebabkan matinya
rumput laut, kedua kadar air yang berlebihan dan pengaruh cuaca.

Di desa Langge ada 7 kelompok wanita yang membudidaya rumput laut,

1. Kelompok Usaha Baru


2. Kelompok Penangkapan
3. Kelompok Maju Bersama
4. Kelompok Kakap Merah
5. Kelompok Iklas
6. Kelompok Mutiara Laut
7. Kelompok Sumber Laut.

Rumput laut yang didapatkan akan dijual kepada penampung, Kwandang,

8. Ibu Saida Koke

9. Bapak Hamzah Usman

4
5
DESA POPALO

1. Ibu Serti Tamuu (Ketua Kelompok Berkah Kotoni) Sabtu 7 September


2019

Anda mungkin juga menyukai