Anda di halaman 1dari 13

Lingkungan alam

 Kebudayaan-Kebudayaan Lingkungan alam di Papua jumlah dam


variasinya banyak (267 menurut kategori bahasa Summr Iinstitute
Linguistic (SIL, 2008), termasuk wilayah ekologis yang berbeda
(daerah rawa, pantai, laut, dataran rendah-tinggi, dan pegunungan
yang tinggi, memberi pengaruh yang signifikan dalam penampilan
kebudayaan masing-masing etnik.
 Orientasi nilai ekonomi masih konsumtif dengan dengan
subsistence/penghidupan/mata pencaharian terbatas.
 Etos kerja sebagian masih rendah, bila dihubungkan dengan
produktifitas. Produktifitas kerja terlalu rendah.
 Hasil kerja keras dan saving di kembalikan ke social cost
(pembayaran mas kawin, ganti rugi/utang).
 Modal sosial (social capital), dibangun dari perbuatan baik, cara
memecahkan masalah social, membayar harta mas kawin, harta
kepala yang menjadi beban keluarga.
 Peluang kesempatan harus diberikan/usaha menangkap peluang
pasar.
 Kemajuan kolektif diutamakan dibanding kemajuan perorangan.
(Sumber. Freddy Sokoy, 2011).
 Menurut Alomang Nilai-nilai Adat istiadat bisa hilang, tentu saja bukan
tanpa alasan. Kekhawatiran bahkan lebih tepat keprihatinan io ini, dimana
terpaan pergaruh sangat gencar dan hampir tidak dapat dibendung, apalagi
dalam zaman komunikasi dan informasi yang amat canggih dewasa ini
(Ans, 2009: 97-98)
Danau Sentani adalah danau yang terletak di Papua Indonesia. Danau Sentani berada di
bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops yang memiliki luas sekitar 245.000 hektar.
Danau ini terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Danau Sentani
yang memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian 75 mdpl. Danau Sentani
merupakan danau terluas di Papua.

Danau Sentani merupakan danau yang terletak di antara kabupaten


Jayapura dan Kota Madya Jayapura. Danau tersebut sangat berpotensi jika
dikelola dengan baik, diantaranya sumber air bersih, perikanan, dam
parawisata. Secara geografis  dengan luas ± 9.360 Ha. Danau Sentani di
Papua terletak antara 20.33o hingga 20.41o LS dan 1400.23o sampai
1400.41o BT. Berada 70 – 90 m diatas permukaan laut. Terletak juga di
antara pegunungan Cyclops. Merupakan danau Vulkanik. Sumber airnya
berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri
Puay. Diwilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat
curam. Sedangkan sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan
Simporo. Disini juga terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka.
Dalam beberapa catatan disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat
lumpur berpasir (humus). Pada per-airan yang dangkal, ditumbuhi
tanaman pandan dan sagu. Luasnya sekitar 9.360 Ha dengan kedalaman
rata rata 24,5 meter. Disekitaran danau ini terdapat 24 kampung tersebar
dipesisir dan pulau-pulau kecil yang ada ditengah danau
Bahasa
Bahasa Sentani atau Buyaka adalah suatu bahasa Papua yang dituturkan di Danau
Sentani, Provinsi Papua, Indonesia. Alkitab Terjemahan Baru sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Sentani pada tahun 1997.[2]
Penmbaayaran

Budaya perkawinan adat sentani dibagi dalam dua bagian:

I. Perkawinan anak kepala suku atau Ondofolo, pada perkawinan ondofolo


atau anak Ondofolo yg tertua diawali dengan, pihak laki-laki pergi
meminang seorang wanita yang akan menjadi istrinya. pesuru adat(Abhu
akho) membawa manik-manik 1 ikat sebagai tanda pengenalan akan orang
tua laki-laki dan perempuan, manik-manik yg diantar pesuru ada satu
paket, dalam satu paket biasanya ada 3 manik-manik dengan warna yang
berbeda :

-Warna Biru          Namanya         NOKHONG


-Warna Hijau        Namanya         HAWA
-Warna Kuning     Namanya         HAYE

Ini adalah seperangkat alat pembayaran yang nilainya sangat tinggi kalau
dibandingkan dengan Rupiah. Setelah proses pertama disetujui oleh pihak
perempuan, maka pihak perempuan mengantar siwanita kepada pihak laki-
laki, dan selama satu minggu pihak perempuan akan mencari Ikan dan
Makanan untuk memberi makan pada pihak laki-laki. Habis dari
pemberian makanan kepada pihak laki-laki. Maka mereka masuk pada
tahap terakhir yaitu pembayaran harta maskawin yang akan dibayarkan
pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dalam pembayaran maskawin ini
biasanya pihak laki-laki membayar tiga kali pembayaran :

1. Bayar kepada orang tua perempuan disebut dengan MABHO


KHOKOUW.
Mabho Khokouw Biasanya pihak laki-laki datang bayar kepada
orang tua    perempuan, dan lima(5) Anak bungsu dalam keluarga
orang tua perempuan itu..
2. Bayar kepada anak laki-laki yg tertua dalam suku itu yang disebut
YAKHA MERUBOY
Yakha Meruboy Pembayaran yang dilakukan kepada Anak-anak
sulung dalam keluarga atau kepala-kepala suku (Khose) dalam
kaluarga atau marga itu.
3. Bayar kepada Ondoafi yang disebut dengan EBHA.
Ebha pembayaran yang dilakukan atau dibayar kepada ondoafi,
biasanya dibayar dengan Gelang batu. (Rudi Walli, 2011)
II.  Jenis  pembayaran ke dua yaitu pembayaran kepada anak yang bukan
dari turunan Ondoafi,  sama dengan pembayaran di atas cuman kepala
suku dalam keluarga yang disebut KHOSE menerima Yakha berupa tomako
batu, sedangkan Ondoafi menerima Yakha berupa Gelang Batu.

D. Budaya Bayar Harta Kepala


Jika ada orang sentani meninggal, pasti ada pembayaran kepala.Biasanya
yang menerima pembayaran kepala adalah pihak pamannya dari keluarga
yang meninggal.Untuk menerima pembayaran kepala, keluarga pamannya
harus mengantarkan makanan. Model dan caranya hampir sama dengan
proses pembayaran mas-kawin di atas. Lucunya lagi, mereka baru
kehilangan orang mereka sayangi, dibebani lagi harus membayar kepala
kepada pihak paman-pamannya. Budaya ini tidak ekonomis sama sekali.
Karena tidak ada untung dan sepertinya hanya membuang-buang biaya lagi
untuk orang yang sudah mati maupun kepada paman-paman yang tidak
menjaga atau menghidupinya.Selama hidupnya dia berjuang sendiri
dengan keluarga hingga titik darah penghabisannya.Sudah mati pun
keluarga pamannya masih datang menuntut untuk membayar harta
kepalanya.

Saya merasa tidak diuntungkan dengan penbayaran kepala.Lebih baik oleh


dewan adat Sentani (DAS) hal ini di seminarkan dan diputus untuk di
tiadakan dari dalam budaya Sentani di era modern ini.Biarkanlah budaya
ini tercatat dalam sejarah saja. Biarlah itu menjadi pelajaran bagi anak-
cucu Sentani ke depan.Dari uraian di atas, bagaimana tanggapan anda?
(Pilipus Kopeuw, 2010)

Menurut Bupati Jayapura Pembayaran kepala (yua/yum) adalah suatu


kegiatan menyangkut salah satu kebiasaan adat istiadat orang-orang
Sentani pada umumnya. Kebiasaan ini bukan merupakan tuntutan
terhadap yang merugikan salah satu pihak, tetapi sebagai penghargaan
kepada pihak keluarga perempuan.
Sampai saat ini budaya tersebut masih terus dipertahankan, karena sangat
mengikat kehidupan sosial antara pihak laki-laki dan perempuan di setiap
komunitas masyarakat adat di Sentani (Matius Awaitouw, 2013).
Sistem mata pencaharian

Masyarakat asli suku sentani bertempat tinggal di pingir-pinggir danau


maupun tepian pulau-pulau. Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka
yakni dengan mencari ikan, maupun kerang (kheka) dan bia (fele). Selain
itu juga, masyarakat suku sentani mengerjakan lading, menanam ubi-ubian
seperti singkong/ketela pohon (kasbi), betatas, keladi, pisang, ubi jalar,
sayuran (sayur lilin, sayur, patola, bayam merah, dll). Masyarakat suku
Sentani memiliki hutan sagu yang luas. Pohon sagu adalah pohon yang
isinya setelah di proses diambil sarinya seperti tepung. Sari dari sagu ini
kemudian dijadikan makanan, antara lain papeda, atau juga sagu bakar
(forna, dan sinole). Sagu yang dibuat papeda biasanya dimakan bersama
dengan ikan. Bagi orang lain, mereka akan pikir-pikir dan
mempertimbangkan baik-baik sebelum makan papeda, sebab kelihatannya
seperti lem. Jangan-jangan ketika makan tenggorakannya tidak berfungsi.
Tanaman sagu dan ikan di wilayah Sentani tidak ditanami, tapi sudah
disediakan oleh Sang Pencipta buat suku ini. Ikan-ikan dan segala isi danau
tidak dikembangbiakan, tetapi tidak pernah habis walaupun setiap hari
jutaan ekor ditangkat.

Sosial budaya masyarakat yang sifatnya heterogen merupakan salah satu


aspek yang potensial. Orang Sentani mengenal adat perkawinan ideal yang
disebut miyea waimang  yaitu tempat seorang laki-laki mengambil istri.
Klen-klen tertentu berfungsi sebagai pemberi wanita.

Pendidikan
Sejarah pendidikan

2. Isi Pengajaran Di Khombo

Adapun isi pengajaran di khombo adalah: (1) Diajarkan bagaimana cara


berperang; (2) Diajarkan bagaimana cara bertani; (3) Diajarkan bagaimana
cara berburu; dan (4) Diajarkan tentang batas-batas tanah dan
kepemilikan/geografi, dll

Para laki-laki sentani yang menjadi siswanya di ajar dalam kelompok-


kelompok berdasarkan suku dan usia masing-masing. Guru yang
menagajar adalah tua-tua masing-masing suku. Jadi setiap anak-didik
dibagi berdasarkan sukunya. Dalam belajar, mereka tidak digabung
bersama-sama, kecuali dalam pelajaran umum. Misalnya, belajar tentang
batas-batas tanah, dusun, dll. Misalnya ada Suku Nelem Aniyokhu, gurunya
adalah tua-tua dari suku nelem aniyokhu, kalau dari Suku Raklebei maka
gurunya adalah tua-tua dari suku rakhelebei, begitu juga buat suku-suku
yang lainnya.  Kemudian untuk anak-anak kose-kepala suku diajar secara
lebih khusus lagi, karena anak kose-kepala suku adalah calon pemimpin
menggantikan ayahnya kelak. Hal berlaku untuk semua anak kose-kepala
suku di Sentani. Info tambahan, katanya guru-guru yang mengajar di
khombo adalah orang-orang Ambon atau orang. Info ini belum ada bukti
kebenarannya.

Di khombo mereka belajr aturan-aturan adat dengan sangat baik. Kadang


jam empat pagi, mereka keluar dari khombo membuat jalan-jalan sebagai
pembatas tanah antara suku satu dengan suku lainnya. Sambil membuat
jalan, guru-guru mereka akan akan mennujukkan dan menjelaskan bahwa
batas tanah dan wilayah ini adalah milik suku ini dan itu. Tujuan adalah
jika sudah selesai dari pendidikan di khombo, maka mereka akan tahu
persis tanah dan dusun ini milik siapa, sehingga mereka bisa hidup
berdampingan dan penuh keharmonisan.

Khombo sudah tidak ada lagi, tetapi hasil didikan di khombo dapat terlihat
dari kehidupan para tua-tua kampung sentani yang sekarang. Mereka
dapat menjelaskan dengan baik batas-batas tanah dan dusun lengkap
dengan siapa pemiliknya. Cerita-cerita tersebut ibarat sertifikat tanah.
Karena jaman itu jaman bukan jaman pemerintahan manapun atau seperti
sekarang ini setelah Sentani juga masuk dalan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang mewajibkan tanah adat harus ada bukti sertifikat.
Penjelasan tentang batas tanah dusun dan pemiliknya dari tua-tua adat
suku sentani merupakan sertfikat secara adat.

DiDi khombo, para anak didik tidak belajar baca dan tulis. Mereka belajar
mendengarkan, melihat dan melakukan. Lebih di tekankan pada nilai
sikap-afektif dan psikomotor-skill. Disini daya ingat di pertajam dan
dikembangkan. Mereka juga mengenakan pakaian adat yang disebut “yo
malo”. Yo mala ini adalah media untuk mengenal jati diri dan asal suku
mereka. Sama halnya dengan kita mengenal pakaian adat  suku yang ada di
Indonesia atau lebih spesifik kita bisa mengenal orang dari pakaiannya
seperti tentara, suster-mantri, polisi, PNS Pemda, dokter, dll.

Pendidikan di khombo ini dimulai sejak Sentani ada. Belum ada data yang
akurat tentang kepatian tahun ada khombo secara historis. Inti yang
diajarkan di khombo adalah nilai etika yang tinggi. Misalnya dalam hal
berkebun, tidak boleh mengambil hasil kebuh seperti kelapa tua atau
pisang yang rubuh dari jatuh di atas tanah milik orang kalau itu bukan
tanaman miliknya. Mereka juga mengajarkan hak asasi manusia sehingga
di jaga dengan baik. Tidak boleh mengganggu anak gadis orang dengan
sembarangan dan masih banyak hal lain lagi. Derajad atau kasta sangat
dihormati dan dihargai. Masyarakat Suku Sentani hidup dalam tatanan dan
norma adat yang sangat dijunjung tinggi. Jadi, siapa yang melanggarnya
bisa kena sangsi atau kutuk.

Selama penggemblengan di khombo, kalau siswa tersebut berbuat salah


kadang dipukuli bahkan bisa sampai mati. Jika ada yang mati dalam
khombo hal itu tidak diberitahukan kepada orang tuanya. Namun
dikuburkan secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. Hal-hal buruk
lainnya yang sering dilakukan oleh para siswa dikhombo yaitu: (1)
pemimpin khombo menyuruh anak buahnya mengadakan survei ke kebun-
kebun masyarakat untuk melihat kebun mana yang bisa di panen. Versi
lainnya biasanya siswa yang belajar di khombo punya kebun sendiri. Ketika
mereka hendak keluar untuk membuat kebun, maka tidak ada satu
masyarakatpun yang keluar dari kampung ke tempat dimana mereka
berkebun. Jadi, siswa di khombo mereka menghidupi diri mereka sendiri
melalui pendidikan dan skill yang diajarkan; (2) saat tengah malam, para
siswa yang ada di khombo ini berangkat untuk panen di kebun yang sudah
di surnei pada point satu; saya sendiri kurang yakin dengan versi ini, jika
dilihat dari isi pendidikan khombo yang sesungguh; (3) siswa yang sudah
mati dalam pendidikan di khombo tidak diberitahukan kepada pihak
keluarganya. Selama pendidikan di khombo siswa tidak pernah bertemu
dengan orang tua dan keluarganya. Bisa dibayangkan setelah 19-20 atau 40
tahun baru bertemua dengan orang tua dan keluarga, bagaimana mereka
bisa saling mengenal. Biasa yang tahu hanya guru-gurunya. Biasanya
selesainya seseorang dari khombo ditandai dengan pemangkasan rambut.
B. Pengaruh Pendidikan dan Budaya Luar bagi Budaya Sentani 
1. Fungsi Obhe digantikan dengan Kantor Polisi dan Lembaga
Peradilan Negara.
2. Pendidikan telah membunuh budaya bahasa ibu secara perlahan
pergenerasi. Karena bahasa pengantar adalah bahasa Indonesia.
3. Agama terlalu mengintervensi dan mengancam pelestarian budaya
sentani
4. Ondofo dan Kepala Suku tidak lagi mendapatkan upeti, mereka
menghidupi dirinya sentani tetapi tanggung jawabnya tetap.
5. Memproduksi masyarakat sentani dengan budaya agama dan
budaya baru, dan lupa budaya bahkan sudah mulai  banyak
generasi yang tidak tahu budayanya.
6. Budaya naik perahu asli mulai terkikis dengan banyaknya alat
transportasi air danau yg modern yaitu motor temple (motor boat)
dan perahu modern (fiberglass).
7. Perubahan saman semakin memperberat pelaksanaan budaya
pembayaran, karena perbedaan antara nilai, fungsi dan manfaat
dari alat pembayarnya.
8. Budaya suku Sentani  mulai terkikis dan terancam punah, dan
akankah ditinggalkan.
9. Terjadi pemekaran Ondofolo dan Kepala Suku.
10.Budaya jual tanah diatas jual.
11. Penduduk Asli mulai termarginal.
12.Pembangunan telah menghabiskan banyak hutan sagu.
13.Danau Sentani mulai menjadi tempat sampah dan mulai tercemar.
14.Budaya dan masyarakat Suku Sentani tidan diberdayakan dan
hanya dijadikan obyek untuk menguntungkan orang luar.

Orgasasi sosial

3. Dewan Adat Atau Pemerintahan Adat Mengatur Banyak Hal

a. Tentang Perkawinan
Kini timbul pertanyaan, bagaimana siswa di Khombo mendapatkan istri
jika mereka harus belajar hingga usia nya mencapai 40 tahun? Biasanya
bagi para siswa ini calon istrinya dipersiapkan oleh orang tua mereka
dirumah. Calon istrinya ini sudah bekerja di rumah rang tuanya selayaknya
seorang ibu rumah tangga, sambil menunggu sang suami selesai dari
pendidikan di Khombo ime. Kadang dewan adat atau pemerintahan adat
juga turut campur tangan untuk keperluan kelanjutan generasi penerus
dari siswa di khombo.

b. Tentang Kelahiran Dan Jenis Kelamin Anak Bisa Dikendalikan Dewan


Adat

Melalui kekuasaan dewan adat, penambahan anak dalam kampung


maupun tiap suku dapat diatur dan dikendalikan perkembangan
populasinya. Biasanya dewan adat memantau atau mengadakan sensus
penduduk untuk menghitung perkembangan penduduk kampung secara
menyeluruh maupun kelompok berdasarkan suku masing-masing. Mereka
men sensus berapa jumlah anak perempuan atau anak laki-laki dalam
masing-masing suku.

Jika perlu penambahan atau pengurang jumlah kelahiran, biasanya dibuat


pesta besar dan mengundang seluruh ibu-ibu untuk makan bersama yang
mana di dalam makanan tersebut sebelumnya sudah di beri mantra-mantra
sesuai dengan tujuan. Jika tujuan mereka untuk menambah anak laki-laki
dan perempuan, maka ketika ibu-ibu itu mengandung akan lahir anak-anak
sesuai dengan tujuan dan keinginan dewan adat. Jadi untuk mendapatkan
anak laki atau perempuan, semuanya itu bisa di kendalikan. Selain itu, jika
populasi dari suatu suku dinilai terlalu banyak, maka jumlah populasi suku
tersebut bisa di kurangi. Apakah dengan kematian atau pengaturan jarak
kelahiran.

F. Obhe Tempat Para Bapa


Pada jaman dahulu di Suku Sentani para bapa biasanya berkumpul di Obhe
atau rumah besar Ondoafi. Disini mereka tinggal, makan dan tidur. Bapa-
bapa ini selalu ada dalam perhatian dewan adat atau pemerintahan adat
yang diketuai oleh Ondoafi. Mereka melihat, jika ada para bapa yang agak
lama tinggal di obhe biasanya disuruh pulang dengan bahasa yang halus.
Tujuannya adalah untuk melihat istri dan anak-anaknya. Jika bapa yang
pulang itu, terlalu lama dirumahnya, maka ia akan dipanggil balik ke obhe
dengan cara yang halus juga. Misalnya: “Bapa sudah tinggal lama sekali
dirumah…. Bapa punya kelompok sedang berkumpul di obhe itu..?”

Cara inilah yang sering digunakan dewan adat supaya Bapa-bapa bisa
membagi kasih-sayang mereka kepada istri dan anak-anak mereka dan
kepentingan keluarga lainnya. Tujuan lain juga yang lebih adalah untuk
melanjutkan keturunan baru.

PenutupPenutup
Budaya merupakan identitas diri suatu kelompok masyarakat. Di dalam
konteks berbangsa dan bernegara, peranan kebudayaan-kebudayaan lokal
amat penting. Kekayaan dan kekukuhan kebudayaan nasional Indonesia
dibangun dan dibentuk dari kekayaan dan kekukuhan loKal dari seluruh
nusantara, termasuk kebudayaan Papua. Kebudayaan Papua adalah
kebudayaan yang tdk bisa terpisahkan dari kebudayaan nasional Indonesia,
tidak berkembang bahkan terancam punah (Jacobus, 2006: 110-111).

Hampir semua orang Papua Barat memahami adatnya masing-masing.


Adat menjadi peraturan hidup, tata cara pergaulan, yang akhirnya menjadi
pedoman hidup mereka (Yakobus, 2006: 237-238). Ada yang masih
menilai Papua sebagai manusia saman batu hingga saat ini. Kebudayaan
baru masuk membuat orang Papua lupa jati diri, dan mulai lupa adat.

TETAPLAH BERNYANYI HITAM KULIT KERITING RAMBUT AKU RAS


MELANESIA (PAPUA, MALUKU, MALUKU UTARA, NUSA TENGGARA
TIMUR) TAPI JANGAN LUPA JADILAH PELAKU DAN PENJAGA
BUDAYA SERTA TERUS LESTARIKAN BUDAYA TURUN-TEMURUN

Anda mungkin juga menyukai