1. Migrasi menuju Sentani (Phuyakha Bhu) Galis (1996) menyebutkan bahwa masyarakat Sentani berasal dari Timur lalu menyeberang ke Barat dan menemukan danau Sentani atau Phuyakha yang berarti air tenang. Penduduk Sentani tersebar di tiga wilayah yaitu: – Di bagian barat terkonsentrasi di Yonokhom dan menyebar di beberapa kampung. – Di bagian timur terkonsentrasi di pulau Asei dan menyebar di beberapa kampung – Di bagian tengah terkonsentrasi di pulau Ajau dan menyebar di beberapa kampung.
Sebelum menetap di tepian dan dan pulau-pulau di danau Sentani, mereka berasal dari Honong Yo Walkhau Yo, di seputar daerah Nyoa dan Moso di sebelah Papua New Guinea. SEJARAH SUKU SENTANI (PHUYAKHA BHU)
2. Suku Sentani dalam Ras Melanesia
Negara-negara yang termasuk dalam Ras Melanesia menurut keterangan dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, adalah Fiji, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Kaledonia Baru, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat. Apa yang membuktikan bahwa Suku Sentani adalah Ras Melanesia? Pertama, pada bagian migrasi menuju sentani, dijelaskan bahwa masyarakat asli Sentani melakukan exodus dari Nyoa dan Moso disebelah Papua New Guinea. Kedua, berdasarkan cerita asal-usul terjadinya ‘Danau Sentani versi Sentani tengan’ oleh Pilipus Kopeuw (Juli 2009), bahwa terjadi exodus, masyarakat asli Sentani dari Papua New Guinea menuju Sentani. Ketika hendak berpesta di bulan purnah, terjadi kesalahan oleh anak perempuan Ondofolo, karena mengambil burung cenderasih tanpa ijin kepada tuan tanah (penunggu). Ular ini akhirnya menelan anak gadis Ondofolo ini lalu pergi meninggalkan tempat pesta. Kemudian setelah itu, Ondofolo memerintah mengejar ular itu dan membunuh. Singkat cerita, ular itu dibunuh, ketika ular itu dihujani tombak bertubi-tubi, maka ia merontah-rontah, waktu itu belum ada Danau Sentani. Akibat merontahdan menggeliat kesakitan maka menyebabkan daratan itu berlubang- lubang. Ular ini adalah ular raksasa dengan kekuatan besar. Tempat sepanjang ular itu mati akhirnya menjadi danau. Danau itu yang kemudian, setelah ditempati, di sebut dengan “phuyaka (sentani). Dari sejarah dan cerita asal-usul danau sentani dapat menjelaskan secara spesifik bahwa, Suku Sentani adalah juga Ras Melanesia. 3. Pola Hidup Suku Sentani Masyarakat asli suku sentani bertempat tinggal di pingir-pinggir danau maupun tepian pulau-pulau. Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yakni dengan mencari ikan, maupun kerang (kheka) dan bia (fele). Selain itu juga, masyarakat suku sentani mengerjakan lading, menanam ubi-ubian seperti singkong/ketela pohon (kasbi), betatas, keladi, pisang, ubi jalar, sayuran (sayur lilin, sayur, patola, bayam merah, dll). KEBUDAYAAN SUKU SENTANI (PHUYAKHA BHU)
1. Budaya Bayar Mas Kawin
Budaya bayar mas kawin sampai saat ini belum ada nilai uang yang sepandan dengan nilai dari manik- manik dan tomako batu yang digunakan sebagai alat pembayaran. Sekarang mari kita coba analisis nilai ekonomisnya. Kalau ada sepasang kekasih yang mau menikah, secara adat diminang dulu.Pertama sekali pihak laki-laki dan keluarganya harus datang ke rumah keluarga pihak perempuan untuk meminangnya. Sebelum kedatangannya pihak laki-laki, pihak perempuan dan keluarga siap segala sesuatu untuk acara pertemuan tersebut yaitu makanan, sirih, pinang dan kapur, dan lain-lain. Padahal pihak laki-laki belum memberikan pembayaran apa-apa kepada pihak perempuan dan keluarganya.Kedua, setelah pinangannya diterima, ditentukan langkah selanjutnya untuk pembayaran mas kawin. Sebelum pembayaran mas kawin dilaksanakan, maka pihak perempuan dan keluarganya terlebih dahulu harus mengantarkan makanan.
2. Budaya Bayar Harta Kepala
Jika ada orang sentani meninggal, pasti ada pembayaran kepala.Biasanya yang menerima pembayaran kepala adalah pihak pamannya dari keluarga yang meninggal.Untuk menerima pembayaran kepala, keluarga pamannya harus mengantarkan makanan. Model dan caranya hampir sama dengan proses pembayaran mas-kawin di atas. Lucunya lagi, mereka baru kehilangan orang mereka sayangi, dibebani lagi harus membayar kepala kepada pihak paman-pamannya. RUMAH ADAT SUKU SENTANI (PHUYAKHA BHU)
1. Khombo Perpola Asrama
Khombo adalah rumah tempat belajar khusus kaum pria suku Sentani. Setiap anak laki-laki yang berumur ± 10 tahun harus masuk dalam khombo. Lama pendidikan di khombo ada dua versi, ada yang mengatakan pada usia 19-20 tahun mereka akan keluar dari Khombo dan ada yang mereka selesai kira-kira pada usia 40 tahun. Khombo adalah nama rumah tempat dimana kaum pria atau pemuda sentani tinggal untuk di didik. Khombo ini semacam rumah adat, mungkin juga “obhe” tapi dalam bentuk tertutup. Khombo ini pernah sekitar tahun 1800-an dan generasi terakhir ± tahun 1920-an. Yakni jaman tete Ambrosius Suebu yang lahir tahun 1901. Penggeblengan di khombo ini adalah semacam wajib bagi kaum laki-laki. -Tipe Rumah Khombo Tipe rumah khombo ini semacam sekolah, tapi berbentuk rumah adat. Rumah atau konstruksi bangunannya besar dan memiliki banyak bilik untuk belajar dan tempat tinggal. Rumah di bangun tanpa jendela dan hanya ada pintu saja. Konon menurut cerita ada bekasnya di kampung Yobhe. RUMAH ADAT SUKU SENTANI (PHUYAKHA BHU)
2. Rumah Adat Wolofomau
Rumah adat suku sentani “wolofomau” wolofo berarti berhala dan mau artinya gerbang atau pintu maka wolofomau artinya gerbang berhala , berhala penghuni rumah adat / berhala itu bernama “khombo” di wolofomau inilah berarti bumi. Suku sentani juga memiliki beberapa nama rumah adat khoselo , khotelo.dan wolofomau Pada umumnya unsure unsur budaya dan tradisi masyarakat di papua memiliki kesamaan dan kemiripan, unsure unsure dari arsitektur sentani di gunakan bentuk dasar segienam dan betuk atap ( nilai arsitektural ) olofomau merupakan bangunan yang di sakralkan sebagai tempat upacara adat pertemuan dengan para tua tua adat. Khoselo dan khotelo adala rumah untuk ondoafi sebagai etmapat pertemuan.