Anda di halaman 1dari 22

Angka Indeks 98

BAB 8
ANGKA INDEKS

8.1 Macam Angka Indeks


8.2 Pembagian Angka Indeks
8.3 Angka Indeks Berantai
8.4 Perubahan Tahun Dasar
8.5 Angka Indeks Untuk Proses Deflasi

Tujuan Instruksional Khusus (TIK):


Pada akhir kuliah mahasiswa dapat:
 Menggunakan, menghitung dan menyusun Angka Indeks dengan metode yang
ada
 Menggunakan, menghitung dan menyusun Angka Indeks Berantai
 Melakukan perubahan tahun dasar
 Mengaplikasikan Angka Indeks untuk proses deflasi
Angka Indeks 99

Perkembangan suatu periode ke periode lain yang merupakan perubahan dari


waktu ke waktu perlu diketahui. Angka Indeks adalah suatu konsep yang dapat
memberikan penjelasan tentang perubahan ini. Teori Angka Indeks ini banyak digunakan
dalam bidang ekonomi dan perusahaan, khususnya yang menyangkut statistik ekonomi.
Angka Indeks digunakan untuk membandingkan perubahan dari suatu periode ke
periode lain. Oleh karena itu penggunaan Angka Indeks ini sangat luas, hampir semua
cabang ilmu pengetahuan menggunakan Angka Indeks.
Secara teoritis Angka Indeks dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara dua
buah variabel atau lebih dalam beberapa periode waktu pengamatan. Biasanya untuk
mengukur suatu Angka Indeks pada tahun tertentu (tahun n) selalu didasarkan pada tahun
tertentu yang dipakai sebagai tahun dasar. Angka Indeks juga berfungsi sebagai angka
perbandingan yang perubahan relatifnya dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap
yang lain.

8.1 MACAM ANGKA INDEKS


Dibidang ekonomi ada tiga macam Angka Indeks utama, yaitu:
 Angka Indeks Harga (Price Index). Angka Indeks Harga menunjukkan perubahan
harga dari satu periode ke periode lain.
 Angka Indeks Kuantita (Quantity Index). Angka Indeks Kuantita menunjukkan
perubahan kuantita dari satu periode ke periode lain, misalnya: perkembangan
jumlah penjualan, jumlah produksi dan sebagainya.
 Angka Indeks Nilai (Value Index). Angka Indeks Nilai menunjukkan perubahan
nilai uang dari satu periode ke periode lain. Nilai ini dapat diperoleh dari hasil
perkalian antara harga dan kuantita, misalnya: nilai penjualan barang yang
dinyatakan dengan rupiah merupakan perkalian antara harga dan kuantita barang.

8.2 PEMBAGIAN ANGKA INDEKS


Perhitungan Angka Indeks dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Angka Indeks Sederhana / Angka Indeks Tidak Tertimbang
Metode ini dibagi dua, yaitu: Bentuk Agregatif dan bentuk Relatif. Angka Indeks
Sederhana disebut tidak tertimbang karena masing-masing barang dianggap sama arti
Angka Indeks 100

pentingnya. Disebut agregatif karena merupakan penjumlahan dari semua barang


yang akan dihitung angka indeksnya. Metode ini mempunyai kebaikan karena bersifat
sederhana.

Angka Indeks Agregatif Sederhana

a. Angka Indeks Harga Agregatif (P)

Po,n 
 Pn  100%
 Po
P0,n = Angka Indeks Harga tahun n dengan tahun dasar 0
 = Jumlah
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)

b. Angka Indeks Kuantita Agregatif (Q)

Qo , n 
 Qn  100%
 Qo
Q0,n = Angka Indeks Kuantita tahun n dengan tahun dasar 0
 = Jumlah
Q0 = Kuantita pada tahun dasar (tahun 0)
Qn = Kuantita pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)

c. Angka Indeks Nilai Agregatif (V)

Vo , n 
 Vn  100%
 Vo
V0,n = Angka Indeks Nilai tahun n dengan tahun dasar 0
 = Jumlah
V0 = Nilai pada tahun dasar (tahun 0)
Vn = Nilai pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
Angka Indeks 101

Angka Indeks Harga Relatif

Pada Indeks Harga Relatif menunjukkan dimana masing-masing harga yang ada
dinyatakan dengan harga relatifnya terhadap tahun dasar yang ditentukan.

Besarnya harga relatif pada tahun dasar adalah 100%, sehingga harga relatif pada
tahun n terhadap tahun dasar adalah:
Pn
Angka Indeks Harga Relatif : Po,n   100%
Po

Berdasarkan Harga Relatif, maka dapat dihitung Angka Indeks Harga Relatif dengan
menggunakan:
a. Rata-rata Hitung
Pn
  100%
P0
Po,n 
k
P0,n = Angka Indeks Harga tahun n dengan tahun dasar 0
 = Jumlah
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
k = Jumlah data

b. Median
Letak Median adalah pada data ke (N+1)/2

c. Rata-rata Ukur
 Pn 
  log  100% 
LogPo,n   Po 
k

P0,n = Angka Indeks Harga tahun n dengan tahun dasar 0


 = Jumlah
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Angka Indeks 102

Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)


k = Jumlah data
Caranya:
 Hitung harga relatif untuk tahun n
 Hitung logaritma dari harga relatif tersebut
 Jumlahkan hasilnya
 Bagi hasil tersebut dengan k (banyaknya data)
 Cari antilogaritmanya

d. Rata-rata Harmoni
k
p o,n 
1
  100%
Pn Po
P0,n = Angka Indeks Harga tahun n dengan tahun dasar 0
 = Jumlah
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
k = Banyaknya data

e. Rata-rata Kuadratik
2
P 
  n   100%
  
Po
Po,n
k
P0,n = Angka Indeks Harga tahun n dengan tahun dasar 0
 = Jumlah
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
k = Banyaknya data
Angka Indeks 103

2. Angka Indeks Agregatif Tertimbang


Rumus umum:

Po,n 
 Pn .W  100%
 Po .W

P0,n = Angka Indeks Harga tahun n dengan tahun dasar 0


 = Jumlah
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
W = Faktor penimbang

a. Angka Indeks LASPEYRES


Adalah Angka Indeks tertimbang dengan faktor penimbang Kuantita pada tahun
dasar (W = Q0).

Lo,n 
 Pn .Qo  100%
 Po .Qo
L0,n = Angka Indeks Laspeyres
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
Q0 = Kuantita pada tahun dasar (tahun 0)

b. Angka Indeks PAASCHE


Adalah Angka Indeks tertimbang dengan faktor penimbang Kuantita pada tahun
dasar (W = Qn)

Po,n 
 Pn .Qn  100%
 Po .Qn
P0,n = Angka Indeks Paasche
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
Qn = Kuantita pada tahun n
Angka Indeks 104

 Pada umumnya Angka Indeks Paasche terlalu berlebihan dibandingkan Angka


Indeks Laspeyres. Hal ini disebabkan karena dalam model Paasche lebih
dipertimbangkan kuantitas pada tahun n (Qn) yang nampaknya cenderung
semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Untuk menghilangkan kelemahan ini dapat dilakukan dengan jalan
mengkompromikan kedua macam angka indeks tersebut, dengan berbagai
rumus sebagai berikut:

c. Angka Indeks MARSHALL EDGEWORTH


Adalah Angka Indeks tertimbang dengan faktor penimbang Kuantita pada tahun 0
dan kuantita pada tahun n (W = Q0 + Qn )

M o,n 
 Pn Qo  Qn   100%
 Po Qo  Qn 
M0,n = Angka Indeks Marshal Edgeworth
P0 = Harga pada tahun dasar (tahun 0)
Pn = Harga pada tahun yang akan dihitung angka indeksnya (tahun n)
Q0 = Kuantita pada tahun 0
Qn = Kuantita pada tahun n

d. Angka Indeks DROBISCH


Lo,n  Po,n
Do , n 
2

D0,n = Angka Indeks Drobisch


L0,n = Angka Indeks Laspeyres
P0,n = Angka Indeks Paasche

e. Angka Indeks IRVING FISHER (Angka Indeks Ideal)


Pn Qo Pn Qn
IFo,n  Lo,n  Po,n atau IFo,n    100%
Po Qo Po Qn
Angka Indeks 105

IF0,n = Angka Indeks Ideal


L0,n = Angka Indeks Laspeyres
P0,n = Angka Indeks Paasche

Angka Indeks Rata-rata Relatif Tertimbang


Rumus umum:
Pn
 .W
Po
Po,n   100%
W

a. Bila faktor penimbangnya adalah nilai barang pada periode dasar (W = PoQo)
Pn
 Po Qo 
Po
Po,n   100%
 Po Qo

b. Bila faktor penimbangnya adalah nilai barang pada periode n (W = PnQn)


Pn
 Pn Qn 
Po
Po,n   100%
 Pn Qn

Contoh 1 :
Diketahui harga 3 macam barang tahun 1990 dan 1992 sebagai berikut:

Macam Barang Harga Harga Harga


Tahun 1992 Tahun 1990 Tahun 1994
A 395 389 413
B 615 622 597
C 348 354 389

Hitunglah Angka Indeks Harga dari ketiga macam barang tersebut pada tahun 1992
dengan tahun dasar tahun 1990
Angka Indeks 106

Jawab:

Pn P0 Pn Pn P  1
100 log n 100 
P0 P0 ( Pn P0 )
 P0 
A 395 389 1,0154 101,54 2,0066 0,9848
B 615 622 0,9887 98,87 1,9951 1,0114
C 348 354 0,9831 98,31 1,9926 1,0172
 1.358 1.365 298,72 5,9943 3,0143

1. Angka Indeks Harga Agregatif Sederhana / Tidak Tertimbang


Dengan tahun dasar tahun 1992 (P0 = P1990 =100 ; Pn = P1992)

Po,n 
 Pn  100%
 P0
1358
P1990,1992   100%  99,49%
1365
Kesimpulan: Tahun 1992 terjadi penurunan harga 0,51% dibanding tahun 1990.
Atau harga ketiga macam barang tahun 1992 lebih rendah 0,51% dibandingkan
tahun 1990.

2. Angka Indeks Harga Relatif Sederhana


Pn
Po,n   100%
P0
395
 Barang A = P1990,1992   100%  101,54%
398
Kesimpulan: tahun 1992 terjadi kenaikan harga 1,54% dibandingkan tahun
1990.
615
 Barang B = P1990,1992   100%  98,87%
622
Kesimpulan: tahun 1992 terjadi penurunan harga 1,13% dibandingkan tahun
1990.
348
 Barang C = P1990,1992   100%  98,31%
354
Kesimpulan: tahun 1992 terjadi penurunan harga 1,69% dibandingkan tahun
1990.
Angka Indeks 107

Angka Indeks Harga Relatif dengan menggunakan:


a. Rata-rata Hitung:
Pn
  100%
P0
Po,n 
k
298,72
P1990,1992   100%  99,57%
3

b. Median
Pn
Array dari 100 adalah: 98,31 ; 98,87 ; 101,54. Jadi P0,n = 98,87 (karena
P0
terletak di tengah dalam arraynya).

c. Rata-rata Ukur
 Pn 
  log  100% 
LogPo,n   Po 
k
5,9943
P1990,1992  LogP0,n   1,9981  99,56
3
d. Rata-rata Harmonis
k
p o,n 
1
  100%
Pn Po

3
P1990,1992   99,56
3,0134
Angka Indeks 108

Contoh 2:
Untuk kasus yang sama, hitunglah Angka Indeks Harga Agregatif Sederhana untuk tahun
1994 dengan tahun dasar 1990-1992.
Jawab:
P0 Pn
A 392 413
B 618,5 597
C 351 389
 1.361,5 1.399

P1990  P1992
P0  Pn = P1994
2

Po,n 
 Pn  100%
 P0
1399
P19901992,1994   100%  102,75%
1361,5
Kesimpulan: Tahun 1994 terjadi kenaikan harga 2,751% dibanding tahun 1990-1992.
Atau harga ketiga macam barang tahun 1994 lebih rendah 2,75% dibandingkan tahun
1990-1992.

Contoh 3:
Diketahui harga dan jumlah 3 macam barang tahun 1990-1992 sebagai berikut:
Harga (Rp) Jumlah (Kg)
Macam Brg
1990 1991 1992 1990 1991 1992
A 5 7 7,5 10 15 10
B 4 4,5 6 20 20 15
C 4 4 5 10 15 10

Hitunglah Angka Indeks Harga Tertimbang dan Angka Indeks Harga Rata-rata
Tertimbang untuk tahun 1992 dengan tahun dasar Tahun 1990-1991.
Angka Indeks 109

Jawab:
P1990  P1991
P0  Pn = P1992
2

Q1990  Q1991
Q0  Qn = Q1992
2
P0*) Pn Q0*) Qn P 0Q 0 P nQ 0 P 0Q n P nQ n
A 6,00 7,50 12,50 10,00 75,00 93,75 60,00 75,00
B 4,25 6,00 20,00 15,00 85,00 120,00 63,75 90,00
C 4,00 5,00 12,50 10,00 50,00 62,50 40,00 50,00
 14,20 18,50 45,00 35,00 210,00 276,75 163,73 215,00

Pn/P0 Pn/P0 (P0Q0) Pn/P0 (P0Q0) (Q0+Qn) P n (Q0+Qn) P 0 (Q0+Qn)


A 1,25 93,75 93,75 22,50 168,75 135,00
B 1,41 119,85 126,90 35,00 210,00 148,75
C 1,25 92,90 62,50 22,50 112,50 90,00
 276,10 283,15 491,25 373,75

*)
Perhitungan P0 dan Q0:
75 10  15
A P0  6 Q0   12,5
2 2
4,5  4 20  10
B P0   4,25 Q0   20,0
2 2
44 10  15
C P0  4 Q0   12,5
2 2

1. Angka Indeks Harga Tertimbang:


a. Angka Indeks LASPEYRES

Lo,n 
 Pn .Qo  100%
 Po .Qo
276,25
L19701971,1972   100%  131,55%
210

b. Angka Indeks PAASCHE

Po,n 
 Pn .Qn  100%
 Po .Qn
Angka Indeks 110

215
P19701971,1972   100%  131,30%
163,75

c. Angka Indeks MARSHALL EDGEWORTH

M o,n 
 Pn Qo  Qn   100%
 Po Qo  Qn 
491,25
M 19701971,1972   100%  131,44%
373,75

d. Angka Indeks DROBISCH


Lo,n  Po,n
Do , n 
2
131,30  131,55
D19701971,1972   131,43%
2

e. Angka Indeks IRVING FISHER (Angka Indeks Ideal)


IFo,n  Lo,n  Po,n

IF19901991,1992  131,55  131,30  131,42

2. Angka Indeks Harga Rata-rata Relatif Tertimbang


a. Bila faktor penimbangnya adalah nilai barang pada periode dasar (W = PoQo)
Pn
 Po Qo 
Po
Po,n   100%
 Po Qo
276,10
P19701971,1972   100%  131,48%
210
b. Bila faktor penimbangnya adalah nilai barang pada periode n (W = PnQn)
Pn
 Pn Qn 
Po
Po,n   100%
 Pn Qn
Angka Indeks 111

283
P19701971,1972   100%  131,70%
215

8.3 ANGKA INDEKS BERANTAI


Angka Indeks Berantai adalah Angka Indeks yang menggunakan tahun atau periode
dasar sebelumnya, tidak didasarkan pada tahun atau periode dasar tertentu.
Angka Indeks Berantai biasanya digunakan bila perubahan dan keadaan tidak stabil /
mengalami fluktuasi yang cukup besar dan sangat baik untuk melihat perkembangan
harga.
Contoh:
Perkembangan harga barang X selama tahun 1975 – 1980 (dalam ribuan rupiah)
adalah sebagai berikut:
Tahun Harga Indeks Rantai Keterangan
1975 10
15
1976 15  100%  150% Naik 50%
10
18
1977 18  100%  120% Naik 20%
15
22
1978 22  100%  122,22% Naik 22,22%
18
1979 25 25 Naik 13,6%
 100%  113,6%
22
1980 30 30 Naik 20%
 100%  120%
25

Secara umum, besarnya Indeks Rantai dari tahun 1975 – 1980 sebagai berikut:
10 15 18 22 25 30
I .R        100%  300%
10 10 15 18 22 25
Jadi kenaikan harga barang tersebut mencapai 200% pada tahun 1980 dibandingkan
harga barang tersebut tahun 1975.

8.4 PERUBAHAN TAHUN DASAR


Dalam banyak hal kadang-kadang perlu diadakan perubahan terhadap tahun dasar,
apabila terdapat masalah bahwa tahun dasar yang telah ada dipandang tidak sesuai
lagi dengan kebutuhan. Artinya bahwa tahun dasar tersebut dipandang telah
Angka Indeks 112

ketinggalan jaman sehingga perlu disesuaikan dengan keadaan sekarang.


Pertimbangan inilah yang mendorong untuk mengadakan perubahan terhadap tahun
dasar.
Indeks Harga Lama
Indeks Harga Baru =  100%
Indeks Harga Lama yang dijadikan tahun dasar baru

Apabila tahun dasar yang baru lebih dari satu tahun maka Indeks Harga Lama yang
dijadikan tahun dasar baru adalah:
Indeks Harga Lama dalam periode yang bersangkutan

banyaknya tahun dalam periode yang bersangkutan

Contoh 1:
Diketahui Angka Indeks Harga Konsumen (IHK) dari tahun 1947–1958.
Diminta:
a. mengubah periode dasarnya menjadi tahun 1950-1952
b. mengubah periode dasarnya menjadi tahun 1947
Tahun IHK (%) IHK (%) IHK%
(1950-1952=0) a) (1947=0) b)
1947 95,5 87,5 100
1948 102,8 94,2 107,6
1949 101,8 93,3 106,6
1950 102,9 94,2 107,6
1951 111,0 101,7 116,2
1952 113,5 104,0 118,8
1953 114,4 104,9 118,9
1954 114,8 109,2 120,2
1955 114,5 104,9 119,9
1956 116,2 105,2 121,7
1957 120,2 110,2 121,7
1958 123,5 113,3 129,3

a. Periode dasar baru tahun 1950-1952:


102,8  111,0  113,5
IHK lama yang dijadikan tahun dasar baru =  109,1
3
Angka Indeks 113

95,5
IHK baru tahun 1947 =  100%  87,5%
109,1
102,8
IHK baru tahun 1948 =  100%  94,2%
109,1
… dan seterusnya sampai dengan tahun 1958.

b. Periode dasar baru tahun 1947:


102,8
IHK baru tahun 1948 =  100%  107,6%
95,5
101,8
IHK baru tahun 1949 =  100%  106,6%
95,5
… dan seterusnya sampai dengan tahun 1958.

Contoh 2:
Diketahui data mengenai Angka Indeks Kuantita dan Angka Indeks Nilai tahun 1986
sampai dengan tahun 1990 sebagai berikut:

Angka Indeks Tahun


1986 1987 1988 1989 1990
A. I. Kuantita / Q0,n 100 125 150 175 200
(1986=100)
A. I. Nilai / V0,n 150 180 207 231 252
(1977-1979=100)

a. Hitunglah Angka Indeks Harga dari data tersebut diatas dengan menggunakan
tahun 1986 sebagai tahun dasar.
b. Hitunglah Angka Indeks Harga dari data tersebut diatas dengan menggunakan
tahun 1986-1988 sebagai tahun dasar.

Jawab:
a. Karena Angka Indeks Nilai menggunakan tahun dasar 1977-1988, maka tahun
dasarnya diubah lebih dahulu menjadi tahun 1986.
Angka Indeks 114

Q0,n V0,n V0,n P0,n


Tahun 1986=100 1977-1979=100 1986=100 1986=100*)
(lama) (baru)*)
1986 100 150 (150/150).100=100 (100/100).100=100
1987 125 180 (180/150).100=120 (120/125).100=96
1988 150 207 (207/150).100=138 (138/150).100=92
1989 175 231 (231/150).100=154 (154/175).100=88
1990 200 252 (252/150).100=168 (168/200).100=84_

V0,n  100%  P0,n  Q0,n

V0 , n
*)
P0,n   100%
Q0 , n

V0 , n
Q0 , n   100%
P0,n

V0,n Lama
*)
V0,n Baru =  100%
V0,n Lama yang dijadikan tahun dasar baru

b. Karena baik Angka Indeks Kuantita maupun Angka Indeks Nilai tidak
menggunakan tahun dasar 1976-1978, maka tahun dasarnya harus diubah dulu.
Q0,n V0,n Q0,n V0,n P0,n
Tahun
1986=100 1977-1979=100 1976-1978=100 1976-1978=100 1976-1978=100
1986 100 150 (100/125).100=80 (150/179).100=83,8 (83,8/80).100=104,8
1987 125 180 (125/125).100=100 (180/179).100=100,6 (100,6/100).100=100,6
1988 150 207 (150/125).100=120 (207/179).100=115,6 (115,6/120).100=96,3
1989 175 231 (175/125).100=140 (231/179).100=129,1 (129,1/140).100=92,2
1990 200 252 (200/125).100=160 (252/179).100=140,8 (140,8/160)=88

8.5 ANGKA INDEKS UNTUK PROSES DEFLASI


Proses deflasi dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh perubahan harga. Upah
nominal yang tinggi tidak selalu mencerminkan tingkat hidup yang lebih baik apabila
ternyata perkembangan tingkat harga barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari
juga tinggi.
Angka Indeks 115

Pengaruh harga ini dapat dinetralisir dengan cara menghitung upah riilnya. Apabila
ternyata tingkat upah riil naik, maka dapat dikatakan bahwa tingkat hidup menjadi
lebih baik.
Proses deflasi Angka Indeks adalah dengan menghitung Upah Riil, dengan rumus:
Upah Nominal (Rp)
Upah Riil (Rp) =  100%
IHK (%)

Rp.1
Daya Beli Rp1 =  100%
IHK

Contoh:
Dibawah ini adalah perbandingan antara Upah Nominal dan Upah Riil serta Daya
Beli Rp.1,- dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1986.

Tahun Upah Nominal Indeks Harga Upah Riil Daya Beli


(Rp) (%) (Rp) Rp.1,-
1980 2.000 100 2.000 1
1981 2.400 160 1.500 0,625
1982 3.500 280 1.250 0,357
1983 3.600 290 1.241,38 0,345
1984 3.600 300 1.200 0,333
1985 3.750 320 1.171,87 0,313
1986 3.750 330 1.136,36 0,303

Perhitungan upah Riil:


Rp.2.000
Tahun 1980 =  100%  Rp.2.000
100%
Rp.2.400
Tahun 1981 =  100%  Rp.1.500
160%
… dan seterusnya sampai dengan tahun 1986.

Perhitungan Daya Beli Rp.1,-:


Rp.1
Tahun 1980 =  100%  1
100%
Angka Indeks 116

Rp.1
Tahun 1981 =  100%  0,625
100%
… dan seterusnya sampai dengan tahun 1986.

Kesimpulan:
Upah riil dari tahun 1980 sampai tahun 1986 semakin menurun. Upah nominal tahun
1986 sebesar Rp.3.750 mempunyai nilai riil Rp.1.136,36 dan daya beli 0,303. Artinya
daya beli upah tahun 1986 lebih rendah dibanding upah tahun 1980, karena kenaikan
upah nominal lebih kecil daripada kenaikan indeks harga. Upah nominal tahun 1980
naik hampir 2 kali lipat pada tahun 1986, tetapi indeks harga naik lebih dari 3 kali
pada tahun 1986.
Nilai upah riil tahun 1986 hanya 56,6% dibanding tahun 1980, atau terjadi penurunan
sebesar 43,2 % (100% - 56,8%).
Angka Indeks 117

SOAL LATIHAN

1. Produksi sabun disebuah perusahaan industri sabun cuci yang dipasarkan ke suatu
daerah terdiri dari 3 jenis. Banyaknya sabun terjual serta harganya selama tahun 1998
dan 1999 sebagai berikut:

Jenis Sabun Satuan Banyaknya Terjual Harga Satuan


1998 1999 1998 1999
Sabun Biasa Batang 200.000 180.000 1.250 1.500
Detergent Kg 45.000 50.000 8.000 10.000
Cream peti 2.000 2.200 20.000 25.000
Ditanya:
a. Hitunglah Angka Indeks Sabun cuci tahun 1999 dengan menggunakan metode
Agregatif Sederhana Tidak Tertimbang (1988=100)
b. Hitunglah Angka Indeks Harga Agregatif Tertimbang untuk tahun 1999 bila
1998=100 dengan menggunakan timbangan jumlah barang yang terjual pada
tahun yang diperbandingkan.
c. Berilah kesimpulan dari hasil perhitungan.

2. Harga dan kuantitas komoditi logam yang dikonsumsi oleh masyarakat di sebuah
negara selama tahun 1979-1981, adalah sebagai berikut:

Jenis Logam Harga ( Rp.1.000/kg) Kuantitas (juta kg)


1979 1980 1981 1979 1980 1981
Aluminium 17,0 26,1 27,5 1357 3707 3698
Tembaga 19,4 41,9 29,9 2144 2734 2478
T. hitam 15,2 15,8 14,5 1919 2420 2276
Timah 99,3 101,3 96,2 161 202 186
Seng 12,2 13,5 11,4 1872 2018 1424
Ditanya:
a. Tentukan Indeks Harga Rata-rata Relatif Sederhana untuk komoditi logam pada
tahun 1980 dan 1981 bila 1979 = 100 dengan menggunakan Rata-Rata Ukur.
b. Berapa besar Indeks Harga logam untuk tahun 1981?. Hitung dengan metode
Laspeyres dimana 1979-1980 = 100.
Angka Indeks 118

3. Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari rumah jagal di suatu kota, jumlah sapi
yang telah dipotong pada tahun 1990 sebanyak 7.500 ekor sedangkan untuk tahun
1991 sebanyak 8.500 ekor. Seekor sapi hidup mempunyai berat rata-rata 250 kg.
Daging yang diperoleh dari seekor sapi yang telah disembelih rata-rata beratnya 40%
dari berat hidupnya. Hasil penyembelihan diatas dapat dikategorikan pada kualitas I,
II dan III ; masing-masing sebanyak 35%, 40% dan 25%; dengan harga yang berbeda-
beda.

Kualitas Harga (Rp/kg)


1990 1991
I 10.500 12.500
II 9.500 11.250
III 9.000 10.000
Ditanya:
Hitunglah Angka Indeks Harga daging sapi untuk tahun 1991 dengan menggunakan
tahun dasar 1990, gunakan metode Rata-rata Tertimbang dari relatif harga dengan
timbangan berupa nilai daging sapi pada tahun 1990.

4. Tabel dibawah ini menunjukkan jumlah kendaraan bermotor yang diimpor oleh
Indonesia selama tahun 1979-1982:

Jenis Kendaraan Tahun


1979 1980 1981 1982
Mobil penumpang 33.524 31.971 30.934 20.074
Mobil bus & truk 33.838 48.355 51.585 77.590
Sepeda motor 198.451 104.771 203.434 93.896
Ditanya:
a. Hitung Angka Indeks Kuantitas Agregatif Tidak Tertimbang untuk jumlah
kendaraan yang diimpor pada tahun 1981 dan 1982 dengan memakai tahun dasar
1979.
b. Jika 1980 = 100, hitunglah pula Angka Indeks Kuantitas Rata-rata Relatif Tidak
Tertimbang pada tahun 1981 dengan metode Rata-rata Hitung.
Angka Indeks 119

5. Sebuah toko elektronika menjual 3 macam barang sebagai berikut:

Macam Barang Harga jual / unit (Rp) Total Penjualan (Rp)


1980 1981 1980 1981
Kalkulator 16.000 26.000 80.100.000 65.000.000
Radio 45.000 29.000 700.000.000 942.500.000
TV 114.000 128.000 1.140.000.000 1.280.000.000

Ditanya:
Hitunglah Angka Indeks Penjualan Agregatif Tertimbang untuk tahun 1981 dengan
memakai timbangan jumlah barang yang terjual tahun 1980, bila 1980 = 100.

6. Berikut ini tabel perkembangan upah harian serta Indeks Harga Konsumen dari tahun
1985-1989 dengan dasar tahun 1985.
Tahun Upah Harian (Rp.) IHK (1985=100)
1985 1.500 100
1986 2.000 120
1987 2.250 140
1988 2.500 150
1989 2.750 175
Ditanya:
a. Berapa besarnya upah riil dan daya beli Rp.1,- tahun 1985 sampai 1986 .
b. Berikan kesimpulannya.

7. Berikut ini adalah Indeks Harga dan Indeks Nilai dari tahun 1985-1989 :
Tahun Indeks Harga Indeks Nilai
(1985=100) (1980=100)
1985 100 150
1986 125 180
1987 150 220
1988 175 230
1989 200 250
Ditanya:
Hitung Indeks Kuantitas dengan dasar tahun 1987

Anda mungkin juga menyukai