Oleh :
Karakteristik yang dimiliki ini merupakan tantangan yang besar dalam pengembangan
Kabupatan Jayapura di masa yang akan datang, bukan hanya sejajar, tetapi juga mampu melebihi
kemajuan daerah lain. Sisi lain, posisi geografis tersebut dengan keragaman yang dimiliki harus
tetap mendapat perhatian khusus dan menuntut kecermatan dalam perencanaan, pengelolaan
kegiatan pembangunan dan masalah kemasyarakatan lainnya.
Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau dan air tanah.Sungai
besar yang melintas di wilayah Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara
menuju ke pantai utara (Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi
air hujan.Disamping itu terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang
mengalir di wilayah ini.Danau yang berada di wilayah Kabupaten Jayapura adalah Danau Sentani
seluas 9.630 Ha terdapat di Distrik Sentani, Sentani Timur, Ebungfauw dan Waibu.
1. TOPOGRAFI
Secara fisik selain daratan juga terdiri dari rawa (146.575 ha) yang tersebar di beberapa
wilayah. Sungai yang melintasi kabupaten Jayapura terdiri dari 21 buah, sebagian besar
menuju ke pantai utara (samudera pasifik) yang pada umumnya sangat tergantung dengan
fluktuasi air hujan
Sedangkan letak Geografis Kabupaten Jayapura yaitu Bagian Barat terletak pada 1390,
15’ Bujur Barat ,
Bagian timur terletak pada 1400, 45’ Bujur Timur, Bagian utara terletak pada 20,15’
Lintang Utara
dan bagian selatan terletak pada 30, 45’ Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah :
2. IKLIM
Iklim di wilayah kabupaten Jayapura adalah tropis dengan temperatur rata-rata 25-35 °C,
di daerah pantai temperaturnya 26 °C, sedangkan di daerah pedalaman temperaturnya
bervariasi sesuai ketinggian dari permukaan laut. Perbedaan musim hujan dan musim kering
hampir tidak ada karena pengaruh angin. Pada bulan Mei-November angin bertiup dari
tenggara yang kurang mengandung uap air, sedangkan bulan Desember-April bertiup angin
musim barat laut yang banyak mendatangkan hujan. Curah hujan berkisar antara 1.500-
6.000 mm/tahun. Dengan jumlah hari hujan dalam setahun rata-rata 159-229 hari, curah
hujan tertinggi terjadi dipesisir pantai utara sedangkan terendah di daerah pedalaman (sekitar
wilayah Kemtuk Gresi-Nimboran).
komunal atau bersama-sama. Nampak pada gambar denah rumah dibawah ini bentuk
mempertahankan diri secara fisik Rumah Imae (Rumah Komunal).
Keberadaan danau sebelum 1907 sangat berkaitan dengan pembentukan pola permukiman. Pola
permukiman suku Sentani di pesisir Danau Sentani berorientasi menghadap danau, sebagai wujud dari
eksistensi mempertahankan kehidupan pada masa itu dari perang suku. Pola permukiman berbentuk
linear dan dibagian tengahnya terdapat rumah adat yang disebut Kombho sebagai tempat kepala
suku/adat. Pembentukan lingkungan permukiman tradisional suku Sentani pada masa perang suku, terdiri
dari dua kelompok elemen dasar, yakni elemen fisik yakni metode konstruksi (rumah tertutup), material
yang tersedia dan teknologi (tradisional), serta elemen socio-cultural (kepala suku sebagai raja). Dua
kelompok elemen tersebut semua berorientasi terhadap mempertahankan diri.
Pada tahun 1925 pembentukan socio-cultural suku Sentani mengalami perubahan dengan
masuknya agama Kristen yang menurut Rapoport merupakan elemen utama/prima yang merubah pola
hidup masyarakat, yang pada perkembangan membawa perubahan pada pola permukiman dari bentuk
linear menjadi menyebar. Perubahan pola permukiman tersebut tidak terjadi serentak tetapi juga ada
yang tetap, yakni aspek kepala adat sebagai kepala pemerintahan tetap dipertahankan. Perubahan pola
permukiman memberikan dampak pada perubahan aspek budaya atau pandangan hidup (nonfisik
berubah), maka berbagai aspek terkait dengannya menjadi berubah juga yakni gaya hidup, kepercayaan,
dan yang tidak berubah pada suku Sentani yakni eksistensi adat tradisional dan kepala suku sebagai kepala
pemerintahan adat.