Anda di halaman 1dari 15

ENGLISH AND RESEARCH COMMUNITY

INTERDISIPLINER SICENTIFIC COMPETITION FOR NATION


DEVELOPMENT
(ISCOOL)

POSSI TANAE; DAYA TARIK TRADISI LOKAL UMPUNGENG DALAM


MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

HUMANIORA DAN BUDAYA

Diusulkan Oleh:
1. (Yayah Awaliyah) 60800114052/2014
2. (Rahmat Hidayat) 60800113013/2013

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016

1
A. Pendahuluan
Wilayah Indonesia mengalami proses pembangunan yang tidak merata
ke seluruh wilayahnya, pembangunan Indonesia lebih difokuskan ke wilayah
Indonesia Bagian Barat seperti Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sehingga di
wilayah Indonesia Bagian Timur terjadi pertumbuhan yang relatif lambat dan
terdapat wilayah-wilayah yang disebut daerah tertinggal. Daerah tertinggal
tidak hanya diukur berdasarkan aspek ekonomi saja, akan tetapi daerah
tertinggal dapat dilihat dari segi keterbatasan fisik dan sosial meliputi aspek
sosial, budaya, dan keamanan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, pada


pasal 78 disebutkan bahwa pembangunan desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi
lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Tentu hal ini sangat bertentangan dengan realita yang terjadi
dilapangan dengan melihat masih banyak daerah di Indonesia yang dapat
dikatakan sebagai desa terpencil.

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki


bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur diantaranya adat istiadat,
bangunan peninggalan masa lampau, alat-alat, pakaian maupun karya seni.
Kebudayaan di setiap daerah berbeda-beda serta memiliki karakteristik dan
corak yang beranekaragam tergantung dari kebudayaan yang terdapat pada
daerah tersebut.

Selain dari kebudayaan Suku Tana Toraja yang sudah banyak


diketahui, di Sulawesi Selatan juga terdapat berbagai macam kebudayaan
salah satu diantaranya yaitu kebudayaan masyarakat Umpungeng yang
terletak di Dusun Umpungeng, Desa Umpungeng, Kecamatan Lalabata,
Kabupaten Soppeng. Umpungeng merupakan bekas peninggalan Arung
Umpungeng. Umpungeng adalah desa tertua di tanah bugis yang tertulis

1
dalam Lontara yang masih terjaga keasriannya hingga sekarang. Dusun
Umpungeng memiliki peninggalan sejarah masa lampau yang masih terjaga
sampai sekarang, di Kampung ini pula terdapat batu yang tertanam di bagian
tengah yang disebut oleh masyarakat setempat dengan sebuatan “Possi
Tanae” yang berarti pusat bumi dan dikenal dengan titik 0 Indonesia atau
Center Point of Indonesia.

Perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju ke Dusun Umpungeng


melalui medan yang cukup sulit, jalan dengan lebar 1 meter berupa tanjakan
yang curam dan dikelilingi jurang yang terjal sehingga wilayah ini memiliki
tingkat aksesibilitas yang kurang memadai dan cukup terisolir. Dari jalan
poros Makassar di Desa Gattareng, seorang yang ingin ke Dusun Umpungeng
haruslah menyewa ojek dengan biaya Rp. 50.000,- untuk satu kali perjalanan.
Maka dari itu perlu diberikan perhatian khusus terhadap daerah ini dengan
melihat potensi yang ada untuk dikembangkan sehingga tidak terisolir dengan
tetap mempertimbangkan kearifan lokal pada wilayah tersebut.

B. Nilai Sakral Umpungeng sebagai Possi Tanah (Titik Tengah Nusantara)


1. Asal Muasal Umpungeng
Dahulu sebelum nama Umpungeng, daerah ini dikenal dengan
nama “Tana Rigella, Tana Maradeka, Tana Ancajingeng, Toddang
Anging, Tana Boccoe dan Lalabata Umpungeng” kemudian pada saat
pembagian administrasi digantilah menjadi Umpungeng. Adapun kata
Umpungeng berasal dari kata “Assisumpungeng” yang berarti
Silaturrahim. Terdapat riwayat Umpungeng yang menyebutkan :
“Tettompo’nami Matanna Essoe Na Tanniya Ku Umpungeng Monro
Kabbae” (Hanya karena matahari tidak terbit sehingga Ka’bah tidak
didirikan di Umpungeng). Sejarah asal mula Umpungeng berasal dari
sebuah tempat yang terletak ditepi sebelah utara Ibukota Kabupaten Bone,
hidup seorang wali yang dikenal dengan To Manurung’E Tellang Kere Ri
Tete. Setelah daerah tersebut semakin ramai sehingga terbentuk kerajaan
kecil dipimpin oleh Arung Tete. I Besse Timo merupakan putri sulung

2
Arung Tete dan memliki paras yang cantik rupawan serta sopan dan patuh
terhadap orang tuanya (Padlan dalam Nurhayati, 2014).

Setelah I besse Timo dewasa terjadi guntur yang dahsyat dan ia


mengalami perasaan seperti sedang melakukan hubungan suami istri.
Setelah kejadian tersebut I Besse Timo dinyatakan hamil tanpa tahu siapa
yang menghamilinya. I Besse Timo pergi mengikuti telur yang diberikan
ayahnya untuk mencari lelaki yang telah menghamilinya hingga ia tiba
disuatu bukit dan membuat gubuk sebagai tempat tinggal. Beberapa bulan
kemudian I Besse Timo melahirkan seorang putri dengan nama I Besse
Kadiu, bersamaan dengan menetasnya telur bekalnya menjadi ayam betina.
Suatu ketika putra raja seberang yaitu Baso Paranrengi menemukan gubuk
tersebut dan melihat dua wanita cantik sampai ia jatuh pingsan dan diobati
oleh I Besse Timo sehingga ia ingin menikahi wanita yang mengobatinya.
Sampai akhirnya I Besse Timo dan Baso Parenrengi menikah dan bercerita
tentang peristiwa yang pernah mereka alami dan mengetahui bahwa Baso
Paranrengi adalah ayah dari putrinya.

Baso Paranrengi dan I Besse Timo melihat ayam-ayamnya sedang


bermandikan tanah membentuk gundungan yang disebut “Mabbumpung”,
sementara tempat membuat gundukan dinamakan “Umpungeng”. Mereka
pun tertarik pada lokasi tersebut dan melakukan pertapaan kepada tuhan
pencipta. Permintaan mereka dikabulkan dan dihadiahi sebuah rumah yang
dikenal dengan nama “Bola Manurung’E Ri Umpungeng”. Lama kelamaan
terbentuklah Kerajaan Umpungeng yang dipimpin oleh Nenek Dongkong
(Arung Umpungeng).

2. Apa Itu Possi Tanae?


Garugae merupakan situs peninggalan megalithikum yang
terbentuk dari deretan batu-batu gunung yang tersusun membentuk
lingkaran. Batu-batu tersebut merupakan tempat duduk para pemangku
adat ataupun para wali terdahulu sebagai tempat pelantikan raja-raja Bugis
terdahulu dan sebagai tempat untuk bermusyawarah.

3
Pada bagian tengah Garugae terdapat batu yang tertanam yang
disebut dengan “Possi Tanae” yang berarti pusat bumi atau yang dikenal
dengan titik 0 Indonesia atau Center Point of Indonesia. Sekarang Possi
Tanae/Garugae digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat
seperti Maccera Tana Mallangi Arajang. Selain itu pada tahun 2016
Garugae digunakan oleh pemerintah Kabupaten Soppeng sebagai tempat
pelantikan SKPD.

Gambar 1. Garugae dan Possi Tanae di Umpungeng

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


1. Administratif wilayah
Secara astronomi Desa Umpungeng berada pada 119o 48’ 0” BT
sampai 119o 52’ 0” dan antara 4o 24’ 0” LS sampai 4o 28’ 0” LS. Wilayah
administrasi Desa Umpungeng terdiri atas enam dusun yaitu Dusun Jolle,
Dusun Awo, Dusun Waessuru, Dusun Liangeng, Dusun Bulu Batu dan
Dusun Umpungeng. Bagian kiri dan kanan Umpungeng diapit oleh dua
gunung tinggi yaitu Gunung Laposo dan Gunung Nene Conang dengan
ketinggian mencapai 1000 – 1500 mdpl yang dialiri aliran sungai. Luas
wilayah Desa Umpungeng mencapai 85 km2 atau sekitar 30,57% dari tolal
luas wilayah Kabupaten Soppeng.
2. Sosial masyarakat
Masyarakat Umpungeng dikenal dengan sikap keramah-tamahan
dan semangat gotong-royong. Setiap tamu yang berkunjung dapat
menikmati kesejukan dan keasrian alam Umpungeng serta sambutan
hangat dari warga masyarakat.
3. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Umpungeng pada tahun 2016 sebanyak
4.014 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.044 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.970 jiwa.

4
4. Pendapatan masyarakat
Mata pencaharian utama masyarakat Dusun Umpungeng umumnya
sebagai petani. Wilayah Dusun Umpungeng merupakan perbukitan
sehigga masyarakat menggarap pertanian berupa cengkeh, kakao, kopi,
jahe, kemiri, pangi (keluwak) dan fanili. Selain pertanian, Desa
Umpungeng juga dikenal sebagai sentra produksi gula aren dan rotan.
D. Permasalahan dan Tantangan
Adapun berbagai permasalahan yang terkait dengan pengembangan
Dusun Umpungeng yaitu :
1. Semakin hari budaya dan tradisi di Umpungeng mulai luntur disebabkan
oleh arus globalisasi dan tekonologi yang masuk.
2. Maraknya wisatawan domestik yang berkunjung ke wilayah Umpungeng
tanpa dibarengi oleh fasilitas pendukung yang memadai sehingga dapat
menyebakan pencemaran lingkungan yang berasal dari sampah wisatawan
tersebut.
3. Permasalahan lain yang terjadi di Umpungeng yaitu masih kurangnya
legalitas tanah yang digarap oleh masyarakat Dusun Umpungeng yang
telah terjadi dari generasi ke generasi sehingga pemerintah dapat
mengambil lahan garapan masyarakat yang berdampak pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan hidup.
4. Belum tersedianya infrastruktur yang memadai sehingga menyebabkan
wilayah Umpungeng sulit dijangkau oleh orang yang ingin berkunjung ke
wilayah ini. Medan yang harus dilalui untuk sampai di Dusun Umpungeng
yaitu jalan setapak yang berupa tanjakan dan curam dengan lebar jalan
sekitar 1 meter serta dikelilingi jurang terjal.
E. Ragam Budaya dan Tradisi
1. Budaya Masa Lampau
Dusun Umpungeng terdapat dua air
terjun dan dua kolam renang alam yang
tersusun seperti kolam renang yang
menempati bangunan dua lantai berbentuk
lingkaran dan segitiga. Menurut sejarah
Gambar 2. Air terjun Umpungeng

5
bahwa orang terdahulu menggunakan tempat ini sebagai tempat
pembersihan bagi orang yang dianggap bersalah atau melanggar aturan
adat.
2. Tradisi Maccera Tana Mallangi Arajang
Prosesi adat yang masih berlangsung hingga saat ini yaitu pesta
adat Maccera Tana dan Mallangi Arajang (memberikan persembahan
pada tanah dan pencucian benda pusaka). Bagi masyarakat Bugis, Arajang
adalah sebuah benda pusaka keramat peninggalan Arung Palakka. Arajang
berupa segenggam potongan rambut Arung Palakka yang diberikan kepada
Arung Umpungeng sebagai bentuk penghormatan. Pesta adat Maccera
Tana Mallangi Arajang diadakan setiap tahun selama beberapa hari. Pesta
adat ini dilaksanakan dari hasil sumbangan sukarela masyarakat
Umpungeng.

Tahap-tahap prosesi adat Maccera Tana Mallangi Arajang


berdasarkan penuturan tetua adat yaitu hari pertama melakukan ritual
memberikan persembahan pada possi tanae, hari kedua pengambilan air
suci di pitu bujung (tujuh sumur) untuk pencucian Arajang pada puncak
Gunung Latuli, Dusun Umpungeng. Setelah air suci dibawa ke rumah
Arajang, maka prosesi berikutnya adalah memandikan atau mensucikan
Arajang menggunakan air suci yang telah diambil dari pitu bujung. Setelah
selesai dimandikan, Arajang siap untuk dikembalikan ketempatnya
semula.

Gambar 3. Upacara adat Maccera Tana Mallangi Arajang di Garugae

F. Memberdayakan Ekonomi Lokal dengan Kegiatan Wisata


Wilayah Umpungeng mempunyai potensi sumber daya yang
melimpah berupa tanah pegunungan yang subur, asri dan warisan budaya
serta adat istidat. Wilayah Umpungeng sebagian besar merupakan kawasan
hutan sehingga berpotensi untuk pengembangan hutan adat dan
pengembangan wisata alam pegunungan beserta air mancur yang mempunyai

6
nilai sejarah dengan tetap menjaga kelestarian dan tidak merusak ekosistem.
Possi Tanae juga dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata karena merupakan
titik 0 Kepulauan Indonesia. Pengolahan gula aren dapat mendorong
pengembangan pariwisata sebagai ole-ole khas Umpungeng.

Budaya Umpungeng dapat diperkenalkan kepada masyarakat luas


dengan membuat festival secara rutin sehingga menarik wisatawan
berkunjung ke Umpungeng. Pengembangan pariwisata Umpungeng harus
didukung dengan penyediaan infrastruktur yang memadai seperti akses
transportasi serta sarana dan prasarana penunjang objek wisata.
G. Kesimpulan
Umpungeng merupakan wilayah pegunungan dengan sejarah dan adat
istiadat yang masih terjaga hingga sekarang. Dusun Umpungeng terdapat
peninggalan sejarah berupa bebatuan yang berbentuk lingkaran yang disebut
Garegea dan ditengahnya terdapat Possi Tanae yang dikenal dengan titik 0
Indonesia. Prosesi adat yang masih dilakukan oleh masyarakat Umpungeng
yaitu Maccera Tana Mallangi Arajang (memberikan persembahan pada tanah
dan pencucian benda pusaka). Potensi yang dimiliki oleh Umpungeng tidak
didukung dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai sehingga sulit
untuk diakses oleh wisatawan. Pengembangan wilayah Umpungeng
diarahkan pada pengembangan hutan adat dan pariwisata alam untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pertimbangan kearifan lokal.

7
Daftar Pustaka

Data Kependudukan Desa Umpungeng Tahun 2016


HalamanSulsel.com, 2016. 10 Air Terjun Indah Di Kabupaten Soppeng
http://halamansulsel.com/10-air-terjun-indah-ini-ada-di-kabupaten
soppeng/. Diakses pada tanggal 30 September 2016, 13.25
Ma, Ahmad. 2015. Tradisi Pencucian Pusaka di Umpungeng Soppeng
http://hellomakassar.com/tradisi-pencucian-pusaka-di-umpungeng-
soppeng/. Diakses pada 28 september 2016, 21.30
Soppeng, Umpungeng. 2014. Makna Simbol Angka 01 bagi Umpungeng
http://umpungengecovillage.blogspot.co.id/search/label/Profile. Diakses
pada tanggal 28 September 2016, 20.12
Soppeng, Umpungeng. 2014. Sejarah Asal Mula Umpungeng
http://umpungengecovillage.blogspot.co.id/search/label/Profile. Diakses
pada tanggal 28 September 2016, 18.00
Tariq, K., 2016. Efektivitas Pengawasan Kawasan Hutan Laposo Niniconang
Kabupaten Soppeng Berdasarkan Undang Undang No. 41 Tahun 1999
(Doctoral Dissertation).

8
Lampiran
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SOPPENG

i
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN LALABATA

ii
PETA ADMINISTRASI DESA UMPUNGENG

iii
PETA KAWASAN BUDAYA UMPUNGENG

i
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Yayah Awaliyah

Tempat/Tanggal Lahir : Watansoppeng, 17 Desember 1995

Jurusan/Prodi : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Email : yayahawaliyah40@gmail.com

Nomor Hp : 085298826557

Riwayat Organisasi : Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ranting


Ummul Mukminin Makassar Tahun 2013 dan
Ikatan Mahasiswa Perencana Indonesia (IMPI)
Korwil IT Tahun 2016

Karya Tulis Ilmiah yang


Pernah dibuat : Pemanfaatan Kanal sebagai Media Transportasi
Sungai Di Kota Makassar untuk Mewujudkan
Kota Hijau
Penghargaan Ilmiah yang
Pernah diterima :-

i
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Rahmat Hidayat

Tempat Tanggal Lahir : Sero, 17 Juli 1995

Jurusan/Prodi : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Email : rahmat2845367@gmail.com

Nomor Hp : 085340727631

Riwayat Organisasi : Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik


Perencanaan Wilayah dan Kota (HMJ-T.PWK)
dan Komunitas Pecinta Alam Soppeng
(KAPAS)

Karya Tulis Ilmiah yang


Pernah dibuat :-
Penghargaan Ilmiah yang
Pernah diterima :-

ii

Anda mungkin juga menyukai