DESA SLOPENG
A. PENDAHULUAN
Pengembangan Desa Wisata bukan merupakan hal yang baru di Indonesia. Sejalan dengan
hakikat pembangunan yaitu menciptakan kawasan yang seimbang secara ekonomi, maka
pengembangan kawasan perdesaan mulai digalakkan untuk dapat mengimbangi
perkembangan kawasan perkotaan. Seperti halnya dengan kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan pun dikembangkan secara tematik sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan
perdesaan tersebut. Salah satu tematik pengembangan adalah Desa Wisata. Desa Wisata
adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas,
atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi,
makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya (Mulyadi,2001). Salah satu contoh desa
wisata yang telah berhasil dan dapat dijadikan percontohan adalah desa wisata Ketingan di
Kabupaten Sleman. Desa wisata ketingan bermula dari peresmian jalan aspal di Desa
Ketingan pada tahun 1997 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Sejak saat itu banyak
burung kuntul bermunculan, akhirnya pada tahun 2000 desa ini diresmikan sebagai Desa
Wisata oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Lokasi desa ini terletak di Desa Tirtiadi, Mlati
Sleman sekitar 10 km dari Kota Yogyakarta. Desa ini masih memiliki nuansa kehidupan
pedesaan yang kental dengan adat jawa, memiliki potensi industri kerajinan rumah tangga
sehingga sangan cocok sebagai wisata pendidikan. Selain itu masyarakat di Desa ketingan
turut berpartisipasi dalam mengembangkan desa wisata ketingan ini. (www. jogja.com).
1
Pulau Madura merupakan sebuah pulau yang mempunyai berbagai potensi khususnya di
bidang pariwisata. Adanya Jembatan Suramadu yang menghubungkan antara Surabaya
dan Pulau Madura ini telah membawa dampak terhadap perkembangan wilayah di Pulau
Madura. Dibukanya akses Kota Surabaya dan Pulau Madura melalui jembatan Suramadu ini
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di Madura. Salah satu pengembangan yang
sedang dilakukan di Madura adalah pengembangan sektor pariwisata khususnya wisata
bahari. Salah satu kabupaten yang mempunyai banyak potensi wisata adalah Kabupaten
Sumenep.
Kabupaten Sumenep merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Madura yang terletak di
paling ujung timur Pulau Madura. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan di
Kabupaten Sumenep adalah potensi wisata, baik wisata alam maupun wisata religi. Potensi
wisata alami di Kabupaten Sumenep cukup menjanjikan, hal ini didukung dengan letak
Kabupaten Sumenep yang memiliki banyak wilayah pesisir yang berimpit dengan garis
pantai. Batas utara Sumenep merupakan wilayah pantai berpasir putih sepanjang ± 50 km.
Sebagian besar daerah pesisir dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, permukiman, jalan
kota dan pariwisata. Dengan kondisi geografis yang mempunyai pesisir yang berimpit
dengan garis pantai maka tidak heran jika potensi wisata alam khususnya eksotika pantai
di Sumenep menjadi daya tarik bagi para wisatawan. (www. wikipedia.com).
Desa Slopeng memiliki potensi yang cukup tinggi pada sector kepariwisataannya.
Berdasarkan pengamatan, potensi kepariwisataan yang dapat dikembangkan di Desa
2
Slopeng antara lain Wisata Alam dengan Pantai Slopeng sebagai daya tarik utama, Wisata
Budaya dengan menonjolkan kehidupan kebudayaan masyarakat setempat serta Wisata
Religi. Melihat pada potensi yang ada, dibutuhkan prioritas pengembangan kepariwisataan
agar di masa yang akan datang pengembangan kepariwisataan ini dapat terfokus pada
satu tema yang memang benar-benar menjadi daya tarik utama Desa Slopeng. Disamping
itu, adanya prioritas arahan pengembangan kepariwisataan di Desa Slopeng akan sangat
membantu dalam penyusunan strategi pengembangan kepariwisataan kawasan serta
menyusun kebijakan untuk mengimplementasi strategi pengembangan tersebut.
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Desa Slopeng
Desa Slopeng mulai terbentuk sejak tahun 1800an. Desa ini mayoritas penduduknya
adalah petani dan nelayan, karena wilayah desa ini yang terletak di daerah sekitar
pesisir utara Kabupaten Sumenep. Desa Slopeng ini terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun
Tajinan, Dusun Tanonggul, dan Dusun Tenggina. Desa Slopeng merupakan sebuah
desa yang terlahir dari sebuah kebudayaan yang dikenal masyarakat dengan tari
topeng dalang. Sejak dahulu mayoritas penduduk Desa Slopeng menyukai kesenian
tari topeng dalang. Awalnya alat yang digunakan untuk pementasan tari topeng dalang
ini masih sederhana hanya berupa daun nangka sebagai penutup kepala yang
dirangkai dengan menggunakan lidi yang sudah kering dan kayu yang dirangkai
menyerupai wajah manusia sebagai penutup kepala. Lakon yang biasa dimainkan
berupa cerita Ramayana dan Mahabrata.
Pada awalnya pementasan tari topeng dalang yang menceritakan kisah Mahabrata dan
Ramayana ini dipentaskan malam hari dihalaman rumah penduduk untuk melepas lelah
setelah seharian para petani bekerja di sawah dan ladang. Semakin banyaknya para
seniman baik dalang maupun wayang dari tari topeng ini maka dibentuklah suatu
komunitas yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan di Desa Slopeng ini. Sejak
saat itu permintaan untuk pementasan tari topeng dalang dari luar Desa Slopeng dan
dari luar kabupaten Sumenep semakin banyak dan budaya tari topeng desa ini mulai
dikenal masyarakat. Karena banyaknya pengrajin topeng dan para seniman tari topeng
3
di desa ini maka desa ini dinamakan Desa Slopeng yang berarti Salokoben (Topeng)
yang kemudian dipadukan menjadi Desa Slopeng.
Desa Slopeng merupakan sebuah desa yang termasuk dalam bagian Kecamatan
Dasuk, Kabupaten Sumenep. Desa Slopeng memiliki tiga dusun antara lain Dusun
Tajinan, Dusun Teggina dan Dusun Tanonggul. Batas-batas Desa Slopeng adalah
sebagai berikut:
Desa Slopeng merupakan desa yang terletak 21 kilometer dari arah pusat kota
Sumenep. Desa Slopeng merupakan salah satu desa yang direncanakan untuk
pengembangan desa wisata di Kabupaten Sumenep. Hal ini dikarenakan Desa
Slopengmemiliki banyak potensi yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.
a) Potensi Alam
Desa Slopeng merupakan desa yang terletak di pesisir utara Kabupaten Sumenep.
Desa ini memiliki bentang alam wilayah yang landai dan berbukit. Wilayah desa ini
merupakan wilayah pesisir yang berimpit dengan garis pantai. Banyak terdapat
bukit-bukit pasir putih yang menambah keindahan alam di Desa Slopeng.
Hamparan pasir putih dan bukit-bukit pasir yang terdapat di Desa Slopeng menjadi
ciri khas kondisi alam di Desa Slopeng sehingga menjadi daya tarik wisatawan.
Bukit-bukit pasir terhampar luas mulai dari Desa Semaan hingga Desa Slopeng,
bukit-bukit pasir ini menjadi ciri khas dari desa ini.
Kondisi pantai yang terdapat di Desa Slopeng ini indah.Pasir putih yang ada
disekitar bibir pantai menambah keindahan pantai ini.Ombak yang terdapat di
pantai ini juga ombak yang dapat dinikmati untuk semua kalangan karena arus
4
ombaknya tidak terlalu besar.Kondisi pantai yang asri dengan ombak yang relatif
aman dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk bermain disekitar pantai.Di
area sekitar pinggir pantai juga sering dijadikan area memancing bagi wisatawan
yang berkunjung.
Gambar 1.
Potensi Wisata Alam Desa Slopeng
b) Potensi Budaya
Desa Slopeng terlahir dari sebuah budaya yang cukup terkenal di Sumenep
maupun luar Sumenep. Hingga saat ini budaya yang terdapat di Desa Slopeng
dapat dijadikan sebagai daya tarik agar wisatawan berkunjung ke Desa Slopeng.
Budaya yang terdapat di Desa Slopeng antara lain tari topeng dalang, sapi sono’,
tembang macapat, upacara petik laut, jaran kecca’/serek, musik tong-tong,
sronen, dan gamelan. Banyaknya budaya yang diimbangi dengan frekuensi
penampilan budaya yang terdapat di Desa Slopeng dapat menjadi dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke Desa Slopeng.Dari beberapa budaya yang
terdapat di Desa Slopeng hanya beberapa budaya saja yang sering ditampilkan di
Desa Slopeng.
5
c) Potensi Edukasi Sejarah
Salah satu yang dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Desa
Slopeng adalah adanya bangunan khas/kuno. Arsitektural bangunan yang unik
dapat menjadi tarikan wisatawan untuk berwisata ke Desa Slopeng. Desa Slopeng
memiliki banyak bangunan kuno, lebih dari 50% rumah penduduk yang ada di
Desa Slopeng adalah bangunan kuno yang sudah ada sejak tahun 1800an.
Bangunan–bangunan kuno yang merupakan rumah penduduk di Desa Slopeng
merupakan bangunan peninggalan kolonial. Bangunan ini kental sekali dengan
arsitektur kolonial tahun 1800an. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan yang
bermodel limas, dan juga terdapatnya penyangga di depan rumah.
Potensi kepariwisataan yang menonjol di Desa Slopeng terdiri dari potensi wisata alam,
potensi wisata budaya dan potensi wisata edukasi sejarah. Masing-masing potensi ini
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk dikembangkan. Sangat
penting untuk diketahui prioritas dalam penentuan tematik pengembangan
kepariwisataan di Desa Slopeng. Hal ini untuk menentukan focus arahan
pengembangan kepariwisataan kawasan, disamping itu masing-masing potensi
memiliki arahan pengembangan yang cukup berbeda satu dengan lainnya sehingga
kebijakan yang harus disusun pun berbeda satu tema dengan tema lainnya.
6
Analisis penentuan prioritas pengembangan kepariwisataan Desa Slopeng
menggunakan alat analisis AHP atau Analytical Hierarchy Process. Sebagai input
analisis, terdapat 7 variabel yang digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil
keputusan yang dalam hal ini prioritas pengembangan kepariwisataan kawasan.
Adapun ketujuh variable tersebut antara lain :
a) Potensi Pasar
Potensi pasar yang dimaksud dalam hal ini adalah minat wisatawan untuk
mengunjungi Desa Slopeng. Minat wisatawan terhadap Desa Slopeng dapat
menetukan keberhasilan dari perencanaan Desa Slopeng sebagai Desa wisata,
karena dari hal ini dapat terlihat apakah wisatawan tersebut menjadikan Desa
Slopeng sebagai tujuan utama perjalanan wisatanya ataukah hanya menjadikan
Desa Slopeng sebagai tempat untuk sekedar singgah saja.
b) Kemudahan Pencapaian
Desa Slopeng yang terletak disebelah utara pusat Kabupaten Sumenep ini
mempunyai akses yang mudah dicapai, karena letak dari desa ini yang berada di
jalan utama yang menghubungkan Sumenep – Waru (Kabupaten Pamekasan).
Waktu yang diperlukan dari pusat Kabupaten Sumenep menuju Desa Slopeng
adalah 45 menit. Berdasarkan letak Desa Slopeng yang berada di jalan utama ini
maka Desa Slopeng termasuk dalam desa yang mudah dijangkau. Selain itu desa
ini menjadi mudah dijangkau karena letak pusat kegiatan wisata berada di area
sekitar pantai yang berada tepat di pinggir jalan utama.
c) Kondisi lingkungan
Suatu desa wisata akan semakin menarik minat wisatawan jika kondisi lingkungan
di Desa tersebut juga mendukung berlangsungnya kegiatan wisata.Kondisi
lingkungan desa dapat dilihat dari apa yang terdapat di Desa Slopeng mulai dari
keunikan desa yang dapat dilihat melalui lingkungan alam, yang meliputi bentang
alam, flora dan faunayang terdapat di Desa Slopeng. Selain itu tingkat kejahatan
yang ada di Desa Slopeng juga penting untuk diketahui karena dapat
7
mempengaruhi kenyamanan dan keamanan wisatawan selama melakukan
kegiatan wisata di Desa Slopeng.
Sarana wisata yang dimiliki Desa Slopeng khusus untuk menunjang kepariwisataan
masih tergolong rendah. Desa Slopeng belum memiliki penginapan/hotel dan
travel agent yang melayani perjalanan wisata ke Desa Slopeng, hal ini dikarenakan
desa Slopeng ini masih akan baru direncanakan sebagai desa wisata di Kabupaten
Sumenep sehingga untuk komponen pokok pariwisata penginapan yang berada di
Desa Slopeng dan travel agent tersebut masih belum ada.
e) Pengelolaan Kepariwisataan
Sebagai suatu daerah wisata yang baru akan dikembangkan, keberadaan daya
tarik pendukung dapat mempengaruhi kunjungan wisatawan ke desa wisata
Slopeng. Hal yang dapat menjadi daya tarik pendukung antara lain berupa daya
tarik alam, budaya dan kegiatan masyarakat , dan wisata edukasi sejarah.
8
g) Kebijakan Pengembangan Kawasan
Rencana perencanaan Desa Slopeng sebagai desa wisata tidak luput dari
keterlibatan pemerintah Kabupaten Sumenep dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa
Timur. Akan tetapi kebijakan yang terkait langsung tentang perencanaan Desa
Slopeng sebagai Desa Wisata masih belum ada.Kebijakan yang ada mengacu pada
RTRW Kabupaten Sumenep.Termasuk tentang pengembangan pariwisata.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumenep Tahun 2009-2029 tidak
disebutkan secara jelas mengenai perencanaan Desa Slopeng sebagai Desa
Wisata, di dalam RTRW hanya disebutkan rencana pengembangan pariwisata di
sekitar pantai Slopeng yang berbatasan langsung dengan Desa Slopeng. Rencana
tersebut berupa perbaikan bari sarana dan prasarana wisata yang telah mengalami
kerusakan. Tidak dituliskan jika aka nada perencanaan desa wisata di sekitas
lokasi Pantai Slopeng.
Sampai saat ini Kabupaten Sumenep belum mempunyai RIPP terbaru, RIPP yang
ada berupa RIPP dengan rentan perencanaan 10 tahun yaitu tahun 2001-2010
sehingga dalam proses pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep
mengacu pada RPJP Kabupaten Sumenep tahun 2011-2022 yang lebih dijelaskan
lagi pada RPJMD kabupaten Sumenep tahun 2011-2015. Dalam RPJMD Kabupaten
Sumenep 2011-2015 kebijakan umum pengembangan pariwisata meliputi:
9
potensial dikembangkan di Kabupaten Sumenep.Fungsi dari adanya kebijakan ini
adalah untuk mengontrol pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep.Belum
adanya kebijakan yang langsung terkait dengan perencanaan desa wisata slopeng
ini menyebabkan sampai saat ini belum ada kelanjutan realisasi dari rencana
pengembangan desa wisata slopeng.Sampai saat ini belum ada dokumen khusus
tentang perencanaan desa Slopeng sebagai Desa Wisata.Dokumen RDTRK untuk
Kecamatan Dasuk belum dibuat, sehingga tidak ada dokumen mengenai
perencanaan desa Slopeng sebagai desa wisata.Acuan yang digunakan dalam
pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep adalah RTRW Kabupaten
Sumenep dan RIPP yang lebih didetailkan lagi pada RPJMD Kabupaten Sumenep
tahun 2011-2015.
Berikut merupakan hirarki dari proses AHP prioritas pengembangan pariwisata desa
slopeng
Prioritas
pengembangan
pariwisata Desa
Slopeng
Kebijakan
Potensi Kondisi Sarana dan Daya tarik
Aksesibilitas Pengelolaan yang
pasar lingkungan prasarana wisata
berlaku
Wisata
Wisata
Wisata Alam edukasi
budaya
sejarah
Dalam menentukan prioritas pengembangan kawasan ini dilakukan penilaian oleh tiga
responden yang dianggap paling mengerti kondisi di Desa Slopeng. Responden
tersebut antara lain Kepala Bappeda Kabupaten Sumenep, Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata dan Akademisi.
10
4. Proses Penentuan Prioritas Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
Berdasarkan AHP
1) Responden I (Bappeda)
11
Berdasarkan proses tersebut diketahui bahwa prioritas kriteria pengembangan
Desa Slopeng sebagai desa wisata adalah kondisi lingkungan dengan nilai
0,240
12
Gambar 5 Perbandingan Berpasangan kriteria Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng Expert 3
13
Gambar 8 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap
Prioritas Kriteria Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
1) Responden I (Bappeda)
a) Kriteria 1 – Aksesibilitas
14
Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesbilitas
maka prioritas alternatif pengembangan pariwisata yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,558.
15
Gambar 13 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 1
16
Gambar 16 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 1
e) kriteria 5 – Pengelolaan
17
f) Kriteria 6 – Daya Tarik Wisata
18
Gambar 21 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 1
a) Kriteria 1 – Aksesibilitas
19
Gambar 24 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria aksesibilitas menurutExpert 2
20
c) Kriteria 3 – Kondisi Lingkungan
21
Gambar 29 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 2
Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria sarana dan
prasarana maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,540.
e) kriteria 5 – Pengelolaan
22
Gambar 32 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 2
Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria daya tarik
wisata maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,558.
23
g) Kriteria 7 – Kebijakan yang Berlaku
a) Kriteria 1 – Aksesibilitas
24
Gambar 37 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria aksesibilitas menurut Expert 3
25
Gambar 40 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 3
26
d) Kriteria 4 – Sarana dan Prasarana
Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria sarana dan
prasarana maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,594.
e) kriteria 5 – Pengelolaan
27
Gambar 45 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 3
28
Gambar 48 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 3
Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria daya tarik
wisata maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,614.
29
4) Penggabungan ketiga responden
a) Kriteria 1 – Aksesibilitas
30
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan
31
Gambar 56 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap
alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria kondisi
lingkungan
e) Kriteria 5 – Pengelolaan
32
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan
33
Gambar 62 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap
alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria daya tarik
wisata
34
c. Hasil Pengolahan Alternatif Terhadap Goal (Pengembangan Pariwisata
Desa Slopeng)
Pada proses sebelumnya telah didapatkan prioritas alternative dari setiap kriteria
pengembangan pariwisata desa slopeng. Maka setelah proses tersebut,
selanjutnya bisa dilakukan gabungan pengolahan alternatif dari semua kriteria
pada setiap responden sehingga akan didapatkan prioritas alternative
pengembangan pariwisata Desa Slopeng. Berikut merupakan proses dari
penggabungan alternative pengembangan pariwisata Desa Slopeng setiap
responden dan penggabungan alternatif dari semua responden.
1) Responden I (Bappeda)
35
3) Responden III (Akademisi)
4) Hasil Gabungan
36
3) Wisata Budaya
d. AnalisisSensitivitas
37
e. Head to head sensitivity
Gambar 71 perbandingan kriteria antara alternatif wisata alam dan wisata budaya
Gambar 72 perbandingan kriteria antara alternatif wisata alam dan wisata edukasi sejarah
38
Gambar 73 perbandingan kriteria antara alternatif wisata budaya dan wisata edukasi
sejarah
f. Uji Sensitivitas
Langkah selanjutnya setelah analisis sensitivitas adalah uji sensivitas. Apabila ingin
meningkatkan wisata budaya di Desa Slopeng, maka hal yang harus dilakukan
adalah meningkatkan kebijakan yang berlaku sebagai hal yang utama (Gambar
78).disamping itu, jika ingin meningkatkan wisata alam di Desa Slopeng, maka hal
yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengelolaan sebagai hal yang utama
(Gambar 79).
39
Gambar 74 Uji Sensitivitas Wisata Alam
40
C. PENUTUP
Berdasarkan hasil AHP seperti yang telah ditunjukkan di atas, prioritas pengembangan
kepariwisataan Desa Slopeng berturut-turut adalah Desa Wisata Edukasi Sejarah, Desa
Wisata Alam dan prioritas terakhir adalah Desa Wisata Budaya. Hal ini berarti tematik
pengembangan kepariwisataan Desa Slopeng berdasarkan pandangan para stakeholder
yang dalam penelitian ini adalah Bappeda Kabupaten Sumenep, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Sumenep dan Akademisi, adalah Desa Wisata Edukasi Sejarah.
1) Kondisi lingkungan
2) Aksesibilitas
3) Daya tarik wisata
4) Pengelolaan
5) Sarana dan prasarana
6) Kebijakan yang berlaku
7) Potensi pasar
Telah ditentukan bahwa kriteria yang paling berpengaruh apabila Desa Slopeng
dikembangkan menjadi desa wisata edukasi sejarah adalah kondisi lingkungan. Daya tarik
utama dari wisata edukasi sejarah di Desa Slopeng adalah bangunan dengan arsitektural
kuno yang masih terjaga hingga saat ini. Hal ini mengindikasikan kondisi lingkungan di
Desa Slopeng sangat mendukung lestarinya bangunan kuno yang ada. Kondisi lingkungan
tidak sekadar mencakup lingkungan alam namun juga social budaya masyarakat yang
masih menjaga secara utuh fisik bangunan kuno yang ada. Oleh karenanya dalam
penyusunan kebijakan pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata Edukasi Sejarah,
penguatan peranan social budaya masyarakat Desa Slopeng harus menjadi focus utama
substansi kebijakan.
41