Anda di halaman 1dari 41

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

DESA SLOPENG

A. PENDAHULUAN

Pengembangan Desa Wisata bukan merupakan hal yang baru di Indonesia. Sejalan dengan
hakikat pembangunan yaitu menciptakan kawasan yang seimbang secara ekonomi, maka
pengembangan kawasan perdesaan mulai digalakkan untuk dapat mengimbangi
perkembangan kawasan perkotaan. Seperti halnya dengan kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan pun dikembangkan secara tematik sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan
perdesaan tersebut. Salah satu tematik pengembangan adalah Desa Wisata. Desa Wisata
adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas,
atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi,
makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya (Mulyadi,2001). Salah satu contoh desa
wisata yang telah berhasil dan dapat dijadikan percontohan adalah desa wisata Ketingan di
Kabupaten Sleman. Desa wisata ketingan bermula dari peresmian jalan aspal di Desa
Ketingan pada tahun 1997 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Sejak saat itu banyak
burung kuntul bermunculan, akhirnya pada tahun 2000 desa ini diresmikan sebagai Desa
Wisata oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Lokasi desa ini terletak di Desa Tirtiadi, Mlati
Sleman sekitar 10 km dari Kota Yogyakarta. Desa ini masih memiliki nuansa kehidupan
pedesaan yang kental dengan adat jawa, memiliki potensi industri kerajinan rumah tangga
sehingga sangan cocok sebagai wisata pendidikan. Selain itu masyarakat di Desa ketingan
turut berpartisipasi dalam mengembangkan desa wisata ketingan ini. (www. jogja.com).

1
Pulau Madura merupakan sebuah pulau yang mempunyai berbagai potensi khususnya di
bidang pariwisata. Adanya Jembatan Suramadu yang menghubungkan antara Surabaya
dan Pulau Madura ini telah membawa dampak terhadap perkembangan wilayah di Pulau
Madura. Dibukanya akses Kota Surabaya dan Pulau Madura melalui jembatan Suramadu ini
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di Madura. Salah satu pengembangan yang
sedang dilakukan di Madura adalah pengembangan sektor pariwisata khususnya wisata
bahari. Salah satu kabupaten yang mempunyai banyak potensi wisata adalah Kabupaten
Sumenep.

Kabupaten Sumenep merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Madura yang terletak di
paling ujung timur Pulau Madura. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan di
Kabupaten Sumenep adalah potensi wisata, baik wisata alam maupun wisata religi. Potensi
wisata alami di Kabupaten Sumenep cukup menjanjikan, hal ini didukung dengan letak
Kabupaten Sumenep yang memiliki banyak wilayah pesisir yang berimpit dengan garis
pantai. Batas utara Sumenep merupakan wilayah pantai berpasir putih sepanjang ± 50 km.
Sebagian besar daerah pesisir dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, permukiman, jalan
kota dan pariwisata. Dengan kondisi geografis yang mempunyai pesisir yang berimpit
dengan garis pantai maka tidak heran jika potensi wisata alam khususnya eksotika pantai
di Sumenep menjadi daya tarik bagi para wisatawan. (www. wikipedia.com).

Sebelumnya pengembangan desa wisata pernah dilakukan di kawasan Pantai Lombang,


namun pengembangan ini terhenti karena terjadi konflik antara pemerintah dan
masyarakat desa sekitar. Pemicu terjadinya konflik ini adalah karena perebutan lahan
antara pemerintah dan masyarakat. Setelah terjadi konflik lahan ini pengembangan
pariwisata difokuskan pada kawasan Pantai Slopeng. Sampai saat ini muncul wacana
pengembangan desa wisata di kawasan Pantai Slopeng. Desa Slopeng sendiri merupakan
desa di kawasan Pantai Slopeng yang akan direncanakan sebagai Desa Wisata. Selama ini
wisatawan hanya mengetahui tentang pantai Slopeng saja tanpa tahu apa saja yang
terdapat di Desa Slopeng dan bagaimana dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang
ada di Desa Slopeng dan apa saja hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan yang
dapat menunjang kegiatan wisata di Desa Slopeng.

Desa Slopeng memiliki potensi yang cukup tinggi pada sector kepariwisataannya.
Berdasarkan pengamatan, potensi kepariwisataan yang dapat dikembangkan di Desa

2
Slopeng antara lain Wisata Alam dengan Pantai Slopeng sebagai daya tarik utama, Wisata
Budaya dengan menonjolkan kehidupan kebudayaan masyarakat setempat serta Wisata
Religi. Melihat pada potensi yang ada, dibutuhkan prioritas pengembangan kepariwisataan
agar di masa yang akan datang pengembangan kepariwisataan ini dapat terfokus pada
satu tema yang memang benar-benar menjadi daya tarik utama Desa Slopeng. Disamping
itu, adanya prioritas arahan pengembangan kepariwisataan di Desa Slopeng akan sangat
membantu dalam penyusunan strategi pengembangan kepariwisataan kawasan serta
menyusun kebijakan untuk mengimplementasi strategi pengembangan tersebut.

B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Desa Slopeng

Desa Slopeng mulai terbentuk sejak tahun 1800an. Desa ini mayoritas penduduknya
adalah petani dan nelayan, karena wilayah desa ini yang terletak di daerah sekitar
pesisir utara Kabupaten Sumenep. Desa Slopeng ini terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun
Tajinan, Dusun Tanonggul, dan Dusun Tenggina. Desa Slopeng merupakan sebuah
desa yang terlahir dari sebuah kebudayaan yang dikenal masyarakat dengan tari
topeng dalang. Sejak dahulu mayoritas penduduk Desa Slopeng menyukai kesenian
tari topeng dalang. Awalnya alat yang digunakan untuk pementasan tari topeng dalang
ini masih sederhana hanya berupa daun nangka sebagai penutup kepala yang
dirangkai dengan menggunakan lidi yang sudah kering dan kayu yang dirangkai
menyerupai wajah manusia sebagai penutup kepala. Lakon yang biasa dimainkan
berupa cerita Ramayana dan Mahabrata.

Pada awalnya pementasan tari topeng dalang yang menceritakan kisah Mahabrata dan
Ramayana ini dipentaskan malam hari dihalaman rumah penduduk untuk melepas lelah
setelah seharian para petani bekerja di sawah dan ladang. Semakin banyaknya para
seniman baik dalang maupun wayang dari tari topeng ini maka dibentuklah suatu
komunitas yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan di Desa Slopeng ini. Sejak
saat itu permintaan untuk pementasan tari topeng dalang dari luar Desa Slopeng dan
dari luar kabupaten Sumenep semakin banyak dan budaya tari topeng desa ini mulai
dikenal masyarakat. Karena banyaknya pengrajin topeng dan para seniman tari topeng

3
di desa ini maka desa ini dinamakan Desa Slopeng yang berarti Salokoben (Topeng)
yang kemudian dipadukan menjadi Desa Slopeng.

Desa Slopeng merupakan sebuah desa yang termasuk dalam bagian Kecamatan
Dasuk, Kabupaten Sumenep. Desa Slopeng memiliki tiga dusun antara lain Dusun
Tajinan, Dusun Teggina dan Dusun Tanonggul. Batas-batas Desa Slopeng adalah
sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa


Sebelah Timur : Desa Semaan
Sebelah Selatan : Desa Batu Belah Barat
Sebelah Barat : Desa Belluk Raja, Kecamatan Ambunten

Desa Slopeng merupakan desa yang terletak 21 kilometer dari arah pusat kota
Sumenep. Desa Slopeng merupakan salah satu desa yang direncanakan untuk
pengembangan desa wisata di Kabupaten Sumenep. Hal ini dikarenakan Desa
Slopengmemiliki banyak potensi yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.

2. Potensi Pengembangan Kepariwisataan Desa Slopeng

a) Potensi Alam

Desa Slopeng merupakan desa yang terletak di pesisir utara Kabupaten Sumenep.
Desa ini memiliki bentang alam wilayah yang landai dan berbukit. Wilayah desa ini
merupakan wilayah pesisir yang berimpit dengan garis pantai. Banyak terdapat
bukit-bukit pasir putih yang menambah keindahan alam di Desa Slopeng.
Hamparan pasir putih dan bukit-bukit pasir yang terdapat di Desa Slopeng menjadi
ciri khas kondisi alam di Desa Slopeng sehingga menjadi daya tarik wisatawan.
Bukit-bukit pasir terhampar luas mulai dari Desa Semaan hingga Desa Slopeng,
bukit-bukit pasir ini menjadi ciri khas dari desa ini.

Kondisi pantai yang terdapat di Desa Slopeng ini indah.Pasir putih yang ada
disekitar bibir pantai menambah keindahan pantai ini.Ombak yang terdapat di
pantai ini juga ombak yang dapat dinikmati untuk semua kalangan karena arus

4
ombaknya tidak terlalu besar.Kondisi pantai yang asri dengan ombak yang relatif
aman dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk bermain disekitar pantai.Di
area sekitar pinggir pantai juga sering dijadikan area memancing bagi wisatawan
yang berkunjung.

Gambar 1.
Potensi Wisata Alam Desa Slopeng

b) Potensi Budaya

Desa Slopeng terlahir dari sebuah budaya yang cukup terkenal di Sumenep
maupun luar Sumenep. Hingga saat ini budaya yang terdapat di Desa Slopeng
dapat dijadikan sebagai daya tarik agar wisatawan berkunjung ke Desa Slopeng.
Budaya yang terdapat di Desa Slopeng antara lain tari topeng dalang, sapi sono’,
tembang macapat, upacara petik laut, jaran kecca’/serek, musik tong-tong,
sronen, dan gamelan. Banyaknya budaya yang diimbangi dengan frekuensi
penampilan budaya yang terdapat di Desa Slopeng dapat menjadi dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke Desa Slopeng.Dari beberapa budaya yang
terdapat di Desa Slopeng hanya beberapa budaya saja yang sering ditampilkan di
Desa Slopeng.

Gambar 2. Hasil Kerajinan Penduduk Desa Slopeng

5
c) Potensi Edukasi Sejarah

Salah satu yang dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Desa
Slopeng adalah adanya bangunan khas/kuno. Arsitektural bangunan yang unik
dapat menjadi tarikan wisatawan untuk berwisata ke Desa Slopeng. Desa Slopeng
memiliki banyak bangunan kuno, lebih dari 50% rumah penduduk yang ada di
Desa Slopeng adalah bangunan kuno yang sudah ada sejak tahun 1800an.
Bangunan–bangunan kuno yang merupakan rumah penduduk di Desa Slopeng
merupakan bangunan peninggalan kolonial. Bangunan ini kental sekali dengan
arsitektur kolonial tahun 1800an. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan yang
bermodel limas, dan juga terdapatnya penyangga di depan rumah.

Gambar 3. Potensi Edukasi Sejarah (Bangunan Kuno)

3. Analisis Prioritas Pengembangan Kepariwisataan Desa Slopeng

Potensi kepariwisataan yang menonjol di Desa Slopeng terdiri dari potensi wisata alam,
potensi wisata budaya dan potensi wisata edukasi sejarah. Masing-masing potensi ini
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk dikembangkan. Sangat
penting untuk diketahui prioritas dalam penentuan tematik pengembangan
kepariwisataan di Desa Slopeng. Hal ini untuk menentukan focus arahan
pengembangan kepariwisataan kawasan, disamping itu masing-masing potensi
memiliki arahan pengembangan yang cukup berbeda satu dengan lainnya sehingga
kebijakan yang harus disusun pun berbeda satu tema dengan tema lainnya.

6
Analisis penentuan prioritas pengembangan kepariwisataan Desa Slopeng
menggunakan alat analisis AHP atau Analytical Hierarchy Process. Sebagai input
analisis, terdapat 7 variabel yang digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil
keputusan yang dalam hal ini prioritas pengembangan kepariwisataan kawasan.
Adapun ketujuh variable tersebut antara lain :

a) Potensi Pasar

Potensi pasar yang dimaksud dalam hal ini adalah minat wisatawan untuk
mengunjungi Desa Slopeng. Minat wisatawan terhadap Desa Slopeng dapat
menetukan keberhasilan dari perencanaan Desa Slopeng sebagai Desa wisata,
karena dari hal ini dapat terlihat apakah wisatawan tersebut menjadikan Desa
Slopeng sebagai tujuan utama perjalanan wisatanya ataukah hanya menjadikan
Desa Slopeng sebagai tempat untuk sekedar singgah saja.

b) Kemudahan Pencapaian

Desa Slopeng yang terletak disebelah utara pusat Kabupaten Sumenep ini
mempunyai akses yang mudah dicapai, karena letak dari desa ini yang berada di
jalan utama yang menghubungkan Sumenep – Waru (Kabupaten Pamekasan).
Waktu yang diperlukan dari pusat Kabupaten Sumenep menuju Desa Slopeng
adalah 45 menit. Berdasarkan letak Desa Slopeng yang berada di jalan utama ini
maka Desa Slopeng termasuk dalam desa yang mudah dijangkau. Selain itu desa
ini menjadi mudah dijangkau karena letak pusat kegiatan wisata berada di area
sekitar pantai yang berada tepat di pinggir jalan utama.

c) Kondisi lingkungan

Suatu desa wisata akan semakin menarik minat wisatawan jika kondisi lingkungan
di Desa tersebut juga mendukung berlangsungnya kegiatan wisata.Kondisi
lingkungan desa dapat dilihat dari apa yang terdapat di Desa Slopeng mulai dari
keunikan desa yang dapat dilihat melalui lingkungan alam, yang meliputi bentang
alam, flora dan faunayang terdapat di Desa Slopeng. Selain itu tingkat kejahatan
yang ada di Desa Slopeng juga penting untuk diketahui karena dapat

7
mempengaruhi kenyamanan dan keamanan wisatawan selama melakukan
kegiatan wisata di Desa Slopeng.

d) Sarana dan Prasarana Wisata

Sarana wisata yang dimiliki Desa Slopeng khusus untuk menunjang kepariwisataan
masih tergolong rendah. Desa Slopeng belum memiliki penginapan/hotel dan
travel agent yang melayani perjalanan wisata ke Desa Slopeng, hal ini dikarenakan
desa Slopeng ini masih akan baru direncanakan sebagai desa wisata di Kabupaten
Sumenep sehingga untuk komponen pokok pariwisata penginapan yang berada di
Desa Slopeng dan travel agent tersebut masih belum ada.

Khusus untuk prasarana pendukung kepariwisataan sudah cukup lengkap, mulai


dari listrik, transportasi, prasarana permukiman seperti air bersih, drainase dan air
limbah sudah tersedia dengan kualitas pelayanan yang cukup baik.

e) Pengelolaan Kepariwisataan

Pengelolaan kepariwisataan yang dimaksud disini adalah kelembagaan


pengelolaan pariwisata. Rencana pengembangan desa wisata Slopeng di
Kabupaten Sumenep ini harus dilakukan sungguh-sungguh dan melibatkan semua
kelompok yang terlibat langsung dalam perencanaan Desa Slopeng sebagai desa
wisata. Kelompok yang terlibat dalam perencanaan desa wisata ini antara lain
kelompok pemerintah, kelompok masyarakat desa yang terdiri dari Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) dan kelompok karangtaruna. Tiga kelompok ini
merupakan kelompok yang terlibat langsung dalam perencanaan Desa Slopeng
sebagai desa wisata.

f) Daya Tarik Wisata

Sebagai suatu daerah wisata yang baru akan dikembangkan, keberadaan daya
tarik pendukung dapat mempengaruhi kunjungan wisatawan ke desa wisata
Slopeng. Hal yang dapat menjadi daya tarik pendukung antara lain berupa daya
tarik alam, budaya dan kegiatan masyarakat , dan wisata edukasi sejarah.

8
g) Kebijakan Pengembangan Kawasan

Rencana perencanaan Desa Slopeng sebagai desa wisata tidak luput dari
keterlibatan pemerintah Kabupaten Sumenep dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa
Timur. Akan tetapi kebijakan yang terkait langsung tentang perencanaan Desa
Slopeng sebagai Desa Wisata masih belum ada.Kebijakan yang ada mengacu pada
RTRW Kabupaten Sumenep.Termasuk tentang pengembangan pariwisata.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumenep Tahun 2009-2029 tidak
disebutkan secara jelas mengenai perencanaan Desa Slopeng sebagai Desa
Wisata, di dalam RTRW hanya disebutkan rencana pengembangan pariwisata di
sekitar pantai Slopeng yang berbatasan langsung dengan Desa Slopeng. Rencana
tersebut berupa perbaikan bari sarana dan prasarana wisata yang telah mengalami
kerusakan. Tidak dituliskan jika aka nada perencanaan desa wisata di sekitas
lokasi Pantai Slopeng.

Sampai saat ini Kabupaten Sumenep belum mempunyai RIPP terbaru, RIPP yang
ada berupa RIPP dengan rentan perencanaan 10 tahun yaitu tahun 2001-2010
sehingga dalam proses pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep
mengacu pada RPJP Kabupaten Sumenep tahun 2011-2022 yang lebih dijelaskan
lagi pada RPJMD kabupaten Sumenep tahun 2011-2015. Dalam RPJMD Kabupaten
Sumenep 2011-2015 kebijakan umum pengembangan pariwisata meliputi:

1. Memfasilitasipengembangan partisipasi publik dunia usaha yang menunjang


pengembangan kepariwisataan daerah
2. Menata dan meningkatkan sarana dan prasarana daerah tujuan wisata
3. Meningkatkan akses dan mobilitas wisatawan ke berbagai daerah tujuan
wisata Kabupaten Sumenep
4. Memberdayakan seni dan budaya Sumenep yang unik sebagai komoditi wisata
yang mampu menarik wisatawan
5. Meningkatkan pemasaran potensi pariwisata daerah si tingkat provinsi,
nasional, maupun internasional.

Berdasarkan kebijakan yang ada mengarah pada pengembangan pariwisata di


Kabupaten Sumenep khususnya untuk wisata bahari dan wisata religi yang

9
potensial dikembangkan di Kabupaten Sumenep.Fungsi dari adanya kebijakan ini
adalah untuk mengontrol pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep.Belum
adanya kebijakan yang langsung terkait dengan perencanaan desa wisata slopeng
ini menyebabkan sampai saat ini belum ada kelanjutan realisasi dari rencana
pengembangan desa wisata slopeng.Sampai saat ini belum ada dokumen khusus
tentang perencanaan desa Slopeng sebagai Desa Wisata.Dokumen RDTRK untuk
Kecamatan Dasuk belum dibuat, sehingga tidak ada dokumen mengenai
perencanaan desa Slopeng sebagai desa wisata.Acuan yang digunakan dalam
pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep adalah RTRW Kabupaten
Sumenep dan RIPP yang lebih didetailkan lagi pada RPJMD Kabupaten Sumenep
tahun 2011-2015.

Berikut merupakan hirarki dari proses AHP prioritas pengembangan pariwisata desa
slopeng

Prioritas
pengembangan
pariwisata Desa
Slopeng

Kebijakan
Potensi Kondisi Sarana dan Daya tarik
Aksesibilitas Pengelolaan yang
pasar lingkungan prasarana wisata
berlaku

Wisata
Wisata
Wisata Alam edukasi
budaya
sejarah

Gambar 4. Hirarki prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Dalam menentukan prioritas pengembangan kawasan ini dilakukan penilaian oleh tiga
responden yang dianggap paling mengerti kondisi di Desa Slopeng. Responden
tersebut antara lain Kepala Bappeda Kabupaten Sumenep, Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata dan Akademisi.

10
4. Proses Penentuan Prioritas Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
Berdasarkan AHP

a. Hasil Pengolahan Kriteria Terhadap Goal


Desa Slopeng akan dikembangkan menjadi sebuah desa wisata. Maka untuk
menentukan arah pengembangannya, dirumuskan beberapa kriteria yang dapat
digunakan sebagai prioritas dalam mencapai tujuan akhir (goal), yaitu prioritas
pengembangan pariwisata Desa Slopeng. Kriteria yang akan ditentukan
prioritasnya melalui proses AHP adalah aksesibilitas, potensi pasar, kondisi
lingkungan, sarana dan prasarana, pengelolaan, daya tarik wisata, dan kebijakan
yang berlaku. Berikut merupakan hasil dari proses AHP kriteria terhadap goal pada
masing-masing responden serta hasil gabungan dari semua responden

1) Responden I (Bappeda)

Berdasarkan proses AHP berdasarkan ahli I didapatkan hasil kondisi


lingkungan merupakan prioritas dari pengembangan pariwisata dari Desa
Slopeng. Berikut merupakan proses serta nilai AHP dari ahli I.

Gambar 1 Perbandingan Berpasangan kriteria Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng Expert 1

Gambar 2 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


Expert 1

11
Berdasarkan proses tersebut diketahui bahwa prioritas kriteria pengembangan
Desa Slopeng sebagai desa wisata adalah kondisi lingkungan dengan nilai
0,240

2) Responden II (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)

Berdasarkan proses AHP berdasarkan ahli II didapatkan hasil bahwa


aksesibilitas merupakan prioritas pengembangan dari Desa Slopeng. Berikut
merupakan proses serta nilai AHP dari ahli II.

Gambar 3 Perbandingan Berpasangan kriteria Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng Expert 2

Gambar 4 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


Expert 2

Berdasarkan proses tersebut diketahui bahwa prioritas kriteria pengembangan


Desa Slopeng adalah aksesibilitas dengan nilai 0,307.

3) Responden III (Akademisi)

Berdasarkan proses AHP berdasarkan ahli III didapatkan hasil bahwa


aksesibilitas merupakan prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng.
Berikut merupakan proses serta nilai AHP dari ahli III.

12
Gambar 5 Perbandingan Berpasangan kriteria Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng Expert 3

Gambar 6 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


Expert 3

Berdasarkan proses AHP tersebut diketahui bahwa prioritas kriteria


pengembangan Desa Slopeng adalah aksesibilitas dengan nilai 0,287.

4) Penggabungan Ketiga Responden

Setelah didapatkan nilai dari masing-masing responden terhadap kriteria


pengembangan pariwisata Desa Slopeng, maka dapat ditentukan prioritas
kriteria pengembangan pariwisata Desa Slopeng dari hasil gabungan pendapat
semua responden tersebut. Berikut merupakan proses penggabungan dari
ketiga responden terhadap kriteria pengembangan pariwisata Desa Slopeng.

Gambar 7 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap Prioritas Kriteria


Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng

13
Gambar 8 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap
Prioritas Kriteria Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng

Berdasarkan hasil gabungan dari ketiga responden, didapatkan prioritas


kriteria terhadap Goal berupa pengembangan pariwisata Desa Slopeng.
Prioritas kriteria tersebut adalah kondisi lingkungan dengan nilai tertinggi
sebesar 0,238.
b. Hasil Pengolahan Alternatif terhadap kriteria

1) Responden I (Bappeda)

a) Kriteria 1 – Aksesibilitas

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria aksesibilitas menurut pendapat ahli I, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 9 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopengberdasarkan kriteria aksesibilitas menurutExpert 1

Gambar 10 Priority Vector (VP) AlternatifPengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria aksesibilitas menurut Expert 1

14
Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesbilitas
maka prioritas alternatif pengembangan pariwisata yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,558.

b) Kriteria 2 – Potensi Pasar

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria potensi pasa rmenurut pendapat ahli I, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 11 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 1

Gambar 12 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 1

Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesibilitas


maka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,528.

c) Kriteria 3 – Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriakondisi lingkungan menurut pendapat ahli I, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

15
Gambar 13 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 1

Gambar 14 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 1

Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesibilitas


maka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,683.

d) Kriteria 4 – Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria sarana dan prasarana menurut pendapat ahli I, yaitu wisata
budaya. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 15 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 1

16
Gambar 16 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 1

Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria sarana dan


prasarana maka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata budaya dengan nilai 0,594.

e) kriteria 5 – Pengelolaan

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria pengelolaan menurut pendapat ahli I, yaitu wisata alam. Berikut
merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif pada prioritas
pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 17 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 1

Gambar 18 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 1

Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria pengelolaan


maka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata alam
dengan nilai 0,648.

17
f) Kriteria 6 – Daya Tarik Wisata

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriadaya tarik wisata menurut pendapat ahli I, yaitu wisata alam.
Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif pada
prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 19 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 1

Gambar 20 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 1

Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria daya tarik


wisata maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
alam dengan nilai 0,595.

g) Kriteria 7 – Kebijakan yang Berlaku

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriakebijakan yang berlaku menurut pendapat ahli I, yaitu wisata
edukasi sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan
alternatif pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

18
Gambar 21 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 1

Gambar 22 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 1

Berdasarkan pendapat ahli 1, jika dilihat berdasarkan kriteria kebijakan


yang berlakumaka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,493.

2) Responden II (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)

a) Kriteria 1 – Aksesibilitas

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria aksesibilitas menurut pendapat ahli II, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 23 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria aksesibilitas menurut Expert 2

19
Gambar 24 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria aksesibilitas menurutExpert 2

Berdasarkan pendapat ahli 2, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesbilitas


maka prioritas alternatif pengembangan pariwisata yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,540.

b) Kriteria 2 – Potensi Pasar

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria potensi pasarmenurut pendapat ahli 2, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 25 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 2

Gambar 26 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 2

Berdasarkan pendapat ahli 2, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesibilitas


maka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,625.

20
c) Kriteria 3 – Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriakondisi lingkungan menurut pendapat ahli II, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 27 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 2

Gambar 28 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 2

Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria kondisi


lingkunganmaka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,500.

d) Kriteria 4 – Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriasarana dan prasarana menurut pendapat ahli II, yaitu wisata
edukasi sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan
alternatif pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

21
Gambar 29 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 2

Gambar 30 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 2

Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria sarana dan
prasarana maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,540.

e) kriteria 5 – Pengelolaan

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriapengelolaan menurut pendapat ahli II, yaitu wisata alam. Berikut
merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif pada prioritas
pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 31 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 2

22
Gambar 32 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 2

Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria pengelolaan


maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata alam
dengan nilai 0,528.

f) Kriteria 6 – Daya Tarik Wisata

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriadaya tarik wisata menurut pendapat ahli II, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 33 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 2

Gambar 34 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 2

Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria daya tarik
wisata maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,558.

23
g) Kriteria 7 – Kebijakan yang Berlaku

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriakebijakan yang berlaku menurut pendapat ahli II, yaitu wisata
budaya. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 35 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 2

Gambar 36 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 2

Berdasarkan pendapat ahli II, jika dilihat berdasarkan kriteria kebijakan


yang berlaku maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata budaya dengan nilai 0,625.

3) Responden III (Akademisi)

a) Kriteria 1 – Aksesibilitas

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria aksesibilitasmenurut pendapat ahli III, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

24
Gambar 37 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria aksesibilitas menurut Expert 3

Gambar 38 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria aksesibilitas menurutExpert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria aksesbilitas


maka prioritas alternatif pengembangan pariwisata yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,627.

b) Kriteria 2 – Potensi Pasar

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria potensi pasar menurut pendapat ahli II, yaitu wisata budaya.
Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif pada
prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 39 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 3

25
Gambar 40 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria potensi pasar menurut Expert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria


aksesibilitas maka prioritas alternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata budaya dengan nilai 0,517.

c) Kriteria 3 – Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriakondisi lingkungan menurut pendapat ahli III, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 41 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 3

Gambar 42 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria kondisi lingkungan menurut Expert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria kondisi


lingkungan maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,625.

26
d) Kriteria 4 – Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriasarana dan prasarana menurut pendapat ahli III, yaitu wisata
edukasi sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan
alternatif pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 43 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 3

Gambar 44 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria sarana dan prasarana menurut Expert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria sarana dan
prasarana maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,594.

e) kriteria 5 – Pengelolaan

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriapengelolaan menurut pendapat ahli III, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

27
Gambar 45 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa
Slopeng berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 3

Gambar 46 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria pengelolaan menurut Expert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria


pengelolaan maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,687.

f) Kriteria 6 – Daya Tarik Wisata

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteria daya tarik wisata menurut pendapat ahli III, yaitu wisata edukasi
sejarah. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 47 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 3

28
Gambar 48 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng
berdasarkan kriteria daya tarik wisata menurut Expert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria daya tarik
wisata maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah wisata
edukasi sejarah dengan nilai 0,614.

g) Kriteria 7 – Kebijakan yang Berlaku

Berdasarkan hasil AHP, alternatif yang akan dikembangkan berdasarkan


kriteriakebijakan yang berlaku menurut pendapat ahli III, yaitu wisata
budaya. Berikut merupakan hasil perbandingan berpasangan alternatif
pada prioritas pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 49 Perbandingan Berpasangan Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa


Slopeng berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 3

Gambar 50 Priority Vector (VP) Alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku menurut Expert 3

Berdasarkan pendapat ahli III, jika dilihat berdasarkan kriteria kebijakan


yang berlaku maka prioritasalternatif pengembangan yang dipilih adalah
wisata budaya dengan nilai 0,637.

29
4) Penggabungan ketiga responden

Berdasarkan pendapat dari ketiga responden terhadap tiga alternatif


pengembangan pariwisata Desa Slopeng pada masing-masing kriteria, maka
didapatkan prioritas alternatif dari masing-masing responden.Maka untuk
mengetahui prioritas dari ketiga responden tersebut di setiap kriteria,
dilakukan langkah selanjutnya yaitu perhitungan gabungan pendapat ketiga
responden.Berikut merupakan proses penggabungan dari ketiga responden

a) Kriteria 1 – Aksesibilitas

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria
aksesibilitas adalah wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,596. Berikut
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 51 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria aksesibilitas

Gambar 52Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap


alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria aksesibilitas

b) Kriteria 2 – Potensi Pasar

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria potensi
pasar adalah wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,529. Berikut

30
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 53 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria potensi pasar

Gambar 54 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap


alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria potensi pasar

c) Kriteria 3 – Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria kondisi
lingkungan adalah wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,607. Berikut
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 55 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria kondisi lingkungan

31
Gambar 56 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap
alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria kondisi
lingkungan

d) Kriteria 4 – Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria sarana dan
prasarana adalah wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,457. Berikut
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 57 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria sarana dan prasarana

Gambar 58 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap


alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria sarana dan
prasarana

e) Kriteria 5 – Pengelolaan

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria
pengeloaan adalah wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,429. Berikut

32
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 59 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria pengelolaan

Gambar 60 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap


alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria pengelolaan

f) Kriteria 6 – Daya Tarik Wisata

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria daya tarik
wisata adalah wisata edukasi sejarah dengan nilai 0,480. Berikut
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 61 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria daya tarik wisata

33
Gambar 62 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap
alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria daya tarik
wisata

g) Kriteria 7 – Kebijakan yang berlaku

Berdasarkan hasil gabungan semua pendapat responden, maka


didapatkan hasil bahwa prioritas alternatif berdasarkan kriteria kebijakan
yang berlaku adalah wisata budaya dengan nilai 0,473. Berikut
merupakan proses penggabungan ketiga responden pada alternatif
pengembangan

Gambar 63 Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap alternatif Pengembangan


Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria kebijakan yang berlaku

Gambar 64 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan Pendapat Responden terhadap


alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng berdasarkan kriteria kebijakan
yang berlaku

34
c. Hasil Pengolahan Alternatif Terhadap Goal (Pengembangan Pariwisata
Desa Slopeng)

Pada proses sebelumnya telah didapatkan prioritas alternative dari setiap kriteria
pengembangan pariwisata desa slopeng. Maka setelah proses tersebut,
selanjutnya bisa dilakukan gabungan pengolahan alternatif dari semua kriteria
pada setiap responden sehingga akan didapatkan prioritas alternative
pengembangan pariwisata Desa Slopeng. Berikut merupakan proses dari
penggabungan alternative pengembangan pariwisata Desa Slopeng setiap
responden dan penggabungan alternatif dari semua responden.

1) Responden I (Bappeda)

Berdasarkan hasil pengolahan alternative berdasarkan pendapat Ahli I,


didapatkan prioritas alternative pengembangan yaitu sebagai Wisata Edukasi
Sejarah dengan nilai 0.463.

Gambar 65 Priority Vector (PV) alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan expert 1

2) Responden II (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)

Berdasarkan hasil pengolahan alternative berdasarkan pendapat Ahli II,


didapatkan prioritas alternative pengembangan, yaitu sebagai wisata edukasi
seajrah dengan nilai 0.497.

Gambar 66 Priority Vector (PV) alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan expert 2

35
3) Responden III (Akademisi)

Berdasarkan hasil pengolahan alternative berdasarkan pendapat Ahli III,


didapatkan prioritas alternative pengembangan, yaitu sebagai wisata edukasi
sejarah dengan nilai 0.567.

Gambar 67 Priority Vector (PV) alternatif Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng


berdasarkan expert 3

4) Hasil Gabungan

Setelah dilakukan proses penggabungan alternative dari semua kriteria pada


masing-masing responden, maka didapatkan prioritas alternative dari masing
masing reponden. Untuk mengetahui prioritas alternative berdasarkan ketiga
responden, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan penggabungan
alternative terhadap goal. Proses ini akan menghasilkan alternatif
pengembangan pariwisata Desa Slopen. Berikut merupakan hasil proses
penggabungannya

Gambar 68 Priority Vector (PV) Hasil Gabungan alternatifterhadap Goal


Pengembangan Pariwisata Desa Slopeng

Berdasarkan proses tersebut, maka didapatkan prioritas alternatif


pengembangan pariwisata Desa Slopeng, yaitu sebagai wisata edukasi sejarah
dengan nilai tertinggi sebesar 0,506. Berikut merupakan urutan prioritas
alternatif pengembangan pariwisata di Desa Slopeng

1) Wisata Edukasi Sejarah


2) Wisata Alam

36
3) Wisata Budaya

d. AnalisisSensitivitas

Berikut merupakan hasil analisis sensitivitas dari hasil penggabungan seluruh


responden.

Gambar 69 Uji performance sensitivity hasil gabungan alternatif pengembangan pariwisata


Desa Slopeng

Gambar 70 Uji dynamicsensitivity hasil gabungan alternatif pengembangan pariwisata Desa


Slopeng

37
e. Head to head sensitivity

Berikut merupakan visualisasi perbandingan nilai pembobotan setiap kriteria pada


alternatif-alternatif pengembangan pariwisata Desa Slopeng

Gambar 71 perbandingan kriteria antara alternatif wisata alam dan wisata budaya

Gambar 72 perbandingan kriteria antara alternatif wisata alam dan wisata edukasi sejarah

38
Gambar 73 perbandingan kriteria antara alternatif wisata budaya dan wisata edukasi
sejarah

f. Uji Sensitivitas

Langkah selanjutnya setelah analisis sensitivitas adalah uji sensivitas. Apabila ingin
meningkatkan wisata budaya di Desa Slopeng, maka hal yang harus dilakukan
adalah meningkatkan kebijakan yang berlaku sebagai hal yang utama (Gambar
78).disamping itu, jika ingin meningkatkan wisata alam di Desa Slopeng, maka hal
yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengelolaan sebagai hal yang utama
(Gambar 79).

39
Gambar 74 Uji Sensitivitas Wisata Alam

Gambar 75 Uji Sensitivitas Wisata Budaya

40
C. PENUTUP
Berdasarkan hasil AHP seperti yang telah ditunjukkan di atas, prioritas pengembangan
kepariwisataan Desa Slopeng berturut-turut adalah Desa Wisata Edukasi Sejarah, Desa
Wisata Alam dan prioritas terakhir adalah Desa Wisata Budaya. Hal ini berarti tematik
pengembangan kepariwisataan Desa Slopeng berdasarkan pandangan para stakeholder
yang dalam penelitian ini adalah Bappeda Kabupaten Sumenep, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Sumenep dan Akademisi, adalah Desa Wisata Edukasi Sejarah.

Adapun kriteria-kriteria prioritas pengembangan yang harus dilakukan untuk mendukung


terwujudnya Desa Wisata Edukasi Sejarah Slopeng ini adalah sebagai berikut :

1) Kondisi lingkungan
2) Aksesibilitas
3) Daya tarik wisata
4) Pengelolaan
5) Sarana dan prasarana
6) Kebijakan yang berlaku
7) Potensi pasar

Telah ditentukan bahwa kriteria yang paling berpengaruh apabila Desa Slopeng
dikembangkan menjadi desa wisata edukasi sejarah adalah kondisi lingkungan. Daya tarik
utama dari wisata edukasi sejarah di Desa Slopeng adalah bangunan dengan arsitektural
kuno yang masih terjaga hingga saat ini. Hal ini mengindikasikan kondisi lingkungan di
Desa Slopeng sangat mendukung lestarinya bangunan kuno yang ada. Kondisi lingkungan
tidak sekadar mencakup lingkungan alam namun juga social budaya masyarakat yang
masih menjaga secara utuh fisik bangunan kuno yang ada. Oleh karenanya dalam
penyusunan kebijakan pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata Edukasi Sejarah,
penguatan peranan social budaya masyarakat Desa Slopeng harus menjadi focus utama
substansi kebijakan.

41

Anda mungkin juga menyukai